Pengaruh Beban Kendaraan sebagai Beban Titik terhadap Deformasi Geogrid sebagai Perkuatan Embankment di atas Tanah Lunak

dokumen-dokumen yang mirip
A. Adhe Noor PSH #1. Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil, Jurusan Teknik, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed

ANALISIS DEFORMASI FLOATING PILES SEBAGAI PERKUATAN TANAH LUNAK DI BAWAH GEOGRID-REINFORCED EMBANKMENT

ANALISIS DEFORMASI VERTIKAL DAN HORISONTAL TANAH LUNAK DI BAWAH PILED-GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH LUNAK DI BAWAH PILED - GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT. Oleh: Adhe Noor Patria.

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

ANALISIS STABILITAS LERENG BERTINGKAT DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Perilaku Tanah Dasar Fondasi Embankment dengan Perkuatan Geogrid dan Drainase Vertikal

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

2.2 Data Tanah D. YULIANTO 1. PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

KONTRIBUSI DAYA DUKUNG FRIKSI DAN DAYA DUKUNG LACI PADA PONDASI TIANG TONGKAT

ANALISA TAHANAN LATERAL DAN DEFLEKSI FONDASI GRUP TIANG PADA SISTEM TANAH BERLAPIS DENGAN VARIASI JUMLAH TIANG DALAM SATU GRUP

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

PERBAIKAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

STUDI KAPASITAS LATERAL PONDASI TIANG UJUNG BEBAS DENGAN VARIASI DIAMETER DAN JARAK BEBAN SAMPAI MUKA TANAH PADA TANAH PASIR DI LABORATORIUM

Konsep Desain Geosynthetics Untuk Konstruksi Jalan (Geosynthetics Design Concept for Road Construction)

DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS)

Oleb: HANINDYA KUSUMA ARTATI NTh1:

PERBAIKAN TANAH DASAR AKIBAT TIMBUNAN PADA JALAN AKSES JEMBATAN TAYAN

MODUL PERKULIAHAN REKAYASA FONDASI 1. Penurunan Tanah pada Fondasi Dangkal. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM

LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENAMBAHAN LAPISAN PASIR PADAT SEBAGAI SOLUSI MASALAH PENURUNAN FONDASI DI ATAS LAPISAN LEMPUNG LUNAK : SUATU STUDI MODEL

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

Gambar 2.1 Konstruksi jalan rel

STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK ABSTRAK

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK CIKINI GOLD CENTER

STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN PERKUATAN GEOGRID

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74%

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

DESAIN KEBUTUHAN PVD UNTUK TANAH LUNAK

Naskah Publikasi Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP KESTABILAN DINDING MSE DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL DI DAERAH REKLAMASI MALALAYANG

Pengaruh Kedalaman PVD Pada Analisis Konsolidasi Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

STUDI GERAKAN TANAH AKIBAT PEMANCANGAN TIANG FONDASI (SQUARE PILE) STUDI KASUS PADA PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA SUPADIO PONTIANAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan berupa bantalan tertutup menunjukan performa yang lebih baik.

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Subrantas Km 12 Pekanbaru Riau 2

ANALISA PENGARUH KETEBALAN PILE CAP DAN JARAK ANTAR TIANG TERHADAP KAPASITAS KELOMPOK PONDASI DENGAN MENGGUNAKAN PLAXIS 3D

Pemodelan 3D pada Perbaikan Tanah Lunak Menggunakan Metode Deep Mixed Column

ANALISIS PENURUNAN TANAH DASAR PROYEK SEMARANG PUMPING STATION AND RETARDING POND BERDASAR EMPIRIS DAN NUMERIS

Studi Eksperimental Distribusi Beban Tarik Pada Model Fondasi Tiang dengan Media Tanah Lempung

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL PADA TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN PERKUATAN ANYAMAN BAMBU DAN GRID BAMBU DENGAN BANTUAN PROGRAM PLAXIS

