Perubahan penggunaan dan tutupan lahan di Indonesia tahun

dokumen-dokumen yang mirip
Estimasi hilangnya cadangan karbon di atas permukaan tanah akibat alihguna lahan di Indonesia (1990, 2000, 2005)

Menyelaraskan penurunan emisi ke dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan pada tingkat nasional dan sub nasional di Indonesia

Temuan Foto Sampul: Lanskap di Kutai Barat (kiri), Desa Batu Majang di Kabupaten Kutai Barat (kanan) / Subekti Rahayu

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Memahami Keragaman Sistem Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Penghitungan Opportunity Cost

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Tenggara

Sistem Penggunaan Lahan dalam Analisa OppCost REDD+

Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Selatan

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

Panduan Pengguna Untuk Sektor Kehutanan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Ari Wibowo 1 1. Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Jalan Gunung Batu No. 5. Bogor, 16610,

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

National Forest Monitoring System untuk mendukung REDD+ Indonesia

Panduan Pengguna Untuk Sektor Kehutanan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Pengenalan perubahan penggunaan lahan oleh masyarakat pinggiran hutan. (Foto: Kurniatun Hairiah)

Pengukuran Karbon di Kawasan Hutan Produksi melalui IHMB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

LAPORAN PERTEMUAN DAN PELATIHAN

Kebakaran di lahan gambut Mahakam Tengah: Keselarasan antara mata pencaharian dan konservasi

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Land Use planning for low Emission development Strategy (LUWES)

CADANGAN, EMISI, DAN KONSERVASI KARBON PADA LAHAN GAMBUT

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Hesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, KLHK

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN

Pmencerminkan kepatuhan terhadap prinsipprinsip

PENAKSIRAN TINGKAT EMISI DAN SEQUESTRASI KARBON DI JAWA TIMUR ABSTRACT

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Strategi dan Rencana Implementasi MRV REDD+

Ringkasan. Pendahuluan

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Mengawal Proses Pengarusutamaan Pembangunan Rendah Emisi di Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

Panduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit. Indonesia 2050 Pathway Calculator

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

Emisi Dari Alih Guna Lahan. Apa itu emisi alih guna lahan dan bagaimana cara menghitungnya?

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

PENAMBATAN KARBON PADA BERBAGAI BENTUK SISTEM USAHA TANI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK MULTIFUNGSI

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD

Panduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit. Indonesia 2050 Pathway Calculator

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

Transkripsi:

BRIEF NO. 29 Perubahan penggunaan dan tutupan lahan di Indonesia tahun 1990-2000-2005 foto: M. Thoha Zulkarnain Pemetaan penggunaan dan tutupan lahan sebagai data aktivitas Untuk mengumpulkan data aktivitas (activity data) yang memenuhi persyaratan estimasi emisi LULUCF dari (Intergovernmental Panel on Climate Change) IPCC Good Practice Guidance (GPG ) di Tingkat dua atau yang lebih tinggi (IPCC, 2006), diperlukan informasi perubahan tutupan lahan Indonesia dalam beberapa kurun waktu. Tujuan utama dari pemetaan ini adalah untuk melihat perubahan tutupan dan penggunaan lahan yang nantinya akan menunjukkan tingkat emisi dari sektor LULUCF tersebut. Peta-peta yang dihasilkan harus memenuhi tiga syarat: (1) mencakup paling tidak tiga periode waktu yang dianggap penting bagi tindakan mitigasi perubahan iklim, terutama bagi mekanisme REDD+; (2) memiliki kategori tipe tutupan/penggunaan lahan yang cukup rinci sehingga dapat menggambarkan variasi cadangan karbon namun juga cukup generik untuk dapat mewakili berbagai tipe penggunaan dan tutupan lahan secara nasional; dan (3) memiliki tingkat akurasi data yang memadai (> 80%). Pokok Permasalahan 1. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, Indonesia mengalami perubahan tutupan lahan yang belum pernah terjadi sebelumnya Penebangan dan pembukaan hutan serta pembakaran lahan gambut telah menarik perhatian masyarakat internasional karena tingginya tingkat emisi gas rumah kaca yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat pemanasan global 2. Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan tingkat emisi sebesar 26 41% pada tahun 2020. Lebih dari 50% pengurangan emisi ini direncanakan dari sektor penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan (land-use, landuse-change and forestry sector - LULUCF) 3. Diperlukan adanya suatu sistem pengawasan, pelaporan dan verifikasi untuk membandingkan kinerja aktivitas mitigasi perubahan iklim dengan emisi di masa lampau 4. Diperlukan adanya perkiraan emisi di masa lampau yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini dibutuhkan dua kelompok data dasar: (1) data aktivitas, berupa sejarah perubahan penggunaan lahan dan (2) faktor emisi bagi setiap perubahan penggunaan lahan, berupa estimasi cadangan karbon sebelum dan sesudah terjadinya perubahan.

