I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. prioritas nasional dalam proses pencapain pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Tingkat Kemiskinan Per Provinsi Wilayah Sumatera Tahun 2014

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 TUMBUH 5,07 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2014

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketimpangan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk melihat pembangunan adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan aktivitas ekonomi, begitupun sebaliknya. Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan. Dalam konsep pembangunan terdapat makna alokasi sumber daya, regulasi, dan pemberdayaan masyarakat. Sumber daya yang dimiliki seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya energi, sumber dana, dan lain-lain (Susetyo, 2011). Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, pembangunan diharapkan dapat mempermudah akses publik dalam memperoleh dan menikmati berbagai fasilitas yang mendasar seperti pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih, keamanan, serta menjamin ketersediaan infrastruktur yang memadai guna kelangsungan hidup masyarakat. Pembangunan juga diharapkan mampu mengatasi kemiskinan dengan menurunkan tingkat pengangguran.

2 Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan infrastruktur juga akan memengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya. Infrastruktur sebagai fasilitasfasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial (Pranessy, 2009). Infrastruktur pembangunan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu: infrastruktur ekonomi, yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi seluruh prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, irigasi, perhubungan, air bersih, dan sanitari serta pembuangan limbah, dan infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi, infrastruktur yang terhambat akan membuat pertumbuhan ekonomi terhambat. Kuznet (2009), menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah karena infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara. Ketersediaan infrastruktur juga sangat menentukan tingkat keefisienan dan keefektifan kegiatan ekonomi serta merupakan prasyarat agar berputarnya roda perekonomian dapat berjalan dengan baik.

3 Infrastruktur dalam perekonomian sangat penting sebagai pendorong peningkatan produktivitas output dan mobilitas untuk melakukan kegiatan ekonomi. Bertitik tolak dari pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi serta distribusi hasil pertumbuhan berhubungan dengan infrastruktur, berkembang pendapat bahwa Indonesia sangat tertinggal dalam penyediaan infrastruktur sehingga pertumbuhan ekonomi tidak mencapai sasaran yang diinginkan (Silalahi, 2014). Tabel 1. Kondisi Infrastruktur Indonesia Tahun 2009 2011 Tahun Listrik Terjual Panjang Jalan Menurut Air Bersih (ribu MWh) Tingkat Kewenangan (km) (juta m3) 2009 134.581,99 476.373 2.313 2010 147.300,49 487.314 2.439 2011 157.992,67 496.607 2.499 Sumber: Statistik Indonesia, 2012 Tabel 1 merupakan kondisi infrastruktur Indonesia periode Tahun 2009 2011 yang terdiri dari listrik yang terjual, panjang jalan provinsi, dan air bersih yang disalurkan. Infrastruktur listrik setiap tahunnya mengalami peningkatan, pada Tahun 2011 listrik yang terjual di Indonesia sebesar 157.992,67 ribu Mwh. Infrastruktur panjang jalan menurut tingkat kewenangan (negara, provinsi, dan kabupaten), selama kurun waktu 3 tahun mengalami peningkatan pada Tahun 2011 panjang jalan sebesar 496.607 Km. Infrastruktur air bersih yang disalurkan di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada Tahun 2011 jumlah air bersih yang disalurkan sebesar 2.499 juta M3. Peningkatan infrastruktur yang dirasa sangat kurang setiap tahunnya di Indonesia akan memberikan dampak pada produktivitas output yang dihasilkan.

