PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PENGOBATAN DEMAM TIFOID ANAK DI RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Analisis Efektivitas Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Anak di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah biaya kesehatan sejak beberapa tahun ini telah banyak menarik

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA KASUS DEMAM TIFOID ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA SERUKAM BENGKAYANG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

GAMBARAN KLINIS PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

* Dosen FK UNIMUS. 82

Kloramefenikol Cost Effectiveness Analisys And Seftriakson In The Treatment Of Typhoid Fever Patients In Inpatient RSUD.Abdul Moeloek In 2011

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

EVALUASI KETEPATAN DOSIS ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG BULAN AGUSTUS- DESEMBER TAHUN 2015

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN Penelitian Tugas Akhir

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGOBATAN DEMAM TIFOID ANAK MENGGUNAKAN KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DI RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN

PEMERIKSAAN WIDAL SLIDE UNTUK DIAGNOSA DEMAM TIFOID. Agnes Sri Harti 1, Saptorini 2

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD X 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) OF ANTIBIOTICS USE ON INPATIENTS CHILDREN IN SARI MEDIKA CLINIC AMBARAWA

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SOEWONDO PATI PERIODE JANUARI-JUNI 2016 ARTIKEL

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

ABSTRAK PROFIL PEMBERIAN ANTIBIOTIK DAN PERBAIKAN KLINIS DEMAM PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi

Perbandingan Kloramfenikol dengan Seftriakson terhadap Lama Hari Turun Demam pada Anak Demam Tifoid

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karakteristik Klinis Pasien Demam Tifoid di RSUP Sanglah Periode Waktu Juli 2013 Juli 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

PERSENTASE KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT TK.II UDAYANA DENPASAR

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS SLAMET RIYADI SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan diagnosa penyakit diare di bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009)

PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh ENDAH FITRI NOVITASARI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

STUDI PENGGUNAAN SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA PADA PASIEN DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO VELISIANA MEGA SARI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESESUAIAN DOSIS PEMBERIAN AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK DI POLI KIA PUSKESMAS PANJATAN I PERIODE OKTOBER-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PURBALINGGA TAHUN 2009

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

ANALISIS RESIKO INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN PASIEN DEWASA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 TUGAS AKHIR

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

ABSTRAK. Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr, M.Kes Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infeksi merupakan masalah terbanyak yang dihinggapi oleh negara yang

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENGGUNAAN ANTIBITIKA PADA PASIEN ANAK PENDERITA TIFUS ABDMINALIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS PERIDE AGUSTUS 009 JULI 010 Desy Sapmaimy, Anis Kusumawati, Indri Hapsari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh, P BX 0, Purwokerto 5318 ABSTRAK Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik dengan tingkat kematian yang signifikan terjadi hampir sepanjang tahun. Penyakit ini masih merupakan permasalahan kesehatan umum yang terjadi di negara-negara berkembang, terutama pada anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita tifus abdominalis di instalasi rawat inap RSUD Banyumas periode Agustus 009-Juli 010. Penelitian ini dilakukan dengan metode retrospektif menggunakan data rekam medik yang dianalisis dan dibandingkan dengan standar terapi RSUD Banyumas. Sampel yang digunakan diambil secara menyeluruh sebanyak 19 pasien. Hasil penelitian menunjukkan, penderita tifusd abdominalis pada anak laki laki 63,16% dan anak perempuan 36,8%. Terdapat enam jenis antibiotika yang digunakan dalam 19 kasus tifus abdominalis. Klorampenikol merupakan antibiotika pilihan utama terhadap salmonella typi dan banyak digunakan di RSUD Banyumas. Kata kunci : antibiotika, pasien anak, tifus abdominalis, RSUD Banyumas ABSTRACT Typhus abdominalis is the systemic infectious disease with significant morbidity almost throughout the year. It is still a common health problem in developing countries, especially children in Indonesia. The objective of this study is to investigate the utilization of antibiotics in hospitalized children patient with Typhus abdominalis at RSUD Banyumas during the period of August 009-July 010. This was a retrospective study using medical record data that analysed and compared with therapy standard of RSUD Banyumas. The whole samples were admitted amount 19 patient. The result showed that 63,16% boys and 36,8% girls are positive typus abdominalis. There are six kinds of antibiotic agent used by 19 cases. Clorampenikol was still become the drugs of choice against salmonella typhi and most widely used at RSUD Banyumas. Key word : antibiotics, children, typhus abdominalis, RSUD Banyumas Pendahuluan Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1minggu, gangguan pada saluran 57

