Perancangan Sistem Transportasi Kota Bandung dengan Menerapkan Konsep Sirkuit Hamilton dan Graf Berbobot

dokumen-dokumen yang mirip
Aplikasi Shortest Path dengan Menggunakan Graf dalam Kehidupan Sehari-hari

Penggunaan Graf Semi-Hamilton untuk Memecahkan Puzzle The Hands of Time pada Permainan Final Fantasy XIII-2

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf

APLIKASI GRAF DALAM PEMBUATAN JALUR ANGKUTAN KOTA

Penerapan Travelling Salesman Problem dalam Penentuan Rute Pesawat

Aplikasi Algoritma Prim dalam Penentuan Pohon Merentang Minimum untuk Jaringan Pipa PDAM Kota Tangerang

Pengaplikasian Graf dalam Menentukan Rute Angkutan Kota Tercepat

Aplikasi Pohon Merentang Minimum dalam Rute Jalur Kereta Api di Pulau Jawa

Aplikasi Graf Berbobot dalam Menentukan Jalur Angkot (Angkutan Kota) Tercepat

Analisa Lalu Lintas dan Keamanan di Kota Bandung dengan Penerapan Teori Graf dan Pohon

Permodelan Pohon Merentang Minimum Dengan Menggunakan Algoritma Prim dan Algoritma Kruskal

Pengaplikasian Graf dalam Pendewasaan Diri

Penerapan Pewarnaan Graf pada Permainan Real- Time Strategy

Representasi Hierarki Kebutuhan Maslow Menggunakan Teori Graf

Pencarian Lintasan Hamilton Terpendek untuk Taktik Safe Full Jungle Clear dalam Permainan League of Legends

Aplikasi Teori Graf dalam Permainan Instant Insanity

Penerapan Greedy pada Jalan Jalan Di Bandung Yuk! V1.71

Graf dan Pengambilan Rencana Hidup

Aplikasi Pewarnaan Graf pada Penjadwalan Pertandingan Olahraga Sistem Setengah Kompetisi

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016

Pengaplikasian Graf dan Algoritma Dijkstra dalam Masalah Penentuan Pengemudi Ojek Daring

Aplikasi Pohon dan Graf dalam Kaderisasi

Aplikasi Graf pada Fitur Friend Suggestion di Media Sosial

TEORI GRAF DALAM MEREPRESENTASIKAN DESAIN WEB

APLIKASI GRAF DALAM BISNIS TRAVEL BANDUNG-BOGOR

Penggunaan Graf dan Pohon Merentang Minimum dalam Menentukan Jalur Terpendek Bepergian di Negara-negara Asia Tenggara dengan Algoritma Prim

Graf Sosial Aplikasi Graf dalam Pemetaan Sosial

Algoritma Prim sebagai Maze Generation Algorithm

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf

PEWARNAAN GRAF SEBAGAI METODE PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN

Penerapan Sirkuit Hamilton dalam Perencanaan Lintasan Trem di ITB

Aplikasi Pewarnaan Graf Pada Pengaturan Warna Lampu Lalu Lintas

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Teori Graf dalam Pemetaan Sosial

Aplikasi Graf dalam Merancang Game Pong

Penerapan Teori Graf untuk Menentukan Tindakan Pertolongan Pertama pada Korban Kecelakaan

Analogi Pembunuhan Berantai Sebagai Graf Dalam Investigasi Kasus

Penerapan Graf pada Rasi Bintang dan Graf Bintang pada Navigasi Nelayan

APLIKASI PEWARNAAN SIMPUL GRAF UNTUK MENGATASI KONFLIK PENJADWALAN MATA KULIAH DI FMIPA UNY

Aplikasi Pewarnaan Graf untuk Sistem Penjadwalan On-Air Stasiun Radio

Kasus Perempatan Jalan

Penerapah Graf untuk Memecahkan Teka-Teki Menyeberangi Sungai

Pemanfaatan Algoritma Sequential Search dalam Pewarnaan Graf untuk Alokasi Memori Komputer

Pencarian Jalur Terpendek dengan Menggunakan Graf dan Greedy dalam Kehidupan Sehari-hari