4 Kurang optimalnya infrastruktur di Indonesia, juga dialami di provinsi-provinsi Pulau Sumatera dengan berfluktuasinya data infrastruktur listrik, panjang jalan, dan air bersih dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2013. Salah satu infrastruktur yang menjadi sorotan adalah keberadaan listrik. Listrik merupakan kebutuhan utama bagi wilayah yang perekonomiannya sedang tumbuh. Listrik selain memenuhi kebutuhan penerangan juga sebagai sumber energi bagi proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat mesin industri. Tabel 2. Perkembangan Infrastruktur Listrik di Pulau Sumatera Tahun 2005, 2010, dan 2013 (Kwh) Provinsi Listrik yang Terjual (kwh) 2005 2010 2013 Aceh 701.484.767 1.491.930.000 1.815.029.745 Sumut 4.613.380.000 6.697.290.000 7.917.240.000 Sumbar 1.580.352.000 2.187.249.000 2.712.850.000 Riau 1.224.600.000 2.085.609.000 3.001.566.000 Jambi 525.755.808 685.769.127 955.660.000 Sumatera Selatan 1.621.564.627 2.739.948.818 4.162.090.000 Bengkulu 246.861.730 444.564.094 641.513.202 Lampung 1.380.594.734 2.259.460.000 3.182.210.000 Kep. Babel 269.417.000 436.760.000 802.349.667 Kep. Riau 642.877.000 1.887.200.000 2.421.920.000 Sumber: Statistik Listrik, 2013 Tabel 2 menunjukkan perkembangan infrastruktur listrik provinsi di Pulau Sumatera. Listrik yang terjual pada selama periode Tahun 2005, 2010, dan 2013 di 10 provinsi di Pulau Sumatera mengalami peningkatan yang signifikan, rata-rata listrik yang terjual Tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 8,24%. Tahun 2013 konsumsi listrik yang terbesar berada di Provinsi Sumatera Utara sebesar 7.917.240.000 Kwh dan konsumsi listrik terendah berada di Provinsi Bengkulu sebesar 641.513.202.

5 Penggunaan listrik sebagai sumber energi bagi kegiatan industri dan lainnya terus meningkat, sehingga konsumsi listrik yang terjual mengalami peningkatan. Penggunaan listrik yang terus meningkat belum diikuti oleh penggunaan sumber energi listrik alternatif seperti panas bumi (Bappenas, 2013). Tabel 3. Perkembangan Infrastruktur Jalan Provinsi Menurut Kondisi Jalan di Pulau Sumatera Tahun 2005, 2010, dan 2013 (Km) Provinsi Jalan (km) 2005 2010 2013 Aceh 9.194,27 9.611,86 11.532,18 Sumatera Utara 14.778,89 16.767,41 18.074,34 Sumatera Barat 9.001,02 9.401,36 10.263,41 Riau 9.963,86 12.016,66 12.444,80 Jambi 4.863,57 5.558,82 6.318,95 Sumatera Selatan 9.456,91 8.594,73 8.839,50 Bengkulu 3.108,68 3.977,27 4.426,84 Lampung 5.865,39 9.339,20 9.872,11 Kep. Babel 1.880,43 2.674,91 2.822,80 Kep. Riau 1.982,43 2.294,73 2.574,23 Sumber: Statistik Transportasi, 2013 Infrastruktur panjang jalan provinsi menurut tingkat kewenangan dan kondisi jalan, setiap tahunnya di setiap provinsi mengalami peningkatan. Pada Tahun 2010 panjang jalan di Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan dalam periode 1 tahun yaitu Tahun 2010 panjang jalan sebesar 8.594,73 Km dari tahun sebelumnya pada Tahun 2005 sebesar 9.456,91 Km. Provinsi Sumatera Utara memiliki panjang jalan sebesar 18.074,36 Km, sedangkan Provinsi Kepulauan Riau memiliki panjang jalan sebesar 2.574,23 Km. Infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian yang menghubungkan kegiatan ekonomi antar wilayah sehingga distribusi barang dan jasa dapat bergerak dengan lancar (Taryono dan Ekwarso, 2013).

