BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bolos dilakukan karena kejenuhan dalam mengikuti mata pelajaran atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. Betapa hebatnya waktu mengatur kehidupan ini, ketika lonceng jam usai

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS XII IPS-1 SMA 1 GEBOG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sangat

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Etika pergaulan merupakan suatu hal yang mencerminkan moral setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar

BAB III KONDISI MEMBOLOS SEKOLAH SISWA SMK JURNALISTIK LEBAK WANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfy Rizki Maulana Malik, 2014 Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di tengah-tengah

Oleh : SUBIARTI A

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, sedangkan The Political and Economics Risk Consultancy (PERC)

BAB I PENDAHULUAN. tindakan, sedangkan motivasi secara utuh merupakan proses pengerahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu Negara dapat dikatakan maju jika Negara tersebut memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah, misalnya tentang hal hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Devi Lamria Hasibuan, 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

I. PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Oleh karena itu komunikasi merupakan hal yang mutlak diperlukan

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

orang yang bercakap-cakap dengan memperhatikan keterampilan berkomunikasi yaitu dalam bercakap-cakap siswa menggunakan kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa, salah satu upayanya adalah dengan pemilihan strategi belajar yang

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

BAB I PENDAHULUAN. terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi penerusnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berusaha menemukan jati dirinya. Pada masa ini lingkungan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar-setidaknya mereka yang pernah mengenyam pendidikan-sebab perilaku bolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tindakan bolos dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum sekolah. Buntutnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng lembaga persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa yang terlihat sering bolos, bahkan di daerah-daerah pun perilaku bolos sudah menjadi kegemaran. Bayak siswa yang sering bolos bukan hanya disekolah sini saja tetapi banyak sekalah mengalami hal yang sama kesemua di sebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari anak itu sendiri. Faktor eksternal yang kadang kala menjadikan alasan bolos adalah mata pelajaran yang yang tidak diminati. Bagi siswa yang kebanyakan remaja dan penuh dengan jiwa yang mementingkan kebebasan dalam berfikir dan berkatifitas itu sangat mengganggu sekali. Sebab masa remaja adalah masa yang penuh gelora dan semangat kreatifitas. Berdasarkan perkembangannya, usia remaja adalah usia pencarian jati diri. Dan tentu saja sistem pendidikan yang ketat tanpa diimbangi dengan pola pengajaran yang 'menyejukkan' membuat anak tidak lagi betah di sekolah. Mereka yang tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan bolos, walaupun 1

2 secara tak langsung itu juga sebenarnya bukan jawaban yang baik. Terbukti, siswa yang suka bolos seringkali terlibat dengan hal-hal yang cenderung merugikan. Tumpuan kesalahan perilaku bolos kebanyakan di bebankan kepada anak didik yang terlibat bolos. Ketika kasus demi kasus dapapat terungkap anak didiklah yang menjadi beban kesalahan. Ini adalah sikap yang tidak mendukung justru akan menambah masalah. Sikap humanis dan saling introspeksi diri itu adalah hal yang mendukung untuk menyelesaikan masalah perilaku bolos. Unsurunsur yang ada disekolah bisa saja menjadi alasan anak bisa bolos. Seperti fenomena yang telah di paparkan di atas bukan saja anak yang menjadi tumpuan dan beban kesalahan. Betapa seriusnya perilaku bolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan saja pihak sekolah tetapi juga orang tua, teman dan pemerintah. Perilaku bolos sangat merugikan dan bahkan itu bisa saja sumber masalah baru. Jika masalah ini terus dibiarkan bukan saja anak itu sendiri tetapi juga sekolah dan guru yang menjadi orang tua di sekolah yang menangungnya. Banyak kasus-kasus yang diakibatkan oleh bolos seperti yang telah diuraikan di atas. Pemuda adalah aset bangsa, merekalah generasi-generasi penerus yang akan mengenggam kayu estafet kemajuan bangsa ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru BK di SMP Negeri 3 Harian, Samosir, pada tanggal 8 Desember 2015, sekitar 25% selama semester ganjil T.A 2015/2016, kurang bahkan hampir tidak memiliki kesadaran untuk hadir maupun bersikap positif dalam menanggapi pentingnya kehadiran dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekitar 10% diantaranya dilakukan oleh siswa kelas VIII. Sebagian besar hal ini disebabkan karena siswa kesulitan dalam memahami pelajaran, anggap remeh akan pentingnya hadir dalam proses