Aplikasi Pohon Merentan Minimum dalam Menentukan Jalur Sepeda di ITB

Penerapan Pewarnaan Graf dalam Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

PENERAPAN GRAF DAN POHON DALAM SISTEM PERTANDINGAN OLAHRAGA

I. PENDAHULUAN. Gambar 1: Graf sederhana (darkrabbitblog.blogspot.com )

Penentuan Rute Terpendek Tempat Wisata di Kota Tasikmalaya Dengan Algoritma Floyd-warshall

Penyelesaian Traveling Salesman Problem dengan Algoritma Heuristik

Representasi Graf dalam Menjelaskan Teori Lokasi Industri Weber

Aplikasi Teori Graf dalam Manajemen Sistem Basis Data Tersebar

Aplikasi Teori Graf dalam Pencarian Jalan Tol Paling Efisien

Pengembangan Teori Graf dan Algoritma Prim untuk Penentuan Rute Penerbangan Termurah pada Agen Penyusun Perjalanan Udara Daring

Penerapan Pewarnaan Graf dalam Perancangan Lalu Lintas Udara

Aplikasi Graf Berarah Pada Item Dalam Game DOTA 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi Graf pada Hand Gestures Recognition

I. PENDAHULUAN II. DASAR TEORI. Penggunaan Teori Graf banyak memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat.

MEMBANDINGKAN KEMANGKUSAN ALGORITMA PRIM DAN ALGORITMA KRUSKAL DALAM PEMECAHAN MASALAH POHON MERENTANG MINIMUM

Graf. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP

Aplikasi Graf dalam Formasi dan Strategi Kesebelasan Sepakbola

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Contoh-contoh graf

Pemodelan Game Theory untuk Mengatasi Kemacetan

Penerapan Algoritma Prim dan Kruskal Acak dalam Pembuatan Labirin

Menentukan Arah Pukulan Terbaik dalam Pertandingan Bulutangkis Kategori Tunggal dengan Teori Graf Terbalik

Strategi Permainan Menggambar Tanpa Mengangkat Pena

Implementasi Graf dalam Penentuan Rute Terpendek pada Moving Object

MATEMATIKA DISKRIT II ( 2 SKS)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penyelesaian Teka-Teki Sudoku dengan Didasarkan pada Teknik Pewarnaan Graf

Art Gallery Problem II. POLIGON DAN VISIBILITAS. A. Poligon I. PENDAHULUAN. B. Visibilitas

APLIKASI PEWARNAAN GRAF PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS

Penerapan Graf dan Algoritma Prim dalam Perancangan Rute Wisata di Kota Tokyo yang Efisien

Penerapan Graf pada PageRank

PENDAHULUAN MODUL I. 1 Teori Graph Pendahuluan Aswad 2013 Blog: 1.

G r a f. Pendahuluan. Oleh: Panca Mudjirahardjo. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut.

POLA PERMAINAN SEPAK BOLA DENGAN REPRESENTASI GRAF

Pengaplikasian Pohon dalam Silsilah Keluarga

Asah Otak dengan Knight s Tour Menggunakan Graf Hamilton dan Backtracking

SIMPLE 3D OBJECTS AND THEIR ANIMATION USING GRAPH

Aplikasi Graf dalam Rute Pengiriman Barang

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf

Penerapan Program Dinamis Pada Sistem Navigasi Otomotif

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

Studi Algoritma Optimasi dalam Graf Berbobot

Aplikasi Shortest Path dalam Strategy Game Mount & Blade: Warband

Deteksi Wajah Menggunakan Program Dinamis

Penggunaan Pohon Biner Sebagai Struktur Data untuk Pencarian

MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK SUATU GRAF BERBOBOT DENGAN PENDEKATAN PEMROGRAMAN DINAMIS. Oleh Novia Suhraeni 1, Asrul Sani 2, Mukhsar 3 ABSTRACT

Aplikasi Graf dalam Pembuatan Game

Penggunaan Perwarnaan Graf dalam Mencari Solusi Sudoku

Graf. Matematika Diskrit. Materi ke-5

BAB II LANDASAN TEORI

Aplikasi Graf pada Penentuan Jadwal dan Jalur Penerbangan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kode MK/ Matematika Diskrit

APLIKASI GRAF UNTUK MENENTUKAN JALUR ANGKOT TERCEPAT. Data dari rute-rute angkot di sekeliling ITB (Institut Teknologi Bandung).