Gambar 1. Alur kerja Analisa Perubahan dan Pergerakan Penggunaan dan Penutup Lahan Pemetaan penggunaan dan tutupan lahan ini dilakukan dengan menggunakan metode ALUCT (Analysis of Land-Use and Land-Cover Changes and Trajectories) (Dewi dan Ekadinata, 2010), yang merupakan sebuah kerangka kerja standar untuk memahami dinamika penggunaan lahan pada suatu bentang lahan dalam periode waktu tertentu melalui interpretasi data penginderaan jauh. Alur kerja ALUCT dikelompokkan ke dalam tiga tahapan: (1) pra-pengolahan citra; (2) klasifikasi citra; dan (3) analisis pasca interpretasi (Gambar 1). Citra Landsat yang digunakan dalam pemetaan ini direkam pada tahun 1990, 2000 dan 2005 dengan tingkat tutupan awan yang rendah. Sumber-sumber data lain yang juga dipergunakan dalam analisis citra ini adalah data ketinggian (Shuttle Radar Topographic Mission), peta-peta tematik (batas administratif, pertanahan, perkebunan, konsesi hutan, jalan dan sungai) dan data referensi tipe tutupan lahan yang diperoleh dari survei lapangan. Kategorisasi tipe-tipe tutupan lahan adalah langkah kunci yang menghubungkan jenis-jenis penutup lahan yang terpetakan dari citra satelit dengan cadangan karbon pada masing-masing sistem penggunaan lahan. Klasifikasi citra satelit dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi yang berhirarki dan berbasis objek (hierarchichal object-based classification). Skema klasifikasi berhirarki dibagi dalam tiga tingkatan sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 2. Dua puluh tujuh tipe tutupan lahan yang dipetakan mewakili variasi cadangan karbon pada berbagai sistem penggunaan lahan di Indonesia. Tipe-tipe tutupan lahan tersebut memiliki keragaman spektral yang 2 Gambar 2. Skema klasifikasi berhirarki. Tipe tutupan lahan perkebunan ( estate ) di atas mencakup semua tanaman pepohonan monokultur termasuk karet dan kelapa sawit.

berbeda-beda sehingga dapat dibedakan pada citra satelit. Pada masing-masing tingkatan skema klasifikasi berhirarki, tipe-tipe tutupan lahan dibedakan dengan menggunakan sumber informasi berupa ciri spektral dari citra satelit atau informasi lain seperti ketinggian, lereng, aksesibilitas dan lain-lain. Tingkat akurasi peta tahun 2005 diperiksa dengan menggunakan lebih dari 7000 titik Global Positioning System (GPS) yang dikumpulkan dari proses pengecekan lapangan. Tingkat akurasi yang dihasilkan dari proses ini adalah sebesar 85%. Tingkat keakurasian ini bersifat indikatif karena sebaran geografis dari titik-titik tersebut tidak mewakili Indonesia secara keseluruhan dan hanya 22 dari 27 kelas yang ada yang diuji akurasinya. Kecenderungan perubahan penggunaan dan tutupan lahan di Indonesia Peta tutupan lahan Indonesia tahun 1990-2000-2005 dapat dilihat pada Gambar 3. Perubahan luasan tipetipe tutupan lahan dalam ketiga periode waktu (1990, 2000, 2005) dapat dilihat dalam Gambar 4. Data ini menunjukkan bahwa dua tipe perubahan lahan yang dominan di Indonesia adalah: penurunan tutupan hutan primer/ tak terganggu (undisturbed forest) dan peningkatan jumlah hutan terganggu (logged over forest) dan perkebunan monokultur. Dalam luasan yang lebih kecil, tipe tutupan lahan pepohonan multi spesies (agroforestri dan natural regrowth) menyusut seiring dengan bertambahnya pemukiman dan lahan pertanian. Perubahan tutupan hutan Indonesia Luasan hutan di Indonesia menurun dari 128,72 juta hektar di tahun 1990 menjadi 99,6 juta hektar di tahun 2005. Peta tutupan lahan tahun 2005 menunjukkan bahwa 40% (38,5 juta hektar) hutan yang ada adalah hutan terganggu/bekas tebangan, hal ini menunjukkan tingginya tingkat kerusakan hutan akibat penebangan dan pengambilan kayu. Proporsi tutupan hutan Gambar 3. Peta tutupan lahan Indonesia 1990-2000-2005 3

