terowongan angin baik dalam ukuran kendaraan yang sebenarnya maupun dalam ukuran skala. Akan tetapi cara-cara pengujian koefisien tahanan dalam terowo

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN GENERIK BERBAGAI MODEL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

Analisis Aerodinamika Pada Body Car Dengan Menggunakan Software Berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD)

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Judul : Analisa Tekanan Dan Laju Kecepatan Angin Pada Mobil GL-BUS Menggunakan Software Berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

PENGARUH SUDUT BILAH PADA PERFORMA KIPAS AKSIAL TEROWONGAN ANGIN KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN METODE KOMPUTASI

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang

Desain dan Simulasi Frame dan Bodi Kendaraan Konsep Urban Menggunakan Software CAD

ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

ANALISIS AERODINAMIKA

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA OPTIMASI ALAT PENGHISAP GAS / BAU ASAM DI HOME INDUSTRY ELECTROPLATING PASURUAN

ANALISA OPTIMASI ALAT PENGHISAP GAS / BAU ASAM DI HOME INDUSTRY ELECTROPLATING PASURUAN

ANALISIS KOEFISIEN DRAG PADA MOBIL HEMAT ENERGI "MESIN USU" DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembanggan dalam kedirgantaraan banyak. kasus yang menyebabkan pesawat terbang tidak efisien

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.

ANALISIS KARAKTERISTIK AERODINAMIKA SEMI TRAILER TRUCK DENGAN MODIFIKASI VORTEX TRAP MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

MEKANIKA Volume xxnomorx, Bulan Tahun

Analisa Aliran Fluida Pada Pipa Spiral Dengan Variasi Diameter Menggunakan Metode Computational Fluid Dinamics (CFD)

ANALISIS AERODINAMIKA PADA PERMUKAAN BODI KENDARAAN MOBIL LISTRIK GASKI (GANESHA SAKTI) DENGAN PERANGKAT LUNAK ANSYS 14.5

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

ABSTRAKSI Analisis Aliran Fluida Pada sambungan Pipa Ellbow Dan SambunganPipaTee Dengan Computational Fluid Dynamics (CFD) Pipa merupakan alat transpo

BAB IV PROSES SIMULASI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Komputasi Pengaruh Geometri Muka dan Kontrol Aktif Suction Terhadap Koefisien Tekanan Pada Model Kendaraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA PADA BODI MOBIL BAYU SURYA MENGGUNAKAN CFD PADA SOFTWARE ANSYS 15.0

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap

ANALISIS TEGANGAN PADA SAYAP HORIZONTAL BAGIAN EKOR AEROMODELLING

NASKAH PUBLIKASI STUDI PERENCANAAN UNTUK PERFORMANCE SPOILER MCX-1 SP DAN MCX-2 SP PADA KENDARAAN TRUK DENGAN METODE

PENGARUH PENGGUNAAN SPOILER PADA MODEL KENDARAAN SEDAN TERHADAP TEKANAN HISAP DALAM TEROWONGAN ANGIN ABSTRAK

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

Desain dan Analisa Aerodimanika Dengan menggunakan Pendekatan CFD. Pada Model 3D Untuk Mobil Prototype Engku Putri

Analisa Aliran Fluida Dalam Pipa Spiral Pada Variasi Pitch Dengan Menggunakan Metode Computational Fluid Dinamics (CFD)

NASKAH PUBLIKASI STUDI CFD ALIRAN UDARA DISEKELILING WING NACA0015 YANG DILENGKAPI SPLIT FLAP

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

PENGARUH JARAK RUDDER DAN PROPELLER TERHADAP KEMAMPUAN THRUST MENGGUNAKAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP)

Analisis Aliran Fluida Dinamik Pada Draft Tube Turbin Air

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

ANALISIS GEOMETRI PELURU TERHADAP NILAI DRAG COEFFICIENT PADA KECEPATAN 304,8 m/s

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

Jurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODIFIKASI DIFFUSOR TERHADAP GAYA AERODINAMIKA MOBIL LISTRIK PANCASONA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH HONEYCOMB SEBAGAI PENYEARAH ALIRAN FLUIDA PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL

SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA PADA TINGKAT PERTAMA KOMPRESOR DALAM INSTALASI TURBIN GAS DENGAN DAYA 141,9MW MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.3.