Aplikasi Graf pada Telaah Naskah Akademik RUU Pemilihan Kepala Daerah

GRAF. V3 e5. V = {v 1, v 2, v 3, v 4 } E = {e 1, e 2, e 3, e 4, e 5 } E = {(v 1,v 2 ), (v 1,v 2 ), (v 1,v 3 ), (v 2,v 3 ), (v 3,v 3 )}

Transkripsi:

Perancangan Sistem Transportasi Kota Bandung dengan Menerapkan Konsep Sirkuit Hamilton dan Graf Berbobot Rakhmatullah Yoga Sutrisna (13512053) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13512053@std.stei.itb.ac.id Abstrak Kemacetan lalu lintas dalam kota merupakan salah satu permasalahan rumit yang hingga saat ini belum dapat ditemukan solusi efektifnya. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya volume kendaraan dalam kota, termasuk volume angkutan umum. Saat ini, khususnya untuk kota Bandung, tersedia banyak sekali trayek angkutan umum yang masing-masing trayek juga mempunyai armada yang cukup banyak. Banyaknya armada angkutan umum tersebut harus dikelola secara sistematis agar tidak menimbulkan permasalahan yang sama, yaitu kemacetan. Salah satu konsep dalam Matematika Diskrit, yaitu Sirkuit Hamilton dan Graf berbobot, dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dalam makalah ini, Sirkuit Hamilton dan Graf berbobot akan diterapkan dalam penentuan trayek-trayek angkutan umum agar operasionalnya lebih efisien. dirasakan oleh pelajar, mereka membutuhkan alat transportasi untuk mempermudah mereka menjangkau tempat belajarnya. Kesimpulannya, untuk melakukan aktivitas sehari-hari, orang-orang akan sangat membutuhkan alat transportasi agar memudahkan untuk bepergian. Salah satu sarana transportasi yang disediakan Pemerintah Kota Bandung adalah angkutan umum. Di Kota Bandung terdapat banyak sekali trayek angkutan umum guna memenuhi kebutuhan warganya untuk bepergian ke berbagai tempat yang diinginkan. Namun banyaknya armada untuk masing-masing trayek tersebut ternyata membawa masalah baru bagi lalu lintas Kota Kata Kunci Transportasi, Kota Bandung, Sirkuit Hamilton, Graf, Graf Berbobot, Kemacetan. I. PENDAHULUAN Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat mempunyai banyak sekali daya tarik bagi masyarakat Indonesia untuk mengunjunginya, bahkan untuk menetap di sana. Sebagai konsekuensinya, Kota Bandung dipadati ribuan orang setiap harinya. Begitu juga untuk masalah transportasi, masyarakat tidak pernah bisa lepas dengan persoalan ini. Ribuan orang bepergian ke berbagai daerah di Kota Bandung dengan menggunakan berbagai alat transportasi, ada yang menggunakan kendaraan pribadi, ada juga yang menggunakan sarana transportasi umum seperti angkutan umum. Namun banyaknya jumlah armada kendaraan bermotor yang beredar di Kota Bandung menyebabkan timbulnya permasalahan baru, yaitu kemacetan. Sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, Bandung mempunyai mobilias penduduk yang sangat tinggi. Demikian juga, sebanding dengan angka kepadatan penduduknya, kebutuhan transportasi akan terus meningkat pula. Misalkan seseorang pergi ke tempat kerja mereka, jika jarak dari tempat tinggal seseorang menuju tempat kerjanya terbilang cukup jauh, seseorang tersebut akan membutuhkan alat transportasi untuk menuju ke tempat kerja tersebut. Kebutuhan yang sama juga Gambar 1. Armada angkutan umum Kota Bandung (www.rimanews.com) Jumlah armada angkutan umum yang belum termasuk kendaraan pribadi milik warga Kota Bandung yang diperkirakan akan terus bertambah ternyata tidak sebanding dengan ketersediaan lahan jalan di kota ini. Dampak langsungnya tentu saja berupa kemacetan di berbagai ruas jalan di Ibukota Provinsi Jawa Barat ini. Ditambah lagi apabila terdapat beberapa oknum supir angkutan umum yang ngetem sembarangan di tepi jalan dengan maksud untuk menunggu penumpang memenuhi armada angkutan. Masalah di atas perlu solusi taktis untuk menanggulanginya, agara kemacetan yang terjadi tidak semakin parah. Dalam makalah ini penulis akan membahas penerapan konsep Sirkuit Hamilton sebagai

