BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB IV DASAR DASAR PERANCANGAN DAN RENCANA PENGOLAHAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI P.T. Z SUBANG

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK)

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

Sewage Treatment Plant

Ross C, Valentine G.E, Smith B, Pierce P, 2003, Recent Advances and Applications of Dissolved Air Flotation for Industrial Pretreatment,

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN RINGAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO H. Halidin Arfan 1, Ahmad Zubair 1, Alpryono 2

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Effect of Aeration and Natural Light in Capability of High Rate Algae Reactor (HRAR) for Organic Matter Removal of Domestic Urban Wastewater

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. Denpasar dengan kondisi awal lumpur berwarna hitam pekat dan sangat berbau. Air

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGOPERASIAN IPLT SISTEM KOLAM

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PENENTUAN KOEFISIEN BIOKINETIK DAN NITRIFIKASI PADA PROSES BIOLOGIS LUMPUR AKTIF AIR LIMBAH (144L)

Rancang Bangun, Jumsan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

Transkripsi:

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan sehingga dapat menghasilkan efluen air limbah memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan instalasi penting dengan tujuan : kinerja masing-masing unit optimal sehingga instalasi dapat terus beroperasi meminimalisasi biaya perbaikan unit tidak mengganggu lingkungan sekitar. Upaya operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan kegiatan dasar seperti pengukuran debit aliran, sampling, pengujian laboratorium dan pencatatan. Evaluasi terhadap debit dilakukan untuk memeriksa akurasi peralatan pengukuran yang digunakan pada instalasi. Prosedur sampling ditinjau melalui penentuan frekuensi pengambilan sampel, lokasi pengambilan serta pengawetan yang tepat. Sedangkan pencatatan dilakukan melalui pendokumentasian yang rinci mengenai fasilitas fisik, operasi, pemeliharaan, persyaratan administrasi dan kepegawaian. Pada pemeriksaan kinerja instalasi, teknisi perlu mengamati sampel, laju debit dan hasil analisa laboratorium. Evaluasi instalasi pengolahan air limbah dilakukan melalui pengujian tiap unit proses maupun unit operasi. Hal ini dilakukan dengan meneliti mekanisme operasi unit dan fungsi tiap unit pada instalasi tersebut. VII-1

VII.2 Pengolahan Pendahuluan VII.2.1 Fine Screen Kotoran-kotoran berukuran besar yang terbawa air limbah dapat merusak peralatan pada IPAL dan mengganggu operasi serta proses pengolahan. Kerusakan pada unitunit pengolahan pada IPAL sering terjadi akibat buruknya kinerja fine screen yang dapat disebabkan kelalaian dalam pemeliharaan screen. Permasalahan pada screen dan solusi permasalahannya terdapat pada Tabel VII.1. Tabel VII.1 Permasalahan dan Solusi Permasalahan pada Fine Screen Indikasi Dugaan penyebab Solusi 1a) Waktu penyimpanan kotoran yang Membersihkan screen, bak kontrol, 1) Timbul bau dan tersaring (screenings) terlalu lama dan wadah penampung screenings serangga 1b) Akumulasi kotoran pada bak secara rutin kontrol 2a) Adanya kotoran lain yang terbawa Memeriksa sumber kotoran dan 2) Terjadi air limbah mengupayakan agar kotoran penyumbatan tersebut tidak lagi terbawa aliran air parah pada bukaan limbah screen 2b) Pembersihan screen tidak rutin Membersihkan screen setiap hari 3) Akumulasi kotoran pada saluran pembawa air limbah 3a) Kecepatan aliran dalam pipa terlalu kecil Memperbesar kemiringan dasar pipa, mendesain ulang ukuran pipa agar terjadi self cleansing, dan menggelontor saluran pembawa dalam selang waktu tertentu (Qasim, 1985) Secara umum, pemeliharaan fine screen harus dilakukan paling sedikit satu kali dalam sehari yaitu dengan cara membuang screenings yang terkumpul pada penampung, bak kontrol inlet, dan bukaan pada screen bila terjadi penyumbatan parah dan dilakukan pencucian unit termasuk pembersihan batang-batang screen dengan frekuensi tertentu. Selain itu, ruang screen harus selalu berada dalam keadaan VII-2