ANALISIS DAN SIMULASI NUMERIS DEFORMASI RAFT FOOTING

ANALISIS PONDASI JEMBATAN DENGAN PERMODELAN METODA ELEMEN HINGGA DAN BEDA HINGGA

Kegagalan lereng (slope failure) studi kasus : Jalan antara Samarinda Tenggarong

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kasus Kegagalan Konstruksi Dinding Penahan Tanah Rumah Mewah Di Atas Tanah Lunak

SHEAR STRENGHT OF SOIL, BEARING CAPACITY AND FOUNDATION

Pengaruh Ukuran dan Kedalaman Geotekstil Teranyam Tipe HRX 200 terhadap Daya Dukung Ultimit dan Penurunan Tanah Lempung Lunak

BAB II TINJALAN PUSTAKA. Keanekaragaman jenis tanah yang ada di alam mempunyai berbagai macam

PENGARUH BENTUK DAN RASIO KELANGSINGAN PADA TIANG PANCANG YANG DIBEBANI LATERAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

PERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN METODA SNI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

MEKANISME KERUNTUHAN LERENG TEGAK DAN TEKNIK PERKUATANNYA DENGAN GEOTEKSTIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Koener (1988) geosintetik terdiri dari 2 suku kata, geo yang

PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI MELAYANG (FLOATING FOUNDATION) PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PLAXIS VERSI 8.

TAHANAN CABUT TULANGAN BAJAPADA TANAH BERPASIR

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KAPASITAS KELOMPOK TIANG PANCANG TERHADAP BEBAN LATERAL MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENCE

LAMPIRAN 1. Langkah Program PLAXIS V.8.2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DEFORMASI PONDASI TIANG BOR DENGAN MODEL ELEMEN HINGGA PADA TANAH STIFF CLAY

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat Oleh RIDWAN MARPAUNG NIM : Program Studi Rekayasa Geoteknik

TINJAUAN PUSTAKA Pola Keruntuhan Akibat Pondasi Dangkal di Tanah Datar

EFEKTIFITAS PONDASI RAFT & PILE DALAM MEREDUKSI PENURUNAN TANAH DENGAN METODE NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74%

EVALUASI BOX CULVERT PADA SALURAN UTAMA IRIGASI BATANG ANAI

Transkripsi:

