Kebijakan & Strategi. :. KEBIJAKAN Kebijakan Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKHIR VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAPORAN AKHIR RINGKASAN VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN BERBASIS PENATAAN RUANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI SEKTORAL (12) TRANSPORTASI DARAT

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

12-5. Gambar 1.4 Volume Lalu Lintas Jalan-Jalan Utama. Studi Sektoral (12) TRANSPORTASI DARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengupayakan pengadaan transportasi massal dengan meluncurkan bus Trans

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN BADUNG UTILITAS TERPADU DAN JEMBATAN BENTANG PANJANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT PRESERVASI JALAN. Jakarta, 22 Juni 2015

Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI MATRIK RENCANA STRATEGIS TAHUN

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

RUMUSAN HASIL PEMBAHASAN KONREG 2012 WILAYAH TIMUR Kupang, 15 Maret 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2008

Pe r ke m b a n ga n

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

RENJA K/L TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat, sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI: Menjadi fasilitator pembangunan daerah melalui perencanaan pembangunan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RAPAT EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2015 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

INPRES 3/2004, KOORDINASI PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LEBARAN TERPADU *52350 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 3 TAHUN 2004 (3/2004)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. JABODETABEK (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) telah menjadi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Kebijakan & Strategi :. KEBIJAKAN Kebijakan Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu : 1. Penyusunan kebijakan dan rencana penyelenggaraan jalan (Klasifikasi Fungsi dan Status Jalan, Renstra, KPJM, Rencana Umum Pengembangan Sistem Jaringan Jalan) yang sesuai dengan RTRWN dan sistem logistik nasional. 2. Penyusunan program dan anggaran yang sesuai dengan rencana penyelenggaraan jalan yang berkelanjutan. 3. Penyusunan rencana teknik yang berbasis lingkungan melalui penyusunan dan penerapan dokumen pengelolaan lingkungan (termasuk dukungan terhadap RAN- MAPI). 4. Penyusunan rencana teknis yang berbasis keselamatan jalan serta rencana pengurangan segmen rawan kecelakaan akibat defisiensi jalan. 5. Mengutamakan penanganan preservasi, untuk mempertahankan kinerja jalan dan kondisi jalan yang ada tetap berfungsi. 6. Mengutamakan penanganan preservasi, untuk mempertahankan kinerja jalan dan kondisi jalan yang ada tetap berfungsi. 7. Pelebaran, perkuatan struktur dan pembangunan jalan baru, dalam rangka memenuhi kebutuhan peningkatan kapasitas yang diakibatkan perkembangan lalulintas, perkembangan wilayah dan untuk menambah tingkat pelayanan/aksesibilitas jaringan jalan terutama pada lintas utama. 8. Pemanfaatan inovasi teknologi praktis untuk meningkatkan tuntutan atas kualitas produk disamping faktor lingkungan yang memberikan tekanan, yang dicapai melalui : a. Akreditasi laboratorium/ sarana penelitian. b. Dukungan Bahan dan Peralatan. c. Pemanfaatan manajemen keselamatan selama masa konstruksi dan penerapan Kontrak berbasis Kinerja dan Extended Warranty. d. Penerapan teknologi praktis dalam penanganan jalan. 9. Pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan dengan mengacu kepada dokumen pengelolaan lingkungan bidang jalan dan jembatan. 10. Penanganan segmen rawan kecelakaan (defisiensi jalan), dalam upaya peningkatan keamanan dan keselamatan jalan. 11. Pengembangan jaringan jalan tol, dalam bentuk pembangunan langsung atau fasilitasi pengadaan lahan. 12. Penanganan Jalan pada Kawasan Strategis dan melakukan kegiatan tanggap darurat. 13. Kelembagaan, melalui peningkatan tertib penyelenggaraan jalan dan perkuatan institusi untuk menunjang program preservasi dan meningkatkan tertib pengelolaan asset termasuk memfungsikan pengamat kondisi jalan, yang dicapai melalui : a. Reformasi Birokrasi b. Peningkatan Kapasitas SDM c. Legalisasi NSKP dan SOP d. Inventarisasi dan revaluasi BMN e. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Jalan 14. Organisasi Manajemen Pemeliharaan berkelanjutan, yang dicapai melalui : a. Pembentukan Unit sistem Manajemen Mutu. b. Penerapan kegiatan preservasi dengan meningkatkan fungsi SATKER dan