tertutup bila tidak sedang dilakukan inspeksi unuk mencegah debu dan kotoran dari luar yang dapat mengurangi efektifitas kinerja screen. VII.2.2 Tangki Ekualisasi Upaya pemeliharaan tangki ekualisasi dilakukan untuk menjaga kinerja unit. Pengendapan kotoran atau lumpur harus dicegah dengan cara memonitor surface aerator dengan rutin dan melakukan pemeriksaan secara berkala pada pipa lumpur untuk mengetahui apakah terjadi pengendapan di dasar tangki. Permasalahan pada tangki ekualisasi dan solusi permasalahannya terdapat pada Tabel VII.2. Tabel VII.2 Permasalahan dan Permasalahan pada Tangki Ekualisasi Indikasi Dugaan penyebab Solusi 1) Timbul bau Pengendapan kotoran/ Inspeksi Memeriksa kondisi lumpur di dasar tangki karakteristik air limbah dengan cara membuka katup pipa lumpur surface aerator VII.2.3 Stasiun Pompa Stasiun pompa yang didesain terdiri dari 2 buah pompa agar ketika satu pompa rusak, terdapat cadangan pompa untuk menjaga unit-unit pengolahan pada instalasi dapat terus bekerja. Upaya-upaya perawatan pompa yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) memeriksa temperatur pompa dengan meletakkan tangan pada pompa. Jika terasa panas, periksa komponen-komponen pompa untuk mengetahui sumber permasalahan b) memeriksa pompa dan komponen-komponenya jika pompa menimbulkan suara yang tidak biasa VII-3

c) melumasi motor pompa secara berkala, minimal satu kali dalam satu minggu. Pelumasan dilakukan dengan hati-hati agar pelumas tidak berlebih maupun kekurangan d) penggunaan pompa secara bergantian agar perawatan pompa lebih intensif. Beberapa permasalahaan yang sering terjadi pada pompa dan solusi permasalahannya disajikan pada Tabel VII.3. Tabel VIII.3 Permasalahan dan Solusi Permasalahan pada Pompa Indikasi Dugaan penyebab Solusi 1) Pompa menimbulkan suara bising 1a) Terjadi penyumbatan pada inlet pompa ruang lumpur tangki ekualisasi Membuang lumpur yang menyebabkan penyumbatan pada inlet pipa 1b) Pompa kurang pelumas komponenkomponen pipa Pemberian pelumas pada motor dan komponen pompa secara teratur 1c) Pondasi pompa pondasi Memperbaiki pondasi kurang kokoh pompa 2) Debit pompa lebih kecil dari kapasitasnya Terjadi penyumbatan pada pipa inlet atau outlet pompa kinerja fine screen Membersihkan fine screen secara teratur dan menggelontor pipa inlet pompa dengan air bersih. (Qasim, 1985) VII.3 Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment) VII.3.1 Tangki Prasedimentasi (Primary Sedimentation) Tangki prasedimentasi berpotensi untuk menimbulkan bau yang dapat mengganggu kehidupan sosial di sekitar pabrik. Bau timbul karena air limbah dalam tangki ini didiamkan dalam waktu yang cukup lama (lebih dari satu jam). Saat air limbah VII-4

