MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

Tugas Makala Agroforestry. Oleh (A ) SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

I. PENDAHULUAN. Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI KEMUNGKINAN PENGEMBANGAN SOSIAL FORESTRY DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NANGGALA SULAWESI SELATAN. Ringkasan

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BUKU RENCANA MANAJEMEN PLAN SUB DAS GOPGOPAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 4. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kehutanan Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan (1)

I. PENDAHULUAN. Hutan pada hakekatnya mempunyai karakteristik multi fungsi yang bersifat

Struktur dan Komposisi Jenis Agroforestry Kebun-Campuran pada Berbagai Luas Pemilikan Lahan Di Desa Pattalikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

II. METODE PENELITIAN

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

AGROFORESTRI KOMPLEKS DI BANTAENG SULAWESI SELATAN : PENTINGNYA PERAN PETANI SEBAGAI AGEN PENYANGGA KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

IV. METODE PENELITIAN

Yusanto Nugroho Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

I. PENDAHULUAN. Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAN MASYARAKAT DALAM MONITORING KARBON

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 4 No. 2, April 2016 (17 26)

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

AGROFORESTRI KOMPLEKS DI BANTAENG, SULAWESI SELATAN: PENTINGNYA PERAN PETANI SEBAGAI AGEN PENYANGGA KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN

Transkripsi:

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN Dosen pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Email:samuelpaembonan@yahoo.co.id Kata Kunci: Agroforestry, tongkonan, Konservasi Lingkungan, Struktur, Komposisi. Extended Abstract Kabupaten Tana Toraja merupakan representasi daerah dataran tinggi plateau dengan kisaran ketinggian 600 1200 m di atas permukaan laut dan merupakan catchment area dari beberapa sungai besar termasuk DAS Saddang. Praktek pengelolaan lingkungan pada wilayah ini akan berpengaruh nyata terhadap kontinuitas aliran air, baik kuantitas maupun kualitas pada wilayah hilir. Selain itu masyarakat Toraja memiliki budaya pengelolaan hutan rakyat yang berbasis tongkonan. Tongkonan merupakan suatu ekosistem yang terdiri atas rumah adat tongkonan, hutan rakyat (kombong) dan sawah di sekitar rumah tongkonan. Selama ini masyarakat pedesaan di Kabupaten Tana Toraja melakukan praktek pertanian tradisionil termasuk didalamnya praktek-praktek agroforestry pada hutan rakyat tanpa mempertimbangkan kondisi daya dukung lingkungan. Kegiatan pertanian yang mereka lakukan hanya bersifat subsisten tanpa memikirkan pola agroforestry yang menganut praktek pertanian berkelanjutan. Sebagai integrasi dari kepentingan adat budaya toraja dan kedudukan kabupaten Tana Toraja sebagai catchment area DAS Saddang maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui model-model agroforestry yang berbasis budaya tongkonan dan berwawasan konservasi lingkungan di Kabupaten Tana Toraja, 2) mengetahui alasan masyarakat memilih model-model agroforestry yang dikembangkan, dan 3) memformulasi kesesuaian model-model agroforestry pada berbagai kondisi biofisik lahan dan sosial budaya masyarakat setempat. 1

