Bab III Gambaran Umum Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke tempat kerja, tempat belanja, dan tempat hiburan (Shatnawi, 2010:42).

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Bab VI Simulasi Model, Analisis dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah service to service point to point, service to service point to point

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari desa ke kota,

moda udara darat laut

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

Denpasar, Juli 2012

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara Adi Soemarmo

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SI-40Z1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL BARANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya HASIL SURVEI. Gambar 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Transkripsi:

Bab III Gambaran Umum Kota Bandung 3.1 Kondisi Umum Kota Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat. Dalam RTRW Kota Bandung 2013 dijelaskan bahwa Kota Bandung memiliki visi sebagai kota Jasa yang Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat (BERMARTABAT). Fungsi Kota Bandung diantaranya adalah sebagai Kota Pendidikan, Pemerintahan, Jasa Keuangan, dan Jasa Pelayanan yang BERMARTABAT. Kota Bandung merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat yang berperan sebagai kota jasa, pendidikan, dan pariwisata. Peran yang disandang tersebut mengakibatkan daya tarik kota dan daya dorong desa-desa secara bersama-sama menggalang arus migrasi desa ke kota yang cukup tinggi. Secara geografis Kota Bandung tertelak pada 107 36 Bujur Timur dan 6 55 Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kabupaten Bandung Barat Sebelah selatan : Kabupaten Bandung Sebelah barat : Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi Sebelah timur : Kabupaten Bandung. Posisi tersebut menjadikan kedudukan Kota Bandung sangat strategis karena berada di tengah wilayah Jawa Barat. Kota Bandung memiliki luas sebesar 167,46 km 2 dan secara administratif terbagi menjadi 26 kecamatan. Secara topografis Kota Bandung merupakan daerah cekungan yang dibatasi oleh pegunungan (di bagian Utara) dan dataran (di bagian Selatan) yang terletak pada ketinggian 791 meter diatas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 meter dan titik terrendah di sebelah selatan dengan ketinggian 675 meter diatas permukaan laut. Secara topografis pula, wilayah Kota Bandung dengan luas yang terbatas akan memberikan berbagai kendala di dalam mengembangkan sistem jaringan jalan serta penyebaran 39

pusat-pusat kegiatan yang ditunjang oleh sarana dan prasarana. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Temperatur rata-rata 23,6 C, dan curah hujan rata-rata sebesar 188,6 mm. 3.1.1 Populasi penduduk Berdasarkan data statistik kependudukan, jumlah penduduk kota Bandung pada tahun 2002 mencapai 2.142.194 jiwa dengan pertumbuhan sekitar 1,5% pertahun. Jumlah tersebut adalah jumlah yang benar-benar tercatat sebagai penduduk Kota Bandung. Namun pada kenyataannya jumlah penduduk di Kota Bandung pada siang hari jumlahnya bisa mencapai 3 juta jiwa. Tambahan jumlah penduduk ini berasal dari penduduk di sekitar Kota Bandung yang mencari kerja di Kota Bandung atau yang biasa disebut komuter. Hal ini tentunya akan memberi beban lebih bagi Kota Bandung itu sendiri dengan jumlah penduduk yang telah cukup besar. Selain masalah pelaku komuter, Kota Bandung sendiri mengalami masalah tingginya tingkat urbanisasi yang ditandai oleh tingginya tingkat migrasi masuk. Kondisi ini tentu membawa sejumlah konsekuensi, seperti ketersediaan sarana dan prasarana untuk mengantisipasi pergerakan orang, yang pada akhirnya dapat berdampak terhadap potensi kemacetan lalu lintas baik pada ruasruas jalan maupun pada persimpangan jalan di Kota Bandung. Penduduk Kota Bandung Tabel III.1 Populasi Penduduk Kota Bandung (Jiwa) No. Populasi Penduduk 1. 2002 2.142.194 2. 2003 2.228.268 3. 2004 2.232.624 4. 2005 2.270.970 5. 2006 2.296.848 Sumber: Bandung Dalam Angka 2006 40

