WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2009 TENTANG BUSANA RESMI DUTA WISATA CAK DAN NING SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

Universitas Sumatera Utara

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI WALIKOTA YOGYAKARTA,

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

BERITA NEGARA. ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

Powered by TCPDF (

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 362 TAHUN 2016 TENTANG

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

NOMOR : 12 TAHUN 2010

BAHAN AJAR BAGIAN IV SEJARAH MODE PAKAIAN DAERAH DI INDONESIA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Und

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Briefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

SENI LIPAT MELIPAT DAN ARTI SIMBOLIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

W A L I K O T A M A T A R A M

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

MODEL, ATRIBUT DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 52 TAHUN 2010

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 31 TAHUN 2O16 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI PATI

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN PROMOSI PERSEWAAN DEKORASI, BUSANA JAWA MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4658); 3. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 ten

Transkripsi:

NSI DAERAHISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 173 TAHUN 2014 TA TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS TRADISIONAL GAGRAK NGAYOGYAKARTA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melestarikan, mempromosikan dan mengembangkan salah satu budaya daerah melalui penggunaan busana tradisional Yogyakarta, maka perlu mengatur mengenai penggunaan Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Yogyakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 5. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 72 Tahun 2008 tentang Budaya Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 6. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1992 tentang Yogyakarta Berhati Nyaman;

M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS TRADISIONAL GAGRAK NGAYOGYAKARTA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA KESATU : Menetapkan penggunaan Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta bagi pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. KEDUA : Ketentuan penggunaan Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU sebagai berikut : a. pegawai putra : 1. baju surjan (takwa) bahan dasar lurik; 2. blangkon batik cap atau tulis; 3. kain/ jarik batik yang diwiru biasa dan berlatar warna hitam atau putih; 4. Setagen/ lonthong; 5. kamus timang; 6. memakai keris atau duwung; dan 7. memakai selop/cenela. b. pegawai putri : 1. baju kebaya tangkepan; 2. kain/ jarik batik yang diwiru biasa dan berlatar warna hitam atau putih; 3. rambut menggunakan gelung tekuk/menyesuaikan; dan 4. memakai selop/cenela. KETIGA : Ketentuan mengenai Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta yang tidak boleh digunakan bagi pegawai yaitu : a. kain/jarik yang bermotif parang rusak besar; b. memakai wiru engkol; dan c. untuk pegawai putri baju kebaya yang berkutubharu. KEEMPAT : Dalam penggunaan Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU pegawai diseyogyakan : a. menggunakan assesoris; b. menggunakan blangkon motif modang; dan c. untuk pegawai putri menggunakan baju kebaya polos. KELIMA : Ketentuan penggunaan Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA dan KEEMPAT dengan contoh motif, model/ bentuk serta cara pemakaian sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan Walikota ini. KEENAM : Penggunaan Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU digunakan setiap Kamis Pahing : KETUJUH : Ketentuan Penggunaan Pakaian Dinas Tradisional Gagrak Ngayogyakarta sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, KEDUA, KEEMPAT Dan KELIMA dikecualikan bagi pegawai yang melaksanakan tugas operasional di lapangan yang tidak memungkinkan menggunakan Pakaian Dinas Tradisional Ngayogyakarta dan akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala SKPD/Unit Kerja masing-masing. KEDELAPAN : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 28 Maret 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA, ttd HARYADI SUYUTI

LAMPIRAN : KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 173 TAHUN 2014 TANGGAL : 28 Maret 2014 CONTOH MOTIF DAN MODEL/ BENTUK PERLENGKAPAN PAKAIAN DINAS TRADISIONAL GAGRAK NGAYOGYAKARTA A. Pegawai putra : 1. Baju surjan (takwa) bahan dasar lurik. Baju surjan atau biasa disebut baju takwa yaitu pengageman surjan atau takwa yang berbentuk : a. lengan panjang ; b. Ujung baju runcing ; c. Leher tinggi berkancing 3 pasang (6 buah); d. 2 buah kancing di dada; e. 3 buah kancing tertutup di ulu hati; dan f. Motif atau model baju surjan (takwa) bahan dasar lurik antara lain seperti : Contoh bahan lurik Contoh model Baju Surjan 2. Blangkon batik cap atau tulis. a. Blangkon yaitu iket lembaran sebagai penutup kepala yang sudah dibuat jadi Blangkon dapat dipilih motif modang, kumitir, blumbangan, wulung berwarna, batik cap dan batik tulis yang diserasikan dengan warna surjan. Pada bagian atas telinga kanan dan kiri bisa ditambah kain polos (kemada) diserasikan dengan Setagen / lonthong atau dengan surjan.