PPK sebagai Area Manager yang dibantu penilik jalan dalam mengidentifikasi kerusakan dini. 15. Peningkatan peran Balai di daerah untuk melakukan koordinasi dalam rangka meningkatkan kelancaran pelaksanaan, pembebasan tanah, beban berlebih, tertib manfaat jalan dan penanganan banjir sehingga perlu ditingkatkan koordinasi lintas sektoral antara lain dengan Dep.Hub, BPN, Polisi Lalu Lintas dan Pemda. :. STRATEGI Strategi Direktorat Jenderal Bina Marga meliputi : A. PENDEKATAN PEMBANGUNAN Pembangunan infrastruktur jalan dilandasi oleh kajian terhadap aspek penataan ruang nasional serta peraturan da perundangan terkait yang berlaku, faktor pengaruh lingkungan internal dan eksternal dalam pengembangan wilayah maupun jaringan jalan. Secara garis besar potensi dan kendala baik aspek geografis, geopolitik dan geoekonomi di dalam pengembangannya perlu memperhatikan Kerangka Pengembangan Strategis yang berlandaskan pada Aspek Pengembangan Ekonomi, Keseimbangan antar wilayah (daerah tertinggal dan daerah berkembang) dan Aspek Kesatuan Teritorial NKRI.alam konteks Kerangka Strategis Berorientasi Ekonomi (Investasi) perlu dipertimbangkankan Koridor Poros Pengembangan Strategis ( Koridor Pantai Timur Sumatera, Pantura Jawa-Bali, Koridor Pantai Barat dan Pantai Timur Kalimantan dan seterusnya membentang dari Barat sampai ke Timur. Dalam konteks orientasi keseimbangan antar wilayah, kawasan - kawasan koridor yang terdiri dari daerah tertinggal seperti Kawasan Koridor Pantai Barat Sumatera, Pansela Jawa, Koridor Kalimantan Tengah dsb pengembangannya diorientasikan kepada poros pengembangan strategis ekonomi sebagai penggerak mula (primemover) terdahulu. Secara keseluruhan pendekatan pengembangan perlu diletakkan dalam presepsi pengembangan dalam rangka pemantapan teritorial NKRI. B. STRATEGIS DAN PRIORITAS PEMBIAYAAN Prioritas pendanaan Jalan difokuskan kepada preservasi yaitu pemeliharaan rutin dan berkala serta peningkatan jalan, selanjutnya perluasan jalan (capex) dan pembangunan jalan baru. Preservasi diadakan dalam rangka mempertahankan kinerja aset dan menjaga agar kondisi jaringan jalan yang ada tetap berfungsi dan dapat melayani lalulintas sepanjang tahun selama umur rencana. Sedangkan perluasan digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan peningkatan kapasitas yang diakibatkan perkembangan lalulintas, perkembangan wilayah, dan untuk menambah tingkat pelayanan/aksesibilitas jaringan jalan. Selanjutnya kebutuhan pendanaan sektor jalan dari sisi makro ekonomi dibandingkan dengan kebutuhan penanganan jalan dari keluaran IRMS (untuk pemeliharaan dan peningkatan jalan), peningkatan jalan sub-standar menjadi standar, perluasan kapasitas jalan, perkuatan struktur perkerasan jalan, pembangunan jalan baru (termasuk menghubungkan jaringan jalan Nasional yang terputus), pengembangan jalan tol, dan pengembangan Jalan Strategis Nasional (pendekatan bottom-up), baik yang didanai Pemerintah, pinjaman lunak, maupun swasta.