Populasi Kota Bandung Jumlah Populasi 2.350.000 2.300.000 2.250.000 2.200.000 2.150.000 2.100.000 2.050.000 Populasi Gambar 3.1 Grafik Populasi Penduduk Kota Bandung (Jiwa) 3.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dari data PDRB Kota Bandung tahun 2002-2006 pada Tabel III. 2 di bawah ini, terlihat nilai PDRB Kota Bandung semakin meningkat setiap tahunnya. Tabel III.2 PDRB Kota Bandung (dalam Juta Rupiah) No. PDRB 1. 2002 17.226.733 2. 2003 18.490.721 3. 2004 19.874.812 4. 2005 21.370.696 5. 2006 23.043.104 Sumber: Bandung Dalam Angka 2006 PDRB Kota Bandung (Berdasarkan Harga Konstan 2000) 25.000.000 Jumlah PDRB 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 PDRB 0 Gambar 3.2 Grafik PDRB Kota Bandung (dalam Juta Rupiah) 41

3.2 Transportasi Kota Bandung Seiring berkembangnya Kota Bandung dengan berbagai fungsi dan perannya maka intensitas pergerakannya pun semakin meningkat. Sarana dan prasarana transportasi yang ada sudah tidak mampu lagi menampung pergerakan tersebut. Tentunya hal ini berpengaruh pada kondisi transportasi Kota Bandung yang sering kali diwarnai oleh masalah transportasi terutama kemacetan. Berikut digambarkan beberapa sarana dan prasarana transportasi yang ada di Kota Bandung. 3.2.1 Panjang Jalan Menurut data tahun 2002, total panjang jalan di Kota Bandung adalah 1168,81 km yang terdiri dari 42,11 Km jalan nasional; 22,99 Km jalan propinsi dan sisanya adalah jalan lokal 1.103,71 Km. Sebagian besar dari total panjang jaringan jalan yang ada, berada dalam kondisi baik yaitu sebesar 85,8% dari panjang total jaringan jalan. Pada kenyataannya total luas jalan yang ada di Bandung hanya 3 persen dari wilayah Kota Bandung. Nilai ini masih kurang 4 persen dari kebutuhan minimal sebesar 7 persen berdasarkan standar. Pertambahan jumlah panjang jalan Kota Bandung per tahun dapat dilihat pada Tabel III.3 berikut. Tabel III.3 Jumlah Panjang Jalan di Kota Bandung (Km) No. Panjang Jalan 1. 2002 1.168,81 2. 2003 1.168,81 3. 2004 1.168,81 4. 2005 1.168,81 5. 2006 1.225,08 6. 2007 1.230,32 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung 42

Jumlah Panjang Jalan Jumlah Panjang Jalan 1.240,00 1.230,00 1.220,00 1.210,00 1.200,00 1.190,00 1.180,00 1.170,00 1.160,00 1.150,00 1.140,00 1.130,00 2007 Pjg Jln Gambar 3.3 Grafik Jumlah Panjang Jalan di Kota Bandung (Km) 3.2.2 Jumlah Mobil Penumpang Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota bandung, secara umum jumlah mobil penumpang di Kota Bandung memperlihatkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertambahan pertahun sebesar 12%. Meningkatnya pendapatan penduduk dan juga kemudahan fasilitas kredit kepemilikan kendaraan bermotor dari beberapa lembaga pembiayaan seperti bank telah meningkatkan kepemilikan mobil. Jumlah mobil penumpang pertahun dapat dilihat pada tabel III.4 dan Gambar 3.4 di bawah ini. Tabel III.4 Jumlah Mobil Penumpang di Kota Bandung No. Jumlah Mobil Penumpang 1. 2002 175.333 2. 2003 181.115 3. 2004 219.011 4. 2005 230.652 5. 2006 193.689 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung 43

Jumlah Mobil Penumpang 250.000 Jumlah Mobil Penumpang 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Mobil Penumpang Gambar 3.4 Grafik Jumlah Mobil Penumpang di Kota Bandung 3.2.3 Jumlah Sepeda Motor Maraknya kredit motor telah meningkatkan jumlah kepemilikan sepeda motor di Kota Bandung. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah sepeda motor di Kota Bandung telah mencapai hampir 600.000 sepeda motor. Berikut tabel dan grafik yang menjelaskan pertambahan jumlah sepeda motor di Kota Bandung. Bila dihitung pertumbuhannya hampir mencapai 16% per tahun. Tabel III.5 Jumlah Sepeda Motor di Kota Bandung No. Jumlah Sepeda Motor 1. 2002 324.366 2. 2003 344.132 3. 2004 425.135 4. 2005 429.000 5. 2006 544.985 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Sepeda Motor 600.000 Jumlah Sepeda Motor 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 Sepeda Motor 0 Gambar 3.5 Grafik Jumlah Sepeda Motor di Kota Bandung 44