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari

TUGAS AKHIR ANALISIS AERODINAMIKA PADA BODI MOBIL BAYU SURYA MENGGUNAKAN CFD PADA SOFTWARE ANSYS 15.0

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIMPLE PADA LAMBUNG KAPAL UNTUK MENGURANGI TAHANAN KAPAL

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA

IRVAN DARMAWAN X

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Transkripsi:

ANALISIS AERODINAMIKA DEFLEKTOR PADA TRUCK MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Muh. Yamin *), Suhandono **) E-mail : Mohay_@staff.gunadarma.ac.id *) Dosen Teknik Mesin Universitas Gunadarma **) Alumni Teknik Mesin Universitas Gunadarma Pengurangan koefisien tahanan (drag coefisien) pada suatu kendaraan merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghemat penggunaan bahan bakar. Pada penelitian ini gaya aerodinamik pada kendaraan truck dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan dengan modifikasi penambahan deflektor. Parameter yang dibahas adalah kecepatan dan tekanan aliran udara disekeliling truc. Parameter tersebut digunakan untuk mengetahui nilai koefisien tahanan (drag), Analisis dilakukan menggunakan software cosmosflowrk berbasis CFD. Kecepatan divariasikan antara kecepatan 20 km/jam sampai dengan kecepatan 100 km/jam dengan interval 20 km/jam. Hasil penelitian menunjukan perbedaan coefisien drag (cd) pada masing-masing kendaraan, nilai coefisien drag (cd) pada truck deflektor lebih kecil dibandingkan dengan truck standart. Kata kunci : Truck, Kecepatan,Tekanan, CFD I. Pendahuluan Untuk semua kendaraan, dari kendaraan penumpang kecil hingga bus dan truk yang besar, pengurangan tahanan angin (air drag) yang ditandai dengan pengurangan koefisien tahanan (drag coefisien) adalah salah satu cara yang paling efisien untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Dalam dunia desain dan produksi kendaraan saat ini, pengujian koefisien tahanan menjadi satu hal penting yang harus dilakukan oleh industri. Kebutuhan akan informasi koefisien tahanan tersebut menjadi penting setelah semakin gencarnya usaha-usaha rekayasa teknologi untuk memproduksi kendaraan dengan konsumsi bahan bakar yang koefisien mungkin dengan pencapaian kecepatan kendaraan yang seoptimal mungkin. Dalam lingkungan persaingan global yang semakin ketat saat ini, dibutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam pengujian koefisien tahanan tesebut. Seperti kita ketahui bahwa pengujian keofisien tahanan angin suatu kendaraan dapat dilakukan di dalam

terowongan angin baik dalam ukuran kendaraan yang sebenarnya maupun dalam ukuran skala. Akan tetapi cara-cara pengujian koefisien tahanan dalam terowongan angin, baik ukuran sebenarnya maupun ukuran skala tersebut, membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu kenapa desainer maupun industri mulai memanfaatkan komputasi dan simulasi numerik Computational Fluid Dynamics (CFD) sebagai solusi terhadap permasalahan tersebut dengan pertimbangan kecepatan dalam memperoleh data koefisien tahanan dan rendahnya biaya yang harus dikeluarkan. Tujuan Penulisan Tugas Akhir ini adalah menganalisis perbandingan antara truck standart dengan truck memakai deflektor dengan perangkat lunak Cosmosflowork pada solidwork (CFD), sehingga dapat dilihat aliran fluidanya dan distribusi tekanannya. Tujuan dari simulasi ini adalah melihat pengaruh kecepatan dan tekanan pada truck standart dan truck memakai deflektor. II. Landasan Teori 2.1 Definisi Fluida. Dalam keseharian pada temperatur normal bentuk dasar dari suatu bahan umumnya terbagi menjadi tiga sifat, yaitu; zat padat, zat cair dan zat gas, walaupun ada pula yang mempunyai sifatsifat ganda. Sebuah zat padat umumnya mempunyai bentuk tertentu dan bila dilihat dari struktur molekulnya, zat padat memiliki jarak antar-molekul yang lebih rapat serta gaya kohesi antar-molekul yang lebih besar dibandingkan zat lainnya sehingga zat padat tidak mudah berubah bentuk. Sedangkan zat cair dan zat gas (yang merupakan suatu jenis fluida) umumnya mempunyai bentuk yang ditetapkan oleh wadahnya masing-masing (di mana wadah tersebut biasanya terbuat dari zat padat) dan bila dilihat dari struktur molekulnya, fluida memiliki jarak antarmolekul yang lebih besar serta gaya kohesi antar-molekul yang lebih rapat dibandingkan zat padat sehingga fluida mudah berubah bentuk tergantung dari wadah atau tempatnya. [1] 2.2 Beberapa Istilah dalam Mekanika Fluida Istilah dalam mekanika fluida dibawah ini cenderung untuk zat cair dan dalam keadaan bergerak yang sesuai dengan fluida yang akan digunakan dalam penelitian. [2] 2.3 Klasifikasi Aliran Fluida Banyak kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan fluida, seperti; tipe aliran yang terjadi, karakteristik aliran yang dimiliki, rekayasa aliran yang dilakukan dan lain-lain. Di mana semua itu dipengaruhi oleh parameter-parameter fluida serta aliran itu sendiri (seperti; temperatur, tekanan, viskositas, kecepatan, tekanan dan lainlain).