b. Bentuk/ model blangkon antara lain seperti : Blangkon Motif Modang Blangkon Motif Kumitir Blangkon Motif Blumbangan Blangkon Motif Wulung 3. Kain/ jarik batik yang diwiru biasa dan berlatar warna hitam atau putih a. Kain Batik/Jarik : kain/ jarik batik Yogyakarta yang dikenakan biasanya dipilih motif batik berlatar warna hitam atau putih baik cap atau tulis serta ciri kain batik tersebut memiliki sered berwarna putih dan diwiru dililitkan dari arah kanan ke kiri, bagian dalam diwiru pula sesuai dengan sisi kainnya (pengasih). Apabila menggunakan kain motif parang kecil, motif lereknya harus berlawanan dengan arah pemakaian keris dengan contoh bentuk dan motif sebagai berikut : kain wiron putra & arah lerek tampak dari belakang motif di tengah

b. Jenis- jenis kain/ jarik batik Yogyakarta antara lain seperti Sidomukti, sidoluhur, sidoasih, sekarjagad, taruntum, kawung, parang rusak kecil, godek, purbonegara, wahyu tumurun, ciptaning, gringsing mangkoro, nitik cakar, kasatriyan, dan lain sebagainya dengan bentuk serta motif sebagai berikut : Motif Sidomukti Biasa dipakai pengantin. Makna yang terkandung dari kain batik sidomukti adalah agar kedua pasangan pengantin tersebut bisa mukti, yaitu kebahagiaan yang sempurna yakni kebahagiaan lahir batin. Motif Sidoasih Kain Batik Sido Asih, Sido berarti jadi, asih berarti sayang, ragam hias ini mempunyai makna agar hidup berumah tangga selalu penuh kasih sayang. Motif Truntum Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin. Motif Kawung Makna Filosofi : Biasa dipakai raja /pemimpin sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.

Motif Tambal Makna Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru Motif Sidoluhur Batik motif Sido Luhur memiliki filosofi keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Maknanya adalah agar hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran Motif Ciptoning Motif Ceplok Kasatriyan Diharapkan pemakainya menjadi orang bijak, mampu memberi petunjuk jalan yang benar Dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah. Motif Nitik cakar Motif Kasatriyan

Nitik cakar secara harafiah adalah titik-titik yang membentuk motif cakar. Cakar adalah alat utama pencari makan dari unggas Motif ini menggambarkan harapan dari pembuat dan pemakainya untuk diberi kelancaran dalam mencari nafkah agar tercapai kehidupan yang tenang dan makmur. Berasal dari ksatriya yaitu ia yang hidupnya di lingkungan kasatriyan atau di medan perang. Kasatriyan disimbolkan dengan motif manggal berbentuk geometris. Manggala adalah lingkaran, lingkaran suci (holy circle). Manusia harus menjalani perangnya dan berusaha memenangkannya. Kain batik motif kasatriyan tepat dipakai pada waktu manusia menjalankan peran sesuai dengan fungsinya. Motif Sekar Jagad Sekar adalah bunga, sedangkan jagad adalah semesta yaitu kumpulan makhluk berupa tumbuhan, hewan, manusia dan makhluk-makhluk lain yang bergerak di alam semesta. Makna motif sekar jagad yaitu agar hatinya gembira semarak; Motif Purbonegara Kain batik motif Purbanegara dipakai oleh raja pada saat menjalankan fungsi sebagai fungsionaris kerajaan. Motif Grompol Grompol, bermakna berkumpul/bersatu. Memakai Batik jenis ini diharapkan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rizky, keturunan, serta kebahagiaan hidup. Motif Gringsin Buketan Warna geringsing adalah hitam dan putih. Makna warna hitam melambangkan kekekalan. Sedangkan warna putih lambang kehidupan. Keduanya bermakna sama dengan Bango Tulak. Motif ini dipakai sebagai penolak malapetaka

Motif Semen Gunung Semen Gunung yang merupakan simbol dari bangunan. Terdapat gambar gapura, gunung dan lar (motif garuda atau visualisasi sayap). Motif Gembiraloka Gembira berarti senang sedangkan loka berarti tempat. Motif ini berbentuk segi empat dengan motif utama satwa dan latar belakang gringsing di dalam kotak parang. Gembira loka menggambarkan 32 (tiga puluh dua) jenis satwa yang memberikan kesan gembira 4. Setagen/ lonthong dan kamus timang a. Setagen/ lonthong bisa cinde kembang dan bisa polos berwarna yang diserasikan dengan warna surjan dan warna kemada pada blangkon. b. Kamus dapat bermotif sulaman kristik bunga atau binatang atau ditambah inisial nama pemiliknya yang kemudian dilengkapi dengan timang dari logam berwarna keemasan (besar) dan lerep (kecil) yang letaknya ditengah diantara wiron. c. Motif atau model/ bentuk setagen/ lonthong dan kamus timang antara lain seperti: Lonthong dan kamus dengan beberapa motif sulaman Lonthong cinde kembang dan kamus timang

