BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

VERBA BERAFIKS BAHASA JAWA DALAM RUBRIK CERITA RAKYAT PASIR LUHUR CINATUR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar.

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bentuk dan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa dalam Rubrik Sariwarta pada Panjebar Semangat Edisi Juli-Desember Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PADANAN VERBA DEADJEKTIVAL BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL PUSPA RINONCE DAN LAYANG SRI JUWITA SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara sistematis. Salah satu

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tidak akan pernah luput dari komunikasi antarsesama, baik

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

ANALISIS FUNGSI DAN NOSI PREFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS Vlll E SMP NEGERI 1 PLAOSAN, MAGETAN, JAWA TIMUR

Oleh:Nur Aini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PROSES MORFOFONEMIK KATA BERAFIKS DALAM RUBRIK PERCIKAN MAJALAH GADIS

Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah media atau alat komunikasi yang digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa. Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi.

KATA MAJEMUK BERAFIKS DALAM BAHASA INDONESIA

Selain metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN SUFIKS-AN PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK MUHAMMADIYAH 6 GEMOLONG

BAB I PENDAHULUAN. tukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan suatu bahasa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata kerja (verba) dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah tembung kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya merupakan kata yang menjelaskan suatu tindakan. Jenis verba apabila dilihat dari bentuknya ada bermacam-macam. Jenis verba tersebut, yaitu verba bentuk dasar dan verba bentukan. Verba bentukan dalam bahasa Jawa disebut dengan tembung kriya andhahan. Tembung kriya andhahan merupakan jenis kata kerja atau tembung kriya yang dibentuk melalui proses morfologi. Salah satu wujud verba bentukan adalah verba berimbuhan. Verba berimbuhan merupakan salah satu jenis verba yang dibentuk melalui proses morfologi, salah satunya melalui proses afiksasi. Verba yang mengalami proses afiksasi merupakan verba yang mendapat afiks atau imbuhan, yang terdiri dari prefiks (awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan) dan konfiks. Selain itu, ada pula yang dilekati dengan afiks gabung yang merupakan gabungan antara prefiks dan sufiks. Dalam penelitian ini verba berimbuhan disebut juga dengan istilah verba berafiks. Verba berafiks bahasa Jawa memiliki proses pembentukan dan nosi atau arti yang muncul sebagai akibat proses morfologis afiks yang variatif. Hal ini nampak pada rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur dalam majalah Panjebar Semangat yang dalam penelitian ini disingkat menjadi PS. Suatu kata yang dilekati afiks yang sama, tetapi memiliki bentuk dasar yang berupa kata dasar dari

2 jenis kata yang berbeda, maka nosi dari afiks tersebut akan berbeda. Ada pula suatu kata yang dilekati afiks yang sama, tetapi memiliki bentuk dasar yang berupa kata dasar dari jenis kata yang berbeda akan memiliki nosi afiks yang sama. Selain itu, ada pula afiks yang berbeda yang dilekatkan pada bentuk dasar yang berupa kata dasar, akan tetapi memiliki nosi yang sama. Dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur disebutkan beberapa contoh kalimat yang menunjukkan suatu kata yang dilekati afiks yang sama, tetapi memiliki bentuk dasar dari jenis kata yang berbeda, maka nosi dari afiks tersebut akan berbeda. Misalnya Sadurunge sira kabeh padha nyinau sawernane jurus... Sebelum kamu semua mempelajari jurus (PS: 2007. 20. 2). Kata nyinau mempelajari merupakan verba berafiks, karena kata tersebut dibentuk melalui proses afiksasi dengan melekatkan prefiks {N(ny)-} pada bentuk dasar yang berupa kata dasar. Kata nyinau mempelajari memiliki bentuk dasar kata sinau belajar yang berkategori kata kerja. Pada kata sinau fonem /s/ mengalami peluluhan setelah kata sinau mendapat prefiks {N-(ny)}. Prefiks {N(ny)-} yang dilekatkan pada bentuk dasar yang berupa kata kerja memiliki nosi melakukan perbuatan yang dinyatakan pada bentuk dasar. Dalam hal ini melakukan perbuatan sinau belajar. Contoh lainnya nampak pada kalimat, ya mung kanthi cara mbegal iku padha bisa mbacutake kelangsunganing urip., ya hanya dengan cara membegal itu dapat meneruskan kelangsungan hidup. (PS: 2007. 22. 2). Kata mbegal membegal merupakan verba berafiks, karena kata tersebut dibentuk melalui proses afiksasi dengan melekatkan prefiks {N(m)-} pada bentuk dasar

