A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

2016 PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang (Sugiyanto dalam Cahyani,2013). Sugiyanto juga menjelaskan bahwa prestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan, kegiatan komunikasi tidak terlepas dari aktivitas

REISHANI MARHA SHAFWATI, 2015 PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME DIKALANGAN PELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

I. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas hidup yang baik tentu menjadi dambaan setiap orang. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

Makalah Manajemen Konflik

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasakannya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku individu pada saat remaja, diantaranya keluarga, media massa, kelompok teman sebaya. Pada saat remaja, setiap individu tidak bisa dilepaskan dari kehidupan berkelompok. Kelompok yang dimaksud yaitu keluarga, masyarakat, ataupun teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan suatu tempat bagi individu untuk menunjukan jati dirinya pada saat remaja, tempat untuk menunjukan jati diri sangat dibutuhkan agar mereka bisa diakui dan dianggap oleh individu-individu lainnya. tidak jarang para remaja menuruti dan mengikuti apa yang dilakukan oleh temantemannya, meskipun hal yang dilakukannya adalah perilaku positif maupun negatif. Seperti contoh positifnya seorang individu yang terpengaruh cara belajarnya menjadi rajin karena bantuan teman sebayanya dan ada pun pengaruh negatifnya peserta didik yang membolos dengan kelompok temannya karena alasan solidaritas antar teman. Selain untuk menunjukkan jati diri, alasan mengapa seorang remaja mengikuti apa yang dilakukan oleh teman sebayanya adalah karena adanya hasrat keinginan untuk dipuji yang sangat besar. Pada masa remaja, adalah hal yang wajar apabila kebutuhan akan pujian sangat besar terutama kebutuhan akan pujian dari teman sebayanya. Namun yang menjadi masalah adalah ketika teman-teman sebayanya justru hanya memberikan pujian terhadap hal-hal negatif. Contohnya, seorang remaja yang tidak ikut membolos akan diolok-olok oleh teman-temannya yang sering

2 membolos, karena tidak mau diolok-olok pada akhirnya remaja tersebut ikut membolos. Pada prinsipnya, hubungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja. Hubungan teman sebaya remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan. Adanya hubungan persahabatan yang erat antara dua remaja atau lebih akan menyebabkan terbentuknya suatu kelompok pergaulan. Di lingkungan sekolah, kelompok pergaulan tersebut seringkali disebut sebagai kelompok pelajar, atau lebih ekstrim disebut sebagai gank pelajar. Solidaritas kelompok teman sebaya menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri. Setiap anggota kelompok memiliki rasa solidaritas yang berbeda-beda dan dibentuk dengan cara yang berbeda, sehingga menghasilkan ikatan solidaritas yang berbeda pula. Menurut Durkheim (dalam Johnson, 1986, hlm. 181) "terdapat dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik." Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama, yang menunjuk pada totalitas kepercayaan dan sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Solidaritas mekanik dalam kelompok memunculkan adanya kesadaran kolektif yang akan menimbulkan rasa persamaan, kesatuan, persahabatan, kepercayaan, tolong-menolong, tanggung jawab bersama, saling ketergantungan dan adanya kepentingan bersama. Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya. Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota

3 kelompoknya yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidakberdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidakmampuan untuk mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif. Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Motivasi dalam kelompok adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja. Seperti yang telah

4 diuraikan di atas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama. Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada peserta didik. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar peserta didik, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran. Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar peserta didik dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin motivasi belajar yang memadai akan mendorong peserta didik berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap kefektifan usaha belajar peserta didik. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana solidaritas kelompok teman sebaya peserta didik terhadap motivasi belajar peserta didik. Penelitian ini diadakan di sekolah menengah atas dan kejuruan yang ada di Lembang, penulis mangambil penelitian di tiga sekolah yaitu SMAN 1 Lembang, SMA PGRI Lembang dan SMA Islam Musyawarah. Secara geografis ketiga sekolah ini, letaknya sangat strategis yaitu karena dekat dengan objek wisata di Bandung. Diantaranya adalah objek wisata Floating Market, D Ranch, air terjun Maribaya, dan wisata kawah Gunung Tangkuban Perahu. Lokasinya hanya sekitar 20km dari sekolah ini. Dan juga Gunung Tangkuban Perahu. Sudah terlihat jelas pemandangan gunung dari sekolah ini sehingga jarak tempuh ke objek wisata tersebut tidak jauh. Serta tidak lupa pemandian air panas Sari Ater yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang. Dan diketahui ketiga sekolah ini mempunyai keunggulan keunggualan tersendiri di Lembang inilah yang akan menjadi fokus penelitian dari penulis apakah solidaritas kelompok teman sebaya akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik pada peserta didik-siswi di ketiga sekolah tersebut. Oleh karena