3.2.4 Jumlah Mobil Barang Berkembangnya kegiatan jasa di Kota Bandung turut mempengaruhi jumlah mobil barang yang ada di Kota Bandung yang jumlahnya semakin bertambah setiap tahunnya. Laju pertumbuhannya diperkirakan mencapai 15% per tahunnya. Nilai ini dihitung dari pertumbuhan jumlah mobil barang yang selengkapnya ada pada tabel III.6 dan gambaran pertumbuhannya di gambar 3.6 di bawah ini. Tabel III.6 Jumlah Mobil Barang di Kota Bandung No. Jumlah Mobil Barang 1. 2002 45.648 2. 2003 46.758 3. 2004 54.261 4. 2005 58.084 5. 2006 62.818 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Mobil Barang Jumlah Mobil Barang 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 Mobil Barang Gambar 3.6 Grafik Jumlah Mobil Barang di Kota Bandung 3.2.5 Jumlah Mobil Bus Mobil bus di Kota Bandung jumlahnya cukup banyak mengingat Kota Bandung adalah salah satu kota besar yang banyak dijadikan tujuan orang berkunjung. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya bus umum maupun bus sewa yang melayani pergerakan dari dan ke Kota Bandung dari dan ke kota-kota sekitar Kota Bandung seperti Garut, Jakarta, Subang, Sukabumi dan lain-lain. Bus-bus tersebut sebagian besar melayani pergerakan luar kota. Diperkirakan tingkat pertumbuhan 45

mobil bus adalah 10% per tahun. Lebih lengkapnya jumlah mobil bus disajikan dalam tabel III.7 dan grafik 3.7 di bawah ini. Tabel III.7 Jumlah Bus di Kota Bandung No. Jumlah Bus 1. 2002 3.215 2. 2003 3.252 3. 2004 3.242 4. 2005 4.009 5. 2006 4.058 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Mobil Bus Jumlah Mobil Bus 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 Mobil Bus Gambar 3.7 Grafik Jumlah Mobil Bus di Kota Bandung Selain bus umum dan sewa yang sebagian besar melayani pergerakan ke luar kota ada pula bus yang melayani trayek dalam kota yaitu bus kota yang biasa disebut dengan bus DAMRI (Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia) dan bus KPAD (Koperasi Pegawai Angkatan Darat). Jumlah bus trayek dalam kota ini tidak terlalu banyak yaitu hanya sekitar 250 buah. Oleh sebab itu bus ini tidak banyak digunakan penduduk Kota Bandung untuk melakukan kegiatan sehariharinya. Penduduk Kota Bandung banyak yang lebih memilih angkutan kota (angkot) dan sepeda motor untuk pergerakan sehari-harinya. Khusus Bus Kota (DAMRI), bus ini mempunyai kapasitas sampai 50 penumpang, DAMRI di Kota Bandung dari waktu ke waktu telah mengalami penambahan rute, yang sampai saat ini telah melayani 15 rute utama. Dengan jumlah bus kota hingga 46

tahun 2006 sebanyak 256 buah bus. Jumlah pastinya bus kota DAMRI disajikan dalam tabel III.8 dan gambar 3.8 di bawah ini. Diperkirakan tingkat pertumbuhan bus kota 7% per tahun. Tabel III.8 Jumlah Bus Kota di Kota Bandung No. Jumlah Bus Kota 1. 2002 236 2. 2003 245 3. 2004 255 4. 2005 255 5. 2006 256 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Bus Kota 260 255 Jumlah Bus Kota 250 245 240 235 230 Bus Kota 225 Gambar 3.8 Grafik Jumlah Bus Kota di Kota Bandung 3.2.6 Jumlah Mobil Penumpang Umum Mobil penumpang umum adalah gabungan beberapa jenis moda angkutan umum seperti angkutan kota (angkot), taksi dan jenis angkutan umum lainnya seperti travel antar kota berplat kuning. Sebagian penduduk kota Bandung dan sekitarnya dalam melakukan berbagai aktivitasnya dilayani oleh beberapa jenis moda angkutan umum untuk menghubungan pusat-pusat kegiatan yang merupakan pusat-pusat bangkitan dan tarikan lalu lintas. Secara umum sarana transportasi yang dipakai untuk melayani pergerakan dalam kota dan sekitarnya masih mengandalkan angkutan kota yaitu kendaraan yang berkapasitas antara 8-14 47

