BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terjadi membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Penyesuaian..., Nice Fajriani, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalani masa pidana, hal ini sudah diatur dalam Undang undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar

2016 POLA ADAPTASI MANTAN NARAPIDANA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. harapan-harapan dari orang tua dan negara ini berada. Dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembahasan kriminalitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan hubungan hidup antara warga binaan dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perilaku

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. perampokan, pembunuhan, narkoba, penipuan dan sebagainya. Dari semua tindak

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pola-pola kejahatan di LP Sumedang dan LP Cirebon. Lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

1 dari 8 26/09/ :15

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku manusia didalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma tersebut dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati. Hal ini menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketenteraman kehidupan manusia. Berbagai pengaruh dari kemajuan iptek, kemajuan budaya, dan perkembangan pembangunan pada umumnya bukan hanya orang dewasa, akan tetapi, anak-anak juga terjebak melanggar norma terutama norma hukum. Anakanak terjebak dalam pola asosial yang makin lama dapat menjurus pada tindakan kriminal, seperti narkotika, pemerasan, pencurian, penganiayaan, pemerkosaan, dan sebagainya (Bambang Waluyo, 2004: 1-3). Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo, mencatat pada tahun 2012 memiliki 121 orang narapidana anak yang terdiri dari berbagai macam jenis kejahatan yang dilakukannya. Jenis kejahatannya tersebut yaitu ; (1) Terhadap Ketertiban sebanyak 5 orang, (2) Kesusilaan sebanyak 6 orang, (3) Perkelahiansebanyak 7 orang, (4) Pencabulan sebanyak 54 orang, (5) Pembunuhan sebanyak 12 orang, (6) Pencurian sebanyak 28 orang, (7) 1

Perampokan sebanyak 3 orang, (8) Narkotikasebanyak 3 orang, (9) Pelacuran sebanyak 1 orang, (10) Kecelakaan Lalu Lintas sebanyak 1 orang, (11) Psl.89 UU no.23 Th.2002 sebanyak 1 orang (diambil dari data Lembaga Pemasyarkatan Anak Kutoarjo). Sejak tahun 1964 sistem pembinaan bagi narapidana anak telah berubah secara mendasar, yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan.begitu pula institusinya yang semula disebut rumah penjara dan rumah pendidikan Negara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan.Anak yang bersalah pembinaannya ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, dipisahpisahkan sesuai dengan status mereka masing-masing yaitu anak pidana, anak negara, dan anak sipil. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1995 Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan anak didik pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas anak didik pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktifberperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. 2

Selama menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Anak, narapidana akan dibina dan tetap mendapatkan pendidikan. Pembinaan anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak digolongkan berdasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan (Undang-undang No 12 Tahun 1995, pasal 20). Sehubungan dengan upaya pembinaan di Lembaga Permasyarakatan, selama proses ini berlangsung, narapidana dijejali dengan kurikulum tertentu layaknya seperti orang sekolah, seperti: pendidikan agama, pendidikan umum, kursus keterampilan, olah raga, kesenian, serta kunjungan-kunjungan yang disebut asimilasi ke dalam atau ke luar lembaga permasyarakatan. Asimilasi sebagai tujuan permasyarakatan menampakkan ciri utama berupa aktifnya kedua belah pihak, yaitu pihak narapidana dan keluarga narapidana dan masyarakat (Petrus Irwan Panjaitan & Wiwik Sri Widiarty, 2008:28-35). Selama berada di Lembaga Pemasyarakatan, narapidana sadar, bahwa dia jauh dari keluarga dan diasingkan dari lingkungan sosialnya serba adanya pembatasan-pembatasan bagi kebebasannya. Keadaan serta terbatas inilah yang menurut PatotisuroLumban Gaol (2006: 30) menyebabkan napi merasa tidak aman, cemas, dan ingin segera bebas. Namun, disisi lain napi merasa takut untuk bebas karena adanya penolakan sosial, pengasingan dan pengucilan dari masyarakat. Stigma atas pidana penjara merupakan masalah utama bagi narapidana. sebagaimana dikatakan D. Schafmeister (Petrus Irwan Panjaitan & Wiwik Sri Widiarty, 2008:49) : dimana setiap terpidana merasakan kebutuhan untuk 3

