234 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari analisis data maka dapat di simpulkan bahwa beban kerja dan kualitas kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di Instalasi Gawat Darurat adalah berupa uraian pembagian tugas (job decription) berdasarkan spesialisasai jabatan. Beban kerja yang di tugaskan pada staf medis fungsional juga merangkap sebagai tugas staf medis struktural. Spesialisasi dari uraian pekerjaan beban kerja staf medis fungsional berdasarkan jabatan adalah sebagai berikut : a. Beban kerja kepala IGD terdiri dari merencanakan penyusunan, mengorganisasikan pelayanan, mengusulkan sarana prasarana, mengarahkan pembagian tugas, monitoring kerja dan hasilnya, membuat akuntabilitas kinerja dan memiliki wewenang dalam memberi penilaian. b. Beban kerja koordinator dokter jaga terdiri dari membuat daftar jaga khusus dokter, mengatur jadwal pelatihan dan atau penyegaran, dan melakukan monitoring serta mengevaluasi pelaksanaan pendidikan atau pelatihan. c. Beban kerja dokter IGD terdiri dari membuat dan melengkapi catatan medik berupa visum et repertum, laporan kasus keracunan jika ada, surat kematian pasien, informed consent, laporan harian untuk untuk
235 monitoring report, dan melakukan terapi tindakan, konsultasi dengan dokter spesialis, rujukan pasien ke rumah sakit lain jika diperlukan, mengkoordinasikan pelayanan penunjang dan medik, serta membantu program pendidikan ata kegiatan lain. d. Beban kerja kepala ruangan IGD terdiri dari membuat daftar jaga dinas perawat, memeriksa kelengkapan, kesiapan obat dan alat medik, memimpin, mengatur, mengarahkan kegiatan dan petugas ambulans 118, memonitor kebersihan ruangan IGD. e. Beban kerja kepala ruangan VK IGD terdiri dari membuat daftar dinas jaga bidan VK IGD, memeriksa kelengkapan alat dan obat, memimpin, mengatur, mengarahkan kegiatan, dan memonitor kenyamanan. f. Beban kerja perawat IGD terdiri dari menyeleksi pasien, menyiapkan alat dan obat, melakukan asuhan keperawatan, melengkapi pencatatan pelaporan, memasukkan data ke billing system, mengecek dan mengingatkan dokter untuk menulis pengisian kelengkapan status blangko, melaksanakan tugas sebagai tim ambulans 118, melengkapi perijinan blangko dan melakukan informed consent. g. Beban kerja perawat HCU terdiri dari melakukan pergantian jaga, melakukan pengkajian pasien baru, membuat rencana, evaluasi tindakan diagnosa keperawatan, medampingi dokter visite.melakukan transportasi keruangan dan memsukkan data ke billing system. h. Beban kerja bidan VK IGD terdiri dari mempersiapkan pasien baik mental maupun fisik dalam menghadapi tindakan medik, melaksanakan
236 tugas limpah, menyiapkan dan melakkan alat, obat, transportasi ke ruangan, laporan Mingguan (monitoring report). i. Beban kerja Pekarya Rumah Sakit (PRS) IGD terdiri dari mengirim dan mengambil linen ke loundry, tabung O2 kosong dan isi ke logistik farmasi, melaporkan barang inventaris kepada kepala ruangan, menyiapkan dan memelihara alat medis. j. Beban kerja PRS VK IGD sama halnya dengan PRS IGD dengan tambahan tugas mengambil makanan dari instansi gizi dan mencuci alat sterilisasi. k. Beban kerja pengemudi ambulans 118 terdiri dari menyiapkan ambulans agar siap pakai, merawat, melaporkan segala sesuatunya kepada koordinator, melakukan timbang terima ambulans dan peralatan non medis lainnya, membuat laporan harian sopir, dan mengantarkan juga menjemput pasien baik rujukan maupun tidak. 2. Kualitas kinerja sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat dilakukan berdasarkan penilaian secara internal maupun eksternal. Penilaian secara internal berdasarkan tuntutan job description. Untuk penilaian secara ekternal berdasarkan indeks kepuasan masyarakat dan sebagai hasil dari kualitas kinerja sumber daya manusia adalah cukp baik. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis perlu memberikan saran-saran, antara lain :
237 1. Untuk Kepala dan pegawai SMF IGD RSU Haji Surabaya. a. Dengan banyaknya beban tugas yang dikerjakan karyawan di IGD, Kepala Pimpinan IGD dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh karyawan. Di mana hal ini sebagai rasa timbal balik antara keduanya, agar apa yang telah dikerjakannya menjadi rasa kepuasan tersendiri pada diri karyawan. Umpan balik tersebut bisa berupa penghargaan yang tinggi, seperti adanya insentif yang tidak pernah telat, merekomendasikan untuk menjadi karyawan tetap bagi yang honorer dan untuk karyawan senior dilakukan kenaikan jabatan, karena berhubungan langsung dengan pasien. b. Komunikasi dalam bentuk dokumentasi harus selalu diutamakan juga agar tidak terjadi kehilangan data dari pasien. Di mana hal itu menjadi kebutuhan pekerjaan juga dalam memuaskan pasien agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses pelayanan. Ketegasan dalam bentuk penilaian harus dipaparkan secara jelas dan disosialisasikan kepada pegawai unsur-unsur penilaian pada pegawai baik PNS maupun honorer. 2. Untuk para peniliti selanjutnya. a. Hendaknya para peneliti melakukan pendekatan personel dengan subyek penelitian sebelum melakukan penelitian. Hal ini beretujuan agar memungkinkan untuk membuka akses data secara lebih obyektif dan valid.
238 b. Para peneliti bisa melakukan penelitian ulang mengenai beban kerja dan kualitas kinerja SDM dengan mengembangakan variabel-variabel dan dengan teori manajemen murni dan dalam perspektif Islam yang lebih luas. C. Keterbatasan Penelitian Banyak penelitian yang dilakukan oleh para akademisi, tetapi belum banyak yang menghasilkan teori-teori baru dari kesimpulan penelitiannya. Kebanyakan dari para peneliti lebih mengacu pada teori-teori lama sebagai kerangka penelitiannya. Di mana pada teori pada umumnya membahas tentang suatu hal yang belum tentu sesuai dengan keadaan tertentu dilapangan. Teori berbeda dengan parakteknya, karena manusia tidak cukup punya kemampuan untuk mempraktekkan teori yang pada umumnya ideal. Meskipun sebenarnya teori berasal dari praktik-praktik yang diamati secara empiris yang kemudian di generalisasikan, sehingga menjadi teori. Jadi teori berasal dari penelitian terhadap para praktisi-prakstisi pada puluhan tahun yang lalu. Oleh karena itu, peneliti berharap hendaknya para peneliti yang akan datang lebih banyak melakukan penelitian secara terbuka dalam perspektif praktik dari pada perspektif teoritik. Hal ini diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang benar-benar menggambarkan obyek penelitian secara fatual. Dengan demikian peneliti bisa menyempurnakan teori lama dan menemukan teori baru. Teori baru itu merupakan representasi dari kasus yang dialami secara praktik.