2.4 Gaya-gaya Pada Benda Ahmed Body Car : Gaya Tahanan (Drag) Dan Gaya Angkat (Lift) Pertimbangan aerodinamika adalah penting dalam desain kendaraan darat seperti truk dan mobil. Gaya aerodinamika yang paling penting pada kendaraan darat adalah tahanan. Perhatikan suatu kendaraan melaju pada kecepatan konstan pada jalan datar. Kendaraan tersebut mengalami dua gaya yang menghambat gerak lajunya: perlawanan rolling (rolling resistance) dan tahanan aerodinamika. Perlawanan antara tahanan aerodinamika dan perlawanan rolling disebut beban jalan (road load). Mesin kendaraan harus secara terus-menerus menyediakan daya untuk mengatasi beban jalan tersebut. Daya tersebut merupakan hasil perkalian dari beban jalan dengan kecepatan kendaraan. [6] 2.5 Computational Fluid Dynamic (CFD) Computational Fluid Dynamics (CFD) merupakan salah satu cara penggunaan komputer untuk menghasilkan informasi tentang bagaimana aliran fluida. CFD menggabungkan berbagai ilmu dasar teknologi diantaranya matematika, ilmu komputer, teknik dan fisika. Semua ilmu disiplin tersebut digunakan untuk pemodelan atau simulasi aliran fluida. Prinsip CFD adalah metode penghitungan yang mengkhususkan pada fluida, di mana sebuah kontrol dimensi, luas serta volume dengan memanfaatkan komputasi komputer maka dapat dilakukan perhitungan pada tiap-tiap elemennya. Hal yang paling mendasar mengapa konsep CFD banyak sekali digunakan dalam dunia industri adalah dengan CFD dapat dilakukan analisa terhadap suatu sistem dengan mengurangi biaya eksperimen dan tentunya waktu yang panjang dalam melakukan eksperimen tersebut atau dalam proses design engineering tahap yang harus dilakukan menjadi lebih pendek. Hal lain yang mendasari pemakaian konsep CFD adalah pemahaman lebih dalam mengenai karakteristik aliran fluida dengan melihat hasil berupa grafik, vektor, kontur bahkan animasi. BAB III DATA DAN ANALISIS AERODINAMIKA PADA TRUCK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS CFD 3.1 Pembuatan Truck Dengan Perangkat Lunak Solidwork. Penggambaran komponenkomponen truck pada solidwork lebih mudah dibandingkan menggunakan perangkat lunak lain yang sejenis. Selain tampilan dari solidwork yang sangat mudah dipahami. Perangkat lunak ini juga memiliki beberapa fasilitas pendukung. Oleh karena itu, penggambaran komponen tersebut dilakukan dengan perangkat lunak solidwork.

Selain itu, perangkat lunak ini juga disertai dengan fasilitas pendukung untuk menganalisa dan mensimulasikan gerakan. Cosmoswork digunakan untuk menganalisa kecepatan,tekanan, tegangan, frekuensi, tekukan, suhu dan sebagainya. Cosmosmotion digunakan untuk membuat gerakan dari benda, membuat simulasi serta menganimasikannya. Selain itu, Cosmosmotion juga dapat menganalisa beban untuk kasus analisa struktur. Sedangkan Cosmosflowork digunakan untuk menganalisa aliran fluida baik dalam maupun luar, tekanan, kecepatan dan sebagainya. 3.3 Langkah-langkah Simulasi Untuk memudahkan proses simulasi dalam subbab ini akan dijelaskan secara bertahap proses simulasi yang dimulai dari pembentukan geometri. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari enam langkah yaitu: 1. Membuat model truck dan menentukan Computital Domain serta Boundary Condition 2. Menentukan Physics 3. Poses Meshing. 4. Menjalankan Run Solver 5. Hasil Report Simulasi. 6. Hasil Post Processing 3.2 Diagram Alir Proses Simulasi Tujuan dari simulasi ini adalah menganalisis aliran fluida eksternal tekanan dan kecepatan pada truck, selain itu analisis ini juga bertujuan untuk pengurangan tahanan angin (air drag) dan pengurangan koefisien tahanan (drag coefisien) pada bagian body truck untuk salah satu cara yang paling efisien untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Simulasi.