Pengaruh Beban Kendaraan sebagai Beban Titik terhadap Deformasi Geogrid sebagai Perkuatan Embankment di atas Tanah Lunak Influence of Vehicle Load as Point Load on Geogrid Deformation as Embankment Reinforcement on Soft Soil A. Adhe Noor PSH #1 adhe_noorpatria@yahoo.co.id Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil, Jurusan Teknik, Fakultas Sains dan Teknik Unsoed Abstrak Konstruksi yang dibangun di atas tanah lunak seperti tanah lempung (clay) umumnya akan menemukan kesulitan seperti lamanya waktu konsolidasi, tanah sukar dipadatkan, lereng timbunan tidak stabil, serta penurunan jangka panjang yang besar. Drainase vertikal atau dengan menggunakan bahan geosintetik seperti geogrid dan geotekstil yang dapat dikombinasikan dengan floating piles merupakan beberapa metode untuk mengatasi masalah ini. Defromasi geogrid dianalisis menggunakan Plaxis versi 7.2 dengan permodelan plane strain untuk model tanah embankment dan tanah dasarnya begitu pula untuk geogrid dan floating piles. Beban kendaraan dimodelkan sebagai beban titik (point load) sebesar 20 kn/m, 40 kn/m dan 60 kn/m. Simulasi dilakukan secara bertahap menyerupai kondisi pelaksanaan konstruksi di lapangan yaitu staged construction. Penerapan beban kendaraan akan menambah deformasi geogrid, hal ini nampak pada perpindahan vertikal geogrid pada beban kendaraan terbesar (beban 60 kn/m). Pada pembebanan dengan durasi pembebanan jangka panjang dimana excess pore water pressure sudah sangat kecil, nilai perpindahan vertikal geogrid sebesar -0,5062 m untuk rigid embankment dan sebesar 0,6568 m untuk interface embankment. Perbedaan ini terjadi karena terjadi slip (gelincir) pada bidang kontak antara geogrid dan tanah sehingga terjadi penambahan jumlah massa tanah yang ditahan oleh geogrid, yang mengakibatkan defleksi pada geogrid juga bertambah. Kata kunci Slip, geogrid, floating piles, staged construction Abstract Public contructions built on soft soil such as clay would face some problems such as long period consolidation time, unstability embankment slope, not easily compacted and high level settlement. Some solution that could be suggested were the usage of vertical drain, or the usage of geosynthetics material such as geogrid combined with floating piles. Analysis was carried out by using plaxis version 7.2. soil for embankment and embankment foundation was modelled in plane strain. Also geogrid and floating piles were modelled in plane strain too. Point load on top of embanknet were variated, they were 20, 40 and 60 kn/m. The simulation was carried out in staged contruction mode. The implementation of vehicle load increased geogrid deformation. It appeared as geogrid vertical displacement when the biggest vehicle load ( 60 kn/m) applied. In long term loading condition where excess pore water pressure was very small, vertical displacement of geogrid was 0,5062 m for rigid embankment and 0,6568 m for interface embankment. The difference occured due to slip at the interface of geogrid and soil. It leaded to adding soil mass supported by geogrid, furthermore the deflection of geogrid became bigger. Keyword slip, geogrid, floating piles, staged construction PENDAHULUAN Pembangunan konstruksi di atas tanah lunak, seperti embankment baik embankment jalan raya maupun jalan rel, sering menemui kendala selama pembangunan konstruksinya antara lain lamanya waktu konsolidasi, pemadatan tanah yang sukar, lereng timbunan (embankment) yang tidak stabil dan penurunan jangka panjang yang besar. Beberapa alternatif solusi adalah pengelupasan tanah lunak bila lapisan tanah lunak tidak terlalu tebal (soil scraping), atau dengan menggunakan bahan geosintetik seperti geogrid dan geotekstil sebagai perkuatan tanah. Penggunaan bahan geosintetik sering dikombinasikan dengan floating piles yang dipancang ke dalam lapisan tanah lunak. Floating piles berfungsi memberi tahanan terhadap terhadap beban yang bekerja melalui perlawanan lekatan tanah (tahanan gesek) pada dinding piles tersebut. A. Tanah Lunak (Clay) Dinamika Rekayasa Vol. 8 No. 2 Agustus 2012

