PENGUKURAN BEBAN KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH SAKIT XYZ

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA BEBAN KERJA OPERATOR INSPEKSI DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT. XYZ

ANALISIS TINGKAT BEBAN KERJA OPERATOR PACKING DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT GEMBIRA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pihak penyedia jasa dituntut untuk

ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA OPERATOR KARGO DI PT. DHARMA BANDAR MANDALA (PT. DBM)

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DEPARTEMEN LOGISTIK PT ABC

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA Tutorial 4 BEBAN KERJA MENTAL

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE NASA-TLX DI PT. CAT TUNGGAL DJAJA INDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA MEDAN TUGAS SARJANA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan

Penilaian Beban Kerja Karyawan Unit Mikro Bank Menggunakan Metode NASA TLX

Amri 1, Herizal Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh-Indonesia

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung

BAB II TINJAUAN TEORI. Agar sistem berjalan diperlukan sumber daya manusia. Menurut pasal 12

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DIVISI DISTRIBUSI PRODUK PT. PARAGON TECHNOLOGY AND INNOVATION

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA DENGAN METODE WORKLOAD ANALYSIS DAN NASA-TLX DI LABORATORIUM UJI PT. GELORA DJAJA SURABAYA

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

ANALISIS BEBAN KERJA KOORDINATOR DAN MANAGER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (11 pt, bold, huruf kapital)

BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Bandung *

NASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK

Evaluasi Beban Kerja Mental Masinis Kereta Api Prameks dengan Metode RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS KARYAWAN CALL CENTER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (Task Load Index) PADA PT. XYZ

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PADA DIVISI OPERASI PT. X DENGAN METODE NASA-TLX

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

PENGARUH BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SWASTA DI SURABAYA

Beban Kerja Mental menurut Level Jabatan dan Usia Karyawan di Industri CPO

M.Yani Syafei & Wahyu Katon Dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

Ani Umyati Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Banten

PENGUKURAN BEBAN MENTAL DI KALANGAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (STUDI KASUS: MAHASISWA DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNDIP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR TAHUN 2016 NI LUH ODELLIA PITAYUSA

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR SEWING DENGAN MENGGUNAKAN NASA TLX (Studi Kasus PT. Arindo Garmentama Semarang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL, FISIK SERTA STRES KERJA PADA PERAWAT SECARA ERGONOMI DI RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

EVALUASI SUPPLIER BAHAN BAKU PEMBUATAN TIANG PANCANG PADA PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN AHP DAN LOSS FUNCTION

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR AIR TRAFFIC CONTROL BANDARA XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

ANALISIS BEBAN KERJA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DAN BERDASARKAN KEPMENPAN NO

ANALISIS BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HARAPAN BUNDA DENPASAR TAHUN 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN REAL PERAWAT BEDAH DI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE NASA-TLX DAN WINS TESIS

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KELELAHAN PEKERJA DI CV. SUMBER JAYA FURNITURE

Analisis Beban Kerja dan Jumlah Pekerja pada Kegiatan Pengemasan Tepung Beras

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan deskriptif qualitative. Strauss, Anslem & Corbin, Juliet mendefinisikan

Seminar Nasional IDEC 2014 ISBN: Surakarta,20 Mei 2014

Analisa Beban Kerja Fisik dan Mental dengan Menggunakan Work Sampling dan NASA-TLX Untuk Menentukan Jumlah Operator

ANALISIS PENGARUH SISTEM KERJA SHIFTING TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL KARYAWAN

Analisis Beban Kerja Untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan (Studi Kasus: Departemen Teknik Dan Administrasi PT PLN (PERSERO) Rayon Sidoarjo Kota)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

ANALISIS TINGKAT STRESS PEKERJA OPERASIONAL DI STASIUN KERETA API BANDUNG BERDASARKAN

Analisis Pengaruh Beban Kerja Mental Terhadap Perubahan Kondisi Fisiologis pada Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

xii 3.2 Pengumpulan Data Pengolahan Data NASA-TLX RSME Analisis Komparatif Desain Penelitian..