Tipe penggunaan/tutupan lahan yang menggantikan hutan Jenis tutupan lahan dominan yang menggantikan hutan pada periode 1990 2000 berbeda dengan periode 2000 2005. Di periode 1990-2000, sebagian besar areal hutan berubah menjadi lahan semak. Pada periode 2000-2005, hutan dikonversi menjadi lahan perkebunan atau pertanian, dan penyebab utamanya adalah adanya upaya pemenuhan kebutuhan akan produk dan komoditi ekspor pertanian. Belukar 52% Hutan tanaman 20% Agroforestri 11% Lahan pertanian 8% Padang rumput 4% Tanah terbuka 3% Pemukiman 2% Belukar 23% Hutan tanaman 27% Agroforestri 14% Lahan pertanian 17% Padang rumput 4% Tanah terbuka 8% Pemukiman 7% Gambar 5. Jenis penggunaan/tutupan lahan yang menggantikan hutan dalam tahun 1990 2000 (kiri) dan 2000 2005 (kanan) Apakah hutan digantikan oleh pepohonan? Gambar 4. Perubahan tutupan lahan Indonesia dalam tahun 1990, 2000 dan 2005 Indonesia di tahun 2005 adalah 51,5% dari luas daratan Indonesia. Jumlah ini menurun dibandingkan proporsi hutan di tahun 1990 yang mencapai 68%. Jumlah hutan tanaman industri terus meningkat seiring berjalannya waktu walaupun hanya mencakup 1,7% dari keseluruhan total lahan di Indonesia. Laju kehilangan hutan menurun dari 2,26 juta hektar per tahun selama periode 1990 2000 menjadi 1,28 juta hektar per tahun selama periode 2000 2005 (Tabel 1). Dalam teori Transisi Hutan, pada saat luasan hutan mencapai titik terendah di mana permintaan akan produk kehutanan tidak lagi dapat dipenuhi atau kesempatan mencari uang di daerah perkotaan sedemikian tinggi sehingga orang akhirnya menelantarkan lahan tersebut begitu saja, tutupan pohon (yang dapat dianggap sebagai tutupan hutan menurut definisi dari Food and Agriculture Organization) akan meningkat baik melalui penanaman pohon ataupun regenerasi alami. Secara skematik, transisi hutan dapat melalui fase melebar, di mana luas areal dengan kerusakan hutan alami melebihi luasan areal yang ditanami pohon atau fase menyusut bila keadaan yang sebaliknya terjadi (Gambar 6). Tabel 1. Ikhtisar tutupan hutan dan kerusakan hutan 1990, 2000, 2005 Nama Kelas 1990 2000 2005 M ha % M ha % M ha % Hutan primer 105.02 56.10% 74.82 40.00% 57.87 30.90% Hutan sekunder 22.44 12.00% 29.28 15.60% 38.55 20.60% Hutan tanaman 1.26 0.70% 1.99 1.10% 3.25 1.70% Total areal hutan 128.72 68.80% 106.08 56.70% 99.66 53.30% 1990-2000 2000-2005 Penurunan hutan (M ha) 22.64 6.42% Laju penurunan hutan (M ha/tahun) 2.26 1.28% 4