penumpang. Pada Tabel III.9 berikut ini diuraikan jumlah kendaraan dari ketiga jenis mobil penumpang umum. Tabel III.9 Jumlah Mobil Penumpang Umum Kota Bandung No. Angkutan Kota (Angkot) Jumlah Taksi Angkutan Umum Lainnya Jumlah 1. 2002 5.461 1.003 1.635 8.099 2. 2003 5.432 1.018 2.076 8.526 3. 2004 5.521 1.103 2.187 8.811 4. 2005 5.521 1.095 3.340 9.956 5. 2006 5.521 1.310 3.125 9.956 Sumber: Bandung Dalam Angka, 2006 dan Dinas Perhubungan Kota Bandung Angkutan kota adalah angkutan umum yang paling banyak jumlahnya dibandingkan angkutan umum lainnya. Saat ini ada 38 trayek angkutan kota yang hampir tersebar di beberapa penjuru Kota Bandung. Jumlah angkot saat ini sebenarnya telah melampaui dari kebutuhan minimal yang dibutuhkan Kota Bandung. Hal ini terjadi karena mudahnya izin trayek yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu masa izin trayek yang cukup lama membuat jumlah angkot cenderung semakin banyak setiap harinya yang dapat dilihat pada gambar 3.9 di bawah ini. Jumlah Angkutan Kota Jumlah Angkutan Kota 5.540 5.520 5.500 5.480 5.460 5.440 5.420 5.400 5.380 Angkutan Kota Gambar 3.9 Grafik Jumlah Angkutan Kota di Kota Bandung 48

Angkutan paratransit berupa taksi di Kota Bandung saat ini mulai marak. Dimulai dari masuknya perusahaan taksi ternama Blue Bird di Kota Bandung, jumlah taksi di Kota Bandung semakin banyak. Hal ini terjadi karena memang dari segi perhitungan sendiri jumlah taksi yang ada di Kota Bandung jumlahnya masih jauh dari kebutuhan minimal yang dibutuhkan Kota Bandung. Oleh sebab itu pemerintah memberikan keleluasaan bagi pengusaha yang berminat untuk menyediakan layanan taksi di Kota Bandung. Jumlah taksi sendiri tentunya akan semakin bertambah dengan tingkat pertumbuhan sekitar 17% per tahun. Jumlah Taksi di Kota Bandung 1.400 1.200 Jumlah Taksi 1.000 800 600 400 200 0 Taksi Gambar 3.10 Grafik Jumlah Taksi di Kota Bandung Angkutan umum lainnya salah satunya seperti travel Bandung-Jakarta yang kini marak di Kota Bandung juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Secara keseluruhan angkutan umum ini bila dilihat dari Gambar 3.11 di bawah ini kecenderungannya meningkat. Bila dihitung, laju peningkatannya mencapai 28% per tahun. 49

Jumlah Angkutan Umum Lainnya Jumlah Angkum Lainnya 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 Angkum Lainnya Gambar 3.11 Grafik Jumlah Angkutan Umum di Kota Bandung 3.2.7 Jumlah Kendaraan Khusus Kendaraan khusus yang berupa mobil-mobil berat untuk kepentingan kontraktor bangunan cenderung tetap jumlahnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel III.12 dan Gambar 3.12 di bawah ini. Tabel III.12 Jumlah Kendaraan Khusus Kota Bandung No. Jumlah Kendaraan Khusus 1. 2002 261 2. 2003 260 3. 2004 260 4. 2005 260 5. 2006 260 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Kendaraan Khusus 261,2 Jumlah Kendaraan Khusus 261 260,8 260,6 260,4 260,2 260 259,8 259,6 259,4 Kendaraan Khusus Gambar 3.12 Grafik Jumlah Kendaraan Khusus di Kota Bandung 50