berikut ini model yang akan disimulasikan pada skripsi ini adalah seperti gambar dibawah ini: Gambar 3.2 Model 3D truck standart Menggunakan Solidwork Gambar 3.3 Model 3D truck deflektor 1 Menggunakan Solidwork Gambar 3.4 Model 3D truck deflektor 2 Menggunakan Solidwork 3.4 Hasil Finish Run Solver Setelah perhitungan selesai ( solver as fhinesid ), tutup tampilan solver. Hasil ( result ) dari perhitungan sebelumnya dapat diketahui dengan mengklik kanan pada masing-masing cabang result. 1. Bentuk aliran ( flow trajectories ). Pada cabang ini, hasil yang dapat dilihat ialah berupa garis yang berwarna dan membentuk aliran yang sedang terjadi. Untuk menampilkannya klik kanan lalu insert selanjutnya atur parameter. 2. Nilai pada sebuah garis atau kurva yang memanjang ( XY plot ). Pada perintah ini berfungsi untuk menampilkan data dari fluida yang sedang terjadi pada sebuah garis. Data pada fluida tersebut akan diubah kedalam bentuk grafik XY. Garis yang digunakan sebelumnya dibuat dahulu dengan bantuan titik (poin) dan gari (line) pada perintah sketch. Setelah garis tersebut dibuat selanjutnya klik kana pada XY plot lalu insert. pilih garis dan koordinat sistem 1. Lalu pilih data pressure dan velocity saja agar dapat ditampilkan datanya saja. 3. Nilai pada suatu bidang 2 dimensi (cut plot ) Perintah ini berfungsi menampilkan data berupa vektor ( anak panah ), garis-garis batas beserta nilai (isolaines) warna warni

batas (counturs). Data tersebut ditampilkan secara visual (2 dimensi). Untuk menampilkannya dibutuhkan sebuah plane tambahan, dimana palne tersebut akan menjadi bidang 2 dimensinya. 3.5 Hasil Simulasi Run Solver Run Solver adalah proses dimana geometri secara keseluruhan dibagi-bagi dalam elemen-elemen kecil. Elemen-elemen kecil ini nantinya berperan sebagai kontrol surface atau volume dalam proses perhitungan yang kemudian tiaptiap elemen ini akan menjadi inputan untuk elemen disebelahnya. Hal ini akan terjadi berulang-ulang hingga domain terpenuh. Dalam run solver elemen-elemen yang akan dipilih disesuaikan dengan kebutuhan dan bentuk geometri. Dalam skripsi ini aplikasi run solver yang dipakai adalah Solidwork. Dibawah ini gambar hasil run solver dengan konfigurasi meshing kecepatan dan tekanan. 3.5.1 Gambar Hasil Run Solver Truck standart Gambar 3.6 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 20 km/jam Gambar 3.7 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 40 km/jam Gambar 3.8 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 40 km/jam Gambar 3.5 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 20 km/jam Gambar 3.9 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 60 km/jam

Gambar 3.10 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 60 km/jam Gambar 3.11 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 80 km/jam Gambar 3.12 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 80 km/jam Gambar 3.14 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 100 km/jam Pada gambar 3.5 sampai dengan 3.14 menunjukkan kontur tekanan statik pada kecepatan 20 km/jam sampai 100 km/jam. Tekanan yang lebih tinggi (ditunjukkan dengan daerah warna merah) terjadi pada bagian body depan truck, dimana daerah tersebut merupakan frontal area. 3.5.2 Hasil Pengolahan Data Tekanan Data yang didapat dari hasil simulasi ini menunjukkan bahwa Contours kecepatan dan tekanan pada truck standart yang telah di simulasi diantaranya dengan kecepatan 20 km/jam, 40 km/jam, 60 km/jam, 80 km/jam, 100 km/jam. Gambar 3.13 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 100 km/jam

3.5.3 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 20 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 20 km/jam : Gambar 3.15 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 20 km/jam Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.16, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas body depan yang terlihat pada gambar 3.16 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah sampai pada bagian atas truck, terdapat warna hijau muda yang ada pada bagian depan truck dikarnakan pecahan aliran dari tekanan depan truck. Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.15, terlihat warna hijau pada bagian depan truck. Pada bagian atas depan truck terjadi tekanan yang rendah yang terlihat dengan warna biru. Gambar 3.17 Grafik Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 20 km/jam Gambar 3.16 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 20 km/jam Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada bagian depan truck dengan tekanan 101362 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101317 Pa dengan panjang tekanan pada depan truck 0.8 m, terjadi penaikan tekanan pada bagian depan truck sampai atas depan truck dari

tekanan101317 Pa hingga mencapai 101362 dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.5.4 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 40 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 40 km/jam : Gambar 3.19 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck standartdengan Kecepatan 40 km/jam Gambar 3.18 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 40 km/jam Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.18, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas body depan yang terlihat pada gambar 3.18 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah sampai pada bagian atas truck, terdapat warna hijau muda yang ada pada bagian depan truck dikarnakan pecahan aliran dari tekanan depan truck. Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.19, terlihat warna merah pada bagian atas depan truck. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 20 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Gambar 3.20 Grafik Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 40 km/jam

Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada bagian depan truck dengan tekanan 101445 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101290 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck 0.8 m, terjadi penaikan tekanan pada bagian depan truck dari tekanan101290 Pa hingga mencapai 101445 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck hingga mencapai penaikan tekanan 101445 Pa dikarenakan atas truckl mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.5.5 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 60 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 60 km/jam: Gambar 3.21 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck standartdengan Kecepatan 60 km/jam depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.21, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.21, terlihat warna biru pada bagian ini tekanan yang paling rendah. Gambar 3.22 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck standartdengan Kecepatan 60 km/jam Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan yang rendah pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.22, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 40 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang

Gambar 3.24 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 80 km/jam Gambar 3.23 Grafik Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 60 km/jam Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 101630 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101300 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101280 dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.5.6 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 80 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 80 km/jam: Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.24, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.24 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah. Gambar 3.25 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 80 km/jam Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan yang rendah pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.25, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada

gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 60 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Gambar 3.27 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 100 km/jam Gambar 3.26 Grafik Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 80 km/jam Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 101870 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101300 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101230 dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.5.7 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 100 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 100 km/jam: Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.27, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.27 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah. Gambar 3.28 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 100 km/jam Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan yang rendah pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.28, terlihat warna

merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 80 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. 3.5.8 Hasil Flow Trajectories Truck Standart Gambar 3.30 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 20 km/jam Gambar 3.29 Grafik Tekanan (Pressure) truck standart dengan Kecepatan 100 km/jam Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 102180 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101400 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101180 dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. Gambar 3.31 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 40 km/jam Gambar 3.32 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 60 km/jam

3.6 Gambar Hasil Simulasi Run Solver Truck deflektor 1. Gambar 3.33 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 80 km/jam Gambar 3.35 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 20 km/jam Gambar 3.34 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck standart dengan Kecepatan 100 km/jam Gambar 3.36 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 20 km/jam Dari tampilan flow trajectories dengan kecepatan 20 km/jam sampai 100 km/jam terjadi tekanan aliran pada bagian depan mobil yang terlihat jelas warna merah pada gambar 3.30 sampai 3.34 disebabkan karena permukaannya rata dan terjadi aerodinamis pada bagian atas sisi mobil dikeranakan adanya lekukkan pada bagian tersebut. Gambar 3.37 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 40 km/jam Gambar 3.38 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 40 km/jam

Gambar 3.39 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 60 km/jam Gambar 3.43 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 100 km/jam Gambar 3.40 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 60 km/jam Gambar 3.44 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 100 km/jam Gambar 3.41 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 80 km/jam Pada gambar 3.35 sampai dengan 3.44 menunjukkan kontur tekanan statik pada kecepatan 20 km/jam sampai 100 km/jam. Tekanan yang lebih tinggi (ditunjukkan dengan daerah warna merah) terjadi pada bagian depan truck, dimana daerah tersebut merupakan frontal area. Gambar 3.42 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 80 km/jam 3.6.1 Hasil Pengolahan Data Tekanan Data yang didapat dari hasil simulasi ini menunjukkan bahwa Contours kecepatan dan tekanan pada truck deflektor 1 yang telah di simulasi diantaranya dengan kecepatan 20 km/jam, 40 km/jam, 60 km/jam, 80 km/jam, 100 km/jam.

3.6.2 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 20 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 20 km/jam : Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.46, terlihat warna merah pada bagian depan truck hingga tekanan menurun menjadi warna biru dan pada bagian belakang truck mengalami tekanan yang rendah. Gambar 3.45 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 20 km/jam Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.45, terlihat warna hijau pada bagian depan truck. Pada bagian atas depan truck terjadi tekanan yang rendah yang terlihat dengan warna biru. Gambar 3.46 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 20 km/jam Gambar 3.47 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 20 km/jam Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada bagian depan truck dengan tekanan 101359 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101309 Pa dengan panjang tekanan pada depan truck 0.8 m, terjadi penaikan tekanan pada bagian depan truck sampai atas depan truck dari tekanan101309 Pa hingga mencapai 101359 Pa dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis

3.6.3 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 40 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 40 km/jam : Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.49, terlihat warna merah pada bagian atas depan truck. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 20 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Gambar 3.48 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 40 km/jam Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.48, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas body depan yang terlihat pada gambar 3.48 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah sampai pada bagian atas truck, terdapat warna hijau muda yang ada pada bagian depan truck dikarenakan pecahan aliran dari tekanan depan truck. Gambar 3.49 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 40 km/jam Gambar 3.50 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 40 km/jam Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada bagian depan truck dengan tekanan 101455 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101260 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck 0.8 m, terjadi penaikan tekanan pada bagian depan truck dari tekanan101260 Pa hingga mencapai 101455 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck hingga mencapai penaikan tekanan 101455 Pa dikarenakan atas truckl mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis.

