Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force]

dokumen-dokumen yang mirip
Dokumen Latar Belakang untuk Keterlibatan Stakeholder dalam Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur.

DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF Untuk Dipertimbangkan Anggota GCF 10 Agustus 2011

AGENDA PERTEMUAN SATUAN TUGAS IKLIM DAN KEHUTANAN GUBERNUR. September 13 17, 2010 Hotel Barrudada Tropical Santarém, Brasil

Climate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada. Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates

Kegiatan GCF 2010 didukung oleh ClimateWorks dan Yayasan Gordon and Betty Moore

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

ANGGARAN RUMAH TANGGA. BAB I NAMA dan KEDUDUKAN

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Rangkuman Pertemuan Antara Perwakilan GCF dan Entitas-Entitas Eropa Dalam Rangka Mendukung REDD+ Barcelona, Spanyol - 14 Pebruari 2012

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Inisiatif Accountability Framework

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

Catatan Informasi mengenai Proses Multi-Stakeholder

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

Buku Panduan Perlindungan Prosedural Pendidikan Khusus New Hampshire

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Ringkasan LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT 2011

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

DRAFT DISKUSI Saat ini Draft ini tidak mencerminkan posisi resmi mana pun dari GCF, anggotanya atau individu atau institusi mana pun

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

QANUN KOTA SABANG. Nomor 10 Tahun 2010

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

PANDUAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2017

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

K O M I S I I N F O R M A S I

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN IZIN LINGKUNGAN BAB I PENDAHULUAN

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 136 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 23 / PRT / M / 2009 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN FORUM JASA KONSTRUKSI

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 56 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN IZIN LINGKUNGAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

9. Regulasi Cap-and-Trade

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 )

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO

Transkripsi:

Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force] Kelompok Ad-Hoc Keterlibatan GCF-Stakeholder 18 Agustus 2010 Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur

GCF dan Keterlibatan Stakeholder Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur [Governors Climate and Forests Task Force (GCF)] adalah upaya multi- jurisdiksi yang unik antar 14 negara dan propinsi yang memiliki luasan hutan tropis yang penting yang berniat memajukan kerja sama teknis, peningkatan kapasitas dan rekomendasi kebijakan pembangunan untuk REDD (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan). Keikutsertaan para stakeholder merupakan komponen penting dari pengembangan dan implementasi program dan aktifias REDD yang kuat. Tujuan utama dari proposal ini adalah untuk memfasilitasi formalisasi dan peningkatan partisipasi stakeholder dalam kegiatan- kegiatan GCF. Proposal ini disajikan untuk ditinjau kembali oleh GCF dan komunitas stakeholder- nya. Pada pertemuan GCF- Stakeholder di Aceh di bulan Mei 2010, stakeholder mengusulkan agar GCF mengembangkan sebuah draft proses untuk keterlibatan stakeholder sebelum rapat paripurna GCF Ke- 4 di Santarém. 1 Satgas GCF menyetujui usulan ini. Oleh karena itu, dalam beberapa bulan tearkhir Sekretariat GCF telah bekerja sama dengan sebuah kelompok ad- hoc yang terdiri dari Sekretariat, Koordinator Negara GCF untuk Brasil (Ernesto Roessing) dan para NGO yang memberikan usul di Aceh, ditambah masukan dari konsultan GCF (Luis Meneses). Kelompok ad- hoc ini telah berkomunikasi lewat konferensi telepon dan email untuk mengembangkan iterasi dari usulan proses keterlibatan stakeholder ini dan akan mengadopsi umpan balik dari pertemuan di Santarém ke dalam sebuah bentuk final. Mengingat hambatan waktu, kami bertindak selektif dalam memilih dan membingkai berbagai elemen proses keterlibatan stakeholder GCF. Kami juga telah menghasilkan materi referensi pelengkap untuk draft dokumen panduan ini yang berisi sebuah ihtisar dari struktur, sasaran dan aturan prosedural umum Satgas GCF yang berlaku saat ini (lihat Dokumen Latar Belakang untuk Keterlibatan Stakeholder dalam Satgas Iklim dan Kehutanan Tingkat Gubernur). Kami harap dokumen panduan ini, jika diadopsi dan diimplementasikan (dan kemudian disempurnakan oleh GCF), dapat memfasilitasi proses yang dapat memajukan transparansi dan inklusifitas dalam kegiatan- kegiatan GCF. Makalah ini tidak mencerminkan posisi resmi Satgas GCF, maupun posisi resmi organisasi mana pun yang telah atau akan terus berpartisipasi dalam kelompok ad- hoc group. 2