salah satu bahasan dalam kuliah Matematika Diskrit dalam perancangan sistem angkutan umum untuk Kota Bandung agar masalah-masalah di atas dapat ditanggulangi dengan baik. A. Definisi Graf II. DASAR TEORI GRAF Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul (vertices atau node) dan E adalah himpunan sisi (edges atau arcs) yang menghubungkan sepasang simpul [1]. Hal ini berarti himpunan E boleh kosong, yang artinya graf tidak mempunyai sisi-sisi yang menghubungkan antar simpulnya, namun himpunan V tidak boleh kosong, karena sebuah graf harus memiliki minimal satu buah simpul. Biasanya simpul direpresentasikan dengan bilangan asli (1, 2, 3, ) sedangkan sisi direpresentasikan dengan e 1, e 2, e 3,.... Dengan kata lain e dapat ditulis sebagai e = (v,v). terhubung jika terdapat lintasan dari u ke v. jika dua buah simpul terhubung maka pasti simpul yang pertama dapat dicapai dari simpul yang kedua. Jika setiap pasang simpul di dalam graf terhubung, maka graf tersebut kita katakan graf terhubung. Graf tak-berarah G disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk setiap pasang simpul u dan v di dalam himpunan V terdapat lintasan dari u ke v (yang juga harus berarti ada lintasan dari u ke v). Jika tidak, maka G disebut graf tak-terhubung (disconnected graph). Sebagai catatan, graf yang hanya terdiri atas satu simpul saja (tidak ada sisi) tetap kita katakana terhubung, karena simpul tunggalnya terhubung dengan dirinya sendiri. Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tak-berarahnya terhubung (graf tak-berarah dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya). 6. Upagraf dan Upagraf Merentang (Spanning Subgraph) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf. G 1 = (V 1, E 1) adalah upagraf (subgraph) dari G jika V 1 V dan E 1 E. Upagraf G 1 = (V 1, E 1) dari G = (V, E) dikatakan upagraf merentang jika V 1 =V (yaitu G 1 mengandung semua simpul dari G). Gambar 2. (a) graf sederhana, (b) graf ganda, dan (c) graf semu B. Terminologi Dasar 1. Bertetangga (Adjacent) Dua buah simpul pada graf tak-berarah G dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, u bertetangga dengan v jika (u,v) adalah sebuah sisi pada graf G. 2. Bersisian (Incident) Untuk sembarang sisi e = (u,v) sisi e dikatakan bersisian dengan simpul u dan simpul v. 3. Lintasan (Path) Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v 0 ke simpul tujuan v n di dalam graf G ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk v 0,e 1,v 1,e 2,,v n-1,e n,v n sedemikian sehingga e 1 = (v 0,v 1), e 2 = (v 1,v 2) dan seterusnya adalah sisi-sisi dari graf G. 4. Sirkuit (Circuit) Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit atau siklus. Sebuah sirkuit dikatakan sirkuit sederhana (simple circuit) jika setiap sisi yang dilalui berbeda. 5. Terhubung (Connected) Dua buah simpul u dan simpul v dikatakan Gambar 3. (a) graf G, (b) upagraf merentang dari G, (c) bukan upagraf rentang dari G 7. Graf Berbobot (Weighted Graph) Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga (bobot). Bobot pada tiap sisi dapat berbeda-beda bergantung paa masalah yang dimodelkan dengan graf. Bobot dapat menyatakan jarak antara dua buah kota, biaya perjalanan antara dua buah kota waktu tempuh pesan (message) dari sebuah simpul komunikasi ke simpul komunikasi lain (dalam jaringan komputer), ongkos produksi, dan sebagainya. Gambar 4. Graf berbobot

