BAB I PENDAHULUAN. 3 sehingga dapat menjadi sebuah text. Sebagai sebuah text film merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film merupakan salah satu produk media massa yang perkembangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah Tidak akan ada Indonesia, jika yang ada hanyalah ke-ika-an, ketunggalan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi diartikan sebagai sebuah proses penyampaian pesan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pulau. Wilayah luas tersebut diikuti dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

Oleh VERONICA DIAN ANGGRAENI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus. 1 Gambar bergerak adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan informasi tentang lingkungan sekitar. mengetahui kebutuhannya. Menurut carl hovland, komunikasi adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. massa yang sering digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan. Film juga

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan komunikasi yang menggunakan media massa. 1 Dengan caranya

BAB 1 PENDAHULUAN. budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang tampak pada dialog

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSTRUKSI PENDIDIKAN BHINNEKA TUNGGAL IKA PERSPEKTIF PKn (Studi Semiotik pada Film? Tanda Tanya)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB IV DESKRIPSI FILM TANDA TANYA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang di tayangkan oleh stasiun tv contohnya seperti film. pada luka-luka yang dialami Yesus dalam proses penyaliban.

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

Bab 1 Pendahuluan. telah dicekal dan dilarang peredarannya di Indonesia. Film yang masuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat.

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. verbal. Komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari hari ialah. yang melibatkan banyak orang adalah komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diakses 28/9/ :38 AM 2

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menyukai tokoh animasi kartun Spongebob karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Film merupakan salah satu produk media massa yang perkembangannya tidak dapat diabaikan oleh khalayak. Selain sebagai sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, film juga sebagai salah satu media hiburan oleh masyarakat. Kehadiran film mampu memberikan warna tersendiri di tengah persaingan media massa lain dalam memberikan manfaat bagi khalayak 1. Dengan fungsi ini film mempunyai kemampuan dalam mempersuasif khalayak 2. Film tersusun atas gambar-gambar yang berlatar kehidupan manusia seharihari 3 sehingga dapat menjadi sebuah text. Sebagai sebuah text film merupakan rangkaian tanda-tanda/simbol yang tersusun secara sistematis membentuk sebuah cerita. Seringkali para penikmat film tidak menyadari bahwa yang mereka lihat di layar merupakan sebuah bayangan, tentang potret kenyataan yang dikemas dengan bunyi sebagaimana sebuah kehidupan. Film kemudian menyodorkan kenyataankenyataan yang didramatisasi sesuai dengan prinsip-prinsip dramaturgi film. Untuk membangun kekuatan magisnya, film pada akhirnya menimbulkan ilusi bahwa apa yang terdapat di layar sungguh-sungguh kenyataan. Kenyataan atas pemaknaan fenomena kehidupan manusia yang selalu dapat ditempatkan dalam sebuah konsep 1 Fungsi komunikasi massa, menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi,hal 8: (1)Perubahan sikap (Attitude change) (2)Perubahan pendapat (Opinion change) (3)Perubahan prilaku (Behavior change) (4) Perubahan sosial (Social change) Fungsi komunikasi massa, menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi,hal 8: (1)Perubahan sikap (Attitude change) (2)Perubahan pendapat (Opinion change) (3)Perubahan prilaku (Behavior change) (4) Perubahan sosial (Social change) 2 Menurut Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi, film mempunyai kekuatan dalam menarik perhatian karena kemampuan film yang mempu menjangkau banyak segmen sosial, membuat para ahli yakin bahwa film memiliki potesi untuk mempengaruhi khalayaknya 3 Film merupakan suatu medium yang relatif baru Di dalam kebudayaan umat manusia, dibandingkan dengan medium lain seperti bahasa dan tulisan. Ernst assirer (An Essay on Man dan Die Philosophie der Symbolischen Formen) menurut Peransi, dalam buku Film/Media/Seni, mengungkapkan bahwa manusia sebagai animal symbolicium, yang berbeda dengan binatang, manusia berkomunikasi dengan lambang-lambang dan perlambangan (McQuail: 1987). 1

oposisi biner 4, dimana di dalam kehidupan selalu ada dua hal yang saling bertentangan, seperti misalnya baik dan buruk. Di dalam kondisi seperti inilah hubungan film dengan pemaknaan kehidupan manusia sesungguhnya menjadi problematis. Sebagai suatu bentuk media massa, film memiliki karakter dalam membentuk sebuah konsensus publik 5 atas simbol-simbol visual, karena cerita film diangkat dari kehidupan masyarakat yang memiliki nilai-nilai kehidupan. Dengan kata lain, film merangkum pluralitas nilai yang ada di dalam masyarakat 6. Oleh karena nilai-nilai inilah terkadang menjadi sulit merangkum nilai-nilai kehidupan masyarakat menjadi sebuah rangkaian gambar dan bunyi di layar. Pemaknaan yang berbeda mengenai sisi-sisi nilai kehidupan yang diyakini oleh setiap penonton, tentunya memiliki berbagai latar belakang dalam cara memandang realitas sehingga berpotensi konflik. Sebagai produk hiburan film kemudian digunakan untuk mengangkat realitas suatu bangsa, seperti pada film Tanda Tanya. Pemahaman akan toleransi agama di Indonesia saat ini dapat diartikan bias makna. Pernyataan ini disampaikan oleh Hanung Bramatnyo, sutradara film Tanda Tanya 7. Oleh karena itu film ini mencerminkan realitas toleransi yang masih terus digugat dan dipertanyakan bangsa Indonesia saat ini. Selain diambil dari suatu realitas bangsa, film ini dapat digunakan sebagai sebuah arena bisnis pertunjukkan yang laris di pasaran (McQuail,1987:14) Film mengkonstruksi realitas kehidupan manusia atas dasar tekstual dan kontekstual. Hubungan yang terjalin antara film dan masyarakat dapat dilihat melalui 4 Menurut Pamerdi Giri Wiloso dalam Untoro & Madio (123:2011), Oposisi Biner adalah suatu pembagian berdasarkan ciri-ciri saling kontras berkebalikan, bahkan bertentangan. 5 Konsensus Publik ialah suatu bentuk kesepakatan atau anggapan bersama yang telah disetujui oleh semua pihak yang berkaitan, dalam Windu (2009). Konsensus publik memiliki kekuatan besar dalam menilai mana yang dianggap baik dan buruk yang berkembang dalam masyarakat 6 Film mampu menangkap gejala-gejala dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang kemudian disajikan kembali kepada masyarakat untuk mendapat apresiasi (Irawanto, 1999:14) 7 Cuplikan hasil wawancara kepada Hanung Bramantyo dalam Press Conference 2

dua cara pandang, yakni secara textual 8 dan contextual 9. Berangkat dari realita yang mengangkat nilai-nilai kehidupan yang penuh dengan nilai moral, budaya, bahkan ideologi dan kepentingan-kepentingan suatu kelompok, film menjadi sebuah produk textual. Kondisi inilah yang mendorong perfilman Indonesia mengalami pergeseran nilai, dimana film tidak hanya lagi dipandang sebagai sebuah produk yang memiliki hiburan semata, tetapi memiliki nilai dan pesan moral. Film berjudul Perempuan Berkalung Sorban merupakan salah satu film yang juga memberikan pesan dan nilai moral, yakni tentang perjuangan seorang perempuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan (kesetaraan gender), di tengah kehidupannya sebagai seorang muslimah. Ketika film ini ditayangkan juga menuai kontoversi dan protes dari beberapa kalangan, karena dianggap salah dalam memberikan arti perempuan. Biasanya di sinilah muncul asumsi-asumsi bahwa film sebagai sebuah alat propaganda 10. Dalam hal inilah, sebuah nilai yang berbenturan dengan nilai atau cara pandang lain yang melibatkan massa dapat menimbulkan sebuah wacana di dalam masyarakat. Sebuah wacana yang terus berkembang di dalam masyarakat akan menjadi sebuah opini publik. Pada akhir tahun 2011 sebuah film yang mengangkat makna toleransi dan menyuguhkan perbedaan, muncul di tengah pasar film yang dipenuhi dengan tematema yang sama. Tanda Tanya? yang mengambil tagline : Masih pentingkah kita berbeda? mampu mengundang animo khalayak dari berbagai lapisan dan golongan. 8 Pendekatan tekstual berfokus pada teks-teks film. Film sebagai sebuah teks dipahami sebagai ekspresi dari aspek-aspek tertentu pada kultur masyarakatnya. Isi film yang ada di masyarakat, cenderung mempertahankan struktur sosial yang sudah ada dengan cara mereproduksi makna-makna yang berasal dari nilai-nilai, ideologi, dan kepentingan kelompokkelompok dominan dalam masyarakat 9 Sedangkan pendekatan kontekstual lebih menekankan pada aspek industrial, kultural politik, dan institusional film. Dalam kaitan ini, film lebih dipandang sebagai suatu proses produksi kultural daripada sebagai sebuah representasi dimana sebuah produksi film akan dipengaruhi oleh lingkup sosial dan ideologi di mana film itu dibuat dan berpengaruh kembali pada kondisi masyarakatnya. Antara masyarakat dan film terdapat berbagai dimensi yang menimbulkan makna-makna yang dapat dikaji untuk menghasilkan pemahaman tentang aspek-aspek yang muncul dari suatu realitas. (Turner, 1995:153) 10 Film sebagai alat propaganda dalam upaya pencapaian tujuan nasional dan masyarakat. Hal tersebut berkenaa dengan pandangan yang menilai bahwa film memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Film memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya mengakau sekian banyak orang dalam waktu cepat (McQuail, 1987:14) 3

Tanda Tanya? adalah sebuah film karya Hanung Bramantyo yang diproduksi oleh Mahaka Pictures dan Dapur film, yang mengambil tema tentang toleransi agama. Dalam sebuah situs berita yang penulis temukan di www.liputan6.com, film ini banyak mendapat pencekalan dan protes dari kelompok dan ormas-ormas agama tertentu, karena dinilai memberikan makna toleransi agama yang kurang tepat bagi ormas tersebut. Pemaknaan toleransi yang dianggap kurang tepat tersebut, tergambar seperti dalam beberapa adegan. Pertama, seorang tokoh yang muslimin bernama Menuk, yang bekerja di restoran masakan Chinnese Food yang menyediakan masakan babi. Pak Tan, seorang ras Cina, pemilik restoran tersebut selalu memisahkan alat-alat memasak yang menggunakan babi dan yang bukan babi. Permasalahan yang muncul adalah pemaknaan babi yang seolah-olah menjadi halal dalam film ini. Kedua, seorang tokoh bernama Rika yang memutuskan untuk pindah agama dari agama Islam menjadi Katholik, yang dianggap bahwa permutadan (bagi islam) seolah-olah sah. Ketiga, pada adegan Surya (Islam) yang bersedia memerankan drama Penyaliban Yesus pada hari raya Paskah di gereja. Ketiga contoh adegan tersebut sangat kontras dengan kehidupan toleransi agama yang ada di Indonesia. Berbicara tentang makna toleransi agama di Indonesia pada dasarnya telah diatur oleh Negara, dalam Undang-Undang dan Pancasila. Negara Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar mempunyai 6 agama yang sah menurut Negara (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu) dan 1.128 suku bangsa. Bhineka Tunggal Ika bermakna dan mengagungkan : meskipun berbeda-beda namun tetap satu jua, bangsa Indonesia tentu mengutamakan persoalan tentang toleransi. Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak perbedaan dan keanekaragaman Ras, Agama, Suku dan Antar Golongan (SARA). Namun apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat menjadi boomerang. Meskipun perbedaan telah diatur dalam rumusan dasar negara (Pancasila) bunyi Pancasila/ dasar Negara Indonesia yang ber- Pancasila sebagai pegangan dalam menghadapi perbedaan, tetapi nampaknya dasar Negara ini belum mampu diterapkan dengan baik dalam kehidupan berbangsa. 4

Persoalan yang terjadi berbagai golongan mempunyai kepentingan masing-masing, tidak ada lagi toleransi, sehingga memunculkan konflik-konflik SARA. Situasi ini jauh dari harapan makna mewujudkan tolerasi, salah satunya berkaitan dengan agama. Sedangkan kebebasan beragama dan toleransi antar agama, sesungguhnya telah diatur oleh Undang-undang Dasar 11. Namun tetap saja makna toleransi antar agama masih bias di tengah kehidupan bangsa yang demokrasi ini. Kondisi ini yang kemudian mendorong munculnya film berwacanakan toleransi seperti pada film Tanda Tanya dimana berita mengenai penolakan terhadap film ini bermunculan memenuhi beberapa media cetak maupun online. Dalam suatu situs media cetak online terkemuka (www.kompas.com) menuliskan bahwa sejak pemutaran perdana, film ini langsung mendapat tanggapan-tanggapan negatif dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan sejumlah organisasi masyarakat seperti GP Ansor/Banser dan FPI (Front Pembela Islam). Setelah penulis melakukan pra-penelitian, kontroversi yang terjadi terletak pada pemaknaan toleransi agama sebagai tema utama dalam film Tanda Tanya. Beberapa data yang telah penulis dapatkan dari media massa (cetak, elektronik, online) pemaknaan toleransi antar agama yang disampaikan dalam film tidak sesuai dengan kaidah-kaidah agama tertentu. Disinyalir menurut beberapa ormas tersebut, film ini menyudutkan satu agama tertentu terkait dengan konflik-konflik yang mengatasnamakan agama yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia 12. Film ini mampu mendongkrak opini dan aksi-aksi dari berbagai golongan di tengah kondisi bangsa Indonesia yang krisis akan toleransi ini. Beberapa kontroversi 11 Undang-undang Dasar 1945, Pasal 29 ayat 1 : Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa. Dan Pasal 29 ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 12 Selama kurun waktu tahun 2000 dan 2001 telah terjadi kekerasan dalam bentuk pengeboman yang diduga dilakukan oleh kelompok Hambali, yaitu 28 Mei 2000: Gereja Kristen Protestan Indonesia, 22 Juli 2000: Gereja Santa Ana. Pada tahun 2001: Ledakan di Atrium bukan di halaman, 22 Desember 2001: Gereja Kristen Protestan Pangkalan Rinci Pekanbaru. Pengeboman tanggal 5 Agustus 2003 di Hotel J.W Marriot serta aksi pengeboman gereja oleh teroris di GBIS Solo pada 22 September 2011 lalu. Tak hanya peristiwa terorisme yang berkedok Agama, konflik antar/satu agama tak kunjung usai. konflik antara NU dengan Muhamadiyah pada 8 Maret 2011 lalu, serta berbagai macam aksi anarkis yang mengatasnamakan agama (Syam, 2009) 5

mengenai film ini mendorong penulis untuk mengangkat film Tanda Tanya? sebagai topik penelitian yang akan dilakukan. Film Tanda Tanya? menyuguhkan tema yang berbeda dari beberapa film kontroversial di Indonesia. Melihat mundur pada beberapa tahun sebelumnya, tidak ada film yang mengangkat tema tentang toleransi agama, seperti pada film Tanda Tanya? yang menyajikan cerita berlatar belakang perbedaan agama, menyajikan cerita konflik-konflik mengatasnamakan agama yang sering muncul di Indonesia, namun tetap dikemas dengan cerita cinta beda agama yang menarik. Penulis menyakini bahwa film ini merupakan sebuah film yang layak untuk dikaji. Kontroversi-kontroversi yang terjadi dapat dipandang dalam sebuah konsep Oposisi Biner, seperti yang diungkapkan Pamerdi (Untoro & Madio, 2011:123). Konsep Oposisi Biner melihat ada perbedaan pandangan-pandangan mengenai suatu hal yaitu kebudayaan lama vs baru, kelompok-kelompok lama vs pendatang, sisi kehidupan baik vs buruk, dan sebagainya. Oposisi Biner dalam hal ini kemudian ditempatkan dalam cara pandang vertikalisme, dimana cara pandang yang melihat suatu perkara ke dalam tataran hirarkis; satu perkara/hal diletakkan pada peringkat lebih tinggi atau lebih kuat daripada yang lainnya (Pamerdi dalam Hari & Madio, 2011:123). Dari cara pandang ini, film Tanda Tanya? memiliki sebuah wacana toleransi yang perlu untuk dipertanyakan kembali dengan melihat berbagai wacana secara kritis. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan fokus permasalahan yang akan dijadikan topik penelitian. Penulis melihat dari data yang diamati di lapangan, permasalahan yang muncul terdapat pada makna toleransi dalam film ini. Sehingga rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini, yakni: Bagaimana representasi wacana toleransi yang dikonstruksi dalam film Tanda Tanya?. 6

1.3 Tujuan Penelitian Sebuah penelitian akan memiliki tujuan mengapa penelitian tersebut harus dilakukan. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan penulis, yakni : Mengetahui dan menjelaskan representasi wacana toleransi yang dikonstruksikan film Tanda Tanya?. 1.4 Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian ini penulis mempunyai harapan agar penelitian ini dapat bermanfaat. 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan konstribusi dalam studi Ilmu Komunikasi, mengenai sistem tanda bahasa yang ditampilkan kemudian melihat konstruksi wacana yang dibuat oleh media melalui film. 1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan pengetahuan kepada khalayak agar lebih kritis dalam memahami pesan dari sebuah film. 7