Draft Kebijakan Keterlibatan Stakeholder untuk Satuan Tugas Iklim dan Kehutanan Tingkat Gubernur (GCF) Satuan Tugas Iklim dan Kehutanan Tingkat Gubernur Draft kebijakan keterlibatan stakeholder dari Satgas GCF ini dibingkai mengunakan elemen- elemen berikut: prinsip, tujuan, capaian, struktur, dan proses. Terlalu banyak aturan dapat menghalangi efisiensi dan produktifitas pengelolaan koalisi dan organisasi yang kompleks seperti GCF. Akibatnya, untuk memajukan fleksibilitas dan untuk tetap bersifat cekatan, usulan kebijakan keterlibatan stakeholder ini lebih mencerminkan sebuah proses yang berorientasi pada prinsip dan sasaran daripada sebuah proses keterlibatan stakeholder berbasis aturan. Meskipun demikian, aturan- aturan prosedur tetap penting dan perlu. Jadi aturan dimasukkan dalam kebijakan, namun mematuhi serangkain prinsip keterlibatan Prinsip merupakan panduan fungsional yang digunakan dalam pengembangan kebijakan dan aturan. Tujuan menyatakan sebuah aksi yang ketika dilakukan membuktikan bahwa kebijakan tersebut telah diimplementasikan secara efektif. Capaian merupakan hasil yang diharapkan dari implementasi kebijakan keterlibatan Struktur mencakup komponen kelembagaan dari Satgas GCF serta tujuan, peran dan tanggung jawab masing- masing. Proses merupakan aturan dan prosedur yang diperlukan untuk memastikan implementasi kebijakan yang efisien dan efektif. Terakhir, istilah stakeholder mengacu pada organisasi non- pemerintah, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta dan individu- individu lainnya. 1. PRINSIP 2. TUJUAN 3. CAPAIAN Transparansi. Informasi dan proses GCF dengan jelas dijabarkan, disebarluaskan dan disediakan untuk masyarakat luas. Inklusifitas. Stakeholder yang relevan dilibatkan dalam kegiatan- kegiatan GCF. Ketepatan waktu. Informasi disiapkan dan disebarluaskan dengan waktu yang cukup untuk dievaluasi oleh Akuntabilitas. Pandangan stakeholder dikumpulkan secara akurat dan penerimaan atau penolakan atasnya jelas terlihat dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mengambil keputusan yang terinformasi yang mempertimbangkan masukan dari Stakeholder memiliki akses ke dan dapat mengevaluasi kegiatan- kegiatan GCF serta hasil- hasil kerjanya. 3

