BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

dokumen-dokumen yang mirip
Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sering terjadi pada penggunaan antibiotik, baik dengan menggunakan resep

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

Firdawati Amir Parumpu. Akademi Farmasi Tadulako Farma, Palu ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini mencapai lebih dari 13 juta kematian per

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS MENDAWAI PANGKALAN BUN

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel sebanyak 67 orang. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 1

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENGGUNAANCEFADROXYL SIRUP PADA BALITA PENDERITA ISPA DI APOTEK KIMIA FARMA MISTAR BANJARBARU

GENERASI CERDAS BIJAK MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

ABSTRAK KETEPATAN DOSIS COTRIMOXAZOLE SUSPENSI PADA BALITA DI PUSKESMAS TAMBARUNTUNG KABUPATEN TAPIN TAHUN 2013.

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek. kefarmasian oleh apoteker (Pemerintah RI, 2009).

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggunaan obat ketika pasien mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Daftar Pertanyaan ke Apotek Yakin Sehat Medan. - Bagaimanakah bentuk-bentuk maupun contoh obat yang mengandung

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

BAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah

INTISARI. Rahmatullah 1 ;Dita Ayuliav D.S 2 ; Iriani Yamuningsih 3

Transkripsi:

4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013. Dengan menggunakan tehnik accidental sampling, dimana sampel yang diambil adalah yang tersedia atau kebetulan ada, yaitu sebanyak 105 sampel. Data dikumpulkan dengan cara mengumpulkan lembar resep anak dengan keluhan batuk-pilek yang memuat antibiotik pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013 dan memberikan kuesioner kepada orang tua pasien. Tabel 4.1 Persentase peresepan keluhan batuk-pilek infeksi dan non infeksi No. Keluhan Jumlah Sampel Persentase (%) 1 Batuk-pilek infeksi 23 21,90 2 Batuk-pilek non infeksi 82 78,10 Jumlah 105 100% Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013 Tabel 4.2 Distribusi pertanyaan orang tua pasien yang menjadi sampel penelitian sebanyak 105 responden di Apotek Mega Farma Jawaban Responden Persentase No Pertanyaan (n = 105) (%) 1 Apakah anak anda Semua responden menjawab 100 % sedang batuk-pilek? ya 2 Sudah berapa lama anak anda batukpilek? Yang menjawab 3 hari sebanyak 63 orang Yang menjawab 1 minggu sebanyak 26 orang Yang menjawab lebih dari 2 minggu sebanyak 16 orang 60 % 24,76 % 15,24 % 3 Berapa kali anak anda dibawa ke dokter karena batuk-pilek? Yang menjawab tiap minggu sebanyak 2 orang 1,9 %

Tabel 4.3 Lanjutan distribusi pertanyaan orang tua pasien yang menjadi sampel penelitian sebanyak 105 responden di Apotek Mega Farma Jawaban Responden Persentase No Pertanyaan (n = 105) (%) Yang menjawab 2-3 minggu 18,1 % sekali sebanyak 19 orang Yang menjawab sesekali dalam 80 % 6-12 bulan sebanyak 84 orang 4 Apakah menurut anda, antibiotik adalah obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan batuk-pilek anak anda? Responden yang menjawab ya sebanyak 49 orang Responden yang menjawab tidak sebanyak 56 orang 46,67 % 53,33 % 5 Apakah antibiotik yang diberikan dokter untuk anak anda selalu dihabiskan? Semua responden menjawab ya 100 % 6 Berapa kali anak anda batuk dalam sehari? Responden yang menjawab tiap pagi sebanyak 23 orang Responden yang menjawab tiap malam sebanyak 59 orang Responden yang menjawab sepanjang hari sebanyak 23 orang 21,91 % 56,19 % 21,90 % 7 Apa jenis batuk anak anda? Responden yang menjawab kering sebanyak 29 orang Responden yang menjawab berdahak sebanyak 76 orang 27,62 % 72,38 % 8 Apakah jika anak anda batuk, sering mengeluarkan dahak berwarna kuning/kehijauan? Responden yang menjawab ya sebanyak 17 orang Responden yang menjawab tidak sebanyak 88 orang 16,19 % 83,81 % 9 Apakah hidung anak anda berair (hingus)? Responden yang menjawab ya sebanyak 102 orang Responden yang menjawab tidak sebanyak 3 orang 97,14 % 2,86 %