3 yang berupa kata dasar. Kata mbegal membegal memiliki bentuk dasar begal begal yang berkategori nomina atau kata benda. Prefiks {N(m)-} yang dilekatkan pada bentuk dasar yang berupa kata benda memiliki nosi melakukan pekerjaan atau menjadi apa yang dinyatakan pada bentuk dasar. Kata mbegal membegal memiliki makna melakukan pekerjaan menjadi begal. Berdasarkan contoh-contoh di atas dapat disimpulkan, afiks yang membentuk kata kerja memiliki nosi yang bervariasi. Bentuk dasar yang berupa kata dasar dari verba berafiks juga memiliki kategori bentuk dasar yang bervariasi. Pada kata nyinau mempelajari dan mbegal membegal sama-sama melekat prefiks {N-} pada bentuk dasarnya, akan tetapi kedua kata tersebut memiliki kategori bentuk dasar yang berbeda, sehingga nosi prefiks pembentuk verba tersebut menjadi berbeda pula. Kata nyinau belajar merupakan kata kerja yang bentuk dasarnya sinau sinau yang berkategori kata kerja, sedangkan kata mbegal membegal memiliki bentuk dasar begal begal yang berkategori kata benda atau nomina. Adanya kevariatifan proses pembentukan dan nosi afiks yang terdapat dalam rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS inilah yang menjadi daya tarik peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah ini. Objek dalam penelitian ini, yaitu kata-kata berjenis kata kerja yang mengalami proses afiksasi, mulai dari melekatnya prefiks, sufiks, infiks, konfiks serta afiks gabung dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur yang terdapat dalam Majalah PS. Cerita Rakyat ini terbit 12 edisi, yaitu pada Majalah PS yang terbit mulai tanggal 19 Mei 2007 sampai dengan 4 Agustus 2007.

4 B. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, memunculkan banyak masalah yang dapat diidentifikasi. Permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut. 1. Proses pembentukan verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. 2. Nosi afiks pembentuk verba bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. 3. Jenis kata yang dapat diikuti atau dilekati oleh afiks pembentuk verba bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. 4. Wujud afiks pembentuk verba bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. 5. Perbedaan nosi yang dihasilkan oleh afiks pembentuk verba yang bentuk dasarnya berbeda dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. C. Batasan Masalah Batasan masalah sangat diperlukan agar antara peneliti dan pembaca tidak saling salah paham, dengan kata lain antara peneliti dan pembaca dapat memiliki pemahaman yang sama tentang penelitian verba berafiks ini. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka batasan masalah yang diambil adalah sebagai berikut.

5 1. Proses pembentukan verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. 2. Nosi afiks pembentuk verba bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. D. Perumusan Masalah Permasalahan yang dapat diambil berdasarkan batasan masalah yang ada adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah proses pembentukan verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS? 2. Apa sajakah nosi afiks pembentuk verba bahasa Jawa pada rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur dalam majalah PS? E. Tujuan Penelitian Setelah menentukan rumusan masalah, yaitu proses pembentukan verba berafiks bahasa Jawa dan maknanya di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan proses pembentukan verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS. 2. Mendeskripsikan nosi afiks pembentuk verba bahasa Jawa pada rubrik cerita rakyat Pasir Luhur Cinatur dalam majalah PS.

6 F. Manfaat Penelitian Sehubungan dengan hal-hal yang menyangkut analisis verba berafiks bahasa Jawa yang meliputi proses pembentukan dan nosi afiks pembentuk verba bahasa Jawa, ada beberapa manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini. Adapun manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian bahasa. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan tata bahasa Jawa, khususnya bidang morfologi. 2. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi penelitian lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk menjadi bahan penelitian tentang bahasa, khususnya verba turunan bahasa Jawa. Bagi para peminat bahasa, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang analisis verba berafiks bahasa Jawa. G. Batasan Istilah 1. Verba Verba merupakan kata yang menerangkan suatu pekerjaan, tindakan atau aktivitas.

7 2. Afiks Afiks merupakan imbuhan yang melekat pada suatu bentuk dasar, baik di awal kata (prefiks), di tengah kata (infiks), di akhir kata (sufiks), serta di awal dan di belakang kata (konfiks). 3. Verba Berafiks Verba Berafiks merupakan isitilah lain dari kata kerja berimbuhan, yaitu kata kerja yang proses pembentukannya melalui proses afiksasi. 4. Bahasa Jawa Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang dimiliki dan digunakan oleh masyarakat suku Jawa sebagai alat komunikasi. 5. Rubrik Ruangan pada halaman surat kabar atau majalah atau media cetak lainya yang berisi mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. 6. Cerita Rakyat Cerita yang mengisahkan suatu kejadian disuatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. 7. Majalah Panjebar Semangat Majalah Panjebar Semangat merupakan majalah berbahasa Jawa, asal Surabaya, Jawa Timur, yang didirikan oleh Dr. Soetomo (Boedi Oetomo), dengan semboyan Suradira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti. Majalah Panjebar Semangat ini terbit satu minggu satu kali, yaitu setiap hari Sabtu.

8 8. Proses Afiksasi Proses afiksasi merupakan suatu proses pembentukan kata dalam suatu bahasa dengan melekatkan afiks atau imbuhan yang terdiri dari awalan (prefiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks) dan konfiks.