Masukan dari stakeholder dipertimbangkan dalam pengembangan proses GCF dan hasil- hasil kerjanya. 4. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB Peran dan tanggung jawab tiap badan dan peserta GCF terkait keterlibatan stakeholder dijabarkan di bawah ini. TANGGUNG JAWAB TERKAIT KETERLIBATAN STAKEHOLDER Paripurna Persetujuan atas kebijakan keterlibatan Sekretariat Koordinasi dan pengawasan implementasi kebijakan keterlibatan Bertanggung jawab atas proses- proses transparansi, ketepatan waktu dan akuntabilitas. Ketua (Chair) Bertanggung jawab atas inklusifitas dan akuntabilitas dalam pertemuan- pertemuan bersama GCF- Anggota Boleh menunjuk perwakilan dari negara bagian/propinsi sebagai stakeholder dan/atau untuk ikut serta dalam kegiatan- kegiatan GCF. Stakeholder Boleh ikut serta dalam, dan memberikan masukan teknis kepada, GCF. Mendapat informasi tentang kegiatan- kegiatan GCF. Pimpinan Badan Teknis/Penasehat (yaitu Pokja dan Satgas) Bertanggung jawab untuk melibatkan stakeholder yang relevan (dan atas akuntabilitas dari masukan stakeholder) dalam setiap badan teknis/penasehat sekunder. Bertanggung jawab untuk mengedarkan/memposting dokumen untuk proses peninjauan kembali dan pengumpulan masukan oleh komunitas stakeholder yang lebih besar. Paripurna Sekretariat PERAN TERKAIT KETERLIBATAN STAKEHOLDER Pertemuan GCF- Stakeholder Badan Teknis dan Penasehat Paripurna - Mempertimbangkan - Mempertimbangkan - Merekomendasikan hasil/rekomendasi rekomendasi dan peningkatan kebijakan pertemuan bersama GCF- laporan. stakeholder dan memberi persetujuan atas laporan- laporan tentang - Memandu sekretariat dan badan lainnya dalam - Memastikan terciptanya transparansi dan ketepatan waktu. - Mengatur pertemuan. - Memimpin pertemuan jika ditunjuk. - Memastikan terciptanya akuntabilitas. - Mempublikasikan hasil keputusan dan masukan dari - Menindaklanjuti keterlibatan - Memberikan dukungan koordinasi keseluruhan kepada para Pimpinan Badan Teknis/Penasehat dalam keterlibatan implementasi kebijakan. - Mengkoordinasikan pengembangan kebijakan keterlibatan stakeholder dan boleh mengajukan opsi untuk persetujuan kebijakan. - Melaporkan kepada Paripurna tentang status implementasi kebijakan 4

Ketua (Chair) Anggota Stakeholder PERAN TERKAIT KETERLIBATAN STAKEHOLDER Pertemuan GCF- Stakeholder Badan Teknis dan Penasehat - Mengkomunikasikan hasil keputusan paripurna yang relevan. - Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara GCF dan - Mempromosikan partisipasi. - Merangkum masukan. - Berkomunikasi dan terlibat dengan stakeholders di negara bagian/propinsi, daerah dan negara. - Menyerahkan informasi kontak stakeholder yang baru kepada Sekretariat untuk dimasukkan ke dalam daftar kontak resmi. - Merekomendasikan kepada Sekretariat stakeholder yang mungkin akan memberikan presentasi yang relevan saat pertemuan. - Mendorong stakeholder untuk berpartisipasi dan menindaklanjuti. - Boleh memberikan masukan atas proses/kegiatan/hasil kerja/kebijakan GCF. - Boleh menghadiri pertemuan GCF- - Boleh memberikan presentasi jika diminta Sekretariat. - Boleh mengakses informasi, hasil kerja dan kebijakan GCF. - Merekomendasikan stakeholder yang dapat memberikan kontribusi bermakna. - Boleh memberikan masukan teknis tentang hasil kerja, baik yang masih berupa draft/konsep maupun yang final. Paripurna - Memastikan bahwa masukan dari stakeholder dan kebijakan stakeholder dipertimbangkan - Boleh menunjuk stakeholder sebagai perwakilan GCF mereka. Opsi 1: Rapat terbuka: Opsi 1.1. Boleh mengamati pertemuan paripurna (namun tidak boleh bertanya dan mengambil suara). Opsi 1.2. Boleh memberikan input jika diminta oleh pimpinan rapat atau salah seorang anggota. Opsi 1.3. Boleh mengamati rapat dan berpartisipasi saat sesi tanya jawab terbuka untuk stakeholder (mis. di akhir tiap sesi). Opsi 2. Rapat tertutup: 5