3 belajar mengajar dan kurang percaya diri karena merasa tidak disukai temantemannya di dalam lingkungan sekolah. Dalam hal ini ditemukan beberapa masalah yang menyangkut siswa-siswi yang sering bolos pada hari tertentu, tidak hadir sekolah tanpa adanya alasan yang jelas, hukuman yang diberikan tidak memberi efek jera dengan anggapan bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar. Penelitian ini selain menggunakan buku-buku dan jurnal penelitian serta artikel internet sebagai literatur, juga merujuk pada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang relevan tentang perilaku membolos. Dalam jurnal penelitian oleh Wanda Esa Adi Wibowo (2013), dengan judul Upaya Mengatasi Perilaku Membolos Sekolah Melalui Konseling Individual Dengan Pendekatan Behavior Teknik Kontrak Perilaku (Penanganan Kasus Pada Siswa Smp Negeri 4 Rembang). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan perilaku bolos diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang muncul dalam diri individu. Faktor internal yang menyebabkan siswa membolos diantaranya tidak adanya minat siswa untuk pergi ke sekolah, atau motivasi dan tidak adanya disiplin diri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar individu, faktor eksternal penyebab siswa membolos dapat berasal dari keluarga, teman dan sekolah. Dan alternatif layanan konseling individual dengan pendekatan behavior teknik kontrak perilaku dapat digunakan untuk membanti mengatasi masalah perilaku bolos siswa di sekolah.

4 Penelitian selanjutnya yaitu yang dilakukan oleh Astuti, Indri (2009) dengan judul Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling Individual (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah I Purbalingga) Pada Tahun Pelajaran 2008/2009). Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) Adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan teman untuk membolos dan pikiran irasional siswa yang merasa dirinya tidak dapat diterima di lingkungannya. (2) Bentuk perilaku membolos berupa sering keluar saat jam pelajaran, karena malas belajar, tidak masuk sekolah dengan berselang seling hari, dan bermain game. (3) Alternatif penanganan yang dilakukan peneliti untuk mengatasi perilaku membolos antara lain menggunakan pendekatan behavior melalui teknik assertive training dan teknik rasional emotif. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka perlu diberikan bantuan untuk mengatasi masalah perilaku bolos. Adapun bantuan yang dapat diberikan yaitu dengan memberikan bimbingan. Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan individu. Dalam bimbingan, yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu itu sendiri. Ada beberapa jenis bimbingan, salah satu diantaranya yang digunakan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa

5 penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, maupun sosial. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karir, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah. Bimbingan kelompok memiliki beberapa teknik, antara lain pemberian informasi atau ekspositori, diskusi kelompok, pemecahan masalah, bermain peran, permainan simulasi dan lain sebagainya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemecahan masalah (problem solving). Teknik pemecahan masalah (problem solving) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Teknik problem solving ini melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

6 Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik problem solving (pemecahan masalah) yang bertujuan agar siswa memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif serta memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan betindak. Bimbingan kelompok teknik problem solving merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang dimiliki. Sehubungan dengan masalah tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian menyangkut perilaku bolos dengan judul, Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Perilaku Bolos Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Harian Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang ditemukan adalah: 1) siswa-siswi yang sering bolos pada hari tertentu, 2) siswa-siswi tidak hadir sekolah tanpa adanya alasan yang jelas, 3) hukuman yang diberikan tidak memberi efek jera, 4) adanya anggapan bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar. 1.3 Pembatasan Masalah Agar lebih mudah dalam memahami proposal penelitian ini, penulis membatasi penelitian hanya pada Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan

7 Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Perilaku Bolos Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Harian Tahun Ajaran 2015/2016. 1.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pemberian layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap perilaku bolos siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Harian Tahun Ajaran 2015/2016? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pemberian layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap perilaku bolos siswa di SMP Negeri 3 Harian, Samosir T.A 2015/2016. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap siswa yang tidak hadir di sekolah tanpa alasan yang jelas. 2. Untuk mengetahui pengaruh layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap siswa yang meninggalkan ruangan kelas ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat praktis dan manfaat konseptual.

8 1. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a) Bagi Sekolah Dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam mengatasi perilaku bolos siswa di sekolah. b) Bagi Guru BK Dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan masukan pengayaan teori terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah perilaku bolos siswa di sekolah dengan layanan Bimbingan kelompok teknik problem solving. c) Bagi Guru Bidang Studi Dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam mengatasi perilaku bolos siswa yang dapat mempengaruhi secara positif terhadap aktivitas belajar siswa di kelas. d) Bagi Orang Tua Dapat bermanfaat sebagai masukan dan wawasan untuk mengkontrol dan mencegah siswa dari perilaku bolos. e) Bagi Siswa Dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan perilaku disiplin sekolah, khususnya dalam bidang kehadiran.

9 2. Manfaat Konseptual Secara konseptual, hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan yang berhubungan dengan layanan bimbingan dan konseling teknik problem solving dalam mengatasi perilaku bolos siswa.