6 Pentingnya pembangunan jalan akan mempermudah akses kemajuan suatu daerah. Dengan jalan yang baik, proses distribusi barang dan jasa akan mudah dilakukan. Keberadaan jalan dengan sendirinya akan menghidupkan berbagai aktivitas ekonomi suatu daerah. Sehingga pembangunan jalan yang baik akan membuka peluang bagi kemajuan dan tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi. Tabel 4. Perkembangan Infrastruktur Air Bersih di Pulau Sumatera Tahun 2005, 2010, dan 2013 (Ribu M3) Provinsi Air Bersih yang Disalurkan (Ribu m3) 2005 2010 2013 Aceh 14.004 49.379 18.752 Sumut 163.177 199.545 232.517 Sumbar 37.947 46.147 156.128 Riau 11.039 16.378 15.757 Jambi 21.035 22.330 23.213 Sumsel 41.131 23.510 113.494 Bengkulu 11.754 13.299 14.473 Lampung 10.850 13.467 14.798 Kep. Babel 2.507 3.360 4.050 Kep. Riau 38.882 51.656 73.920 Sumber: Statistik Air Bersih, 2013 Tabel 4 menunjukkan data air bersih yang disalurkan di seluruh provinsi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan yang signifikan terkecuali pada Provinsi Riau air bersih yang disalurkan mengalami penurunan pada Tahun 2013 menjadi 15.757 ribu m3. Air bersih menjadi infrastruktur yang penting sebagai penopang pembangunan. Air bersih menjadi intrumen penting bagi kebutuhan konsumsi, rumah tangga, fasilitas umum, maupun industri. Sehingga penyediaan air bersih bagi masyarakat diharapkan mampu meningkatkan produktivitas output ekonomi.

7 Infrastruktur sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi, untuk mencapai proses tersebut dibutuhkan kerja keras agar infrastruktur dapat meningkat setiap tahunnya. Kondisi perekonomian yang baik pada suatu wilayah dilihat dari pendapatan nasional atau regionalnya. Jika PDRB selalu turun setiap tahunnya maka pembangunan di suatu wilayah tersebut akan turun, begitupun sebaliknya. Tidak hanya itu, perekonomian suatu wilayah tersebut akan turun dan akibatnya adalah pendapatan nasional yang semakin menurun setiap tahunnya serta pengangguran akan semakin bertambah, dan juga tingkat kemiskinan yang akan bertambah. Tingkat kemiskinan yang bertambah menyebabkan kriminalitas pun semakin bertambah. Beberapa ekonom mengemukakan pendapat mengenai hubungan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi, Hirchman (1958) mendefinisikan infrastruktur sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi pada berbagai sektor kegiatan ekonomi (industri) tidak dapat berfungsi. Todaro (2006) juga mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu faktor penting yang menentukan pembangunan ekonomi. Peningkatan pembangunan proyek infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga, energi, perhubungan dan perumahan di seluruh Indonesia dilakukan alah satunya untuk mengatasi gelombang pengangguran. Selain akan menyerap tenaga kerja, proyek infrastruktur juga akan membuat perekonomian bergerak. Pembangunan ekonomi di Indonesia menjadikan infrastruktur sebagai tumpuan dalam bergeraknya pembangunan sehingga dibutuhkan kerja keras agar pembangunan infrastruktur pada setiap tahunnya terus meningkat.

8 Infrastruktur merupakan investasi atau modal suatu daerah dalam meningkatkan pembangunan daerahnya. Pembangunan yang tidak merata pada setiap daerah akan mempengaruhi nilai PDRB di setiap daerah tersebut. Diantara wilayah-wilayah di Indonesia, Pulau Jawa menjadi daerah yang mendominasi pembangunan, dan memberikan kontribusi yang besar terhadap PDB Indonesia. Tabel 5. Distribusi PDRB Per Pulau di Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 2011 (Persen) Pulau Tahun 2009 2010 2011 Sumatera 22,69 23,12 23,57 Jawa 58,58 58,05 57,60 Bali, NTB, NTT 2,76 2,73 2,56 Kalimantan 9,22 9,15 9,54 Sulawesi 4,46 4,53 4,60 Maluku, Papua 2,29 2,42 2,13 Sumber: Statistik Indonesia 2012 Tabel 5 menunjukkan data distribusi PDRB di Indonesia, daerah yang memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan PDB Indonesia adalah wilayah Pulau Jawa. Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa wilayah Pulau Jawa memberikan sumbangan terbesar terhadap PDB Indonesia salah satunya adalah Ibukota Indonesia berada di Pulau Jawa sehingga pusat pemerintahan maupun perekonomian berpusat di Pulau Jawa. Penelitian hubungan pengaruh infrastruktur terhadap PDRB telah banyak dilakukan sebelumnya di berbagai provinsi di Indonesia, penelitian ini ingin menganalisis bagaimana pengaruh infrastruktur terhadap PDRB di 10 provinsi di Pulau Sumatera.