Dinamika Rekayasa Vol. 8 No. 2 Agustus 2012 Para ahli memiliki definisi yang berbeda beda tentang tanah lempung antara lain Hardiyatmo (1992) mencoba menjelaskan bahwa tanah lempung tersusun atas mineral mineral lempung hasil pelapukan tanah secara kimiawi yang menghasilkan susunan partikel berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,002 mm, sedangkan peneliti lain yaitu Holtz dan Kovacs (1981) menyatakan bahwa tanah lempung adalah tanah yang mengandung mineral mineral lempung dan memiliki plastisitas serta kohesivitas. Tanah yang bersifat kohesif sering kehilangan sebagian dari kuat gesernya akibat gangguan dan jumlah dari kuat geser yang hilang dinyatakan dalam istilah sensitivitas (sensitivity) (Teng, 1981). Sensitivitas adalah nilai banding antara kuat geser undrained dari tanah dalam kondisi tak terganggu dan kuat geser undrained dari tanah yang sudah berubah dari bentuk aslinya pada kadar air yang sama (Hardiyatmo, 1992). Secara umum tanah lempung memiliki sifat sifat teknis (engineering properties) (Teng, 1981) sebagai berikut : 1) umumya memiliki kuat geser yang rendah, 2) bersifat plastis dan kompresibel, 3) mudah kehilangan sebagian kuat gesernya akibat pembasahan (wetting), 4) mudah kehilangan sebagian kuat gesernya akibat gangguan (disturbance) pada tanah, 5) dapat mengalami penyusutan akibat pengeringan dan pengembangan akibat pembasahan (biasanya terjadi akibat perubahan musim), 6) merupakan material yang sangat buruk bila digunakan sebagai backfill, karena dapat menghasilkan tekanan tanah lateral yang besar, 7) merupakan material yang buruk bila digunakan sebagai embankment, karena memiliki kuat geser yang rendah dan lebih sukar untuk dipadatkan, 8) bersifat kedap air (impervious), 9) lereng yang tersusun dari tanah lempung (clay slopes) akan mudah mengalami kelongsoran, 10) kemungkinan mengalami rayapan (creeps). B. Geogrid Sebagai Perkuatan Geogrid termasuk dalam salah satu jenis geosintetik. Istilah geosintetik sendiri sebenarnya meliputi geotextile (filter fabrics), geomembrane, geowebs (confinement & strength), geogrid (reinforcement), geonet (drainage) dan geocomposite (Koerner, 1990). Geosintetik merupakan bahan tiruan (sintetis) yang berasal dari polimerisasi hasil hasil industri kimia (minyak bumi) atau dari bahan baja, semen, serat serat sintetis, kain dan lain lain. Bahan ini memiliki polimer utama penyusun bahan berupa polyester (PS), polyamide (PM), polypropylene (PP) dan polyethylene (PE) (Suryolelono, 2000). Geosintetik tipe grid (geogrid) yang memiliki bentuk menyerupai ribs (tulang tulang iga) sering digunakan sebagai perkuatan misalnya sebagai perkuatan dinding penahan tanah, perkuatan lapis perkerasan, perkuatan timbunan atau sebagai perkuatan tanah akibat bencana tanah longsor (Permathene, 2002). Geogrid memiliki kuat tarik yang tinggi dan terbuat dari lembaran polimer yang dilubangi dengan pola yang sama kemudian ditegangkan pada arah tertentu. Karakteristik dan penggunaan geogrid sangat ditentukan dari tipenya (Permathene, 2002), hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut ini. 1) Uni-axial geogrid Bahan ini memiliki kuat tarik yang tinggi pada satu arah dan biasanya digunakan pada perbaikan lereng terhadap longsor (slip repairs), dinding penahan tanah atau lereng yang terbebani dalam waktu lama (Gambar 1). 2) Bi-axial geogrid Bahan ini memiliki kuat tarik pada dua arah yang tidak sebesar uni-axial geogrid. Umumnya digunakan sebagai perkuatan tanah lunak untuk mengurangi pengaruh beban yang bekerja seperti beban lalu lintas kendaraan (Gambar 2). Gambar 1 Uni-axial grid (Sumber : Tensar, 2002). C. Floating Piles Gambar 2 Bi-axial grid (Sumber : Tensar, 2002). Floating piles termasuk jenis fondasi tiang. Pemilihan fondasi tiang sebagai fondasi pendukung beban didasarkan pada beberapa pertimbangan terhadap kemampuan fondasi tiang tersebut, beberapa di antaranya adalah (Hardiyatmo, 2001): 1. sebagai penahan gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring, 2. sebagai penerus beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu, sehingga fondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah di sekitarnya, 43