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari Maret sampai September 2011 di Kabupaten Tana Toraja dengan memilih tiga kecamatan contoh, yaitu: Kecamatan Sa dan yang mewakili wilayah hulu Sungai Saddang (ketinggian 925 m dpl), Kecamatan Nanggala mewakili wilayah tengah (ketinggian 750 m dpl), dan Kecamatan Mengkendek (ketinggian 650 m dpl) mewakili bagian selatan Tana Toraja. Pemilihan Kecamatan contoh ini juga didasarkan pada pertimbangan kondisi biofisik wilayah dan kondisi sosial budaya masyarakat. Jenis Data dan metode pelaksanaan 1. Data biofisik agroforestry, yaitu: Komposisi jenis penyusun agroforestry, Struktur vertical agroforestry, struktur horizontal, Kerapatan tanaman dalam plot, dan Pola tanam serta proyeksi tajuk tanaman. 2. Data Sosial Ekonomi: menyangkut preferensi masyarakat memilih jenis komponen penyusun agroforestry, pola tanam dan tingkat pendapatan masyarakat dari paktek agroforestry. Data ini didapatkan melalui wawancara masyarakat dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner). Masyarakat yang diwawancarai adalah pemilik hutan rakyat pola agroforestry atau pola kebun pekarangan. Pada setiap Kecamatan contoh diambil 10 plot pengamatan yang dipilih secara purposive dengan mempertimbangkan bentuk topografi, luas kepemilikan lahan dan pola agroforestry yang dipraktekkan. Jumlah seluruh plot pengamatan untuk ketiga kecamatan terpilih semuanya 30 plot. Ukuran setiap plot pengamatan 20 m x 20 m. Analisis Data Analisis data dilakukan pada semua parameter yang diamati dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Indeks Nilai Penting (INP) dihitung untuk mengetahui kelimpahan suatu jenis dalam komunitas penyusun agroforestry INP = KR + FR + DR.(1) KR=kerapatan relatif; FR=frekuensi relatif; DR=Dominansi relatif. 2. Tingkat Keanekaragaman Jenis bagi komponen penyusun agroforestry menggunakan Shannon-Wiener Index H= - {(ni/n) ln {(ni/n)}.(2) 2

3. Indeks Kekayaan Jenis pohon Indeks Kekayaan Jenis dihitung dengan menggunakan rumus Menhinih: R = S/ n... (3) 4. Pendapatan masyarakat Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui pendapatan petani dari kegiatan agroforestry diperoleh melalui rumus: P = B Pn BT..(4) HASIL PENELITIAN Komposisi Jenis Penyusun hutan rakyat pola Agroforestry : Ada beberapa jenis pohon yang banyak dipilih oleh masyarakat dan dominan dikembangkan di hutan rakyat pola agroforestry di Kabupaten Tana Toraja, yaitu: jenis cemara gunung (Casuarina junghuhniana), cempaka (Elmerillia pubescens), nyatoh (Palaquium sp), dan suren (Toona sureni). Sedangkan tanaman MPTS yang banyak dikembangkan oleh masyarakat, terdiri atas: aren (Arenga pinnata), nangka (Arthocarpus integra), alpukat (Persea americana), pinang (Areca catechu) dan kemiri (Aleurites moluccana,wild). Jenis tanaman buahbuahan adalah: durian (Durio zibethinus), nangka (Arthocarpus integra) dan langsat (Lansium domesticum). Tanaman komoditas seperti, kopi (Coffea robusta dan Coffea arabica), kakao (Theobroma cacao), dan vanili (Vanilla fragrans) banyak ditanam di bawah tajuk, serta cengkeh (Syzigium aromaticum) banyak ditanam dalam kebun campuran tetapi umumnya pada tempat yang terbuka dan diusahakan oleh masyarakat pada semua tempat. Jenis lain yang umum didapati dalam kebun pekarangan adalah bambu (bambu tallang, bambu parrin dan bambu betung) dan nibung (Oncosperma tigillarium). Secara umum sistem agroforestry yang dipraktekkan di Kabupaten Tana Toraja adalah sistem Agrosilvikultur. Struktur Kuantitatif Jenis Komponen Penyusun Agroforestry: Persentase jumlah pohon terbanyak dalam pola agroforestry di kecamatan Sa dan berturut-turut adalah: cemara gunung 55,8%, cempaka 27,9% dan nyatoh 6,9%. Kecamatan Nanggala didominasi secara berturut-turut: cemara gunung 67,9% disusul cempaka 14,3%, dan nyatoh serta pinus sebanyak 3,6 %. Dominansi penguasaan areal untuk jenis pohon-pohonan di Kecamatan Mengkendek agak berbeda dengan kecamatan lainnya dimana jenis pinus menempati dominansi teratas sebanyak 65,4% disusul suren sebanyak 11.5% dan cemara gunung 7,7%. 3