3.3 Pariwisata Kota Bandung Pemerintah Kota Bandung melalui Perda No. 7 tahun 2000 menetapkan Kota Bandung sebagai kota jasa yang salah satu fungsinya adalah kota wisata. Kota Wisata Bandung memiliki karakteristik produk pariwisata perkotaan dengan tipologi wisata heritage (wisata peninggalan bersejarah/wisata pusaka), wisata belanja dan kuliner, wisata pendidikan, wisata rekreasi dan hiburan (alam, budaya dan buatan), dan wisata MICE (meeting, incentive, convention and exhibition). Beragamnya produk wisata yang ditawarkan oleh Kota Bandung memperluas pasar wisata bagi Kota Bandung itu sendiri. Luasnya pasar tersebut menambah ragam karakteristik wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Dengan beragamnya pasar wisata tersebut maka jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung pun diasumsikan semakin besar jumlahnya. Besarnya jumlah wisatawan dan bervariasinya produk wisata yang kadang tersebar di beberapa lokasi yang berbeda di Kota Bandung memunculkan kebutuhan akan moda transportasi yang mampu melayani kebutuhan tersebut. Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi tersebut berikut dijelaskan mengenai karakteristik wisatawan Kota Bandung, pertumbuhan jumlah wisatawan Kota Bandung dan moda transportasi umum untuk wisatawan di Kota Bandung. 3.3.1 Profil Wisatawan Kota Bandung Jumlah wisatawan nusantara yang mengunjungi Kota Bandung jauh lebih banyak dibandingkan wisatawan mancanegeranya. Sehingga dapat dibilang wisatawan nusantara merupakan konsumen utama produk pariwisata Kota Bandung. Berikut pada Tabel III.13 dijelaskan mengenai profil pasar wisatawan nusantara di Kota Bandung yang merupakan hasil survei Analisis Pasar Wisatawan Kota Bandung yang dilakukan tahun 2007 oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung. 51

Tabel III.13 Profil Pasar Wisatawan Nusantara Kota Bandung Variabel Profil Tingkat Dominasi Sampel Usia 26-35th 28,0% Jenis Kelamin Pria 59,0% Asal Jakarta 45,3% Pendidikan terakhir Sarjana 43,6% Pengeluaran/bulan 2 juta - 5 juta 21,2% Pekerjaan Pegawai swasta 32,6% Tujuan Berlibur 65,5% Alasan pilih Bandung Dekat tempat tinggal 38,4 % Transportasi Kendaraan Pribadi 68,4 % Lama Kunjungan 2 Hari 39,1% Pilihan akomodasi selama di Hotel Bintang 40,1 % Bandung Frekuensi mengunjungi >7 kali 53,4% Bandung Bentuk kunjungan Mengunjungi keluarga 52,4% Adakah tujuan lain sesudah dari tidak 64,4% Bandung Aktivitas Belanja 53,7% Penilaian terhadap sikap Ramah 66,8% masyarakat Bandung Atraksi wisata yang diminati Pegunungan 45,0% Aktivitas wisata yang diminati Belanja 45,6% Jumlah pengeluaran di Bandung 100.001-500.000 30,6% Alokasi pengeluaran terbesar Belanja 47,2 % Sumber informasi Teman/Keluarga 66,4 % Suasana yang disukai Sedang & Ramai 35,5% Nuansa wisata yang disukai Antara pedesaan & kota 34,5% Santai 56,4% Tradisional - Modern 40,7% Penginapan yang disukai Hotel Bintang, Non 38,8 % Bintang Fasilitas wisata yang disukai Sederhana-Mewah 46,3% Tradisional-Modern 43,0% Yang terpikir tentang Bandung Sejuk 23,1% Belanja 22,50% Pengalaman berkunjung ke Bandung Macet 13,7% Sumber: Analisis Pasar Wisatawan Kota Bandung, 2007 52

Dari survei yang sama yang dilakukan Dinas Pariwisata Kota Bandung tahun 2007 tersebut saat ini profil pasar wisatawan mancanegara baru dapat dinyatakan dari jumlah dan asal wisatawan mancanegara yang datang ke Kota Bandung. Berikut Tabel III.14 yang menjelaskan profil pasar wisatawan mancanegara tersebut pada periode Februari sampai dengan Juni 2007. Tabel III.14 Profil Pasar Wisatawan Mancanegara 2007 Periode Februari Sampai Dengan Juni 2007 No. Asal Jumlah Share 1. Malaysia 1500 33,78% 2. Singapura 538 12,11% 3. Jepang 423 9,52% 4. Eropa 376 8.53% 5. Asia Lain 332 7,48% 6. USA 176 3,96% 7. Australia 173 3,90% 8. Timur Tengah 130 2,93% 9. China 101 2,27% 10. Thailand 100 2,25% 11. India 93 2,09% 12. Asia Pasifik 77 1,73% 13. Korea Selatan 65 1,48% 14. Afrika 38 0,86% 15. Filipina 17 0,38% 16. Kanada 10 0,23% 17. Hongkong 6 0,14% Dari tabel tersebut dapat diketahui lima besar negara asal wisatawan yang penduduknya banyak berwisata ke Kota Bandung yaitu Malaysia (33.78%), Singapura (12.11 %), Jepang (9.52%), Eropa (8.53%) dan Asia lainnya (7.48%). Kedekatan lokasi dan keberadaan penerbangan langsung dari Bandung ke/dari Kuala Lumpur, Malaysia dan Singapura menjadi salah satu penyebab wisatawan dari kedua negara ini menjadi negara asal wisatawan Kota Bandung yang terbesar dibandingkan negara asal lainnya. 53