C. Lintasan dan Sirkuit Hamilton Lintasan Hamilton ialah lintasan yang melalui tiap simpl di dalam graf tepat satu kali. Bila lintasan tersebut kembali ke simpul asal membentuk lintasan tertutup (sirkuit), maka lintasan tertutup itu dinamakan sirkuit Hamilton. Dengan kata lain, sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap simpul di dalam graf tepat satu kali, kecuali simpul asal (sekaligus simpul akhir) yang dilalui dua kali. Graf yang memiliki sirkuit Hamilton dinamakan graf Hamilton, sedangkan graf yang hanya memiliki lintasan Hamilton disebut graf semi-hamilton. Gambar 5. (a) graf yang memiliki lintasan Hamilton (misal: 3, 2, 1, 4) (b) graf yang memiliki lintasan Hamilton (1, 2, 3, 4, 1) (c) graf yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit Hamilton Di sini diberikan beberapa hasil umum tentang keberadaan lintasan atau sirkuit Hamilton degan menggunakan beberapa syarat cukup (bukan syarat perlu) berupa Teorema Dirac dan Teorema Ore. 1. Teorema Dirac Jika G adalah graf sederhana dengan n buah simpul (n > 3) sedemikian sehingga derajat tiap simpul paling sedikit n/2 (yaitu, d(v) > n/2 untuk setiap simpul y di G), maka G adalah graf Hamilton. 2. Teorema Ore Jika G adalah graf sederhana dengan n buah simpul (n > 3) sedemikian sehingga d(v) + d(u) > n untuk setiap pasang simpul tidak-bertetangga u dan v, maka G adalah graf Hamilton. terdapat (n-1)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas (tidak ada sisi yang beririsan). Jika n genap dan n > 4, maka di dalam G terdapat (n-2)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas [1]. III. TRANSPORTASI KOTA BANDUNG Jika sebuah kota diibaratkan sebagai makhluk hidup, maka penduduknya adalah darah dari kota tersebut, dan sarana transportasi menjadi pembuluh darah bagi kota tersebut. Oleh karena itu penting untuk mengelola infrastruktur transportasi dengan baik, agar suplai nutrisi untuk sebuah kota dapat terpenuhi. Nutrisi untuk kota yang dimaksud dalam hal ini antara lain adalah informasi, logistik, dan kebutuhan lainnya. Jika nutrisi tersebut tidak terpenuhi, maka dapat dikatakan kota tersebut akan sakit. Kemacetan kota Bandung semakin dirasa nyata dan semakin parah beberapa tahun belakangan ini. Sederhananya kemacetan kota Bandung merupakan akibat dari tidak seimbangnya jumlah luas ruas jalan dengan kendaraan yang melintasinya. Hal ini sepertinya dapat dikaitkan dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan pribadi dan ketidakmampuan angkutan umum untuk mempertahankan jumlah penumpangnya. Saat ini terdapat lebih dari 5000 unit angkutan kota, lebih dari 500.000 unit sepeda motor dan lebih dari 200.000 unit mobil yang ada di kota Dapat kita bayangkan ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dengan luas ruas jalan! Bandung sendiri luasnya tidak bertambah besar dalam beberapa dekade belakangan ini, sedangkan jumlah penduduknya cenderung bertambah terus. Apabila penambahan jumlah penduduk dibarengi dengan penambahan jumlah kendaraan pribadi, akan jadi seperti apa Bandung ini ketika anak kita nanti tumbuh besar? [2]. IV. PENERAPAN SIRKUIT HAMILTON Gambar 6. (a) Dodecahedron Hamilton, dan (b) graf yang mengandung sirkuit Hamilton Perlu diketahui juga bahwa setiap graf lengkap juga merupakan graf Hamilton. Di dalam graf lengkap G dengan n buah simpul (n > 3) terdapat sebanyak (n-1)!/2 buah sirkuit Hamilton. Jika n adalah bilangan ganjil, maka Gambar 7. Peta trayek angkutan umum Kota Bandung (petaangkot.wordpress.com) Menurut sumber anantoep.wordpress.com, jumlah trayek angkutan umum Kota Bandung saat ini berjumlah 38 trayek, dengan kurang lebih terdapat 5000 unit armada angkutan kota. Jika diperhatikan gambar 6 di atas, sekilas