ANALISA BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN WORK SAMPLING DAN NASA-TLX UNTUK MENENTUKAN JUMLAH OPERATOR (Studi Kasus: PT XYZ)

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL

Beban Kerja Mental menurut Level Jabatan dan Usia Karyawan di IndustriCPO

GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI TAHUN 2016

ABSTRAK. Kata kunci : Resiliensi kerja, responden. vii. Universitas Kristen Maranatha

PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PADA OPERATOR PEMETIKAN TEH DAN OPERATOR PRODUKSI TEH HIJAU DI PT MITRA KERINCI

PREDIKSI KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN POLI MATA ( SEC ) TAHUN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Bab 3 Metodologi Penelitian

EVALUASI ERGONOMI BERDASARKAN WORKLOAD ANALYSIS DAN POSTUR KERJA PADA PROSES BATIK CAP (Studi Kasus UKM Batik Cap Supriyarso)

ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CVL DAN NASA-TLX DI PT. ABC

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR AIR TRAFFIC CONTROL BANDARA POLONIA DENGAN METODE NASA- TLX DAN PERHITUNGAN WAKTU PRODUKTIF DENGAN WORK SAMPLING

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN RESPONDEN PENGGUNA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH Dl INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING. Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong

Yopi Marlan 1),Erwin Maulana Pribadi 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan 1) :

INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

ANALISIS PELAYANAN BEDAH SEHARI DITINJAU DARI SISI HARAPAN DAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KELELAHAN PEKERJA DI CV. SUMBER JAYA FURNITURE

MODEL PERENCANAAN TENAGA KERJA LAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATOR OF STAFFING NEED

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

SidangTugas Akhir. : Raras Mayang Arsi NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Gunani Partiwi, M.T.

PERANCANGAN KEBUTUHAN JUMLAH OPTIMAL KARYAWAN BERDASARKAN ANALISIS BEBAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

ANALISIS BEBAN KERJA (WORKLOAD) DAN KINERJA KARYAWAN HOUSEKEEPING DI HOTEL X, SURABAYA

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT PADA INSTALASI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG ICU DAN RUANG IGD RUMAH SAKIT ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA SKRIPSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

Kata Kunci Beban Kerja, Jumlah Optimal Karyawan, NASA-TLX, KKNI, Pemetaan Kompetensi.

Transkripsi:

PENGUKURAN BEBAN KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH SAKIT XYZ T.Fariz Hidayat 1, Sugiharto Pujangkoro 2, Anizar 3 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155 Email : tengku2890@gmail.com Email : sugiharto@usu.ac.id Email : anizar_usu@yahoo.co.id Abstrak. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan lebih memilih pelayanan yang praktis, pelayanan yang bermutu, sarana dan prasarana yang lengkap dan tenaga kerja yang berkualitas dan professional. Rumah Sakit XYZ perlu melakukan pengukuran beban kerja dikarenakan jumlah pengunjung dari tiap tahun mengalami kenaikan rata rata 8 % pada tiap poliklinik. Dampak psikis yang terjadi akibat perawat harus melayani pasien yang berlebih seperti perawat menjadi gampang marah kepada pasien dan perawat bekerja dengan tergesa-gesa dalam melayani pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beban kerja mental perawat pada instalasi rawat jalan Rumah Sakit XYZ. Penelitian dilakukan dengan metode Nasa-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index). Hasil dari NASA-TLX menunjukan bahwa kebutuhan mental yang dominan mempengaruhi beban kerja pada poliklinik Internist. Untuk kebutuhan fisik yang dominan mempengaruhi beban kerja pada poliklinik fisioterapi. Sedangkan untuk kebutuhan waktu yang dominan mempengaruhi beban kerja pada poliklinik bedah dan mata. Masing-masing beban mental perawat berada pada kategori tinggi. Berdasarkan pada hasil penelitian beban kerja ini diharapkan manajemen rumah sakit dapat melakukan pembagian tugas dan pengalokasian perawat dengan lebih baik. Kata kunci: Beban Kerja, Nasa-TLX, Perawat Advanced technology development made public health service users, preferring practical service, certifiable service, complete facilities and infrastructure and qualified and professional labor. Hospital XYZ needed to take measurements of the work load because of the number of visitors annually increased 8 % in every polyclinic. The physical impact would occur as effect of nurses who had to serve the overload patient was the nurses were being a breeze angry to the patient and work with haste. This research aimed for measuring the mental work load of nurses on outpatient installations at hospital XYZ. This Research was made using Nasa-TLX (NASA Task load Index) methods. Where Nasa- TLX method was very effective in the measurement of the mental work load because there were six indicators in this methods such the mental needed, physical needed, time needed, performance, effort and the level of frustration. The result of Nasa-TLX showed that a dominant needed of mental influence the work load on the internist polyclinic. To a dominant physical needed influence the work load on the physiotherapy polyclinic. While a dominant time needed influence work load on the surgeon and eye polyclinic. Each mental load of the nurses was in the category of high and medium. Based on this research result of the work load expected to hospital management could distribute the duties and allocated the nurses better. Keywords: Workload, Nasa-TLX, Nurse 1 Mahasiswa Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU 2 Dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU 3 Dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU 42