A. Adhe Noor PSH Pengaruh Beban Kendaraan sebagai Beban Titik Terhadap Deformasi Georid sebagai Perkuatan Embankment di atas Tanah Lunah : 42-47 3. sebagai penerus beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak, ke tanah pendukung yang kuat. Berdasarkan material pembentuknya, fondasi tiang dapat dikelompokan dalam empat tipe sebagai berikut (Das, 1990) ini. 1. tiang baja (steel piles), 2. tiang kayu (wooden / timber piles), 3. tiang beton (concrete piles), 4. tiang komposit (composite piles) Floating piles merupakan jenis fondasi tiang yang dipancang secara keseluruhan di dalam tanah lempung lunak, sehingga sebagian besar beban ditahan oleh tahanan gesek dinding tiang. Fondasi ini umumnya dipancang secara berkelompok ke dalam tanah lunak dan kapasitasnya dipengaruhi oleh salah satu faktor (Hardiyatmo, 2001) dari : 1. jumlah kapasitas tiang tunggal dalam kelompok tiang, bila jarak tiang lebar, 2. tahanan gesek tiang yang dikembangkan oleh gesekan antara bagian luar kelompok tiang dengan tanah di sekelilingnya, jika jarak tiang terlalu dekat Menurut De Mello (1960) (dalam Poulos dan Davis, 1980) pemancangan tiang ke dalam tanah lempung memberikan akibat antara lain terjadi : 1. perubahan pada sruktur tanah (remolding) di sekeliling tiang, 2. perubahan kondisi tegangan (stress state) di dalam tanah di sekeliling tiang, 3. disipasi dari tekanan air pori berlebih (excess pore water pressure) pada tanah di sekeliling tiang, 4. fenomena jangka panjang yang merupakan kembalinya kekuatan tanah (strength regain). D. Embarkment dengan Perkuaran Geogrid dan Floating Piles Menurut Rankilor (1992) konsep dasar dalam memberi perkuatan sebuah embankment adalah mencegah terjadinya bidang gelincir potensial (potential slip circles) yang terjadi dan menyediakan tahanan geser (shear resistance), saat mulai terjadi gerakan tanah. Embankment dengan perkuatan tiang ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar (Hans dan Akins, 2002) sebagai berikut : 1. Conventional Pile Supported (CPS) Embankments (Gambar 3), 2. Geosynthetic-Reinforced dan Pile Supported (GRPS) Embankments (Gambar 4). Gambar 3 Conventional pile supported (CPS) embankment. Gambar 4 Geosynthetic-Reinforced dan Pile Supported (GRPS) Embankments. Mekanisme penyaluran beban dari embankment ke tiang (pile) dan tanah melibatkan beberapa komponen. Ada 3 komponen utama dalam mekanisme penyaluran beban dalam sistem GRPS (Geosynthetic-Reinforced dan Pile Supported Embankment) tersebut (Hans dan Akins, 2002). 1) Soil Arching Terjadi akibat adanya differential settlement antara pile cap, sehingga terbentuk soil arching di atas platform yang diperkuat oleh geosintetik (geosynthetic reinforced fill platform), hal ini mengakibatkan berkurangnya tekanan yang bekerja pada fill platform. 2) Efek Membran Adalah suatu efek ketika fill platform (yang memiliki geosintetik di dalamnya baik single layer maupun multiple layer) dikenai tekanan, maka fill platform akan mengalami deformasi seperti plat / membran. 3) Konsentrasi Tegangan Terjadi akibat adanya perbedaan kekakuan antara tiang dan tanah lunak, soil arching dan deformasi dari soil platform, maka sebagian besar beban disalurkan ke tiang, sedangkan tanah lunak hanya menerima sebagian kecil beban. Hal ini mengakibatkan ada perbedaan tegangan yang signifikan antara tiang dan tanah lunak. Fenomena ini disebut stress concentration pada kepala tiang (pile cap). 44

