BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi untuk pelaksanaan fungsi birokrasi pemerintah, keberadaan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Istilah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. kinerja yang hendak di capai selama periode waktu tertentu dalam ukuran

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dalam bentuk( penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan. dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan publik.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang efektif,

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pendistribusian dana menjadi merata pada semua sektor publik sehingga. dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. seorang manajer yang sangat berperan penting yang harus memiliki kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Pemerintahan pusat maupun pemerintah daerah melaksanakan amanat

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dari masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan atau lebih (Mikesell, 2007) dalam Widhianto (2010). Kenis (1979) koordinasi, komunikasi, evaluasi kerja, serta motivasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 mengenai. penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran dan ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, lebih memberdayakan semua daerahnya. Dalam QS.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

Rencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB1 PENDAHULUAN. Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban yang berarti bahwa

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. buruk terhadap kinerja suatu Pemerintah Daerah (Pemda).

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 77 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. demi mencapai tujuan dari organisasi, terutama anggaran. Anggaran merupakan pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses perencanaan pembangunan daerah perlu diimbangi oleh ketersediaan beberapa hal seperti: kapasitas aparatur pemerintah, sumber dayanya baik sumber daya manusia maupun sumber dana. Berkaitan dengan hal ini, maka untuk mengukur tingkat pencapaian atas rencana yang ditetapkan dengan sasaran yang ingin dicapai perlu dilakukan evaluasi atas kinerja (Ramandei, 2009). Hal ini senada dengan Nordiawan & Hertianti (2009) bahwa keberhasilan sebuah organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif keuangannya saja. Surplus atau defisit dalam laporan keuangan tidak dapat menjadi tolak ukur keberhasilan, karena sifat dasarnya yang tidak mencari profit, keberhasilan sebuah organisasi sektor publik juga harus diukur dari kinerjanya. Kinerja sektor publik sebagian besar dipengaruhi oleh kinerja aparat atau kinerja manajerial. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi. Namun menurut Sujarweni (2015:107) kinerja merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Setiap organisasi diselenggarakan oleh manusia, sehingga perlu dilakukan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Menurut Mahoney et. al. dalam Natalia (2010) menjelaskan bahwa kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, 1

2 evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara menyeluruh. Sedangkan Menurut Kornelius Harefa (2008:17) definisi kinerja manajerial adalah kemampuan atau prestasi kerja yang telah dicapai oleh para personil atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan operasional organisasi. Fenomena yang terjadi di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Cimahi terkait kinerja adalah masih rendahnya realisasi program/kegiatan. Hal ini diperjelas oleh David Karwur selaku pengamat kebijakan publik yang mengatakan bahwa banyak proyek pekerjaan di Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi yang gagal direalisasikan, salah satu contohnya yakni gagalnya proyek pembangunan sumur artesis di sejumlah titik di Cimahi yang menelan dana miliaran rupiah. Lanjut dia, karena banyaknya proyek pembangunan yang tidak terlaksana, tidak terlepas dari lemahnya perencanaan serta diperparah dengan lemahnya sistem pengawasan dan supervisi kegiatan dari walikota maupun DPRD (jabar.tribunnews.com, dikutip Senin, 24 Agustus 2015). Fenomena lainnya yang terjadi di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Cimahi terkait kinerja adalah lemahnya kepemimpinan serta sumber daya manusianya. Hal ini diperjelas oleh Ketua DPRD Kota Cimahi, Achmad Gunawan, menanggapi hasil survei yang dilakukan Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) yang bekerja sama dengan Pusat Kajian Kepakaran Statistika (PKKS) mengatakan bahwa enam indikator yang dijadikan bahan penilaian beberapa contoh diantaranya adalah terkait kepemimpinan serta sumber daya

3 manusia memang menjadi kelemahan Pemerintah Kota Cimahi (www.fokusjabar.com, dikutip Rabu, 18 November 2015). Sebelumnya, Achmad Gunawan meminta Wali Kota Cimahi, Atty Suharty, untuk segera mengisi kekosongan empat kepala dinas di lingkungan Pemerintah Kota Cimahi. Empat dinas tersebut adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), Dinas Pekerjaan Umum (PU), Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) (bandung.pojoksatu.id, dikutip Rabu, 11 November 2015). Dalam rangka percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah pada setiap tahun anggaran dalam hal ini adalah tahun anggaran 2015 untuk mempercepat pelaksanaan program pembangunan pemerintah, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional maka dikeluarkanlah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015. Karena fenomena lainnya yang terjadi di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Cimahi terkait kinerja adalah lemahnya keterserapan anggaran. Hal ini dibuktikan dengan dirilisnya lima pemerintah kota dengan dana daerah menganggur paling banyak oleh Kementerian Keuangan salah satu diantaranya adalah Pemerintah Kota Cimahi. Sebelumnya, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengumumkan rendahnya penyerapan dana daerah pada APBD 2015 (bandung.bisnis.com, dikutip Minggu, 23 Agustus 2015). Selain itu, pelaksana tugas Sekretariat Daerah Kota Cimahi, Sri Nurul Handayani mengatakan keterlambatan penyerapan anggaran tersebut lebih disebabkan karena ketakutan satuan kerja perangkat dinas (SKPD) dalam menggunakan anggaran sehingga