pencernaan dan gangguan kesadaran (Hasan, 1985). Di Indonesia, angka kejadian lebih banyak terjadi pada anak umur 3-6 tahun yaitu sebanyak 1307 kasus per 100.000 penduduk per tahun, kemudian umur 7-19 tahun sebanyak 117 kasus dan umur 0- tahun sebanyak 18 kasus (chiai et al dalam Kothari et al, 008). Sumber penularan penyakit Tifus abdominalis dapat melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dari bahan feses, muntahan maupun cairan badan. Salmonella tyhpi dapat menyebar melalui tangan penderita, lalat dan serangga lain (Musnelina dkk, 00). Penggunaaan antibiotika yang kurang tepat dapat terjadi. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian dalam pengobatan penyakit, jumlah dan pemberian obat yang tidak tepat serta peningkatan terhadap biaya (Smith dan Knapp, 1987) Melalui data rekam medik pada periode Agustus 009-Juli 010 akan diteliti bagaimana penggunaan antibiotika yang dilakukan dengan standar pelayanan yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Metode Penelitian Definisi operasional penelitian 1. Pasien Tifus abdominalis adalah pasien yang didiagnosis Tifus abdominalis.. Kasus infeksi pada penderita Tifus abdominalis adalah kasus infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi.. Antibiotika adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain ( Mutshler, 1991) 3. Penggunaan antibiotika meliputi golongan dan jenis obat, dosis, dan cara pemberian serta frekuensi pemberian dan lama perawatan.. Tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. 5. Pasien yang diteliti adalah pasien yang dirawat inap selama periode Agustus 009-Juli 010. 6. Metode pengumpulan data adalah metode retrospektif. Retrospektif yaitu penelitian untuk menggali dan menjelaskan data-data pada masa lampau (Arief, 008) 7. Teknik analisis data dilakukan dengan membandingkan dengan Pedoman Diagnosa dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah 58

Banyumas, Background document: The diagnosis treatment and prevention of typhoid fever dan clinical guidelines diagnosis and treatment manual, serta bat bat Penting. Subjek Penelitian Populasi adalah pasien Tifus Abdominalis yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas selama periode Agustus 009-Juli 010. Sampel adalah pasien anak dengan usia 1-1 tahun ( Hughes et al, 1998) berjumlah Berdasarkan 19 Bulan pasien Masuk dengan uji widal positif. Penelitian menggunakan sampel total atau penelitian populasi (Nawawi, 1983 ) Analisis hasil Data yang diambil dari sampel penelitian dianalisis dan dibandingkan dengan Pedoman Diagnosa dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, Background document: The diagnosis treatment and prevention of typhoid fever dan clinical guidelines diagnosis and treatment manual, serta bat bat Penting. Hasil Dan Pembahasan Tabel 1. Kasus berdasarkan bulan masuk Bulan Th Kasus % Agustus 009 - - Sptember 009 - - ktober 009 - - Novmber 009 10,53 Desember 009 3 15,79 Januari 010 1 5,6 Februari 010 3 15,79 Maret 010 1 5,6 April 010 3 15,79 Mei 010 1 5,6 Juni 010 10,53 Juli 010 3 15,79 Berdasarkan usia dan jenis kelamin Tabel. Tabel Pasien berdasarkan usia dan jenis kelamin Kategori Umur (th) Laki-laki Perempuan Jumlah % Jumlah % Anak 1 1 th 1-7 - Total 63,16 36,8 59

