ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kenaikan jumlah penumpang secara signifikan setiap tahunnya. Tercatat hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SI 2124 PENGANTAR SISTEM TRANSPORTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Evaluasi dan Rancangan Solusi Penyebab Kecelakaan Kereta Api Melalui Pemanfaatan Metodologi HFACS-IR

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk membawa barang melewati jalan setapak. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian teknologi yang terdapat dalam sistem perkereta apian. Perlintasan kereta api di bagi dalam dua macam, yaitu perlintasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Dunia kereta api yang sejak lama ada di Indonesia terus mengalami

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kecelakaan angkutan jalan pertahun ( darat)

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan ditengah-tengah badai persaingan. darat, laut dan udara. Salah satu alat transportasi darat yang digunakan oleh

maupun jauh adalah kualitas jasa pelayanannya. Menurut ( Schumer,1974 ),

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kereta api, dapat diambil beberapa kesimpulan tentang penyebab kecelakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KNKT/KA /

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722]

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

ACC S A F E T Y SESUDAH TERJADI SEBELUM TERJADI. PREVENTIVE Proaktif > Reg.& Oprtr. REPRESSIVE reaktif > Invest.body * SAR

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. oleh keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

KNKT/KA.04.02/

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

KELALAIAN MANUSIA DALAM KECELAKAAN PENERBANGAN, STUDI KASUS MENGGUNAKAN SWISS CHEESE MODEL

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDUHULUAN. keterjangkauan, dan aspek kenyamanan. faktor manusia sendiri yang kurang memperhatikan keamanan dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

Transkripsi:

ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api) Disusun Oleh : Winda Halim Rainisa Maini Heryanto FAKULTAS TEKNIK-JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2013

ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api) Winda Halim (windahalim@yahoo.com) 1, Rainisa Maini Heryanto (rainisa_heryanto@yahoo.com) 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstrak Sektor transportasi merupakan salah satu sektor industri yang penting karena semakin cepat mobilitas manusia pada masa kini membuat sektor transportasi dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Tetapi sektor transportasi masih terkendala dengan tingkat keamanan transportasi tersebut. Kereta Api (KA) merupakan salah satu moda transportasi massal yang cukup digemari masyarakat, tetapi moda transportasi ini masih terkendala dengan jumlah kecelakaan yang masih cukup tinggi, dimana seharusnya moda transportasi ini terbebas dari kecelakaan atau zero accident. Pada tulisan berikut ini akan diuraikan terkait dengan tren kecelakaan pada moda transportasi khususnya KA yang terjadi di Indonesia, berikut dengan analisis dan estimasi tren kecelakaan tersebut di waktu mendatang. 1. Latar Belakang Pada masa kini manusia dituntut untuk memiliki mobilitas yang cepat. Cara untuk memfasilitasi hal tersebut adalah dengan adanya berbagai moda transportasi yang memudahkan perpindahan atau pergerakan manusia tersebut. Salah satu hal yang dituntut untuk sebuah sarana transportasi adalah bagaimana dengan perantara alat transportasi tersebut seseorang dapat sampai ke tempat tujuan yang diinginkan dengan selamat. Tetapi, beberapa dekade terakhir sering terjadi kecelakaan pada beberapa moda transportasi baik darat, laut, maupun udara. Kecelakaan tersebut telah banyak memberikan kerugian baik harta maupun nyawa. 2. Pembatasan Moda transportasi tentunya sangat beragam, misalnya transportasi darat seperti kereta api, kendaraan bermotor seperti motor, mobil, bus, dan lain-lain, transportasi laut seperti kapal ferry, kapal motor, dan lain-lain, dan transportasi udara seperti pesawat, helikopter, dan lainlain. Berbagai moda transportasi tersebut memiliki suatu tujuan yang sama yakni memberikan kemudahan bagi penggunanya bermobilisasi dengan aman, cepat, dan nyaman. Keragaman berbagai moda transportasi tersebut akan dibatasi pada tulisan ini sehingga pada penyajian data dan pembahasan yang akan dilakukan lebih fokus. Moda transportasi yang akan dibahas pada tulisan ini adalah moda transportasi darat yaitu Kereta Api (KA), 2