Prioritas pendanaan Jalan difokuskan kepada preservasi yaitu pemeliharaan rutin dan berkala, selanjutnya peningkatan jalan dan pembangunan jalan baru. Dana pemerintah terutama digunakan untuk preservasi, sedangkan untuk peningkatan jalan dan pembangunan jalan baru dapat menggunakan pinjaman lunak dari Bank Dunia/ADB/JBIC/lembaga lainnya. Khusus untuk pengembangan jalan tol, diupayakan menggunakan dana swasta, dimana proyek harus layak secara ekonomi dan finansial. Apabila kelayakan finansial rendah/marjinal, perlu diupayakan dukungan pemerintah (government support), baik melalui penyediaan tanah oleh pemerintah atau kontribusi pinjaman lembaga bilateral/multilateral atau dikemas dalam skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) yang tepat (misalnya BOT, DBO, DBL, manajemen kontrak, dsb). C. MTEF (MEDIUM TERM EXPENDITURE FRAMEWORK) Program Pengembangan 2011-2014, Program lima tahun kedepan terdiri dari enam kategori utama Kegiatan untuk tujuan analitis, dan Ini dapat studi dikemas menjadi tiga komponen untuk keperluan administrasi, sebagai berikut : 1. Pembangunan Infrastruktur Jalan di Empat Corridors Utama 2. Program Pengembangan Jaringan Jalan Arteri 3. Program Jalan dan Jembatan yang berkelanjutan D. PRESERVASI SECARA PROAKTIF Tingkat kerusakan jalan akibat pembebanan muatan lebih dan sistem preservasi jalan yang belum memadai, diindikasikan sebagai penyebab utama rusaknya jaringan jalan sebelum umur teknis dan ekonomis jalan tersebut tercapai yang membawa implikasi meningkatnya secara signifikan biaya operasi kendaraan dan pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, disamping upaya yang sedang dilakukan untuk lebih menekankan preservasi jalan yang dilakukan secara proaktif dan preventif dengan tidak menunggu terjadinya lubang, pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah terus melakukan pula upaya terpadu mengurangi dan bahkan menghilangkan pembebanan muatan lebih kendaraan berat, yang menurunkan umur jalan secara eskalatif tersebut, dengan rekomendasi agar jenis truk bergandar tunggal, yang sesuai survei lapangan menunjukkan tekanan gandar jauh melampaui daya dukung jalan dapat dimodifikasi menjadi bergandar ganda atau bahkan tripel. E. STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS Terkait jangkauan pelayanan jaringan jalan yang belum tersambung secara menyeluruh dan adanya kemacetan lalu lintas yang signifikan pada jalan nasional di sekitar perkotaan, diperlukan perluasan jalan, baik melalui pelebaran jalan, pembangunan jalan layang atau perlintasan tidak sebidang maupun pembangunan baru prasarana jalan. Langkah ini dilakukan terutama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk peningkatan daya saing sektor riil antara lain dilakukan melalui peningkatan jalan dan jembatan nasional lintas terutama untuk Lintas Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, Selatan Kalimantan dan Barat Sulawesi. Selain itu, program prioritas untuk tahun 2009 yaitu pembangunan jalan akses Bandara Kuala Namu, penyelesaian pembangunan Jembatan Suramadu, pembangunan jalan baru dan peningkatan jalan di kota-kota strategis, pembangunan fly-over di kota metropolitan,