3.3.2 Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Jumlah wisatawan merupakan besaran yang merepresentasikan besaran permintaan terhadap wisata Kota Bandung. Hingga tahun 2007, jumlah kunjungan wisatawan yang menginap di Kota Bandung besarnya semakin meningkat hingga mencapai 2.557.373 orang. Berikut tabel III.15 di bawah ini dijelaskan jumlah wisatawan yang menginap di Kota Bandung tiap tahunnya. Tabel III.15 Jumlah Wisatawan yang Menginap di Kota Bandung No. Wisatawan Wisatawan Jumlah Mancanegara Domestik Wisatawan 1. 2002 75.407 946.344 1.021.751 2. 2003 81.388 1.537.272 1.618.660 3. 2004 87.000 1.750.000 1.837.000 4. 2005 91.350 1.837.500 1.928.850 5. 2006 82.025 1.241.416 2.019.600 6. 2007 137.268 2.420.105 2.557.373 Sumber: Bandung Dalam Angka 2006, BPS Kota Bandung Jumlah Wisatawan 3.000.000 2.500.000 Jumlah Wisatawan 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 Wisatawan 0 2007 Gambar 3.13 Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Dari Tabel III.15 dan Gambar 3.13 dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan yang menginap di Kota Bandung meningkat setiap tahunnya. Namun demikian, apabila dilihat persentase pertumbuhan setiap tahunnya, dapat diketahui bahwa ternyata besaran pertumbuhannya cenderung menurun. Kondisi yang sama pun terjadi 54

pada jumlah wisatawan yang tidak menginap di Kota Bandung. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung tahun 2007 sebesar 7,5 juta wisatawan dengan rata-rata kunjungan tiap harinya sebanyak 25.000 wisatawan. Tingkat pertumbuhan jumlah wisatawan Kota Bandung pernah mencapai 7,5 % pada saat pariwisata Kota Bandung sedang booming factory outlet. Saat ini, setelah booming tersebut mereda pertumbuhannya diperkirakan semakin menurun. Hal ini perlu mendapat perhatian intensif dari pemangku kepentingan kepariwisataan dalam upaya menciptakan dan memperbaiki produk-produk pariwisata di Kota Bandung dalam upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Dengan daya dan upaya yang lebih efektif dan tepat sasaran, diharapkan besaran pertumbuhan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan. Beberapa faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di masa datang salah satunya adalah peningkatan aksesibilitas, baik yang menghubungkan antara Bandung dengan wilayah lainnya maupun di dalam wilayah Kota Bandung, termasuk didalamnya sistem transportasi (Rippda Kota Bandung, 2007). 3.3.3 Moda Transportasi Umum Untuk Wisatawan di Kota Bandung Untuk mencapai Kota Bandung ada tiga jalan yang bisa dilewati. Pertama adalah jalan raya di mana wisatawan dapat menggunakan moda seperti mobil, bus, sepeda motor dan angkutan umum yang tersedia seperti bus umum, travel point to point, angkutan kota (angkot) yang melalui beberapa jalan masuk ke Kota Bandung serta pintu-pintu tol Kota Bandung seperti pintu tol Pasteur, Buah Batu, Kopo, Mohammad Toha, dan Cileunyi dan berhenti di beberapa terminal yang ada diantaranya Terminal Leuwipanjang dan Terminal Cicaheum. Kedua, adalah jalan rel kereta api dimana wisatawan dapat menggunakan jasa pelayanan kereta api yang tersedia dan tiba di stasiun-stasiun di dalam Kota Bandung seperti Stasiun Hall dan Stasiun Kiara Condong. Ketiga, adalah jalan udara di mana wisatawan dapat menggunakan beberapa maskapai penerbangan yang melayani rute tujuan Bandung seperti Merpati, Sriwijaya dan Air Asia dan tiba di Kota Bandung di 55