Pimpinan Badan- badan Teknis/Penase hat PERAN TERKAIT KETERLIBATAN STAKEHOLDER Pertemuan GCF- Stakeholder Badan Teknis dan Penasehat - Melaporkan status pokja masing- masing. - Bertanggung jawab atas masukan dari stakeholder yang terkait dengan cakupan kerja mereka. - Mempromosikan inklusifitas - Bertanggung jawab atas masukan dari Paripurna Jika ditunjuk sebagai perwakilan oleh gubernur salah satu anggota, boleh berpartisipasi penuh (perlu dipertimbangkan apakah dapat juga menjadi anggota dengan hak suara). 4. PROCSES Bagian ini menjelaskan proses dan aturan terkait keterlibatan Penjelasan dikelompokkan ke dalam bagian- bagian umum berikut: Proses komunikasi secara umum Badan- badan Teknis/Penasehat Rapat paripurna GCF Pertemuan Bersama GCF- Stakeholder. Proses Transparansi dan Akuntabilitas PROSES KOMUNIKASI SECARA UMUM GCF secara proaktif dan berkala mendorong stakeholder untuk memberikan masukan tentang bagaimana meningkatkan keterlibatan stakeholder dalam struktur dan kegiatan GCF dan bagaimana menyebarluaskan informasi dengan lebih efektif kepada komunitas Stakeholder sebaiknya menyerahkan masukan kepada Sekretariat GCF. GCF dengan akurat akan mengumpulkan masukan dari stakeholder dan mengkomunikasikan pertimbangannya dalam keputusan- keputusan GCF. Seluruh pemberitahuan tentang acara, kontak GCF, dokumen GCF, dan informasi relevan lainnya tersedia dan bebas diakses dan diperbarui secara berkala untuk masyarakat luas di www.gcftaskforce.org. Sejauh memungkinkan, informasi disiapkan, diperbarui dan disebarluaskan dengan tenggang waktu yang cukup bagi stakeholder untuk membuat evaluasi 6

dan keputusan yang terinformasi atas kegiatan GCF. GCF menyediakan terjemahan dokumen- dokumen kunci dan komunikasi dalam bahasa- bahasa yang digunakan GCF (Inggris, Indonesia, Portugis dan Spanyol). Informasi ini dipostkan di situs GCF. Dokumen- dokumen kunci disebarluaskan kepada kontak stakeholder GCF yang terdaftar lewat email sesegera mungkin. GCF mungkin mengundang stakeholder baru untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan GCF. Hal ini dapat dilakukan oleh Sekretariat, badan- badan teknis/penasehat, dan anggota GCF. Informasi kontak untuk seluruh stakeholder baru harus diserahkan kepada Sekretariat. Kriteria Proses Seleksi Proses BADAN- BADAN TEKNIS/PENASEHAT Anggota badan- badan teknis/penasehat GCF dapat meminta stakeholder tertentu untuk secara formal berpartisipasi dalam pengembangan hasil kerja badan- badan teknis/penasehat jika mereka memenuhi kriteria tertentu, misalnya memiliki kapasitas untuk berkontribusi terhadap tujuan- tujuan badan- badan tersebut; memiliki pengetahuan tentang isu- isu yang relevan; dan batasan waktu dan lokasi rapat. Begitu dikembangkan, stakeholder mana pun dapat memberikan komentar dan masukan tentang draft kerja dan hasil kerja final badan- badan teknis/penasehat, yang akan disebarluaskan dan diposkan di situs GCF website. Sekretariat dan Pimpinan Badan Teknis/Penasehat dapat mengundang stakeholder untuk berpartisipasi dalam Badan- badan Teknis/Penasehat. Anggota Badan- badan Teknis/Penasehat juga dapat mengusulkan kepada Sekretariat dan Pimpinan Badan Teknis/Penasehat untuk melibatkan stakeholder tertentu. Stakeholder dapat menyerahkan surat permohonan (letters of interest) untuk berpartisipasi kepada Pimpinan Badan Teknis/Penasehat. Opsi 1. GCF dapat mendelegasikan kepada tiap Pimpinan Badan Teknis/Penasehat fleksibilitas untuk memutuskan, tergantung pada kebutuhan khusus badan- badan ini, bagaimana dan sampai sejauh mana stakeholder yang berminat dapat diintegrasikan ke dalam kerja masing- masing. Opsi 2. GCF dapat menentukan Aturan/Kondisi khusus bagi keterlibatan stakeholder dalam Badan- badan Teknis/Penasehat. Aturan- aturan tersebut dapat mencakup: Batasan jumlah peserta yang diijinkan per Badan Teknis/Penasehat. Batasan panjang waktu keikutsertaan (yang bisa diperpanjang atau tidak). Kerahasiaan (yaitu Chatham House rules tidak dihubungkan dengan siapa pun) Standar Etika (Standards of Conduct) Kebijakan rapat terbuka/tertutup (lihat bagian Rapat Paripurna GCF di bawah). Transparansi dan Akuntabilitas Opsi 1. Pimpinan Badan Teknis/Penasehat bertanggung jawab untuk menyampaikan kepada seluruh stakeholder yang berminat dengan jelas dan tepat waktu keputusan badan tersebut yang berkaitan dengan cakupan partisipasi stakeholder dan alasan- alasan di balik setiap keputusan tersebut. Opsi 1 dan 2. Pimpinan Badan Teknis/Penasehat memberikan dokumen konsep dan final kepada stakeholder untuk ditinjau kembali dan dikomentari. Stakeholder diminta memberikan masukan kepada Pimpinan Badan 7