5. Memakai keris atau duwung Keris atau duwung yang digunakan berbentuk branggah/gayaman antara lain seperti : Keris gayaman dan keris branggah gaya Yogyakarta 6. Memakai selop/cenela. Selop/ cenela warna hitam polos dan tidak memakai hak tinggi,dengan contoh seperti : Selop/cenela tampak depan 7. Untuk pegawai putra yang menggunakan assesoris a. Assesoris bisa digunakan bila memungkinkan seperti bros singgetan dan dipasang di dada sebelah kanan. b. Bentuk/ model assesoris putra yang diletakkan pada baju surjan antara lain seperti : 8. Cara Pemakaian : a. Kain diwiru 3 jari diawali lipatan pertama sered tampak dari depan dan jatuh di tepi bagian luar. Selajutnya kain yang sudah diwiru dililitkan dari arah kanan ke kiri, bagian dalam diwiru pula sesuai dengan sisi kainnya (pengasih). Apabila menggunakan kain motif parang kecil, motif lereknya harus berlawanan dengan arah pemakaian keris.

Pemakaian kain seharusnya menutupi mata kaki, rapi dan enak untuk berjalan. Setelah itu baru diikat dulu dengan tali. b. Memakai setagen biasa disebut lonthong dililitkan sebatas cethik dari kanan ke kiri hanya satu sap (bukan bersap-sap seperti Surakarta). c. Memakai kamus timang dengan cara dililitkan tepat pada tengah setagen/lonthong. d. Memakai surjan. Surjan bagian depan tampak menyilang simetris. e. Pemakaian keris branggah/gayaman diselipkan pada lonthong. B. Pegawai putri : 1. Baju kebaya tangkepan. Baju kebaya tangkepan dari bahan polos tidak menggunakan kuthubaru dengan bentuk seperti : Kebaya Tangkepan 2. Kain/ jarik batik yang diwiru biasa yang berlatar warna hitam atau putih. a. Kain Batik/Jarik : kain/ jarik batik Yogyakarta yang dikenakan biasanya dipilih motif batik latar hitam atau putih baik cap atau tulis serta ciri kain batik tersebut memiliki sered berwarna putih antara lain seperti :

Wiron putri Sered warna putih tampak diluar b. Jenis- jenis kain/ jarik batik Yogyakarta yang dipakai pegawai putri sama seperti Jenis- jenis kain/ jarik batik Yogyakarta yang dipakai pegawai putra sebagaimana pada nomor 3 huruf b Lampiran Keputusan ini. 3. Rambut menggunakan sanggul/ gelung tekuk / menyesuaikan Rambut disanggul/ digelung tekuk yang disesuaikan dengan bentuk wajah dengan asesoris sanggul berupa sisir gunungan (pethat), 2 (dua) peniti renteng, penetep (bros di tengah sanggul). Perlu diketahui wanita jawa (jogya) yang belum menikah tidak menggunakan bunga dengan bentuk / model seperti : Sanggul/ gelung tekuk dengan asesoris

Sanggul Tekuk untuk Gadis Sanggul Tekuk untuk Wanita Menikah 4. Memakai selop/cenela Selop /cenela tertutup, warna serasi dengan warna kebaya, memakai hak tinggi antara lain berbentuk seperti : Selop tertutup dengan hak tinggi 5. Untuk pegawai putri yang menggunakan assesoris a. Assesoris bisa digunakan bila memungkinkan seperti perhiasan yang dikenakan pada kebaya yaitu bros 3 (tiga) buah, Subang, gelang sepasang dan cincin. b. Bentuk/ model assesoris putri antara lain seperti : Assesoris

6. Cara Pemakaian : Kain diwiru 1,5 jari diawali dengan lipatan pertama serednya tampak dari depan, terus lipatan berikutnya, 7, 9, 11 lipatan. Kain yang sudah diwiru dililitkan dari kiri ke kanan. Apabila menggunakan kain motif parang, arah parang kecil dari kiri ke bawah ke arah kanan. Pemakaian kain ada dua cara yakni pertama, kain bagian dalam dibentuk segitiga baru dililitkan seterusnya hingga rapi, enak untuk jalan dan menutup mata kaki. Kedua, kain bagian dalam kedua ujungnya dililitkan badan dan diikat baru lilitan-lilitan berikutnya hingga rapi kemudian diikat dengan tali. Pada kenyataannya cara kedua tidak menguntungkan, karena jika dipakai untuk berjalan kain bagian dalam menyingkap ke atas lalu tampak betis kaki dari depan. Kebaya Bagi wanita jawa gaya Yogyakarta pada umumnya (sehari-hari) menggunakan sanggul tekuk dengan hiasan tusuk tlesepan di sebelah kanan serta menggunakan kebaya broklat tanpa plisir. WALIKOTA YOGYAKARTA, ttd HARYADI SUYUTI