9 Pemilihan Pulau Sumatera sebagai lokasi penelitian karena Pulau Sumatera memberikan kontribusi terbesar nomor dua setelah Pulau Jawa terhadap PDB Indonesia sebesar 23,57% pada Tahun 2011. Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh infrastruktur terhadap PDRB di Pulau Sumatera belum banyak dilakukan, sehingga menjadi hal yang menarik untuk membahas tentang pengaruh infrastruktur terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. Penelitian ini juga menggunakan seluruh provinsi yang ada di Pulau Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Selain modal fisik, faktor tenaga kerja menjadi kunci utama dalam peningkatan PDRB. Tenaga kerja sebagai input yang menjalankan semua faktor produksi. Dengan peningkatan tenaga kerja diharapkan PDRB akan meningkat dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Menurut Todaro (2006) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Setiap kegiatan produksi yang akan dilaksanakan pasti akan memerlukan tenaga kerja. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi (J. Simanjuntak, 1995).

10 Tabel 6. Perkembangan Tenaga Kerja di Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2005, 2009, dan 2013 (Jiwa) Provinsi 2005 2009 2013 Aceh 1.455.968 1.732.561 1.824.586 Sumatera Utara 5.166.132 5.765.643 5.899.560 Sumatera Barat 1.717.289 1.998.922 2.005.625 Riau 2.222.927 2.067.357 2.479.493 Jambi 1.113.150 1.260.592 1.382.471 Sumatera Selatan 3.021.021 3.196.894 3.464.620 Bengkulu 729.552 821.706 801.146 Lampung 3.100.608 3.387.175 3.471.602 Kepulauan Bangka Belitung 446.174 506.284 596.786 Kepulauan Riau 496.087 626.456 900.757 Sumber: Statistik Ketenagakerjaan Indonesia, 2013 Tabel 6 menunjukkan bahwa setiap tahunnya tenaga kerja yang bekerja di Pulau Sumatera meningkat. Peningkatan tenaga kerja pada Tahun 2013 tidak selaras dengan pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera pada Tahun 2013. Peningkatan tenaga kerja diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi provinsi. Perbandingan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera dan Nasional ditunjukkan pada gambar berikut ini:

11 Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera dan Nasional Tahun 2007-2013 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Pada Gambar 1 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dalam 3 tahun terakhir Tahun 2011, 2012, dan 2013 mengalami penurunan. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Sumatera sebesar 6,19% dan turun menjadi 5,82% pada Tahun 2012, dan Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi turun menjadi 5,27%. Kondisi ini sama dialami oleh pertumbuhan ekonomi Nasional, dalam 3 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi nasional Tahun 2011 sebesar 6,49%, turun menjadi 6,23% pada Tahun 2012 dan mengalami penurunan pada Tahun 2013 sebesar 5,78%. Pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera pada periode Tahun 2007 20013 masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Nasional.

12 Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan infrastruktur pendukung seperti listrik, jalan, pelabuhan, bandara, air, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Pulau Sumatera seperti geothermal, migas, batubara, dan lain-lain maka diharapkan infrastruktur dapat berkembang dengan pesat. Disamping itu, luas pulau Sumatera yang besar dan dengan jumlah penduduk yang cukup diharapkan pembangunan infrastruktur akan berjalan dengan baik. Sampai saat ini berbagai pendapat mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada penelitian masing-masing. Pendapat pertama mengatakan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif (Ratner, (1983), Aschauer (1989), Lynde (1992), Lau dan Smith (1997), dan Sanchez-Robles (1998)). Pendapat kedua yang mengatakan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan bahkan negatif (TOM (1991) dan Holtz-Eakin (1994)). Penelitian tentang pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan, salah satunya dilakukan oleh Prasetyo dan Firdaus (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi, waktu penelitian, dan variabel yang mempengaruhi PDRB di wilayah Pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan periode Tahun 2009 sampai 2013.