terlihat bahwa persebaran armada angkutan kota tidak merata ke seluruh trayek. Hal ini menjadi tidak efisien, terlebih jika di beberapa ruas jalan tertentu dilewati oleh lebih dari satu angkot. Contoh untuk persoalan ini dapat dilihat pada perempatan simpang dago. Pasar Simpang ini dilalui hingga 5 trayek angkot, Caheum-Ciroyom, Kalapa- Dago, Riung-Dago, Dago-Ciburial, dan Caringin-Sadang Serang [3]. Tidak mengherankan jika setiap harinya pada ruas jalan tersebut lalu lintasnya menjadi sangat padat dan rawan kemacetan, hal ini dikarenakan menumpuknya volume armada angkutan kota untuk berbagai trayek dalam satu daerah. Gambar 8. Lokasi penumpukan trayek angkutan umum Kota Bandung (mapsengine.google.com) dari daerah-daerah yang dilayani trayek angkutan umum lebih dari satu trayek, sedangkan bobot graf merupakan representasi dari jarak Untuk mencari rute yang paling efisien, terlebih dahulu harus diketahui jarak antar daerah yang akan dijadikan rute tersebut, kemudian dicari sirkuit Hamilton terpendeknya. Tabel berikut ini menampilkan daftar jarak antar daerah, yang didapat dari maps.google.com. Jarak (km) A B C D E F G A 2.9 6.6 8.8 6.8 11.5 6.6 B 2.9 3.8 5.8 4.9 9.5 4.6 C 6.6 3.8 3.1 2.8 7.3 3.1 D 8.8 5.8 3.1 4.9 9.1 5.9 E 6.8 4.9 2.8 4.9 4.6 2.8 F 11.5 9.5 7.3 9.1 4.6 4.8 G 6.6 4.6 3.1 5.9 2.8 4.8 Keterangan : Indeks daerah terdapat pada tabel 1. Tabel 2. Jarak antar trayek Namun terdapat kendala yang dihadapi dalam pembuatan rute angkutan umum yang benar-benar mengacu pada konsep Sirkuit Hamilton dan graf berbobot untuk membuat trayek yang efisien. Hal ini disebabkan infrastruktur jalan Kota Bandung mempunyai beberapa keterbatasan seperti jalan yang cenderung tidak lurus dari arah asal menuju arah tujuan, serta peraturan jalan satu arah yang diterapkan di beberapa ruas jalan di Kota Dengan berbagai kendala dan keterbatasan tersebut, maka graf Hamilton yang dibuat juga harus mengikuti kondisi yang ada di lapangan. Graf Hamilton rute angkutan umum terpendek yang dapat dibuat dijelaskan pada gambar di bawah ini. No. A B C D E F G Daerah Terminal Cicaheum Jl. Brigjen Katamso Jl. Merdeka Kebon Kalapa Jl. Cipaganti Terminal Ledeng Simpang Dago Tabel 1. Daerah penumpukan trayek angkutan umum Kota Bandung Untuk menanggulangi masalah tersebut, perlu adanya perbaikan dan perubahan sistem trayek pada angkutan umum di Kota Alternatif solusi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah dengan menyederhanakan titik-titik penumpukan trayek seperti yang dijelaskan pada gambar 8 dengan menggunakan satu trayek yang melewati ketujuh titik di atas masing-masing satu kali dengan memanfaatkan konsep Sirkuit Hamilton. Simpul-simpul dalam Graf Hamilton adalah representasi Gambar 9. Salah satu contoh graf rancangan rute Hamilton angkutan Kota Bandung (maps.google.com)