Dinamika Rekayasa Vol. 8 No. 2 Agustus 2012 E. Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan dapat diartikan sebagai suatu konstruksi plat elastis yang berlapis lapis, terletak pada suatu landasan yang elastis (tanah dasar) (Soedarsono,1985). Menurut Departments of The Army and The Air Force (1994) terdapat dua macam tipe perkerasan / pavement sebagai berikut ini. 1) Perkerasan Kaku Prinsip utama dalam perancangan perkerasan ini adalah membatasi tegangan tarik di dalam PCC (portland cement concrete) sampai pada tahap tertentu di bawah kuat lentur betonnya, sehingga keruntuhan terjadi hanya setelah perkerasan menahan beban berulang dengan jumlah tertentu. 2) Perkerasan Lentur Prinsip utama dari perancangan perkerasan ini adalah memilih ketebalan perkerasan yang dibutuhkan untuk membatasi regangan vertikal di dalam subgrade dan regangan horisontal pada bagian bawah dari bituminous concrete akibat beban lalu lintas kendaraan pada tingkat tertentu agar tidak terjadi keruntuhan geser di dalam subgrade dan keretakan di dalam bituminous surface course. Kendaraan sebagai salah satu faktor penting dalam perancangan perkerasan dikelompokan ke dalam beberapa tipe (UDOT, 1998) sebagai berikut ini. 1. Kategori 1 (kendaraan ber-as ganda/general two axle vehicles) yaitu a. kendaraan bermotor roda dua, b. mobil penumpang, c. unit kendaraan ber-as ganda dan kendaraan beroda empat-tunggal yang lain. 2. Kategori 2 (bus / buses) yaitu bis. 3. Kategori 3 (truk 1 unit / single unit trucks) yaitu a. unit truk beroda enam-tunggal dan ber-as ganda, b. unit truk ber-as tiga tunggal, c. unit truk dengan empat as atau lebih. 4. Kategori 4 (single trailer trucks) yaitu a. kombinasi trailer tunggal dengan empat buah atau kurang as tunggal, b. kombinasi trailer tunggal dengan lima buah as, c. kombinasi trailer tunggal dengan enam as atau lebih. 5. Kategori 5 (multi trailer trucks) yaitu a. kombinasi multi trailer ber-as lima atau kurang, b. kombinasi multi-trailer ber-as enam, c. kombinasi multi trailer ber-as tujuh atau lebih. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Pencarian data sekunder meliputi dimensi geometri trial embankment, parameter tanah lapangan (soil properties), hasil uji kuat geser tanah, properties geogrid, properties floating piles dan hasil pengukuran lapangan untuk perpindahan vertikal, horisontal dan perubahan tekanan air pori). Data sekunder ini kemudian diolah sehingga menjadi input data untuk software Plaxis. 2. Dibuat model geometri plane strain dalam software Plaxis versi 7.2 meliputi kondisi perlapisan embankment dan perlapisan tanah dasar. 3. Setelah input data siap lalu running program dilakukan. 4. Validasi dilakukan terhadap perpindahan horisontal dan vertikal pada kondisi embankment tanpa perkuatan. 5. Setelah validasi tercapai lalu diaplikasikan perkuatan berupa floating piles dan geogrid di bawah embankment dan dilakukan analisis menggunakan Plaxis versi 7.2. 6. Aplikasi beban kendaraan berupa beban titik dilakukan setelah tahap 6. Pengamatan dilakukan terhadap deformasi (perpindahan vertikal) geogrid. Model kontak/persentuhan (interface) antara tanah dan geogrid dalam simulasi numeris terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe rigid dan tipe interface. Interface tipe rigid mengabaikan adhesivitas antara geogrid dan tanah sehingga tidak memungkinkan terjadi slip antara tanah dan geogrid. Sedangkan interface tipe interface mempertimbangkan adhesivitas antara geogrid dan tanah sehingga memungkinkan terjadinya slip atau gelincir antara geogrid dan tanah. Detail bagian konstruksi dapat dilihat pada Gambar 5 sedangkan model input konstruksi dalam simulasi numeris dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7 Diskretisasi elemen model geogrid-reinforced and piled-supported embankment seabagai langkah awal simulasi numeris dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Pelaksanaan konstruksi embankment dilakukan secara bertahap dan dalam simulasi numeris dimodelkan dalam staged construction type Input material geogrid dalam simulasi menggunakan Plaxis versi 7.2 menggunakan parameter EA sebesar 1000 kn/m. Sedangkan input material floating piles dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. TABEL 1 PARAMETER INPUT FLOATING PILES DAN PILE CAPS PADA REINFORCED EMBANKMENT (EA DAN EI) No Tipe Material EA (kn/m) EI (kn/m) 1. Pile caps elastic 6,436.10 6 6,704.10 4 2. Floating Piles elastic 6,553.10 5 1,327.10 3 TABEL 2 PARAMETER INPUT FLOATING PILES DAN PILE CAPS PADA REINFORCED EMBANKMENT YAITU DIAMETER (D), BERAT FLOATING PILES (W), DAN POISSON S RATIO ( ) No Tipe d (m) w (kn/m/m) 1. Pile caps 0,354 0,031 0,15 2. Floating Piles 0,156 7.10-3 0,15 45