4 kerap menjadi hambatan dalam penyerapannya serta pihaknya lebih menunggu petunjuk pelaksanaan dan teknis dari Pemerintah Pusat sebagai landasan hukum penggunaan anggaran (www.radarbandung.id, dikutip Selasa, 25 Agustus 2015). Dari beberapa fenomena yang terjadi seharusnya mendorong organisasi sektor publik untuk dapat mengelola jasa pelayanan publik secara baik dan bertanggung jawab guna meningkatkan kinerjanya. Agar kinerja semakin meningkat maka diperlukan kerjasama serta adanya komitmen di setiap individu pada suatu organisasi, untuk itu perlu adanya komitmen organisasi yang menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh organisasi (Mowday et. al., 1979). Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula (Randall dalam Sumarno, 2005). Namun, mempekerjakan individu yang nilai-nilainya tidak selaras dengan nilai-nilai organisasi yang telah ada akan cenderung menghasilkan karyawan yang kurang memiliki motivasi dan komitmen (Sumarno, 2005). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja SKPD salah satu diantaranya adalah kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran akan memudahkan SKPD untuk menyusun rencana kegiatan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah, sehingga anggaran dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja dengan kata lain kualitas anggaran daerah dapat menentukan kualitas pelaksanaan fungsi fungsi pemerintah daerah (Nadirsyah, dkk. 2012). Menurut Kenis dalam Nadirsyah, dkk (2012:64) menjelaskan bahwa kejelasan sasaran anggaran merupakan gambaran sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat

5 dimengerti oleh pegawai yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah pegawai untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan tujuan dan sasaran sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Locke dalam Kurnia (2004) mengatakan bahwa sasaran anggaran yang spesifik akan lebih produktif bila dibandingkan dengan tidak adanya sasaran yang spesifik, karena akan menyebabkan para pegawai merasa kebingungan, tertekan, dan merasa tidak puas. Selain itu, kejelasan sasaran anggaran akan membantu pegawai untuk mencapai kinerja yang diharapkan, dimana dengan mengetahui sasaran anggaran maka tingkat kinerja dapat tercapai. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuantujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini akan menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan (Kenis dalam Putra, 2013). Penelitian mengenai hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial masih belum mendapat hasil yang konsisten. Penelitian mengenai hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah atau SKPD telah banyak dilakukan oleh berbagai peneliti.

6 Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah, dkk (2012), dan Putra (2013) dalam hasil penelitiannya keduanya sama sama menyebutkan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial SKPD. Sedangkan untuk penelitian mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial yang dilakukan oleh Putri (2010), Baihaqi (2012), Wulandari (2013, dan Putri (2013) ke-empatnya konsisten menyebutkan hasil penelitiannya bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial SKPD. Berdasarkan fenomena dan penjelasan diatas maka penulis tertarik dan ingin melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) (Studi Survei pada Dinas Pemerintah Kota Cimahi) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD? 2. Bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial SKPD? 3. Bagaimana pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan komitmen organisasi secara simultan terhadap kinerja manajerial SKPD?

7 1.3 Tujuan Penelitian Dengan bertolak dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan menganalisis bukti empiris, bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD. 2. Untuk menguji dan menganalisis bukti empiris, bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD. 3. Untuk menguji dan menganalisis bukti empiris, bahwa kejelasan sasaran anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial SKPD. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini kegunaan yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan otonomi daerah khususnya dalam kejelasan sasaran anggaran dan komitmen organisasi yang baik terhadap kinerja manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar terciptanya pemerintah yang baik. 2. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini, dapat meningkatkan dan memperluas pengetahuan serta wawasan mengenai masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh

8 gambaran yang luas dan lebih jelas mengenai kesesuaian fakta lapangan dengan teori yang ada. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan referensi yang berguna apabila akan melakukan penelitian berikutnya pada bidang yang sama. 4. Bidang Ilmu Sebagai pengetahuan di bidang Akuntansi Sektor Publik, terutama berkenaan dengan Kejelasan Sasaran Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian dengan cara membagikan kuesioner pada 9 (sembilan) Dinas Pemerintah Kota Cimahi yang beralamat di Jalan Rd. Demang Hardjakusumah Blok Jati, Cihanjuang, Cimahi. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan selesai.