Bandara Husein Sastranegara. Sayangnya jalan udara untuk mencapai Bandung pelayanannya masih sangat kurang dikarenakan bandara yang ada tidak bisa menampung pesawat dengan tipe besar akibat keterbatasan luas lahan bandara. Pencapaian Kota Bandung melalui jalan udara ini dinilai paling rendah dibandingkan dengan jalan lain yang cukup baik terutama jalan raya setelah dibangunnya Tol Cipularang. Berdasarkan Analisa Pasar Profil Pasar Wisatawan Kota Bandung 2007, sebanyak 79% wisatawan Kota Bandung menggunakan jalan raya untuk sampai ke Kota Bandung yang terbagi dalam moda bus sebanyak 59,7%, moda mobil pribadi sebanyak 11,6% dan moda mobil umum sebanyak 7,7%. Sisanya sebanyak 17% menggunakan jalan rel dengan bentuk moda kereta api dan sebanyak 3% menggunakan jalan udara dengan bentuk moda pesawat terbang. Sesampainya di Kota Bandung, wisatawan Kota Bandung yang tidak membawa kendaraan pribadi dapat menggunakan moda transportasi umum yang tersedia di dalam kota yang melayani pergerakan di dalam maupun ke luar Kota Bandung. Namun, pada dasarnya saat ini Kota Bandung tidak memiliki moda transportasi umum yang khusus diperuntukkan untuk kegiatan wisata. Beberapa tahun silam Kota Bandung pernah memiliki bus umum Bandung City Tour berkapasitas 30 orang yang melayani wisatawan untuk menuju beberapa tempat wisata di dalam Kota Bandung, namun tidak lama kemudian bus tersebut tidak kembali beroperasi. Diduga salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat wisatawan untuk menggunakan bus umum tersebut. Saat ini moda transportasi umum yang bisa digunakan wisatawan tidak jauh berbeda dengan moda transportasi yang digunakan oleh penduduk Kota Bandung sendiri diantaranya yaitu angkutan kota (angkot), bus Damri, taksi, ojek, dan becak serta transportasi umum dengan sistem sewa seperti mobil dan bus rental. Moda-moda tersebut merupakan moda transportasi yang bergerak di atas jalan raya. Berikut dijelaskan masing-masing moda transportasi tersebut: 56

1. Taksi Saat ini ada pelayanan taksi di Kota Bandung disediakan oleh sepuluh pengusaha taksi yaitu Centris, Kota Kembang, 4848, Kuat, PRIMKOPAU, Gemah Ripah, Citra, Bandung Metropolitan, OI dan Blue Bird. Pelayanan taksi di Kota Bandung saat ini semakin baik dengan munculnya beberapa pengusaha baru seperti Blue Bird dan Putra dengan menyediakan armada taksi yang lebih laik jalan. Salah satu indikator peningkatan pelayanan yang dapat dijadikan patokan adalah penggunaan argometer pada setiap penentuan tarifnya. Dari dahulu banyak taksi di Kota Bandung terkenal tidak mau menggunakan argometer dan lebih memilih sistem tawar menawar dalam menentukan tarifnya sehingga kondisi ini kadang mempersurut niat orang untuk menggunakan taksi di Kota Bandung terutama wisatawannya. Saat ini setelah pelayanannya mulai meningkat dengan masuknya pengusaha baru maka penggunaan taksi oleh wisatawan diharapkan dapat semakin meningkat. 2. Angkutan Kota Angkutan kota atau angkot adalah sarana transportasi yang murah meriah dan tersedia di hampir semua jalan besar di Kota Bandung. Beberapa buku panduan menggunakan angkot di Kota Bandung sudah banyak diterbitkan dan akan sangat membantu bagi pengunjung Kota Bandung yang akan menggunakan angkot dalam pergerakannya. Penentuan tarif yang tidak pasti dan kurang terkomunikasikan pada orang yang baru pertama kali menggunakan kadang membawa dampak kerugian bagi orang tersebut dikarenakan tarif yang dikenakan oleh supir angkot jauh lebih besar dari orang lain yang sudah biasa menggunakan angkot. Selain itu kondisi di dalam angkot itu sendiri dinilai masih kurang memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Selain ketiadaan penyejuk udara (Air Conditioner), perilaku supir dalam mengendarai angkot dan kondisi di dalam angkot yang berdesak-desakan pun memberikan rasa ketidaknyamanan akibatnya tidak banyak wisatawan yang menggunakan moda angkutan umum ini. 57