A. Adhe Noor PSH Pengaruh Beban Kendaraan sebagai Beban Titik Terhadap Deformasi Georid sebagai Perkuatan Embankment di atas Tanah Lunah : 42-47 Gambar 5 Embankment yang diperkuat geogrid and floating piles. Gambar 8 Diskritisasi model rigid embankment. Gambar 6 Model rigid (non-interface) embankment. Gambar 7 Model interface embankment. Gambar 9 Diskritisasi model Interface Embankment. Floating piles dan pile cap yang digunakan terbuat dari beton dengan f c = 30 MPa dan memiliki modulus elastisitas (E) sebesar 25742,96 MPa. Floating piles memiliki panjang 13 m dan diameter 0,18 m, sedangkan pile cap memiliki ukuran sisi 0,5 m x 0,5 m dan tebal 0,25 m. Poisson s ratio yang digunakan untuk beton sebesar 0,15 (Tabel 2). Jarak antar floating piles (pusat ke pusat ) sebesar 1 m. Beban kendaraan yang dianalisa dimodelkan dalam beban titik. Beban kendaraan sebagai beban titik bekerja pada suatu posisi tertentu pada permukaan atas embankment (Gambar 10). Variasi beban kendaraan sebagai beban titik adalah 20 kn/m, 40 kn/m dan 60 kn/m. Menurut UDOT (1998) beban kendaraan ini sesuai dengan jenis kendaraan ber-as ganda (general two axle vehicle). 46