Struktur Vertikal Agroforestry : Jenis-jenis tanaman yang selalu ditemukan dan jumlah individunya dominan pada stratum A dan pada semua ketinggian tempat tumbuh yaitu cemara gunung, cempaka, dan nyatoh. Begitu pula tanaman bambu, aren, dan nibung pada stratum B sering ditemukan dan selalu dominan pada setiap ketinggian tempat yang berbeda. Jenis Kopi, pisang, vanili, dan kakao pada stratum C ditemukan pada semua ketinggian. Hal ini disebabkan oleh adanya kesamaan tujuan yaitu memproduksi tanaman komoditas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Tanaman penutup tanah seperti kelompok rumput-rumputan dan jahe-jahean untuk tujuan silvopasture bagi ternak kerbau juga dijumpai pada beberapa lokasi sampel. Jenis pohon penghijauan yang banyak dipilih oleh masyarakat sebagai komponen agroforestry yaitu: sengon (Paraserianthes falcataria), gamal (Gliricidia sepium), dan pinus (Pinus merkusii). Indeks Keragaman dan Kekayaan Jenis komponen penyusun agroforestry: Indeks keanekaragaman jenis agroforestry di Kecamatan Sa dan lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Nanggala dan Kecamatan Mengkendek. Tingkat keanekaragaman jenis pada ke tiga kecamatan berkisar antara 1,12 sampai 1,33 dan indeks kekayaan jenis penyusun agroforestry berkisar 1,067 sampai 1,203. Karakteristik Fungsional Pola Agroforestry: Alasan dan pertimbangan utama responden memilih jenis komponen agroforestry adalah faktor budaya (untuk pembangunan dan pemeliharaan rumah adat Tongkonan) sebanyak 100 % dan keperluan pesta adat Rambu Solo dan Rambu Tuka sebanyak 83,3%. Alasan ekologi dan konservasi menunjukkan bahwa kehadiran campuran pohon-pohonan akan mencegah erosi dan longsor sudah lebih banyak dipahami oleh masyarakat (73,3%) sehingga mereka pada umumnya menanam pohon-pohonan dalam kebun mereka. Selain alasan sosial budaya dan ekologi, responden juga telah mempertimbangkan faktor ekonomi dan budidaya untuk digunakan sendiri karena kualitas kayunya baik, masing-masing sebanyak 70,0%. Pada umumnya yang ditanam lebih dulu dalam suatu areal hutan rakyat pola agroforestry adalah jenis-jenis pohon yang memang secara budaya sangat dibutuhkan dalam kegiatan masyarakat toraja antara lain: cemara gunung untuk pembuatan tiang rumah dan rangka atas rumah tongkonan toraja, cempaka dan nyatoh untuk dinding rumah tongkonan dan juga sebagai bahan baku seni ukiran kayu, bambu untuk keperluan upacara rambu solo dan atap rumah tongkonan, aren untuk difermentasi menjadi minuman tuak dan nibung untuk bahan pembuat tiang lumbung padi. Nilai Ekonomi Agroforestry di Kabupaten Tana Toraja: Tingkat pendapatan petani dari hutan rakyat pola agroforestry bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain. Variasi tingkat 4

pendapatan masyarakat berkisar dari Rp.9.704.000 ha -1 tahun -1 sampai Rp.56.821.265 ha -1 tahun -1. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat dari berbagai pola agroforestry tergantung kepada komposisi jenis penyusun agroforestry, kecocokan jenis tanah dan curah hujan serta perkembangan harga komoditas hasil. Model agroforestry berwawasan konservasi lingkungan: Pencampuran jenis penyusun agroforestry di Kabupaten Tana Toraja pada umumnya tidak berurutan (pola random) dan tidak berdasarkan pengaturan yang sistematis. Namun pola random dapat berfungsi konservatif bilamana lapisan tajuknya sudah saling tumpang tindih. Hutan rakyat pola agroforestry secara tradisionil di Kabupaten Tana Toraja sudah mencapai tahap stabil dan berkembang dengan berkompetisi secara alamiah utamanya pada tingkat talun (kombong) sehingga menyerupai komposisi hutan alam. 5