memasuki tangki, komponen-komponen air limbah yang dapat menimbulkan bau lepas ke atmosfer karena tangki tidak tertutup. Sumber bau bisa berasal dari scum yang terbentuk di permukaan air dan lumpur yang terakumulasi di dalam tangki. Pengoperasian tangki yang tidak sesuai prosedur mengakibatkan peningkatan beban organik dan solid pada DAF. Oleh karena itu, perawatan tangki prasedimentasi diperlukan untuk menjaga efisiensi penyisihan zat pencemar dan mengontrol bau. Permasalahan pada prasedimentasi dan solusi permasalahannya terdapat pada Tabel VII.4. Tabel VII.4 Permasalahan dan Solusi Permasalahan pada Tangki Prasedimentasi Indikasi Dugaan Penyebab Solusi 1) Penyisihan suspended solid Akumulasi lumpur dalam tangki sudah pompa lumpur Menambah frekuensi pemompaan rendah terlalu banyak 2a) Kecepatan skimmer terlalu skimmer Menambah kecepatan rotasi skimmer rendah 2) Scum terbawa oleh 2b) Skimmer rusak overflow atau tumpul Memperbaiki skimmer 2c) Akumulasi scum di permukaan air Menyisihkan scum lebih sering 3) Konsentrasi solid pada lumpur kecil Pembuangan lumpur terlalu sering Mengatur frekuensi pemompaan lumpur 4) Terbentuk slime pada V notch Akumulasi scum di permukaan V notch dan permukaan air Membersihkan tepi atas tangki dan V notch secara berkala (Qasim,1985) VIII.3.2 Dissolved Air Flotation (DAF) DAF terdiri dari tangki tekan, tangki flotasi, dan kompresor sebagai suplai udara. Oleh karena itu, kerusakan pada satu komponen dalam sistem DAF akan VII-5

mempengaruhi kinerja penyisihan minyak, lemak dan TSS dalam tangki DAF sehingga perawatan harus dilakukan terhadap semua komponen sistem. Permasalahan pada DAF dan solusi permasalahannya terdapat pada Tabel VII.5. Tabel VII.5 Permasalahan dan Solusi Permasalahan pada Tangki DAF Indikasi Dugaan penyebab Solusi 1) Scum terbentuk terlalu tipis (sedikit) 2) Udara terlarut rendah 3) Konsentrasi solid pada efluen tinggi 1a) Kecepatan rotasi skimmer terlalu besar 1b) Beban pengolahan (solid loading) terlalu besar 1c) Rasio A/S berlebih 1d) Udara terlarut kurang 2a) Kompresor bermasalah, penyumbatan pada pompa 3a) Beban pengolahan solid loading) terlalu besar 3b) Skimmer tidak bergerak terlalu lambat skimmer kualitas efluen DAF visual scum. Scum berbentuk buih-buih kualitas efluen DAF Inspeksi pompa, kompresor, dan tangki tekan Lihat no 1.b skimmer Memeriksa kinerja unit-unit sebelum DAF Mengurangi debit aliran udara dari tangki tekan Menambah debit aliran udara dari tangki tekan Membersihkan atau memperbaiki alat-alat bila diperlukan Mempercepat laju skimmer dan memperbaiki skimmer bila rusak 3c) Rasio air/solid Lihat no 2a. Menambah jumlah udara ke terlalu kecil tangki tekan 4) Air di tangki 4a) Suplai udara Inspeksi pipa udara Memperbaiki peralatan tekan terlalu tinggi kurang dari kompresor apabila diperlukan VII-6

VII.4 Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment) VII.4.1 Reaktor Fixed Bed Permasalahan pada reaktor fixed bed dan solusi permasalahannya terdapat pada Tabel VII.6. Tabel VII.6 Permasalahan dan Solusi Permasalahan pada Reaktor Fixed Bed Indikasi Dugaan penyebab Solusi 1) Peningkatan asam 1a) Kelebihan beban hidraulik Pemantauan asam volatil, alkalinitas, dan temperatur hingga rasio stabil Penambahan biomassa, memperpanjang waktu detensi, memastikan ph dan temperatur, serta nutrien berada dalam konsentrasi optimum volatil hingga rasio alkalinitas 1b) Kelebihan beban organik Pemantauan volume pemompaan lumpur dan kandungan volatile padat 1c) Adanya senyawa toksik Pemantauan asam volatil, ph, dan produksi gas. Menjaga agar ph tetap 7 2a) Rasio asam Analisa gas Penambahan alkalinitas 2) Kandungan CO 2 volatil terhadap dalam gas meningkat alkalinitas naik 3) Penurunan yield metana 3 a)mikroorganisme metan tidak bekerja secara optimum Analisa gas, pengecekan yield metana terhadap konsentrasi COD yang tersisihkan Mengontrol ph dengan penambahan basa 4 a) Akumulasi suspended Membuka pipa drain untuk 4) Konsentrasi solid mikroorganisme tak solids dan MLVSS di mengurangi konsentrasi pada efluen tinggi terlekat efluen mikroorganisme VII-7