3.6.4 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 60 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 60 km/jam: Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang terdapat tekanan yang rendah pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.52, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 40 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Gambar 3.51 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 60 km/jam Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.51, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.51, terlihat warna biru pada bagian ini tekanan yang paling rendah. Gambar 3.52 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 60 km/jam Gambar 3.53 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 60 km/jam Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 101600 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101250 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101200 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis.

3.6.5 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 80 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 80 km/jam: Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang terdapat tekanan yang rendah pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.55, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 60 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Gambar 3.54 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 80 km/jam Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.54, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.54 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah. Gambar 3.55 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 80 km/jam Gambar 3.56 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 80 km/jam Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 101870 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101200 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101100 dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis.

3.6.6 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 100 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 100 km/jam: Gambar 3.57 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 100 km/jam Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan yang tinggi pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.58, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 80 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.57, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.57 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah. Gambar 3.58 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 100 km/jam Gambar 3.59 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 100 km/jam Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 102150 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101200 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101000 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis.

3.6.7 Hasil Flow Trajectories Truck Deflektor 1 Gambar 3.60 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 20 km/jam Gambar 3.63 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 80 km/jam Gambar 3.61 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 40 km/jam Gambar 3.64 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 100 km/jam Gambar 3.62 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 1 dengan Kecepatan 60 km/jam Dari tampilan flow trajectories dengan kecepatan 20 km/jam sampai 100 km/jam terjadi tekanan aliran pada bagian depan mobil yang terlihat jelas warna merah pada gambar 3.60 sampai 3.64 disebabkan karena permukaannya rata dan terjadi aerodinamis pada bagian atas sisi mobil dikeranakan adanya lekukkan pada bagian tersebut.

3.7 Truck deflektor 2. Gambar 3.65 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 20 km/jam Gambar 3.69 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 60 km/jam Gambar 3.66 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 20 km/jam Gambar 3.70 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 60 km/jam Gambar 3.67 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 40 km/jam Gambar 3.71 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 80 km/jam Gambar 3.68 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 40 km/jam Gambar 3.72 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 80 km/jam

3.7.2 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 20 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 20 km/jam : Gambar 3.73 Run Solver Tekanan (Pressure) dengan kecepatan 100 km/jam Gambar 3.75 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 20 km/jam Gambar 3.74 Run Solver Kecepatan (Velocity) dengan kecepatan 100 km/jam Pada gambar 3.65 sampai dengan 3.74 menunjukkan kontur tekanan statik pada kecepatan 20 km/jam sampai 100 km/jam. Tekanan yang lebih tinggi (ditunjukkan dengan daerah warna merah) terjadi pada bagian depan truck, dimana daerah tersebut merupakan frontal area. Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.75, terlihat warna hijau pada bagian depan truck. Pada bagian atas depan truck terjadi tekanan yang rendah yang terlihat dengan warna biru. 3.7.1 Hasil Pengolahan Data Tekanan Data yang didapat dari hasil simulasi ini menunjukkan bahwa Contours kecepatan dan tekanan pada truck deflektor 2 yang telah di simulasi diantaranya dengan kecepatan 20 km/jam, 40 km/jam, 60 km/jam, 80 km/jam, 100 km/jam. Gambar 3.76 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 20 km/jam

Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.76, terlihat warna merah pada bagian depan truck hingga tekanan menurun menjadi warna biru dan pada bagian belakang truck mengalami tekanan yang rendah. 3.7.3 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 40 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 40 km/jam : Gambar 3.78 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 40 km/jam Gambar 3.77 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 20 km/jam Pada kecepatan angin 20 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan angin yang terletak pada bagian depan truck dengan tekanan 101359 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101309 Pa dengan panjang tekanan pada depan truck 0.8 m, terjadi penaikan tekanan pada bagian depan truck sampai atas depan truck dari tekanan101309 Pa hingga mencapai 101359 Pa dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.58, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas body depan yang terlihat pada gambar 3.58 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah sampai pada bagian atas truck, terdapat warna hijau muda yang ada pada bagian depan truck dikarnakan pecahan aliran dari tekanan depan truck.