Pada balita kemungkinan berhubungan dengan kebiasaan anak yang suka menghisap jempol dan memasukan benda asing ke dalam mulut. Pada anak usia sekolah, kemungkinan disebabkan kegiatan sekolah yang menyita waktu terbesar dari aktivitas keseluruhan anak sehari hari termasuk aktivitas makan atau jajan. Kondisi ini berhubungan dengan pola penyebaran infeksi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses, selain itu juga kemungkinan adanya kontak dengan pasien tifus abdominalis atau karier, konsumsi es krim, konsumsi jajanan di pinggir jalan dan konsumsi sayur dan buah mentah yang dipupuk menggunakan kotoran manusia ( Bhan et al dalam Kothari et al, 005 ). Berdasarkan pemeriksaan Widal Dalam penelitian ini menggunakan data pasien yang memiliki hasil uji widal positif. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien menderita tifus abdominalis (Juwono, 1996). Tabel 3. Tabel Hasil pemeriksaan widal Tipe Titer Jumlah 1/60 1/80 1/160 1/80 1/30 1/60 1/180 - - 6 1 15 H - 1 1 5 15 Para A - 1 - - - - - 1 Cepat dan tepatnya pengobatan tifus Komplikasi Komplikasi yang banyak menyertai tifus abdominalis adalah anemia. Komplikasi ini kemungkinan berhubungan dengan perdarahan usus dan absorbsi zat gizi di ileum yang terganggu. abdominalis berpengaruh pada tingkat kesembuhan pasien (Juwono, 1996).Keadaan pulang pasien perlu diperhatikan agar tidak terjadi relaps. Relaps dapat terjadi pada 10-0 % pasien ( Joshi, 001). 60

Tabel. Komplikasi Rekam Medik Komplikasi 51588 Bronchitis, candidiasis 53633 Anemia 55805 Demam Berdarah 55807 Demam Berdarah 37610 Faringitis 30883 Epilepsi 595 ISK 50969 Anemia 50731 Anemia 5507 Demam Berdarah, diare 53008 ISK, anemia 5056 ISK Lama perawatan dan keadaan pulang pasien Tabel 5. Tabel Lama perawatan pasien No Lama Jml % perawatan (hari) pasien 1 1-5 8,11 6 11 57,89 total 19 Tabel 6. Tabel Keadaan pulang pasien Keadaan pulang Jumlah % Sembuh 1,05 Membaik 15 78,95 Mati - - Total 19 100 Penggunaan antibiotika Berdasarkan data yang diperoleh di instalasi rekam medis RSUD Banyumas, pengobatan tifus abdominalis pada pasien anak yang dirawat inap di RSUD Banyumas periode Agustus 009- juli 010 menggunakan 6 macam antibiotik dari jenis golongan. Antibiotik tunggal yang banyak digunakan yaitu kloramfenikol dan seftriakson. Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas dengan mekanisme menghambat sintesis protein (Mutschler, 1991). 61

Terapi antibiotika tunggal Tabel 7. Tabel Terapi antibiotika tunggal No. Rekam Medik Jenis Rute 5399 kloramfenikol i.v 37610 kloramfenikol i.v 5759 kloramfenikol i.v 5507 kloramfenikol i.v 509889 kloramfenikol i.v 5371 kloramfenikol i.v 53633 seftriakson i.v 30883 seftriakson i.v 5819 seftriakson i.v 5967 seftriakson i.v 5056 seftriakson i.v Setelah kloramfenikol, sefalosporin generasi ketiga yaitu seftriakson menjadi antibiotika kedua yang paling banyak digunakan di RSUD Banyumas pada penggunaan antibiotika tunggal. Seftriakson memiliki sifat yang menguntungkan yaitu secara selektif dapat merusak struktur kuman dan tidak mengganggu sel tubuh manusia, mempunyai spektrum luas, penetrasi jaringan cukup baik dan resistensi kuman masih terbatas ( Musnelina dkk, 00). Menurut Bhutta et al, penggunaan sefalosporin generasi ketiga yaitu seftriakson efektif digunakan dalam pengobatan tifus abdominalis yang dimana strain Salmonella. typi telah resisten terhadap ampisilin, kloramfenikol dan kotrimoksazol. Terapi Multiple antibiotika Sebanyak 8 pasien diterapi dengan menggunakan multiple antibiotika yaitu 3 pasien diterapi dengan macam antibiotika dan 5 pasien diterapi dengan 3 macam antibiotika. Antibiotika yang digunakan adalah antibiotika dari golongan sepalosporin, klorampenikol, penisilin dan fluorkuinolon. Kesesuaian penggunaan antibiotika Penggunaan antibiotika tunggal dan multiple pada pasien anak penderita tifus abdominalis dibandingkan dengan Pedoman Diagnosa dan Terapi Demam Tifoid RSUD Banyumas. Sebanyak 6 jenis antibiotika digunakan dalam pengobatan tifus abdominalis, 3 diantaranya sesuai dan 3 tidak sesuai. Antibiotika yang tidak sesuai yaitu sefotaksim, ampisillin dan siprofloksasin. Hal ini dimungkinkan karena antibiotika tersebut diberikan untuk mengobati komplikasi penyakit. Penggunaan multiple antibiotika tidak dapat dibandingkan dengan standar Pedoman Diagnosa dan Terapi RSUD Banyumas karena pada standar yang tersedia tidak mencantumkan adanya penggunaan lebih dari satu antibiotika pada penderita tifus abdominalis. 6