Perpindahan (m) Dinamika Rekayasa Vol. 8 No. 2 Agustus 2012 KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 10 Beban terbagi rata kendaraan pada embankment. HASIL DAN PEMBAHASAN Beban kendaraan akan mengakibatkan terjadinya penambahan beban pada embankment, sehingga tanah dasar yang merupakan tanah lempung lunak (soft clay) akan mengalami deformasi. Geogrid sebagai perkuatan di dasar embankment berfungsi menahan deformasi berlebih akibat adanya beban kendaraan tersebut. Beban kendaraan mengakibatkan geogrid terdefleksi, besar kecilnya defleksi geogrid dapat dilihat pada Gambar 11. Semakin besar nilai beban maka perpindahan vertikal (defleksi geogrid semakin besar pula). Perpindahan vertikal akhir yang terjadi pada geogrid akibat beban embankment dan beban kendaraan (beban 60 kn/m) untuk durasi pembebanan jangka panjang dimana excess pore water pressure sudah sangat kecil adalah sebesar 0,5062 m untuk rigid embankment dan sebesar 0,6568 m untuk interface embankment. Model bidang kontak antara geogrid dan tanah (rigid dan interface) juga mempengaruhi nilai defleksi geogrid untuk nilai beban yang sama. Pada interface model, deleksi geogrid lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena dimungkinkan terjadinya slip / gelincir antara tanah dan geogrid pada titik kontaknya. Model rigid tidak memungkinkan slip terjadi sehingga defleksi geogrid menjadi semakin kecil. -0,1-0,2-0,3-0,4-0,5-0,6-0,7 0 2 4 6 8 10 0 Kons 3.1m, Rigid Beban 20 kn, Rigid Beban 40 kn, Rigid Beban 60 kn, Rigid Kons 3.1m, Interface Beban 20 kn, Interface Beban 40 kn, Interface Beban 60 kn, Interface Jarak dari Center Line of Embankment (m) Gambar 11 Perpindahan vertikal geogrid akibat beban embankment dan beban kendaraan sebagai Beban Titik. Permodelan beban kendaraan sebagai beban titik merupakan salah satu cara mentransformasi beban dinamis kendaraan ke dalam bentuk beban statis. Pertambahan perpindahan vertikal akibat beban kendaraan sebagai beban titik terjadi pula pada geogrid sebagai perkuatan pada dasar embankment. Perpindahan vertikal geogrid pada tipe rigid embankment akibat beban kendaraan adalah sebesar - 0,35418 m (untuk beban 20 kn/m); -0,42908 m (untuk beban 40 kn/m); dan -0,50623 m (untuk beban 60 kn/m), sedangkan untuk interface embankment sebesar -0,39812 m (beban 20 kpa); -0,51882 m (beban 40 kpa); dan -0,65675 m (beban 60 kpa). Penelitian ini dapat pula dikembangkan dan dilanjutkan dengan permodelan tanah lebih detail seperti soft soil creep sehingga deformasi tanah dapat lebih mendekati kondisi riil. Kondisi ini perlu pula ditunjang oleh data properties tanah yang lengkap dan detail sehingga parameter input dalam simulasi numeris banyak menggunakan data riil dari lapangan. DAFTAR PUSTAKA Das, B.M., 1990, Principles of Foundation Engineering, Second Edition, PWS - Kent, Boston. Departments of The Army and The Air Force (1994). Pavement Design for Roads, Streets, and Open Storage Areas, Elastic Layered Method, <http://www.army.mil/ usapa/eng/dr_pubs/dr_a/pdf/tm5_822_13.pdf> (February 19, 2005). Hardiyatmo, H.C., 1992, Mekanika Tanah I, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hardiyatmo, H.C., 2001, Teknik Fondasi II, Edisi 1, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Holtz, R.D and Kovacs, W.D., 1981, An Introduction to Geotechnical Engineering, Prentice-Hall, New Jersey, USA. Hans, J. and Akins, K., 2002, Use of Geogrid-Reinforced and Pile- Supported Earth Structures, Proceeding of International Deep Foundation Congress, p. 668-679, ASCE, Februari, Orlando, Florida,USA Koerner, R.M., 1990, Designing With Geosynthetics, Second Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey,USA. Permathene, 2002, EtsongTM Geogrids, www.permathene.com, Auckland, New Zealand. Poulos, H.G. and Davis, E.H., 1980, Pile Foundation Analysis and Design, John Wiley & Sons, USA. Rankilor, P.R., 1992, UTF Geosynthetics Manual, UCO Technical Fabrics, Lokeren, Belgium. Soedarsono, D.U., 1985, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan. Suryolelono, K.B., 2000, Geosintetik Geoteknik, Edisi 1, Cetakan 1, Nafiri, Yogyakarta. Teng, W.C., 1981, Foundation Design, Prentice Hall, New Delhi, India. Tensar, 2003, Product Specification Structural Geogrid BX6100, Tensar Earth Technology, Atlanta, Georgia, USA. UDOT (1998), Pavement Management and Pavement Design Manual,<http://www.udot.utah.gov/progdev/Pavement/ Pavement%20Mgt%20Manual.PDF.> (November 11, 2004) 47