khususnya perkeretaapian di Indonesia. Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah badan usaha yang mengusahakan sarana perkeretaapian umum yang izin usahanya diterbitkan oleh pemerintah. PT. KAI (Kereta Api Indonesia) merupakan penyelenggara sarana perkeretaapian di Indonesia. KA seharusnya merupakan moda transportasi yang aman atau bahkan zero accident karena moda transportasi ini bergerak pada jalurnya sendiri yaitu rel kereta api yang tidak digunakan moda transportasi lain. Sedangkan, fungsi dari pengemudi kereta api atau masinis hanyalah memberangkatkan kereta, memperlambat atau mempercepat laju kereta, dan menghentikan kereta. Beban kerja masinis seharusnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan moda transportasi darat lain seperti kendaraan bermotor yang sangat bergantung pada kemampuan pengemudi untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sehingga, kecelakan KA yang masih sering terjadi cukup memprihatinkan. Pada tahun 2003 Indonesia ternyata merupakan negara dengan jumlah kecelaakaan KA tertinggi jika dibandingkan dengan negara pengguna KA lain, seperti tersaji pada tabel 1. Tabel 1. Persentase Kecelakaan KA Negara di Dunia Negara KA-Km (Juta Tabrakan KA- Tabrakan KA- Anjlokan km) KA Kendaraan Indonesia 47,6 0,126 1,555 1,198 India 214,9 0,121 0,302 1,331 Jepang 1320 0,004 0,426 0,015 Korea 86,6 0 0,866 0,048 Perancis 570,2 0,122 0,312 0,081 Jerman 872,4 0,081 0,254 0,121 Sumber : JBIC, 2003 Pada tabel diatas tampak bahwa negara Indonesia walau merupakan negara dengan jarak tempuh terpendek untuk penggunaan KA yaitu hanya 47,6 juta km, merupakan negara dengan persentase tabrakan dan anjlokan KA terbesar diabnding negara lain tang jarak tempuhnya hingga ratusan juta km. 3. Data Tren Kecelakaan Penyebab kecelakaan yang terjadi pada KA sangat beragam, antara lain disebabkan kerusakan sarana prasarana hingga kelalaian manusia (human error). Pada tabel 2 disajikan data kecelakaan KA di Indonesia sejak tahun 2006-2011. Tabel 2. Rekapitulasi Penyebab Kecelakaan Kereta Api (PLH) Penyebab 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Persentase Sarana 44 48 37 22 11 3 165 28.1% Prasarana 26 39 24 12 6 1 108 18.4% SDM operator 13 34 49 24 14 1 135 23.0% Eksternal 29 30 30 23 28 3 143 24.3% Alam 4 8 7 9 9 0 37 6.3% Total 116 159 147 90 68 8 588 http://perkeretaapian.dephub.go.id [21 april 2011] 3

60 50 40 30 20 10 Sarana Prasarana SDM operator Eksternal Alam 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Gambar 1. Grafik Rekapitulasi Penyebab Kecelakaan Kereta Api (PLH) Tabel 3. Kecelakaan Kereta Api di Indonesia tahun 2004-2010 Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tabrakan KA dengan KA 7 10 5 3 3 5 3 Tabrakan KA dan kendaraan 30 15 24 20 21 21 8 Anjlog 68 110 99 41 25 91 66 Terguling 5 7 8 7 4 Total 128 91 102 140 131 74 40 Korban Meninggal 85 36 50 34 45 57 60 Luka berat 78 85 76 128 78 122 87 Luka ringan 29 11 52 164 73 76 102 Total 192 232 178 326 196 255 249 http://perkeretaapian.dephub.go.id [21 april 2011] 100 90 80 70 60 50 2008 40 2009 30 2010 20 10 0 Tabrakan KA dengan KA Tabrakan KA dan kendaraan Anjlog Terguling Gambar 2. Grafik Kondisi Kecelakaan KA 3 Tahun Terakhir 4

140 120 100 80 60 40 2008 2009 2010 20 0 Meninggal Luka berat Luka ringan Gambar 3. Grafik Korban Kecelakaan KA 3 Tahun Terakhir Pada Tabel 3 diatas disajikan data kecelakaan KA dilihat dari kondisi kecelakaan yang terbagi menjadi kondisi tabrakan KA dengan KA dan tabrakan KA dengan kendaraan yang merupakan kondisi kecelakaan yaang melibatkan dua pihak atau lebih, serta anjlog dan terguling yang merupakan kondisi kecelakaan tunggal. Kecelakaan tunggal dan kecelakaan yang melibatkan pihak lain tentunya akan memberikan kerugian yang berbeda, walaupun nilai kerugian tentunya terkait juga dengan tingkat keparahan kejadian yang berlangsung. Selain kerugian materiil tidak menutup kemungkinan terjadi kerugian berupa korban jiwa, yang merupakan sebuah kerugian terbesar. Pada Tabel 3 disajikan pula data korban akibat kecelakaan KA yang terjadi. Pada Gambar 3 menunjukkan masih tingginya korban baik meninggal, luka ringan, maupun luka berat akibat kecelakaan KA yang terjadi pada 3 tahun terakhir dan dapat dilihat ternyata terjadi kenaikan dari tahun ke tahunnya. 4. Analisis Tren Kecelakaan Kecelakaan KA merupakan kecelakaan transportasi yang memberikan kerugian cukup besar karena sarana dan prasarana KA tergolong mahal. Sarana perkeretaapian adalah lokomotif kereta (mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk mengangkut orang), gerbong (digunakan untuk mengangkut barang, antara lain gerbong datar, gerbong tertutup, gerbong terbuka, dan gerbong tangki), dan peralatan khusus (yang tidak digunakan untuk angkutan penumpang atau barang, tetapi untuk keperluan khusus, antara lain kereta inspeksi (lori), gerbong penolong, derek (crane), kereta ukur, dan kereta pemeliharaan jalan rel. Prasarana berupa jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api, dengan penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah pihak yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian. Berkaitan dengan prasarana, banyak perusahaan yang menjadi rekanan PT. KAI dalam menyelenggarakan prasarana perkeretaapian. Prasarana perkeretaapian terdiri dari peralatan untuk pengoperasian perjalanan kereta api yang terdiri dari peralatan persinyalan; 5