No. Rekam Medik Tabel 8. Tabel Terapi Multiple antibiotika Jenis Rute Keterangan 51588 Seftriakson i.v TD Ganti Kloramfenikol i.v 55805 Kloramfenikol i.v TD kombinasi dengan Ampisilin i.v Ganti Sefiksim 5397 Kloramfenikol i.v TD kombinasi dengan Ampisilin i.v 55807 Sefotaksim i.v TD kombinasi dengan Ampisilin i.v Ganti Sefiksim 595 Ampisilin i.v TD ganti Seftriakson i.v ganti Sefiksim 50969 Siprofloksasin i.v TD Kombinasi dengan i.v Seftriakson Ganti Sefiksim 50731 Seftriakson i.v TD Ganti Ampisilin i.v Kombinasi dengan i.v Kloramfenikol 53008 Seftriakson i.v TD Ganti siprofloksasin Ket: TD: Tidak dapat dibandingkan Tabel 9. Tabel Kesesuaian antibiotika Jenis sesuai Tidak sesuai Kloramfenikol Seftriakson Sefixim Sefotaksim Ampisillin Siprofloksasin Kesesuaian dosis Terdapat 3 dosis pada 19 kasus tifus abdominalis. Penghitungan dosis dihitung berdasarkan rumus Young. Dosis anak= ( n/n+1 ) x Dosis dewasa Ket: n = usia ( Tahun ) 63

No. RM Usia (th) Tabel 10. Tabel Kesesuaian dosis Rute Jenis Dosis Perhitungan dewasa Dosis anak (mg/hari) berdasarkan rumus young (mg/hari) Dosis anak yg diberikan di RSUD (mg/hari) F Total Dosis anak yang diberikan (mg/hari) 1. 53633 i.v Seftriakson 1 000 571 00 800. 5399 6 i.v Kloramfenikol 1 000 666,67 350 100 3. 37610 10 i.v Kloramfenikol 1 000 909,09 375 1. 30883 11 i.v Seftriakson 1 000 1913,0 000 5. 5759 7 i.v Kloramfenikol 1 000 736,8 350 100 6. 5819 3 i.v Seftriakson 1 000 800 7. 5967 i.v Seftriakson 1 000 571 00 800 8. 5507 6 i.v Kloramfenikol 1 000 666,67 350 100 9. 509889 10 i.v Kloramfenikol 1 000 909,09 000 10. 5371 9 i.v Kloramfenikol 1 000 857,1 000 11. 5056 i.v Seftriakson 1 000 571 1. 51588 5 Iv Seftriakson 1 000 1176 650 1300 iv 13. 55805 8 Iv Iv Kloramfenikol 1 Ampisilin Kloramfenikol 1 Cefixime 1 1. 5397 10 Iv Kloramfenikol 1 Ampisilin 15. 55807 9 Cefixime 1 Cefotaxime 1 Ampisilin 16. 595 Iv Iv 17. 50969 5 Iv Iv 18. 50731 6 Iv Iv Iv 19. 53008 1 Iv o Seftriakson 1 Ampisilin Cefixime 1 Seftriakson 1 Cefixime 1 Ciprofloksasin 3 Seftriakson 1 Kloramfenikol 1 Ampisilin Seftriakson 1 Ciprofloksasin 3 000 000 00 000 00 000 000 00 000 00 000 000 000 588, 100 800 160 909,09 1363,6 171,3 171,9 185,71 750-1176,7-9,1 1333,33 666,67 999,99 000 00 50 750 750 75 650 650 700 350 0,75 cth 1 cth 150 3 3 1600 000 000 100 150 1950 1950 100 100 - - 300 000 000 000 800 00 Ket: : dosis berlebih, TM: tidak memenuhi dosis, : TD: tidak dapat dibandingkan, M: memenuhi, F: frekuensi pemberian, 1: menurut WH; 003, : menurut Tjay dan kirana;00, 3: menurut broek et al 010. Keadaan ini kemungkinan berhubungan dengan perhitungan dosis anak di RSUD Banyumas menggunakan berat badan. Tidak adanya data mengenai berat badan pasien menyulitkan peneliti dalam membandingkan kesesuaian dosis dengan standar yang ada di RSUD Banyumas. Ket. TM TM TD TM TD TM M 6