dan pembangunan jalan dan jembatan Lintas Pantai Selatan Jawa dengan total panjang penanganan sepanjang 4000 Km lajur. Sedangkan dukungan investasi swasta untuk pembangunan jalan tol terutama untuk pengadaan tanah. Disamping itu dilakukan pula pembangunan jalan akses Tanjung Priok oleh Pemerintah dan selanjutnya baru ditender investasi kepada investor F. PENGGUNAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Penggunaan teknologi precast beton untuk rigid pavement,cable stayed untuk jembatan, modifikasi cakar ayam, dan pile slab dapat digunakan dalam kegiatan peningkatan kapasitas.pemanfaatan produksi dalam negeri dan bahan bangunan lokal perlu ditingkatkan semaksimal mungkin, seperti penggunaan asbuton, tailing dan bahan lain untuk konstruksi jalan maupun jembatan. Inovasi bahan bangunan alternatif maupun pengembangan teknologi konstruksi dibidang jalan dan jembatan perlu didorong untuk dapat menjawab tantangan yang ada. Kegiatan penelitian dan pengembangan jalan dan jembatan diharapakan dapat mendukung dalam terciptanya inovasi teknologi tersebut. Tidak kalah pentingnya dengan pengembangan prosedur, metode, dan manajemen dalam penyelenggaraan jalan juga sangat diperlukan. G. ADAPTASI DAN MITIGASI MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM Untuk itu, strategi mitigasi dalam rangka menghadapi perubahan iklim adalah sebagaimana berikut: i. Penerapan Undang-Undang Tata Ruang dan Undang-Undang Jalan dalam pembangunan jalan. ii. Untuk menjamin pengurangan/meminimalisasikan dampak negatif akibat proses pembangunan dan pemanfaatan jalan. iii. Melakukan perbaikan ruas-ruas jalan yang boros energi. iv. Melakukan penghijauan pada rumija (ruang milik jalan) & ruwasja (ruang pengawasan jalan) yang dilengkapi dengan drainase, landscape, reservoar air pada boundary gate dan exit gate serta membuat buffer zone. v. Penyiapan gardu pandang untuk lokasi yang mempunyai nilai estetika. vi. Mengurangi kemacetan lalu lintas di perkotaan melalui pelebaran jalan, pembangunan jalan baru dan Fly Over (FO). vii. Mendorong pemanfaatan angkutan umum massal termasuk busway yang hemat energi. Sedangkan strategi adaptasinya adalah : viii. Mengidentifikasi jalan dan jembatan yang rawan terkena dampak banjir, longsor dan ancaman gelombang laut/abrasi. ix. Melakukan perbaikan infrastruktur berupa penguatan tebing jalan pada lokasi rawan longsor dan konstruksi penguatan terhadap abrasi. x. Meningkatkan tipe sistem drainase dan perbaikan kondisi sistem drainase pada lokasi rawan banjir. xi. Merencanakan jaringan jalan sesuai dengan tata ruang dan memenuhi standar geometri yang hemat energi serta berwawasan lingkungan, dengan memperhatikan: a. Perencanaan jalan yang mempertahankan kondisi fungsi tanah sebagai resapan air/sensitive area. b. Pengurangan pencemaran udara di areal basecamp maupun di areal

konstruksi pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan. c. Penyusunan studi lingkungan untuk setiap pembangunan jalan dan melakukan penerapan/rekomendasinya di dalam implementasinya. xii. Pemanfaatan material jalan dengan teknologi daur ulang (recycling). xiii. Mengganti peralatan konstruksi (formwork) dan konstruksi kayu (terucuk) dengan konstruksi baja/beton. H. PEMBERDAYAAN PERAN SERTA MASYARAKAT Peran serta masyarakat dalam proses penyelenggaraan jalan dirasakan semakin menguat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan pemanfaatan. Masukan dari masyarakat yang berupa kritik, saran maupun usulan sudah cukup banyak. Selain itu kendala akibat dari perilaku masyarakat yang kurang terpuji juga mempunyai dampak yang besar dalam kelangsungan penyelenggaraan jalan, seperti tertib penggunaan jalan, tertib pemanfaatan ruang milik jalan, dan terhambatnya proses pembebasan lahan untuk jalan akibat ulah beberapa orang. Diharapkan tertib penggunaan dan pemanfaatan jalan serta lancarnya proses penyelenggaraan jalan akan sangat berperan dalam meningkatkan efisiensi kehidupan ekonomi masyarakat dan pembangunan nasional.