3. Bus Damri Buskota di Bandung dikelola oleh perum Damri. Buskota ini melayani rute-rute yang panjang dan bahkan hingga keluar Kota Bandung. Karena kondisi jalan Kota Bandung yang lebarnya relatif sempit maka buskota di Kota Bandung hanya melayani di beberapa ruas jalan besar saja. Saat ini ada 18 jenis rute trayek yang dilayani oleh buskota Damri. Penggunaan moda transportasi ini oleh wisatawan dapat dibilang sangat kecil. Selain rute yang dilayani terbatas, kondisi dalam bis sendiri sangat tidak nyaman bagi orang yang berada di dalamnya. Ketiadaan penyejuk udara (Air Conditioner), tempat duduk yang keras dan kondisi bus yang kotor dan berdebu menjadi alasan utama mengapa saat ini tidak banyak wisatawan Kota Bandung yang mau menggunakan moda transportasi ini. 4. Becak dan ojek Jumlah becak dan ojek di Kota Bandung cukup banyak dan tersebar di hampir setiap perempatan jalan dan pusat-pusat keramaian termasuk tempat-tempat wisata. Angkutan paratransit ini lebih banyak digunakan oleh penduduk Kota Bandung dan masih jarang digunakan oleh wisatawan. Karena faktor kenyamanannya yang kurang ojek kurang diminati oleh wisatawan begitu pula becak yang hanya dapat melayani tujuan pergerakan dengan jarak yang dekat. 5. Mobil dan bus rental Penyedia jasa rental mobil dan bus sudah cukup banyak jumlahnya di Kota Bandung. Wisatawan yang menggunakan jasa mobil rental dan bus untuk berpergian ke beberapa tempat wisata di Kota Bandung pun cukup banyak. Kenyamanan seperti menggunakan mobil sendiri dapat diperoleh dengan menyewa mobil rental. Namun tentunya biaya yang harus dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan menggunakan angkutan umum. Sehingga wisatawan dengan penghasilan tertentu dan wisatawan rombongan saja yang kebanyakan menggunakan jasa mobil rental ini. Dengan terbatasnya dan rendahnya kualitas moda transportasi umum yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk melakukan pergerakan di Kota Bandung maka 58

tidak heran cukup banyak wisatawan yang datang ke Kota Bandung lebih memilih menggunakan kendaraan pribadinya baik mobil maupun sepeda motor dibandingkan angkutan umum yang tersedia untuk menuju Kota Bandung dan melakukan kegiatan wisata di dalamnya. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya tingkat kemacetan yang terjadi terutama di pintu-pintu masuk Kota Bandung dan di tempat-tempat wisata di Kota Bandung. 3.3.4 Pengaruh Pariwisata Terhadap Transportasi di Kota Bandung Sebelumnya dalam pembahasan mengenai profil wisatawan Kota Bandung dapat diketahui bahwa moda transportasi yang banyak digunakan wisatawan untuk mengunjungi Kota Bandung adalah kendaraan pribadi. Hal ini masuk akal mana kala karakterisitik wisatawan kota Bandung yang sebagian besar merupakan wisatawan yang datang secara rombongan satu atau dua keluarga tersebut menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi menjadi pilihan utama mereka. Dengan satu mobil mereka merasa lebih dekat dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi umum. Selain itu penggunaan kendaraan pribadi kadang dinilai lebih hemat dibandingkan menggunakan moda transportasi umum karena mereka datang secara rombongan. Kemudian maka tidak heran apabila berdasarkan profil tersebut pula diketahui bahwa kemacetan pun menjadi pengalaman yang sering diperoleh selama wisatawan berkunjung ke Kota Bandung. Hal ini disebabkan karena penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi oleh wisatawan akan menambah volume lalu lintas Kota Bandung dan tentunya kian membebani jaringan jalannya yang sangat terbatas. Selain itu penggunaan kendaraan pribadi membangkitkan kebutuhan akan lahan parkir yang lebih banyak. Keterbatasan lahan parkir di beberapa tempat wisata di Kota Bandung memperbesar jumlah kendaraan yang menggunakan jalan raya untuk memarkirkan kendaraannya. Hal ini makin memperkecil kapasitas jalan dan akhirnya sering menyebabkan kemacetan. 59