13 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diambil untuk penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana pengaruh infrastruktur listrik terhadap PDRB Provinsi di Pulau Sumatera dan seberapa besarkah kontribusinya? 2. Bagaimana pengaruh infrastruktur jalan terhadap PDRB Provinsi di Pulau Sumatera dan seberapa besarkah kontribusinya? 3. Bagaimana pengaruh infrastruktur air terhadap PDRB Provinsi di Pulau Sumatera dan seberapa besarkah kontribusinya? 4. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap PDRB Provinsi di Pulau Sumatera dan seberapa besarkah kontribusinya? 5. Bagaimana pengaruh infrastruktur listrik, jalan, air, dan tenaga kerja secara bersama-sama terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur listrik dan kontribusinya terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. 2. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur jalan dan kontribusinya terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. 3. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur air dan kontribusinya terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera.

14 4. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja dan kontribusinya terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. 5. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur listrik, jalan, air, dan tenaga kerja secara bersama-sama terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan. 2. Meningkatkan pengembangan dan pengetahuan khususnya mengenai infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. 3. Sebagai masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang tertarik membahas masalah ini. E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran pada penelitian ini menggunakan fungsi dasar produksi Cobb- Douglas. Skemanya adalah sebagai berikut :

15 Produktivitas Output Ekonomi PDRB Tenaga Kerja Modal INFRASTRUKTUR EKONOMI LISTRIK JALAN AIR Gambar 2. Kerangka Pemikiran Produktivitas output yang digambarkan melalui PDRB dipengaruhi oleh dua faktor yaitu modal dan tenaga kerja. Modal untuk meningkatkan PDRB adalah infrastruktur sebagai modal fisik. Infrastruktur yang memadai, akan menunjang majunya suatu daerah. Fungsi produksi Cobb-Douglas menjelaskan bahwa produktivitas output dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja dan modal. Setiap peningkatan tenaga kerja dan modal maka akan mempengaruhi perubahan pada tingkat produktivitas output yang dihasilkan (Syahputri, 2013). Infrastruktur ekonomi dibagi menjadi tiga fokus utama yaitu listrik, jalan, dan air (Maqin, 2011). Beberapa argumentasi mengenai pengaruh infrastruktur dalam peningkatan PDRB, antara lain: (1) Penelitian tentang Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu yang dilakukan oleh Lisa Pranessy, dkk

16 menyimpulkan bahwa infrastruktur listrik berpengaruh positif terhadap PDRB, tetapi panjang jalan dan air bersih tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. (2) Penelitian tentang Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat yang dilakukan oleh Abdul Maqin menyimpulkan bahwa infrastruktur listrik, tenaga kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk infrastruktur jalan memiliki hubungan positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Fokus pada penelitian ini adalah melihat bagaimana infrastruktur ekonomi dan tenaga kerja mempengaruhi produktivitas output yang digambarkan melalui PDRB. F. Hipotesis 1. Diduga infrastruktur listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. 2. Diduga infrastruktur jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. 3. Diduga infrastruktur air berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. 4. Diduga tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera. 5. Diduga secara bersama-sama infrastruktur listrik, jalan, air dan tenaga kerja berpengaruh terhadap PDRB provinsi di Pulau Sumatera.

17 G. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan penelitian ini terdiri dari : BAB I : Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan pustaka berisi landasan teori, tujuan teoritis, dam tujuan empiris yang relevan dalam penulisan penelitian ini. BAB III : Metode penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan perubah variabel dan metode analisis. BAB IV : Hasil dan pembahasan yang memuat hasil olah data serta pembahasan dari hasil hitung statistik. BAB V : Kesimpulan dan saran, yang memuat kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian serta saran untuk pengembangan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN