ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

dokumen-dokumen yang mirip
ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BALITSA & WUR the Netherlands,

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

PENDAHULUAN. dibawa oleh Bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke XVI. Menurut Rumphius,

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. acar, asinan, salad, dan lalap (Sumpena, 2008). Data produksi mentimun nasional

TEKNOLOGI PENGENDALIAN LALAT KOROK DAUN KENTANG (Liriomyza huidobrensis) RAMAH LINGKUNGAN. Irmansyah Rusli

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) DI LABORATORIUM ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) DAN MUSUH ALAMINYA PADA TANAMAN CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI MERAH, TOMAT, DAN MENTIMUN

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asal dan kandungan gizi Tanaman Melon. menemukan benua Amerika pada tahun 1492 adalah seorang yang berjasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Tanaman Paprika dan Teknik Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura diantaranya mangga,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura

Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wortel Taksonomi Tanaman Wortel Morfologi Tanaman Wortel

PENGENDALIAN HAMA JAGUNG DENGAN SISTEM PENGATURAN WAKTU TANAM DI LAHAN KERING BERIKLIM BASAH

I. PENDAHULUAN. nangka, semangka, melon, cabai dan sebagainya. Akibat serangan hama ini

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

Pengorok Daun Manggis

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PEMANFAATAN TUMBUHAN RAWA KEPAYANG (Pangium edule) DALAM MENGENDALIKAN HAMA

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

POTENSI PENGGUNAAN PARASITOID DALAM PENGENDALIAN LALAT BUAH Bactrocera DI PULAU LOMBOK. ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Transkripsi:

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK Muhammad Thamrin dan S. Asikin Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Keliru dalam penggunaan insektisida sintetik dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan penggunanya. Penggunaan insektisida sintetik yang keliru dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan penggunanya. Di lahan lebak Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kalsel) banyak dibudidayakan tanaman sayuran seperti kacang panjang, bayam, terong, paria, gambas, lombok, sawi, petsai dan timun, namun banyak diserang oleh hama serangga antara lain lalat buah, ulat grayak, ulat jengkal, epilachna, kutu daun dan kumbang daun. Tanaman sayuran seperti kacang panjang, bayam, terong, paria, oyong, cabai, sawi, petai, dan mentimun banyak dibudidayakan di lahan lebak Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kalsel). Tanaman tersebut banyak diserang oleh lalat buah, ulat grayak, ulat jengkal, Epilachna, kutudaun, dan kumbang daun. Untuk menanggulagi hama tersebut pada umumnya menggunakan insektisida sintetik, namun frekuensi dan dosisnya sangat tinggi. Insektisida sintetik umumnya digunakan untuk menanggulangi hama tersebut, namun frekuensi dan dosisnya sangat tinggi. Hal seperti ini harus dihindari atau setidaknya dikurangi dosis dan frekuensi penggunaannya. Penggunaan dosis dan frekuensi seperti ini seharusnya dihindari atau dikurangi. Salah satu cara mengurangi dosis dan frekuensi penggunaannya adalah mengkombinasikan insektisida sintetik dengan cara pengendalian lain terutama yang ramah lingkungan seperti melepaskan semut rangrang dan lalat tachinid, penggunaan methyl eugenol sebagai attraktan, pembungkusan buah, pengasapan dengan bahan tumbuhan, dan penggunaan insektisida nabati. Cara-cara pengendalian yang demikian ternyata dapat mengurangi tingkat kerusakan 10-15%. Salah satu cara mengurangi dosis dan frekuensi penggunaannya adalah mengombinasikan insektisida sintetik dengan cara pengendalian lain yang ramah lingkungan, seperti melepaskan semut rangrang dan lalat Tachinid, penggunaan Methyl eugenol sebagai atraktan, pembungkusan buah, pengasapan dengan bahan tumbuhan, dan penggunaan insektisida nabati. Cara-cara pengendalian yang demikian ternyata dapat mengurangi tingkat kerusakan 10% sampai 15%. Kata Kunci : Pengendalian, Serangga sayuran, Ramah lingkungan, Lahan lebak PENDAHULUAN Salah satu masalah dalam membudidayakan tanaman khususnya sayuran dan hortikultura baik di lahan tadah hujan/irigasi, lahan kering, lahan rawa pasang surut maupun rawa lebak adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu serangan hama dan penyakit. Masalah dalam budidaya tanaman sayuran dan hortikultura di lahan tadah hujan atau irigasi, lahan kering, lahan rawa pasang surut, dan rawa lebak adalah serangan hama dan penyakit. Di lahan pasang surut ditemukan beberapa jenis hama potensial pada tanaman sayuran seperti hama perusak daun (ulat grayak, ulat jengkal, ulat pengorok daun serata hama perusak buah yaitu lalat buah). Beberapa jenis hama potensial pada tanaman sayuran ditemukan di lahan

pasang surut seperti, hama perusak daun (ulat grayak, ulat jengkal, ulat pengorok daun) dan hama perusak buah (lalat buah). Menurut Thamrin et.al (2002), melaporkan bahwa ditemukan beberapa jenis hama sayuran seperti pada tanaman sawi adalah ulat grayak (Spodoptera litura), ulat plutela (Plutela xylostella), penggerek pucuk (Crocidolomia binotlid) pada tanaman timun adalah kutu daun (Aphid gossypii), lalat buah (Dacus cucurbitae), ulat buah (Diaphania indica). Thamrin et al. (2002) melaporkan bahwa ditemukan beberapa jenis hama sayuran seperti ulat grayak (Spodoptera litura), ulat plutela (Plutela xylostella), dan penggerek pucuk (Crocidolomia binotalis) pada tanaman sawi. Kutudaun (Aphid gossypii), lalat buah (Dacus cucurbitae), dan ulat buah (Diaphania indica) ditemukan pada tanaman timun. Pada tanaman paria adalah kutu daun (Aphid sp.), tungau (Trips sp.), lalat buah (Dacus sp), kumbang daun (Aulocophora similes), ulat grayak (Spodoptera sp), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites) dan lalat buah (Dacus sp). Kutudaun (Aphid sp.), tungau (Trips sp.), lalat buah (Dacus sp.), kumbang daun (Aulocophora similes), ulat grayak (Spodoptera sp.), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), dan lalat buah (Dacus sp.) ditemukan pada tanaman paria. Tingkat kerusakan dari hama utama tersebut cukup bervariasi antara 10-25%. Tingkat kerusakan hama utama tersebut bervariasi antara 10% 25%. Pada MH. 2002/2003 telah terjadi ledakan hama (Diaphania indica), pada tanaman paria ulat pemakan daging buah dilahan rawa pasang surut dengan tingkat kerusakan dapat mencapai 80-100%. Pada MH. 2002/2003 terjadi ledakan hama Diaphania indica pada tanaman paria di lahan rawa pasang surut sehingga mencapai tingkat kerusakan 80% 100%. Jenis lalat (Agromyzidae: Diptera) yang menyerang dengan mengkorok daun dan bersifat folifag, yang diketahui dapat menyerang lebih dari 70 jenis tanaman di seluruh dunia. Lalat pengorok daun (Agromyzidae: Diptera) yang bersifat polifag dapat menyerang lebih dari 70 jenis tanaman di seluruh dunia. Tanaman inangnya termasuk famili Leguminoseae (Kalshoven, 1981). Untuk penyakit yang sering merusakan adalah penyakit busuk buah yang disebabkan cendawan antraknose. Tanaman inangnya berasal dari famili Leguminoseae (Kalshoven 1981). Untuk penyakit yang sering merusakan adalah penyakit busuk buah yang disebabkan cendawan antraknose. Penyakit yang sering merusak adalah penyakit busuk buah atau Antraknosa. Pengendalian hama yang paling utama dilakukan petani adalah penggunaan pestisida. Pengendalian hama yang paling utama dilakukan petani adalah menggunakan pestisida. Akan tetapi apabila penggunaan bahan insektisida tersebut kurang bijaksana akan menimbulkan dampak negatif bagi flora maupun fauna serta lingkungan, dan disamping itu pula bahan kimia atau pestisida tersebut harganya cukup mahal. Penggunaan bahan insektisida yang kurang bijaksana akan menimbulkan dampak negatif bagi flora, fauna, dan lingkungan di samping harganya yang cukup mahal. Untuk menunjang konsep PHT tersebut dalam rangka pengurangan penggunaan bahan insektisida perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antara lain penggunaan bahan bioaktif (insektisida nabati, attraktan, repelen), musuh alami (parasitoid dan predator serta patogen), serta penggunaan perangkap berperekat. Alternatif pengendalian ramah lingkungan antara lain penggunaan bahan bioaktif (insektisida nabati, atraktan, repelan), musuh alami (parasitoid, predator, patogen), serta penggunaan perangkap berperekat. Alternatif pengendalian tersebut diperlukan untuk mengurangi penggunaan bahan insektisida yang menunjang konsep PHT. Penelian ini bertujuan untuk menginformasikan komponen pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan menginformasikan komponen pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan.

Komponen Alternatif Pengendalian hama sayuran Perangkap Warna Kuning Berperekat Dengan cara ini penggunaan insektisida dapat dikurangi. Perangkap warna kuning berperekat ini dapat mengurangi penggunaan insektisida. Oleh karena itu, penggunaan perangkap kuning untuk pengendalian hama lalat korok daun di Indonesia perlu dikaji. Menurut Nurdin et al. (1999), melaporkan bahwa perangkap kuning dari bahan plastik yang diolesi dengan pelumas lebih efektif mengendalikan lalat korok daun pada tanaman kentang dibanding jenis lainnya (Tabel 1). Nurdin et al. (1999) melaporkan bahwa perangkap kuning dari bahan plastik yang diolesi pelumas lebih efektif dibandingkan dengan jenis lainnya untuk mengendalikan lalat pengorok daun pada tanaman kentang (Tabel 1). Populasi lalat dewasa yang terperangkap oleh perangkap plastik kuning dalam seminggu sebanyak 23,4 ekor, sedangkan jenis perangkap kuning lainnya lebih rendah. Populasi lalat dewasa yang terperangkap dalam plastik kuning sebanyak 23.4 ekor selama seminggu, sedangkan jenis perangkap kuning lainnya lebih rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh warna kuning pada plastik lebih kontras dan mengkilap sehingga lalat lebih tertarik dibandingkan jenis perangkap kuning lainnya. Hal ini disebabkan oleh warna kuning pada plastik lebih kontras dan mengkilap sehingga lalat lebih tertarik dibandingkan dengan jenis perangkap kuning lainnya. Dan disamping itu pula plastik kuning tersebut lebih tahan terhadap hujan dan cahaya matahari, sehingga mengakibatkan lebih melekatnya lebih awet atau lebih lama. Plastik kuning tersebut juga lebih tahan terhadap hujan dan cahaya matahari sehingga pelumas lebih awet atau lebih tahan lama. Tabel 1. Lalat korok daun yang terperangkap pada berbagai jenis perangkap kuning, Alahan Panjang, MT. 1997. Jenis perangkap kuning Populasi lalat (ekor) Plastik kuning 23,4 a 23.4 a Karton manila kuning 1,6 bc 1.6 bc Karton manila kuning pucat 2,6 bc 2.6 bc Karton warna kotoran kerbau 0,3 c 0.3 c Kertas garsing 4,3 b 4.3 b Kertas sampul batang padi 3,3 bc 3.3 bc Sumber : Nurdin et al. (1999) Pemanfaatan Predator Rangrang (Oecophylla smaragdina F) pada lalat buah Pemanfaatan Predator Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina F) pada Lalat Buah Semut rangrang (Oecophylla smaragdina F), memiliki sifat morfologik sebagai pemangsa, keberadaan rangrang sebagai pemangsa juga tampak apabila rangrang bertemu dengan ulat pemakan daun. Semut rangrang (Oecophylla smaragdina F) merupakan predator. Keberadaan semut rangrang sebagai predator terlihat apabila bertemu dengan ulat pemakan daun. Hasil pengamatan intensitas kerusakan akibat lalat buah pada paria, yang diberi perlakuan semut rangrang dimana intensitas kerusakan relatif jauh lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan. Intensitas kerusakan akibat lalat buah pada paria yang diberi perlakuan semut rangrang relatif lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Tanaman paria yang diberi semut rangrang intensitas kerusakan berkisar antara 1-2% (Gambar 1). Intensitas kerusakan tanaman paria yang

diberi semut rangrang berkisar antara 1% 2% (Gambar 1). Hal ini dikarenakan rangrang sangat aktif mencari mangsa terutama dari lalat buah berupa telur yang diletakkan pada paria tersebut. Hal ini terjadi karena semut rangrang sangat aktif mencari mangsa, terutama telur lalat buah yang diletakkan pada paria tersebut. Telur-telur tersebut tidak sempat menetas untuk menjadi larva, karena diambil semua untuk dimakan dan sebagian dibawa kedalam sarang sebagai makanan anak-anaknya. Telur-telur tersebut tidak sempat menetas menjadi larva, karena dimakan dan sebagian dibawa kedalam sarang sebagai makanan anak-anaknya. Pengamatan secara visual dimana imago lalat buah yang hinggap pada tanaman paria tersebut selalu dihadang oleh rangrang dan diserbu beramai-ramai, sehingga dapat menghindari dari peletakkan telur oleh imago lalat buah. Pengamatan visual memperlihatkan imago lalat buah yang hinggap pada tanaman paria tersebut selalu diserang oleh koloni semut rangrang, sehingga tidak terjadi peletakkan telur. Disamping itu, semut rangrang tersebut kalau menggigit kebiasaannya selalu mengeluarkan cairan yang berbau langu. Semut rangrang apabila menggigit selalu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap.

Please download full document at www.docfoc.com Thanks