Kesimpulan 1. Antibiotika yang digunakan dalam pengobatan Tifus abdominalis pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Periode Agustus 009 Juli 010 terdiri dari 6 jenis antibiotika dari golongan.. Kloramfenikol merupakan antibiotika yang paling banyak diberikan pada pasien anak penderita Tifus abdominalis yang dirawat inap di RSUD Banyumas selama periode Agustus 009-Juli 010. 3. Terdapat ketidaksesuaian penggunaan antibiotika dalam pengobatan Tifus abdominalis pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Periode Agustus 009 Juli 010, yaitu penggunaan Sefotaksim, Ampisilin, Ciprofloksasin. 8. Terdapat 3 dosis penggunaan antibiotika pada pasien tifus abdominalis. Berdasarkan rumus Young, hanya 1 yang memenuhi sedangkan 5 dosis berlebih dan dosis tidak memenuhi serta dosis tidak dapat dibandingkan. Daftar Pustaka Anonim. 009. Pedoman Diagnosa dan Terapi Bagian Kesehatan Anak RSUD Banyumas edisi tahun 009 : Pemerintah Kabupaten Banyumas. P.5 Arief, M.T.Q.008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: UNS press Bhan MK, Bahl R, Batnagar S.005. typhoid and para typhoid fever. Lanset 366:79-76 dalam Kothari A, Pruthi A, Chugh TD. 008. The Burden of Enteric fever.j.infect Developing Countries 008;():53-59 Broek I, Haris M, Hanken M, Mecaury M, Palma PP, Szumilin S, Grouzard V.010.Clinical Guidelines Diagnosis and Treatment Manual. Hasan,R.1985.Ilmu Kesehatan Anak. FKUI : Jakarta. Hughes J,Donely R, James G, Gilaou C. 1998. Clinical Pharmacy Practical Aproach. Macmilan Education Australia. Joshie YK.001.Symposium : Typhoid fever. Journal indian academy of clinical medicine vol. No.1 and January-June 001. Juwono, R.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi ke- 3.FKUI:Jakarta. Kothari A, Pruthi A, Chugh TD. 008. The Burden of Enteric fever.j.infect Developing Countries 008;():53-59 Musnelina L, Afdhal F, Gani A, Andayani P.00.Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid anak di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta tahun 001-00.Makara kesehatan volum 8 no.1 Juni 00:7-31 Mutschler E. 1991. Dinamika bat ed. 5. ITB : Bandung Nawawi H.1983.Metode Penelitian Bidang Social.UGM Press 65

Smith MC dan Knapp DA.1987. Pharmacy, Drugs and Medical Care. Baltimore : Wiliam And Wiliams. Tjay TH dan Raharja K. 00. bat bat Penting. Gramedia.Jakarta WH.003. Background document: The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. WH, Department of vaccines and Biologicals: Switzerland p 3 66