Tabel 4.4 Lanjutan distribusi pertanyaan orang tua pasien yang menjadi sampel penelitian sebanyak 105 responden di Apotek Mega Farma No Pertanyaan Jawaban Responden Persentase (n = 105) (100%) 10 Bagaimana warna Yang menjawab bening sebanyak 95,24 % cairan yang keluar dari hidung anak anda? 100 orang Yang menjawab kuning kehijauan sebanyak 5 orang 4,76 % Sumber: Data primer yang diolah, 2013 4.2 Pembahasan Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik accidental sampling, yaitu untuk responden yang kebetulan ada atau tersedia, dalam hal ini diperoleh responden sebanyak 105 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar resep dokter dan kuesioner untuk orang tua pasien. Resep digunakan untuk melihat apakah anak dengan keluhan batuk-pilek diberikan antibiotik oleh dokter, sedangkan kuesioner merupakan data pendukung, yang berisi pertanyaan seputar gejala yang dikeluhkan pasien. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Lazimnya antibiotik dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotik dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan. Dalam perkembangannya, hasil sintesis senyawa antibiotik diubah secara kimiawi untuk menghasilkan berbagai macam turunan dengan cara mengubah struktur intinya yang menyebabkan terjadinya

perbedaan aktivitas, sehingga ada antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan ada antibiotik yang bersifat bakterisid (menghentikan pertumbuhan bakteri) (Tjay dan Rahardja, 2007). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa dari 105 lembar resep anak dengan keluhan batuk-pilek dan diberi antibiotik, diperoleh data sebanyak 82 sampel (78,10%) dengan keluhan batuk-pilek karena alergi (non infeksi) dan 23 sampel (21,90%) dengan keluhan batuk-pilek karena infeksi. Batuk-pilek karena alergi basanya terjadi pada malam atau pagi hari. Antibiotik seharusnya diberikan hanya untuk keluhan batuk-pilek karena infeksi, bukan karena alergi. Selain itu, dokter juga memberikan antibiotik untuk anak dengan keluhan batuk-pilek yang gejalanya baru berlangsung selama 3 hari kepada 63 sampel yang diteliti (60%), sehingga dapat dikatakan pemberian antibiotik oleh dokter tidak tepat. Sebagaimana CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menyatakan bahwa indikasi pemberian antibiotik adalah bila batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih dari 14 hari, yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari) (Judarwanto, 2006). Kasus penyakit infeksi pada anak sebagian besar penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotik yang benar tidak besar atau mungkin hanya sekitar 10-15% penderita anak. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk self limiting disease atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk-pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Jadi, jika memang anak mengeluh batuk pilek baru

berlangsung selama 3 hari, sebaiknya dokter tidak langsung meresepkan antibiotik. Orang tua harusnya diberi saran untuk lebih bersabar jika menanggapi anak yang batuk-pilek, dan memberikan anak asupan cairan yang lebih banyak serta istrahat yang cukup. Hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data sebanyak 84 responden (80%) menjawab bahwa anaknya dibawa ke dokter karena batuk-pilek hanya sesekali dalam kurun waktu 6-12 bulan. Ini merupakan hal yang wajar, karena secara umum setiap anak akan mengalami 8-12 kali penyakit saluran napas karena virus setiap tahunnya. Bila tidak terdapat komplikasi lainnya, secara alamiah pilek, batuk dan pengeluaran cairan hidung akan menetap paling lama sampai 14 hari setelah gejala lainnya membaik. Antibiotik tidak efektif mengobati infeksi saluran napas atas dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan. Sebagian besar infeksi saluran napas atas termasuk sinus paranasalis sangat jarang sekali terjadi komplikasi bakteri (Judarwanto, 2006). Penggunaan antibiotik seharusnya diberikan secara benar dan sesuai indikasi. Bila penggunaan antibiotik tidak tepat, maka akan banyak kerugian yang terjadi, salah satu kerugian yang akan dihadapi adalah meningkatnya resistensi bakteri. Jadi jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah dengan antibiotik yang ringan, apabila antibiotiknya digunakan dengan tidak tepat, maka bakteri tersebut akan bermutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis antibiotik yang lebih kuat. Apabila pemakaian antibiotik yang tidak tepat ini terus berlanjut, maka suatu saat tidak ada lagi jenis antibiotik yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus

bermutasi ini. Hal lain yang mungkin terjadi nantinya kebutuhan pemberian antibiotik dengan generasi lebih berat, dan menjadikan biaya pengobatan semakin meningkat karena semakin mahalnya harga antibiotik. Indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotik pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas >39 0 C dengan cairan hidung, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah. Pilihan pertama pengobatan antibiotik untuk kasus ini cukup dengan pemberian amoxicillin atau amoxicillin clavulanat. Bila dalam 3 hari tidak membaik, pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur di rumah sakit yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi. Setelah beberapa hari akan ketahuan bila ada infeksi bakteri berikut jenisnya dan sensitivitas terhadap jenis obatnya. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat apabila dikarenakan faktor dokter, maka orang tua sebagai penerima jasa dokter dalam keadaan posisi yang sulit. Terkadang orang tua kurang mengerti tentang obat, sehingga menerima apa saja obat yang diresepkan dokter. Seharusnya orang tua penderita sebagai pihak pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang rencana pengobatan, tujuan pengobatan dan efek samping pengobatan tersebut. Kalau perlu orang tua sedikit berdiskusi apakah boleh tidak diberi antibiotik. Orang tua dilain pihak juga sering sebagai faktor terjadinya penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Pendapat umum yang tidak benar terus berkembang,

bahwa kalau tidak memakai antibiotik maka penyakitnya akan lama sembuhnya. Pendapat ini masih diyakini oleh responden yang diteliti yaitu sebanyak 49 orang (46,67%), yang menganggap bahwa antibiotik merupakan obat yang paling ampuh untuk mengobati batuk-pilek untuk anaknya. Tidak jarang penggunaan antibiotik adalah permintaan dari orang tua, yang lebih mengkawatirkan saat ini beberapa orang tua dengan tanpa beban membeli sendiri antibiotik tersebut tanpa pertimbangan dokter. Antibiotik merupakan obat keras yang harus diresepkan oleh dokter. Tetapi kenyataannya obat antibiotik tersebut mudah didapatkan di apotek meskipun tanpa resep dokter. Bahkan yang lebih parah lagi, ada orang tua sudah yang mengerti akan bahaya pemberian antibiotik yang tidak tepat, malah tidak memberikan antibiotik kepada anaknya sampai habis karena setelah dua hari mengkonsumsi antibiotik anaknya sudah sembuh. Hal ini akan menyebabkan resistensi, dimana saat infeksi yang sama terjadi, akan sulit untuk diobati dan dapat membahayakan nyawa pasien yang terinfeksi serta memerlukan terapi yang lebih lama dan mahal. Harus ada kesadaran diri dari orang tua dalam hal ini, tidak seharusnya orang tua mengorbankan kesehatan anaknya. Sebaiknya orang tua memberikan antibiotik untuk anaknya sampai habis, minimal dalam waktu tiga hari. Persoalan menjadi lebih rumit karena ternyata bisnis perdagangan antibiotik sangat menggiurkan. Pabrik obat, perusahaan farmasi, sales obat dan apotek sebagai pihak penyedia obat mempunyai banyak kepentingan. Antibiotik merupakan bisnis utama mereka, sehingga banyak strategi dan cara dilakukan.

Dokter sebagai penentu penggunaan antibiotik ini, harus lebih bijak dan harus lebih mempertimbangkan latar belakang keilmuannya. Sesuai sumpah dokter yang pernah diucapkan, apapun pertimbangan pengobatan semuanya adalah demi kepentingan penderita, bukan kepentingan lainnya. Di Indonesia telah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi penggunaan antibiotik yang irrasional. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah antara lain: 1. Mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang pedoman umum penggunaan antibiotik, yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan nasional dalam menyusun kebijakan antibiotik dan pedoman antibiotik bagi rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik milik pemerintah maupun swasta. Sehingga mengoptimalkan penggunaan antibiotik secara bijak. 2. Mengeluarkan pedoman pelayanan kefarmasian untuk terapi antibiotik, yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian termasuk monitoring penggunaan antibiotik, memberikan informasi dan edukasi kepada pasien, tenaga kesehatan dan masyarakat. 3. Melakukan sosialisasi pada peringatan hari kesehatan sedunia tanggal 7 April 2011 dengan mengangkat tema pentingnya penggunaan antibiotik yang tepat.

Mengadakan symposium nasional pada tanggal 21-24 Februari 2013 dalam rangka pengendalian resistensi mikroba dengan mengusung tema Challenges in Controlling Emerging and Re-Emerging Antimicrobial Resistant Strains.