peralatan telekomunikasi; dan instalasi listrik. Penyelenggara prasarana bertugas memasang, sampai dengan memeriksa, merawat dan memperbaiki prasarana sesuai dengan standar dan dan tatacara perawatan yang ditetapkan oleh menteri. Pengujian prasarana perlu dilakukan untuk menjamin kelaikan prasarana perkeretaapian, dan dilakukan oleh pemerintah menjamin kelaikan prasarana perkeretaapian. Jika memperhatikan data yang tersaji pada Tabel 2 terlihat bahwa kecelakaan yang disebabkan sarana meyumbang 28,1% dari keseluruhan penyebab kecelakaan. Tetapi, pada 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2007 yang terjadi hingga 48 kejadian. Kecelakaan yang terjadi akibat sarana seharusnya dapat ditekan dengan melakukan manajemen perawatan yang baik dan benar. Selanjutnya yang menjadi faktor penyebab kecelakaan berikutnya adalah faktor eksternal. Faktor eksternal ini erat kaitannya dengan data yang tersaji pada tabel 3 yaitu tabrakan KA dengan kendaraan. Faktor eksternal yang dimaksudkan disini sesungguhnya tidak hanya terbatas dengan kendaraan tetapi juga berbagai hal lain diluar KA seperti, tabrakan antara KA dengan pejalan kaki. Faktor ketiga yang menjadi penyebab kecelakaan KA adalah kelalaian SDM (Sumber Daya Manusia) atau sering dikenal dengan istilah Human Error. Kebanyakan human error yang terjadi akibat desain sistem yang kurang memadai sehingga menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya error. Pemahaman terhadap kemampuan manusia sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang dapat diandalkan dan mempertimbangakan keterbatasan psikomotorik manusia (Meister & Rebideau, 1965 dalam Park, 1997). Human error sebagai penyebab terbesar kecelakaan kereta api juga disebutkan pada hasil penelitian Ayers, et al. (1993). Nugraha (2001) menyatakan bahwa 70% kecelakaan kereta api di Indonesia disebabkan oleh human error. Berdasarkan Fault Tree Analysis (FTA) yang dilakukan Iridiastadi dan Budiawan (2010), human error yang murni disebabkan oleh manusia (pure human error) adalah 62.05%. Penyebab utama kecelakaan KA di Indonesia seringkali diklaim disebabkan oleh kesalahan manusia dalam hal ini adalah masinis, data Direktorat Jenderal Perkeretaapian menyebutkan selama 2008, dari 147 kecelakaan kereta api, 33 persen disebabkan human error atau akibat kesalahan masinis maupun petugas perkeretaapian lainnya. Sedangkan dari 90 kecelakaan kereta api di tahun 2009, faktor human error mencapai 27 persen (Tempointeraktif, 2010). Masinis sebagai orang yang mengendalikan laju dari KA sering dikatakan sebagai orang yang paling bertanggungjawab pada terjadinya kecelakaan KA. Kelalaian yang terjadi seperti yang telah dikatakan diatas salah satu penyebabnya adalah kelelahan dan monotoni yang dialami masinis KA tersebut. Seperti pada kasus kecelakaan kereta api PLH tanggal 28 januari 2011, di mana terjadi tumburan antara KA Kutojaya jurusan Bandung-Kutoarjo dengan KA Mutiara Selatan jurusan Surabaya- Bandung. Dugaan sementara dari kecelakaan tersebut, telah terjadi pelanggaran sinyal oleh masinis KA Mutiara Selatan dari arah timur, padahal jika kereta akan melaju harus menunggu sinyal terlebih dahulu. Sementara rekomendasi segera, yang diberikan KNKT tertanggal 7 6