Gambar 6. Diagram skema fase transisi hutan Untuk mengamati pola Transisi Hutan di seluruh kabupaten di Indonesia, digunakan perbandingan antara luas daerah hutan yang hilang dan penambahan luas jenis tutupan lahan berbasis pohon (monokultur dan campuran) (Gambar 7). Dalam periode 1990 2000, sebagian besar kabupaten di Indonesia, kecuali beberapa di Sumatera dan Kalimantan, mengalami pengurangan luasan hutan yang lebih besar dibandingkan penambahan luas tutupan lahan berbasis pohon (rasio < 1). Akan tetapi, selama periode 2000 2005, separuh dari daerahdaerah tersebut terlihat mengalami penambahan tipe tutupan lahan berbasis pohon yang lebih tinggi dibanding tingkat pengurangan hutan (rasio > 1) melalui pembukaan perkebunan, hutan tanaman industri dan agroforestri. Sebagai hasilnya, luasan tutupan lahan dengan cadangan karbon rendah dan bernilai ekonomis rendah juga menurun. Kesenjangan pembangunan secara geografis terlihat jelas di sini, misalnya di daerah Papua dan Maluku dan sebagian besar daerah di bagian timur Indonesia, tingkat kerusakan hutan masih lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan pohon pengganti. 5 Gambar 7. Kerusakan hutan dibandingkan pertumbuhan luasan tipe tutupan lahan berbasis pohon di tingkat kabupaten di seluruh Indonesia: (a) 1990 2000; (b) 2000 2005

Implikasi dan langkah selanjutnya Untuk pemetaan dan pengujian keakuratan yang lebih baik, diperlukan titik-titik GPS tambahan yang diharapkan dapat meningkatkan akurasi dari hasil yang sudah didapat. Untuk itu dibutuhkan adanya kerja sama dan adanya pertukaran data antar lembaga yang kompeten. Penting untuk mendapatkan peta tutupan lahan terbaru (misalnya 2009 atau 2010) yang diproduksi dengan teknik dan aturan yang sama untuk mendapatkan analisis perubahan lahan yang konsisten. Data kegiatan untuk periode 1990 2005 dapat dipergunakan untuk memperkirakan emisi LULUCF lebih lanjut (lihat Brief No. 31) bersamasama dengan faktor-faktor emisi (Brief No. 30) dan sebagai basis data untuk kegiatan pengawasan, pelaporan dan verifikasi (Brief No. 32) Rujukan Dewi S and Ekadinata A. 2010. Analysis of Land Use and Cover Trajectory (ALUCT). Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme, Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds). IGES, Japan Sangkalan Pendapat yang disampaikan dalam terbitan ini merupakan pendapat para penulis dan belum tentu sejalan dengan pandangan organisasi-organisasi yang tersebut di dalamnya. ALLREDDI Akuntabilitas dan Inisiatif Tingkat Lokal untuk Mengurangi Emisi dari Penebangan dan Perusakan Hutan (Accountability and Local Level Initiative to Reduce Emission from Deforestation and Degradation - ALLREDDI) adalah proyek penelitian yang didanai oleh Uni Eropa dan dilaksanakan secara bersama oleh World Agroforestry Centre dan Badan Planologi Kehutanan serta melibatkan kemitraan dengan Universitas Brawijaya dan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Garis besar tujuan proyek penelitian ini adalah untuk membantu Indonesia mempertanggungjawabkan emisi gas rumah kaca berbasis penggunaan lahan dan mempersiapkan diri bagi insentif ekonomi internasional REDD untuk penurunan emisi melalui pengambilan keputusan di tingkat lokal dan nasional. Ada beberapa tujuan spesifik yang diharapkan dapat tercapai dalam implementasi tiga tahun ALLREDDI (2009 2012). Mengembangkan sistem penghitungan karbon nasional yang sesuai dengan petunjuk Intergovernmental Panel on Climate Change Tingkat 3 dalam konteks pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, agar dapat melengkapi dan memaksimalkan usaha-usaha yang sekarang sedang dilakukan Memperkokoh kemampuan nasional dan sub-nasional dalam penghitungan dan pengawasan karbon Merancang mekanisme operasional dalam lima tatanan untuk REDD Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih kepada Nur Ikhwan Khusaini, Dwi Astuti Sayekty dan Zuraidah Said atas bantuan dalam proses interpretasi citra dan Jusupta Tarigan atas sumbangan diskusi dan masukan yang diberikan. Sitasi Ekadinata A, Zulkarnain MT, Widayati A, Dewi S, Rahman S, van Noordwijk M. 2012. Perubahan penggunaan dan tutupan lahan di Indonesia tahun 1990, 2000 dan 2005. Brief No 29. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. 6p. Untuk informasi lebih lengkap silakan hubungi: M Thoha Zulkarnain (m.zulkarnain@cgiar.org) World Agroforestry Centre ICRAF Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16115 PO Box 161, Bogor 16001, Indonesia Tel: +62 251 8625415; Fax: +62 251 8625416 www.worldagroforestrycentre.org/sea Layout: Sadewa