Teknis/Penasehat. Stakeholder diminta berpartisipasi dalam diskusi- diskusi badan teknis dan penasehat. Pimpinan Badan Teknis/Penasehat akan mengumpulkan masukan dari stakeholder yang ikut serta, menyatakan penerimaannya dan mempertimbangkannya dalam proses pengambilan keputusan. Setiap Badan Teknis/Penasehat akan mencatat notulensi rapat mereka atau menyiapkan sebuah laporan tentang rapat mereka yang akan disediakan bagi stakeholder yang berminat. Setiap Pimpinan Badan Teknis/Penasehat bertanggung jawab untuk mendokumentasikan masukan dari stakeholder dan bagaimana Badan Teknis/Penasehat mempertimbangkannya. Jika sebuah komentar atau pandangan tidak diadopsi, akan diberikan penjelasan mengapa komentar atau pandangan tersebut tidak diadopsi. Komentar dan respon dapat dikelompokkan untuk memudahkan proses ini. 8

Kriteria RAPAT PARIPURNA GCF Opsi 1. Rapat Tertutup. Hanya perwakilan negara bagian dan propinsi anggota yang resmi, Sekretariat, dan konsultan undangan yang menangani Badan Teknis/Penasehat tertentu. Opsi 2. Terbuka untuk stakeholder, yang tunduk pada standar etika yang layak dan batasan- batasan waktu dan lokasi rapat. Opsi 3. Campuran antara Sesi- sesi Terbuka dan Tertutup. Proses Seleksi Opsi 1. Rapat Tertutup. Sebagaimana diputuskan oleh GCF pada pertemuan Belém, hanya NGO yang ditunjuk Gubernur negara bagian/propinsi anggota GCF untuk mewakili negara bagian/propinsi tersebut yang diijinkan menghadiri dan ikut serta dalam rapat paripurna tertutup. Opsi 2. Rapat Terbuka. Opsi 2.1. Rapat terbuka untuk seluruh stakeholder yang berminat. Proses Opsi 2.2. Rapat terbuka untuk sejumlah stakeholder tertentu. Stakeholder- nya dipilih: Berdasarkan tanggal pengajuan surat permohonan keikutasertaan (yaitu pertama- tama berdasarkan RSVP (secara harfiah berarti mohon dibalas ). Berdasarkan partisipasi dalam Badan- badan Teknis/Penasehat. Lewat pengajuan oleh para perwakilan. Kombinasi dari yang disebutkan di atas. Opsi 1. Tidak ada partisipasi. Opsi 2. Opsi 2.1. Stakeholder hanya mengamati. Opsi 2.2. Stakeholder mengamati, namun jika stakeholder aktif terlibat dalam Badan- badan Teknis/Penasehat mereka mungkin diminta untuk memberikan masukan oleh Ketua GCF (Chair), para anggota atau Pimpinan Badan Teknis/Penasehat. Ketua juga mungkin meminta beberapa stakeholder pengamat untuk memberikan masukan. Opsi 2.3. Stakeholder mengamati dan di akhir tiap sesi rapat disediakan waktu untuk memberikan komentar dan mengajukan pertanyaan. Jika stakeholder aktif terlibat dalam Badan- badan Teknis/Penasehat mereka mungkin diminta untuk memberikan masukan oleh Ketua GCF (Chair), para anggota atau Pimpinan Badan Teknis/Penasehat. Ketua juga mungkin meminta beberapa stakeholder pengamat untuk memberikan masukan. 9