1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat pengguna jasa pelayanan lebih memilih pelayanan yang praktis, pelayanan yang bermutu, sarana dan prasarana yang lengkap dan tenaga kerja yang berkualitas dan professional. pelayanan dengan kualitas baik, dibutuhkan berbagai sumber daya yang harus diatur dengan proses manajemen secara baik. Peran tenaga atau sumber daya manusia (SDM) sangatlah penting karena tanpa adanya tenaga manusia maka sumber daya yang lain tidak mempunyai arti apa-apa. Keterlibatan SDM adalah dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu. Kunjungan pasien yang paling tinggi terjadi pada poliklinik Internist dengan total kunjungan pada tahun 2011 sebesar 9475 orang sedangkan kunjungan pasien pada tahun sebelumnya sebanyak 9002 orang, dimana mengalami peningkatan jumlah pasien sebesar 473 orang. Pada poliklinik Fisioterapi pada 2011 sebanyak 5313 orang, sedangkan pada tahun sebelumnya jumlah kunjungan pasien 4626 orang, dimana mengalami peningkatan jumlah pasien sebesar 687 orang. Jumlah perawat pada poliklinik Internist pada tahun 2010 sampai sekarang sebanyak 1 orang perawat. Sedangkan jumlah perawat pada poliklinik Fisioterapi dari tahun 2010 sampai sekarang jumlahnya 3 orang perawat. Berdasarkan data kunjungan pasien Rumah Sakit XYZ diketahui tiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah pasien, sedangkan jumlah perawat pada rumah sakit ini pada tiap tahunnya tetap, akibat tidak adanya penambahan perawat yang dilakukan oleh pihak rumah sakit maka perawat akan semakin banyak melayani pasien. Dampak psikis yang terjadi akibat perawat harus melayani pasien yang berlebih yaitu perawat menjadi gampang marah kepada pasien dan bekerja dengan tergesa-gesa. Hal ini akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan perawat kepada para pasien menjadi tidak sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan pihak manajemen rumah sakit. Maka dari permasalahan ini perlu adanya pengukuran beban kerja pada perawat instalasi rawat jalan Rumah Sakit XYZ agar tidak akan merugikan para pasien pada saat mendapatkan pelayanan pengobatan. Penelitian ini difokuskan pada pengukuran beban kerja mental dari perawat instalasi rawat jalan. Pengukuran beban kerja berkaitan dengan aktivitas kerja dan waktu yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan Job Description yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu NASA-TLX dimana metode ini dapat menganalisa beban kerja mental dari seorang perawat. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Rumah Sakit XYZ sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa perawatan medis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang keadaan secara objektif dengan menggunakan metode NASA-TLX. Data yang dikumpulkan berupa data hasil penyusunan kuesioner beban kerja mental berdasarkan ke 6 indikator NASA-TLX. Metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaannya. Metode NASA- TLX dikembangkan oleh Sandra G. dari NASA-ames research center dan Lowell E. Staveland dari San Jose state university pada tahun 1981. Metode ini di kembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari skala Sembilan faktor ( Kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental, performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari Sembilan faktor ini disederhanakan lagi menjadi 6 yaitu Kebutuhan Mental demand (MD), Physical demand (PD), Temporal demand (TD), Performance (P), Frustation level (FR). Objek dalam penelitian ini adalah 8 orang perawat yang bekerja pada poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi. Langkah-langkah pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan NASA-TLX adalah sebagai berikut: 1. Pembobotan hasil kuesioner. 2. Pemberian rating. 3. Perhitungan nilai WWL. 4. Pengkategorian penilaian beban kerja. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengukuran Beban Kerja Mental dengan Metode NASA-TLX. 3.1.1. Pembobotan Hasil Kuesioner Kuesioner disebar ke perawat pada poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden. Data beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA-TLX menggunakan enam indikator yang diukur untuk mengetahui seberapa besar beban kerja mental yang dialami oleh perawat. indicator tersebut adalah Mental demand (MD), 43