Gambar 3.79 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 40 km/jam Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.79, terlihat warna merah pada bagian atas depan truck. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 20 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. depan truck dengan tekanan 101460 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101270 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck 0.8 m, terjadi penaikan tekanan pada bagian depan truck dari tekanan101270 Pa hingga mencapai 101460 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck hingga mencapai penaikan tekanan 101460 Pa dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.7.4 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 60 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 60 km/jam: Gambar 3.81 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 60 km/jam Gambar 3.80 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 40 km/jam Pada kecepatan angin 40 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan angin yang terletak pada bagian Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.81, terlihat warna hijau pada bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar

3.81, terlihat warna biru pada bagian ini tekanan yang paling rendah. Gambar 3.82 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 60 km/jam Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang terdapat tekanan yang rendah pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.82, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 40 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Pada kecepatan angin 60 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 101630 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101250 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101175 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.7.5 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 80 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 80 km/jam: Gambar 3.84 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck delektor 2 dengan Kecepatan 80 km/jam Gambar 3.83 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 60 km/jam Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.84, terlihat warna hijau pada

bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.84 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah. Gambar 3.85 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck delektor 2 dengan Kecepatan 80 km/jam Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang terdapat tekanan yang rendah pada bagian depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.85, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 60 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 101870 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101200 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101100 dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.7.6 Hasil Simulasi Dengan Kecepatan 100 km/jam Berikut ini adalah gambar dari hasil proses simulasi tersebut dengan kecepatan 100 km/jam: Gambar 3.87 Tampilan CutPlot Tekanan (Pressure) truck delektor 2 dengan Kecepatan 100 km/jam Gambar 3.86 Grafik Tekanan (Pressure) truck delektor 2 dengan Kecepatan 80 km/jam Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan gambar tekanan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.87, terlihat warna hijau pada

bagian depan truck, tekanan yang ada di atas truck yang terlihat pada gambar 3.87 dengan warna biru terjadi tekanan yang rendah. Gambar 3.88 Tampilan CutPlot Kecepatan (Velocity)) truck delektor 2 dengan Kecepatan 100 km/jam Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan gambar kecepatan yang depan truck yang bisa di lihat pada gambar 3.68, terlihat warna merah pada bagian permukaan. Pada gambar ini tekanan yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan 80 km/jam. Tekanan mengalami penurunan tekanan pada bagian belakang truck. Pada kecepatan angin 100 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang terdapat tekanan angin yang terletak pada depan truck dengan tekanan 102190 Pa, tekanan berkurang hingga mencapai 101200 Pa dari panjang 0.8 m tekanan makin menurun mencapai 101000 Pa dengan panjang tekanan pada bagian depan truck, dikarenakan atas truck mempunyai landasan yang datar maka aliran angin mengalami aerodinamis. 3.7.7 Hasil Flow Trajectories Truck Deflektor 2. Gambar 3.90 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 20 km/jam Gambar 3.89 Grafik Tekanan (Pressure) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 100 km/jam Gambar 3.91 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 40 km/jam

Gambar 3.92 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 60 km/jam Gambar 3.93 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 80 km/jam Dari tampilan flow trajectories dengan kecepatan 20 km/jam sampai 100 km/jam terjadi tekanan aliran pada bagian depan mobil yang terlihat jelas warna merah pada gambar 3.90 sampai 3.94 disebabkan karena permukaannya rata dan terjadi aerodinamis pada bagian atas sisi mobil dikeranakan adanya lekukkan pada bagian tersebut. 3.8 Gaya Permukaan Model solusi yang digunakan dalam simulasi adalah k - ε STD. Dengan memasukkan harga projected areas (default) ke dalam references value maka diperoleh harga sebagai berikut: Tabel 3.1 Koefisien Tahanan (CD) Truck standart Koefisien Tahanan Dengan (CD) Kecepatan 20 km/jam 0.08 40 km/jam 0.34 60 km/jam 0.76 80 km/jam 1.34 100 km/jam 2.11 Gambar 3.94 Tampilan flow trajectories Kecepatan (Velocity)) truck deflektor 2 dengan Kecepatan 100 km/jam Dari kecepatan yang sudah ditentukan maka telah didapat nilai koefisien tahanan (CD), dari kecepatan 20 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan 0,08 di karenakan tekanan anginya rendah. Sedangkan dengan kecepatan 40 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) 0,34 di karenakan tekanan anginya lebih tinggi dari