Februari 2011, berkaitan dengan sistem persinyalan dan komunikasi adalah meningkatkan kualitas alat komunikasi antara PK dan masinis dan perbaikan alat perekam pembicaraan dan meningkatkan pengawasan terhadap kompetensi petugas operasional. Bila dikaji, rekomendasi ini belum mengarah pada akar masalah terjadinya pelanggaran sinyal yang dilakukan (Komite Nasional Keselamatan Transportasi, 2011). 5. Estimasi Tren Kecelakaan dan Usulan Perbaikan Jika dilakukan perkiraan atau estimasi berkaitan dengan tren kecelakaan KA yang terjadi pada tahun-tahun yang akan datang berdasarkan data-data masa lalu yang tersaji, akan terus fluktuatif dan sulit untuk diprediksi. Tetapi, kecenderungan penurunan memang cukup tampak jika melihat dari penyebab kecelakaan. Hal ini sayangnya tidak dibarengi dengan adanya penurunan jumlah korban yang timbul. Sehingga, dapat dikatakan bahwa jumlah kejadian mengalami penurunan tetapi dalam suatu kejadian jumlah korban yang timbul tetap tinggi. Penurunan kejadian kecelakaan KA yang terjadi pada tahun-tahun terakhir sesungguhnya tidak lepas kaitannya dengan pembenahan yang dilakukan oleh PT. KAI sendiri. Pembenahan tersebut dapat dilihat pada usaha pencegahan pencurian bantalan-bantalan rel, prosedur pemeriksaan kesehatan pada kru KA sebelum menjalankan tugas, prosedur perawatan dan pemeriksaan gerbong-gerbong sebelum diberangkatkan, serta yang terpenting adalah usaha pembuatan prosedur standar yang diperbaharui untuk kru KA terutama masinis, seperti yang telah diterapkan untuk pilot pesawat terbang. Penjaminan kesejahteraan kru KA terutama masinis sebagai front liner pada suatu perjalanan KA juga harus diperhatikan dan menjadi suatu hal yang penting. Pada suatu wawancara penelitian pernah terungkap bahwa penyebab kelalaian yang dilakukan masinis tersebut adalah akibat masinis tersebut melakukan pekerjaan sampingan sehingga kekurangan waktu beristirahat yang menyebabkan tidak waspada saat melihat sinyal saat mengemudikan KA. 6. Penutup Selain perbaikan yang mungkin dapat dilakukan pada faktor manusia, seharusnya dilakukan juga berbagai perbaikan pada sarana dan prasarana penunjang sehingga menghindarkan manusia tersebut untuk melakukan kesalahan seperti misalnya sistem persinyalan yang memiliki metode penyampaian sinyal yang baik, tepat, dan jelas, kemudian sistem pengingat kepada masinis terkait dengan kecepatan KA, sistem antisipasi saat kesalahan dilakukan sehingga tidak menyebabkan kecelakaan yang fatal, seperti penggunaan jalur ganda, dan lainlain. Jika menilik pada penyebab kecelakaan transportasi yang disebabkan oleh sarana prasarana tentu tidak lepas kaitannya dengan proses perawatan. Proses pembaharuan yang dilakukan pada sarana dan prasarana harus didukung dengan adanya manajemen perawatan yang baik yang dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait, terutama pemerintah. 7

Sedangkan kecelakaan yang diakibatkan kelalaian manusia perbaikan yang harus dilakukan lebih kompleks mulai dari faktor internal manusia tersebut agar tidak berbuat lalai, misalnya berkendara dalam keadaan sehat atau tidak kelelahan hingga faktor eksternal yaitu berbagai sinyal, tanda, atau display yang mencegah manusia melakukan kelalaian. 7. Referensi : 1. Ayres, T.J., Gross, M.M., & Mc.Carthy, R.L., 1993, A Retrospective attemps to Reduce Vehicular Risk Through Operator Training, The American Society of Mechanical Engineers. 2. Direktorat Jenderal Perkeretaapian. (2011). Data Kecelakaan Kereta Api. Departemen Perhubungan Republik Indonesia. Tersedia di http://perkeretaapian.dephub.co.id [online 21 April 2011]. 3. Iridiastadi H. & Budiawan. W. (2010). Human Error Analysis of Train Accidents in Indonesia (Study of Problem Boundary). Unpublished. 4. Komite nasional keselamatan transportasi. (2011). Rekomendasi Sementara, Tersedia di http://www.dephub.go.id/knkt/ntsc_home/ntsc.htm 5. Nugraha, Widi. (2001). Identifikasi variabel-variabel yang berpengaruh untuk memprediksi besarnya peluang terjadinya kecelakaan akibat human error yang dilakukan masinis. Thesis Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung. 6. Park, K.S. (1997). Human error. In G. Salvendy (Ed.), Handbook of Human Factors and Ergonomics, New York, NY: John Wiley & Sons, Inc. 8