Physical demand (PD), Temporal demand (TD), Performance (P), Frustation level (FR). Sedangkan pembobotan merupakan tahap pemberian bobot yang menyajikan 15 pasangan indikator kemudian diisi oleh responden dengan cara melingkari salah satu pasangan indikator yang mana menurut mereka lebih dominan. Hasil pembobotan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Pembobotan Kuesioner Perawat Indikator MD PD TD P F EF Total Bedah 1 2 5 1 2 3 2 15 Bedah 2 3 2 1 4 1 4 15 Mata 3 1 1 3 2 5 15 Fisioterapi 1 3 5 0 1 2 4 15 Fisioterapi 2 2 4 1 4 1 3 15 Fisioterapi 3 4 4 0 1 3 3 15 Internist 4 5 0 3 1 2 15 Neurologi 5 4 0 1 3 2 15 3.1.2. Pemberian Rating Peringkat (rating), merupakan tahap lanjutan setelah dilakukannya tahap pembobotan. Pada tahap ini peringkat atau rating pada skala 1-100 diberikan untuk setiap indikator sesuai dengan keadaan yang dialami oleh sang perawat. Hasil dari pemberian rating dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Pemberian Rating Perawat Indikator MD PD TD P F EF Bedah 1 60 80 40 50 30 55 Bedah 2 65 75 45 65 45 50 Mata 50 70 50 55 35 55 Fisioterapi 1 80 90 60 70 70 60 Fisioterapi 2 75 95 70 60 65 70 Fisioterapi 3 80 95 75 70 60 60 Internist 70 90 60 75 50 60 Neurologi 50 70 40 55 45 50 3.1.3. Perhitungan nilai WWL Menghitung weighted workload (WWL) bertujuan untuk mendapatkan nilai dari beban kerja mental tiap indikator. Berikut rekapitulasi dari perhitungan nilai WWL. Tabel 3. Perhitungan Nilai Weighted Workload (WWL) Perawat Indikator MD PD TD P F EF Total Bedah 1 7,8 26,4 2,8 6,5 6 7,15 56,7 Bedah 2 13 9,8 3,2 17,6 3,2 13,5 60,1 Mata 5,9 26,4 2,1 4,6 6 5,2 50,1 Fisioterapi 1 8 29,7 0 4,7 9,1 15,6 76 Fisioterapi 2 10 25,3 4,7 16 4,3 14 74,3 Fisioterapi 3 21,3 25,3 0 4,7 12 12 75,3 Internist 18,7 30 0 15 3,3 8 75 Neurologi 16,7 18,7 0 3,7 9 6,7 54,7 3.1.4. Pengkategorian Penilaian Beban Kerja Kategori penilaian beban kerja terdiri dari tiga tingkatan, yaitu rendah dengan skala interval 0 9, sedang dengan skala interval 10 29, agak tinggi dengan skala interval 30 49, tinggi dengan skala interval 50 79 dan sangat tinggi dengan skala interval 80 100. Tabel 4. Kategori Penilaian Beban Kerja Perawat Nilai Beban Kerja Kategori Bedah 1 56,7 Tinggi Bedah 2 60,1 Tinggi Mata 50,1 Tinggi Fisioterapi 1 76 Tinggi Fisioterapi 2 74,3 Tinggi Fisioterapi 3 75,3 Tinggi Internist 75 Tinggi Neurologi 54,7 Tinggi 3.2. Pembahasan Beban Kerja Mental 3.2.1. Beban Kerja mental Perawat Bedah 1 dilakukan, beban kerja mental pada perawat bedah 1 sebesar 56,7. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat bedah 1 kerja perawat bedah 1. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam melayani pasien dalam persiapan perlengkapan untuk operasi. Sehingga disini perawat dituntut untuk bekerja secara cepat dan terorganisir. 3.2.2. Beban Kerja mental Perawat Bedah 2 dilakukan, beban kerja mental pada perawat bedah 2 sebesar 60,1. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat bedah 2 termasuk dalam beban kerja tinggi. Hal ini dikarenakan faktor performansi yang menjadi faktor dominan dalam tingginya beban kerja pada perawat bedah 2. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal performansi (P) yaitu perawat dituntut untuk bekerja secara cepat agar semua pasien dapat dilayani. 3.2.3. Beban Kerja mental Perawat Mata dilakukan, beban kerja mental pada perawat mata sebesar 50,1. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat mata termasuk dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor dominan dalam penentuan beban kerja perawat mata. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu 44

aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam kebersihan poliklinik dan administrasi para pasien. 3.2.4. Beban Kerja mental Perawat Fisioterapi 1 dilakukan, beban kerja mental pada perawat fisioterapi 1 sebesar 76. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat fisioterapi 1 kerja perawat fisioterapi 1. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam menterapi para pasien, dalam melakukan terapi rata-rata perawat pada bagian fisioterapi harus melakukan secara manual sehingga sangat membutuhkan tenaga yang lebih dalam melayani pasien. 3.2.5. Beban Kerja mental Perawat Fisioterapi 2 dilakukan, beban kerja mental pada perawat fisioterapi 2 sebesar 74,33. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat fisioterapi 2 termasuk dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor dominan dalam penentuan beban kerja perawat fisioterapi 2. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam menterapi para pasien, dalam melakukan terapi ratarata perawat pada bagian fisioterapi harus melakukan secara manual sehingga sangat membutuhkan tenaga yang lebih dalam melayani pasien. 3.2.6. Beban Kerja mental Perawat Fisioterapi 3 dilakukan, beban kerja mental pada perawat fisioterapi 3 sebesar 75,33. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat fisioterapi 3 termasuk dalam beban kerja tinggi. Kebutuhan fisik yang menjadi faktor dominan dalam penentuan beban kerja perawat fisioterapi 3. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam menterapi para pasien, dalam melakukan terapi ratarata perawat pada bagian fisioterapi harus melakukan secara manual sehingga sangat membutuhkan tenaga yang lebih dalam melayani pasien. 3.2.7. Beban Kerja mental Perawat Internist dilakukan, beban kerja mental pada perawat internist sebesar 75. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat internist kerja perawat internist. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal Kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam kebersihan ruangan poliklinik dan administrasi dari para pasien. 3.2.8. Pembahasan Beban Kerja mental Perawat Neurologi dilakukan, beban kerja mental pada perawat neurologi sebesar 54,67. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami oleh perawat neurologi kerja perawat neurologi. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal Kebutuhan fisik (PD) yaitu perawat harus bertanggung jawab dalam kebersihan ruangan poliklinik dan administrasi dari para pasien. 4. KESIMPULAN Hasil pengukuran beban kerja dengan metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) menunjukkan bahwa faktor kebutuhan fisik (PD) yang dominan mempengaruhi beban kerja perawat bedah 1, mata, fisioterapi 1, fisioterapi 2, fisioterapi 3, internist dan neurologi. Sedangkan pada perawat bedah 2 yang dominan dalam mempengaruhi beban kerja yaitu faktor performansi (P). Sedangkan dari hasil tahap penilaian menunjukkan beban kerja perawat pada poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi masuk dalam kategori beban kerja tinggi. Berdasarkan pada skala kategori beban kerja dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor dalam penilaian beban kerja ini yaitu kebutuhan fisik dari perawat. Hal ini dikarenakan perawat tidak hanya bertanggung jawab melayanani pasien melainkan perawat pada setiap poliklinik harus juga bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan dalam lingkungan poliklinik sehingga pada kasus ini perawat harus menanggung dua tugas sekaligus. DAFTAR PUSTAKA Adelina Simanjuntak, Risma. 2010, Analisis beban kerja mental dengan metode Nasa-TLX. Teknik industri, Institusi sains & Teknologi AKPRIND: Yogyakarta. Erisanna, Amelia, 2012, pengukuran Beban Kerja Karyawan dengan Menggunakan Kerangka NASA- 45

TLX di Departemen Organisasi & Prosedur PT. Petrokimia Gresik: ITS. Hoonakker, Peter. dkk, 2011, Measuring workload of ICU nurse with a questionnaire survey: the NASA Task Load Index (TLX),Departement of industrial and system engineering, University of Wisconsin- Madison: Madison USA. Peter A. Hancock, James L. Szalma,2007. Performance Under Stress.USA, Ashgate Publishing. Salvendy. Gavriel.2012, Human Factors and Ergonomics. John Wiley & Sons Inc. Hoboken, New Jersey Sandra G. Hart.2006, Nasa-Task Load Index (Nasa-Tlx); 20 Years Later. NASA-Ames Research Center. Moffett Field, CA Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Surabaya : Guna Widya Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Medan : USU Press. Stanton, Neville. 2005 Handbook of Human Factor and Ergonomics Methode.London : CRC Press. Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung. Wignjosoebroto sritomo, 2003, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya. 46

47