Pada graf rancangan trayek Hamilton di atas, rute diawali dari Terminal Cicaheum, lalu menuju ke arah Jl. Brigjen Katamso, kemudian menuju Jl. Merdeka, lalu ke arah Kebon Kalapa, kemudian ke arah utara menuju Jl. Cipaganti, hingga ke Terminal Ledeng, lalu menuju perempatan Simpang Dago, kemudian kembali lagi ke Terminal Cicaheum. Trayek ini menempuh jarak sejauh 32,4 kilometer. Sistem yang akan diterapkan dalam alternatif ini adalah dengan mengganti trayek-trayek angkutan umum yang sudah ada pada titik-titik (simpul) tersebut dengan satu trayek yang melewati daerah di atas masing-masing satu kali. Armada angkutan umum juga harus diperbarui agar dapat menampung lebih banyak penumpang, misal menggantinya dengan bus berukuran sedang. Sistem di atas memberi keuntungan yakni pengurangan armada angkutan umum yang beroperasi. Diharapkan dengan sistem perutean angkutan umum seperti ini jumlah armada angkutan yang beroperasi dapat sebanding dengan jumlah penggunanya, agar tidak terjadi lagi permasalahan seperti kebiasaan ngetem supir angkutan umum yang dapat menyebabkan penumpukan kendaraan di beberapa ruas jalan di Kota Dengan demikian sistem perutean angkutan umum Kota Bandung akan menjadi lebih tertata rapi, sehingga peredaran darah Kota Bandung dapat dialirkan dengan lancar dan kebutuhan nutrisi kota juga dapat terpenuhi dengan baik. REFERENSI [1] Munir, Rinaldi. Matematika Diskrit. Informatika 2012, hal. 356-412. [2] http://angkotday.info/, diakses pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 19.57 WIB. [3] http://taufiqsuryo.wordpress.com/2010/10/04/merancangtransportasi-publik-kota-bandung-upaya-estimasi-pergerakan-danpemilihan-moda-optimum/, diakses pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 20.23 WIB. [4] https://maps.google.com/, diakses pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 20 46 WIB. [5] http://www.rimanews.com/sites/default/files/imagecache/article/an gkot_8.jpg, diakses pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 19.38 WIB. [6] http://petaangkot.files.wordpress.com/2011/03/10-01-05_petaangkot_dasar.jpg, diakses pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 19.49 WIB. [7] https://mapsengine.google.com/map/edit?mid=ztibh2x18y3m.kl GKXEoHge3A, diakses pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 19.53 WIB. PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa makalah yang saya tulis ini adalah tulisan saya sendiri, bukan saduran, atau terjemahan dari makalah orang lain, dan bukan plagiasi. Bandung, 27 November 2013 V. SIMPULAN Teori Graf dalam Matematika Diskrit dapat dimanfaatkan dalam banyak hal pada kehidupan seharihari. Banyak konsep yang implementasinya dapat memudahkan kegiatan kita, seperti pencarian jalur terpendek, pewarnaan graf, dan lain sebagainya. Termasuk salah satunya dalam pembuatan sistem angkutan umum untuk sebuah kota, salah satunya Kota Sistem perutean angkutan umum dalam kota menjadi hal yang penting, karena jumlah armada angkutan kota ditambah dengan laju pertambahan kendaraan pribadi dapat menyebabkan penumpukan volume kendaraan bermotor di ruas-ruas jalan di Kota Bandung, yang lamakelamaan dapat menyebabkan kemacetan parah. Ketika sistem perutean dan infrastruktur angkutan umum dalam kota sudah baik, tidak menutup kemungkinan orang-orang yang telah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi dalam bepergian akan beralih menggunakan moda transportasi umum. Oleh karena itu, selain penerapan alternatif solusi yang telah dibahas dalam makalah ini, langkah lain yang sebaiknya diambil oleh pengampu kebijakan Kota Bandung ialah memperbaiki sarana-prasarana transportasi umum Kota Rakhmatullah Yoga Sutrisna 13512053