VII.4.2 Sequencing Batch Activated Sludge Untuk menjaga agar proses yang terjadi di dalam reaktor berlangsung dengan baik, dilakukan pengecekan harian terhadap beberapa parameter ini sebagai alat kontrol proses, yaitu konsentrasi dissolved oxygen (DO) di tangki SBR, konsentrasi MLSS, SVI, dan umur lumpur. Jika hasil pemeriksaan berlebih atau kurang dari yang seharusnya, maka harus dilakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, oleh karena itu, operator IPAL harus diberi pelatihan khusus tentang operasi dan proses. Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada reaktor SBR dan solusi permasalahannya terdapat pada Tabel VII.7. Tabel VII.7 Permasalahan dan Solusi Permasalahan pada Reaktor Sequencing Batch Activated Sludge Indikasi Dugaan Penyebab Solusi 1) Solid terbawa aliran efluen karena pengendapan yang buruk dan lumpur tidak terkompaksi dengan baik 2) Kualitas efluen keruh dan buruk, tetapi SVI bagus 1a) Umur lumpur terlalu lama Memperbesar debit pembuangan lumpur 1b) Umur lumpur Mengurangi debit telalu kecil pembuangan lumpur SVI, 1c) Bulking sludge Menambah nutrien COD, umur lumpur, 1d) Terbentuk foam Mengoptimasi kinerja dan Dissolved DAF Oxygen (DO) 1e) Organic loading Menambah waktu siklus terlalu besar arasi dan mengurangi debit pembuangan lumpur 2a) Rendahnya Menambah MLVSS/MLSS MLVSS/MLSS 2b) Rendahnya DO Menambah waktu aerasi konsentrasi udara dan ph meningkatkan MLSS dan terlarut atau ph menaikkan ph hingga 7. VII-8

Indikasi Dugaan Penyebab Solusi 2c) Organic loading terlalu besar COD efluen dan influen Menambahkan MLVSS dan waktu aerasi 2d) Adanya senyawa Identifikasi senyawa Kualitas efluen toksik toksik, mengurangi debit keruh dan pembuangan lumpur dan buruk, tetapi menambah waktu aerasi SVI bagus 2e) Aerasi berlebihan Mengurangi waktu konsentrasi DO aerasi, menambah denit prmbuangan lumpur 3) Foam di permukaan air 3a) Adanya bakteri filamentous dalam jumlah banyak mikrobiologi untuk Dilakukan seeding tambahan dari instalasi lain yang bakterinya sesuai dengan karakteristik air limbah. 3b) Defisiensi nutrien rasio Menambah nutrien C:N:P 3c) Umur lumpur terlalu besar atau kecil umur ;umpur Memperbesar atau memperkecil debit pembuangan lumpur 3d) Adanya minyak dan lemak konsentrasi minyak dan lemak Inspeksi kinerja DAF. Menyemprot foam dengan spray 3e) Aerasi terlalu lama 3e. konsentrasi DO Memperkecil debit udara dari surface aerator 3f) Terjadi denitrifikasi umur lumpur konsentrasi DO Menurunkan umur lumpur dan menaikkan waktu aerasi hingga konsentrasi DO sampai lebih dari 1 mg/l. (Poltak, F.R, 2005) VII-9