kecepatan 20 km/jam. Dengan kecepatan 60 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) yaitu 0,76 nilainya lebih tinggi dari koefisien tahanan(cd) 0,09, karena tekanan angin lebih tinggi. Dari kecepatan 80 km/jam telah didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) 1,34 karena tekanan anginnya lebih tinggi. Kecepatan 100 km/jam nilai koefisien tahanannya lebih tinggi dari nilai koefisien 0,08 sampai 1,34 yaitu dengan nilai 2,11, menunjukkan kontur tekanan anginnya lebih tinggi. Tabel 3.2 Koefisien Tahanan (CD) Truckdeflektor 1 Koefisien Tahanan Dengan (CD) Kecepatan 20 km/jam 0,06 40 km/jam 0,28 60 km/jam 0,61 80 km/jam 1,10 100 km/jam 1,71 Dari kecepatan yang sudah ditentukan maka telah didapat nilai koefisien tahanan (CD), dari kecepatan 20 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan 0,06 di karenakan tekanan anginya rendah. Sedangkan dengan kecepatan 40 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) 0,28 di karenakan tekanan anginya lebih tinggi dari kecepatan 20 km/jam. Dengan kecepatan 60 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) yaitu 0,61 nilainya lebih tinggi dari koefisien tahanan(cd) 0,06, karena tekanan angin lebih tinggi. Dari kecepatan 80 km/jam telah didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) 1,10 karena tekanan anginnya lebih tinggi. Kecepatan 100 km/jam nilai koefisien tahanannya lebih tinggi dari nilai koefisien 0,08 sampai 1,10 yaitu dengan nilai 1,71, menunjukkan kontur tekanan anginnya lebih tinggi. Tabel 3.3 Koefisien Tahanan (CD) Truckdeflektor 2 Koefisien Tahanan Dengan (CD) Kecepatan 20 km/jam 0,06 40 km/jam 0,26 60 km/jam 0,60 80 km/jam 1,10 100 km/jam 1,67 Dari kecepatan yang sudah ditentukan maka telah didapat nilai koefisien tahanan (CD), dari kecepatan 20 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan 0,06 di karenakan tekanan anginya rendah. Sedangkan dengan kecepatan 40 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) 0,26 di karenakan tekanan anginya lebih tinggi dari kecepatan 20 km/jam. Dengan kecepatan 60 km/jam didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) yaitu 0,60 nilainya lebih tinggi dari koefisien tahanan(cd) 0,06, karena tekanan angin lebih tinggi. Dari kecepatan 80 km/jam telah didapatkan nilai koefisien tahanan (CD) 1,10 karena tekanan anginnya lebih tinggi. Kecepatan 100 km/jam nilai koefisien tahanannya

lebih tinggi dari nilai koefisien 0,06 sampai 1,10 yaitu dengan nilai 1,67, menunjukkan kontur tekanan anginnya lebih tinggi. 3.9 Grafik Profil kecepatan Dilihat dari profil kecepatan menunjukkan adanya perbedaan grafik kecepatan, berikut ini adalah grafik : Gambar 3.97 grafik kecepatan truck deflector 2 Gambar 3.95 grafik kecepatan truck standart Gambar 3.98 perbandingan 3 grafik kecepatan pada truck BAB IV PENUTUP Gambar 3.96 grafik kecepatan truck deflector 1 4.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan simulasi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan program CFD menunjukkan adanya fluktuasi (perubahan) nilai dari tekanan yang terjadi pada bagian truck. Salah satu faktornya disebabkan oleh perubahan kecepatan.

Berdasarkan hasil analisis terjadi perbedaan Koefisien Tahanan (CD) antara truck standart dengan truck memakai deflektor bahwa Koefisien Tahanan (CD) truck memakai deflektor lebih kecil dibandingkan dengan truck standart jadi truck memakai deflektor lebih aerodinamis dibandingkan truck standart. Berdasarkan hasil analisi perbandingan dari kecepatannya bahwa truck deflector kecepatannya lebih tinngi di bandingkan truck standart. 4.2 Saran Untuk mengahadapi persoalan yang menyangkut mengenai fluida, khususnya dalam analisa dengan perangkat lunak. Usaha usaha yang sebaiknya dilakukan adalah: 1. Hendaknya mengetahui terlebih dahulu jenis analisa fluida yang ingin diketahui. Apakah analisa tersebut adalah aliran dalam (interal) atau aliran luar (eksternal). 2. Mengetahui kondisi kondisi fluida awal sebelum dilakukan proses analisa. Seperti kecepatan, tekanan, jenis fluida dan sebagainya. 3. Bila ingin melakukan analisa sebelumnya sudah ada suatu sistem yang dapat dijadikan standar analisa DAFTAR PUSTAKA 1. Olson, M. Reuben and Wright, J. Steven., diterjemahkan Alex Tri Kantjono Widodo., DASAR DASAR MEKANIKA FLUIDA TEKNIK, Edisi Kelima, Cetakan 1, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993. 2. Streeter, V. L., Wylie, and Benyamin E., diterjemahkan oleh Arko Prijono., MEKANIKA FLUIDA, Edisi Kedelapan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1999. 3. Harijono Djojodihardjo., MEKANIKA FLUIDA, Erlangga, Jakarta, 1982. 4. Gerhart, Philip M. dan Gross, Richard j., Fundamental Of Fluid Mechanics, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1985. 5. Lembaga Kursus CCIT., Modul Computational Fluid Dynamic, Depok.