Transparansi dan Akuntanbilitas Kriteria Proses Seleksi Proses Transparansi dan Akuntabilitas Usulan Kebijakan Rapat Terbuka/Tertutup GCF: Sebagai bagian dari kebijakan GCF untuk melibatkan seluruh stakeholder yang relevan, GCF, sejauh mungkin, akan mengadakan rapat terbuka. Jika rapat tertutup untuk publik, GCF akan mengumumkan topik rapat tertutup tersebut. GCF dapat memutuskan untuk menyediakan rangkuman rapat tertutup kepada publik sesuai ketentuan Chatham House/kerahasiaan (tidak dihubungkan dengan siapa pun). Tingkatan pertemuan dan keterlibatan publik versus tertutup diputuskan dan dikomunikasikan lewat pemberitahuaan yang masuk akal bagi stakeholder untuk dapat memutuskan tingkat keterlibatan yang mereka inginkan. GCF mungkin mengadakan rapat tertutup yang mendiskusikan informasi rahasia, strategis dan sensitif yang berkaitan dengan GCF sebagai organisasi dan berkaitan dengan anggota dan personil GCF. PERTEMUAN BERSAMA GCF- STAKEHOLDER Terbuka untuk individual dan perwakilan organisasi masyarakat sipil dan sektor industri swasta, yang tunduk pada standar etika yang masuk akal dan batasan- batasan waktu dan lokasi rapat. Opsi 1. Terbuka bagi seluruh stakeholder yang berminat.. Opsi 2. Jika tempat tidak memungkinkan untuk menghadirkan seluruh stakeholder yang berminat, akan diadakan pembatasan jumlah peserta pertemuan bersama GCF- Kuota ini dapat dipenuhi: Berdasarkan tanggal pengajuan surat permohonan keikutasertaan (yaitu pertama- tama berdasarkan RSVP (secara harfiah berarti mohon dibalas ). Berdasarkan partisipasi dalam Badan- badan Teknis/Penasehat. Lewat pengajuan oleh para perwakilan. Kombinasi dari yang disebutkan di atas. Stakeholder akan berpartisipasi penuh dalam pertemuan bersama GCF- stakeholder, yang tunduk pada standar etika yang masuk akal dan batasan- batasan waktu dan lokasi rapat. Ketua GCF atau Sekretariat (jika ditunjuk oleh Ketua) akan menyelenggarakan rapat tersebut. GCF akan mengumpulkan secara akurat masukan dari stakeholder yang ikut serta, menyatakan penerimaannya dan mempertimbangkannya dalam proses pengambilan keputusan. Sekretariat atau negara bagian/propinsi tuan rumah akan bertanggung jawab untuk pendokumentasian publik dari masukan- masukan stakeholder dan bagaimana masukan- masukan ini dipertimbangkan (rangkuman komentar berdasarkan subyek dan respon- respon yang dapat diterima). Jika sebuah komentar atau pandangan tidak diadopsi oleh GCF, akan diberikan penjelasan mengapa komentar atau pandangan tersebut tidak diadopsi. 10

1 Rapat Parpipurna Ke- 3 Satgas GCF, Rapat Bersama GCF- Stakeholder tanggal 20 Mei (2010). 11