5 latar belakang itulah penulis menggunakan judul: PENGARUH SOLIDARITAS KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA Didik (Studi Deskriptif pada Sekolah SMA di daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat). B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang utama muncul dalam penelitian ini adalah terkait solidaritas kelompok teman sebaya dan motivasi belajar siswa. Untuk memperjelas ruang lingkup yang akan dibahas dan agar penelitian dapat dilaksanakan secara fokus pada akar masalahnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap solidaritas antar anggotanya, dan solidaritas ini pasti akan mempengaruhi cara belajar peserta didik. Hal tersebut terkait dengan penelitian ini yaitu yang dijadikan tempat penilitian adalah sekolah dan sebagai subjeknya adalah peserta didik, sehingga akan dilihat sejauhmana solidaritas kelompok teman sebaya di lingkungan sekolah ini terhadap motivasi belajar di sekolah. C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Agar penelitian ini mencapai sasaran dengan tujuan yang diharapkan maka penulis merasa perlu merumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. secara umum yang menjadi inti dari permasalahan dalam penelitian adalah pengaruh solidaritas kelompok teman sebaya terhadap motivasi belajar peserta didik. Berdasarkan rumusan masalah di atas peneliti merumuskan pokok permasalahan yang di jabarkan dalam sub masalah sebagai berikut:

6 1. Seberapa besar tingkatan solidaritas kelompok teman sebaya pada peserta didik SMA di Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 2. Seberapa besar tingkatan motivasi belajar peserta didik SMA di Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 3. Adakah pengaruh solidaritas kelompok teman sebaya terhadap motivasi belajar peserta didik SMA di Lembang, Kabupaten Bandung Barat? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah tercapainya hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis secara sistematis dan logis sesuai dengan desain penelitian yang digunakan. 1. Secara umum Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran solidaritas kelompok teman sebaya terhadap motivasi belajar peserta didik di SMA di daerah Lembang. 2. Secara khusus a. Untuk mengetahui seberapa besar tingkatan solidaritas kelompok teman sebaya pada peserta didik SMA di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. b. Untuk mengetahui seberapa besar tingkatan motivasi belajar peserta didik SMA di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. c. Untuk mengetahui pengaruh solidaritas kelompok teman sebaya terhadap motivasi belajar peserta didik SMA di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menemukan bagaimana pengaruh Solidaritas kelompok teman sebaya terhadap motivasi belajar peserta didik pada

7 mata pelajaran sosiologi dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap dunia pendidikan, terutama dalam usaha meningkatkan pencapaian tujuan pengajaran. 2. Secara Praktis a. Memberikan informasi, seberapa besar pengaruh Solidaritas Kelompok teman sebaya terhadap Motivasi belajar perserta didik. b. Bagi peserta didik, dengan adanya penelitian ini para peserta didik diharapkan mampu memilih kelompok agar dapat terbentuk kelompok teman sebaya yang baik, sehingga peserta didik bisa termotivasi untuk belajar. c. Bagi orangtua, dengan adanya penelitian ini dapat melihat perkembangan anak, apakah anak tersebut termotivasi dengan adanya kelompok teman sebaya atau tidak. d. Bagi guru, dapat mengetahui sejauh mana kelompok-kelompok teman sebaya yang memotivasi cara belajar peserta didik dan melihat peserta didiknya apakah termotivasi dengan adanya kelompok teman sebaya atau tidak. F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI Struktur organisasi skripsi terdiri dari 5 bab antara lain: 1. Bab I berisi identifikasi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, Identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II berisi kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. 3. Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

8 4. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. 5. Bab V berisi kesimpulan dan saran.