menyembunyikan identitas mereka. Kebanyakan dari mereka takut, untuk didalam lingkungan sosial, dikenal sebagai pelanggan penjara yang oleh setiap orang akan selalu ditunjuk-tunjuk. Penolakan terhadap bekas narapidana hingga sekarang sangat sulit dihilangkan. Sehingga mau tidak mau kecemasan akan hal tersebut pasti dialaminya. Penjara merupakan lingkungan yang baru bagi para narapidana, terlebih bagi anak yang seharusnya masih dalam perhatian orang tua. Anak secara materi dan emosi masih tergantung dengan orang tua sehinga permasalahan kecemasan muncul dari faktor ini. Kecemasan ini nampak dari perasan anak yang merasa membuat malu bagi keluarga, perasaan membebani, dan perasaan yang menyangkut hubungan keluarganya dengan famili-famili yang datang dari ayah atau ibu. Tetapi ada pula narapidanaanak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua, lemahnya keadaan ekonomi keluarga serta keadaan keluarga yang tidak harmonis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti pada bulan Maret 2011 di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo, kebanyakan para narapidana anak cenderung merasa cemas dalam menghadapi masa bebas. Hal ini dikarenakan sebagian anak kurang mendapatkan perhatian maupun pengarahan dari orangtuanya, sehingga narapidana anak cenderung merasa cemas dalam menghadapi masa bebas. Selain itu, di Lembaga Pemasyarakatan Anak tersebut tidak terdapat layanan psikologis seperti konselor, sehingga kecemasan tersebut masih sering muncul pada narapidana anak, khususnya bagi mereka yang akan bebas. 4

Para napi dalam menghadapi masa-masa di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak diperlukan pembinaan yang baik agar mereka mampu menghadapi tantangan hidup selanjutnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya kecemasan pada anak-anak penghuni Lembaga Pemasyarakatan adalah adanya ancaman pada jiwa atau psikisnya. Hal ini disebabkan karena terkadang masyarakat tidak bisa menerima kedatangan para narapidana di lingkungannya kembali. Berkaitan dengan kecemasan yang dialami narapidana menjelang masa bebasnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui adanya kekhawatiran, ketakutan dan kecemasan pada narapidana anak menjelang masa bebasnya. Bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya, ketidakpastian yang menimbulkan rasa cemas akan adanya ancaman yang datang dari lingkungan dan masyarakat disekitarnya. Peneliti mengambil judul tersebut karena peneliti ingin mengaplikasikan salah satu mata kuliah yang pernah peneliti dapatkan yaitu Bimbingan dan Konseling Luar Sekolah. Menurut peneliti, Bimbingan dan Konseling tidak harus berada pada lingkup sekolah.bimbingan dan Konseling juga sangat dibutuhkan seperti pada tempat yang saat ini sedang peneliti lakukan, yaitu di Lembaga Pemasyarakatan Anak.Narapidana anak seharusnya mendapatkan banyak pembinaan dan bimbingan dari seorang konselor.setidaknya agar mereka bisa sedikit mengatasi dan mengurangi beban psikis yang sedang mereka hadapi. Selain itu, penelitian tentang kecemasan sebenarnya sudah sering dilakukan oleh peneliti-peneliti lainnya. Kecemasan tersebut kebanyakan dilakukan oleh peneliti lain pada siswa disekolah. Akan tetapi, penelitian mengenai narapidana 5

anak yang berada di Lembaga pemasyarakatan Anak Kutoarjo masih sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian tentang kecemasan yang dihadapi oleh para narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo khususnya bagi narapidana anak yang akan bebas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, antara lain yaitu; 1. Ada kecemasan narapidana terhadap penerimaan masyarakat tentang dirinya setelah mereka keluar dari Lembaga Permasyarakatan. 2. Ada kecemasan narapidana untuk bebas karena dihadapkan pada sesuatu yang belum jelas mengenai masa depan yang akan dilaluinya. 3. Timbul perasaan tertekan karena malu terhadap masyarakat atau ketakutan tidak diterima oleh lingkungan sosialnya nanti. 4. Kekhawatiran bahwa statusnya sebagai narapidana dapat menimbulkan konsekuensi yang negatif, seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan. C. Batasan Masalah Dalam batasan masalah, peneliti hanya membatasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kecemasan narapidana dalam menghadapi masa bebas. Kecemasan narapidana mengenai statusnya sebagai narapidana yang dapat menimbulkan konsekuensi yang negatif pada masyarakat. 6

D. Rumusan Masalah Dari batasan masalah diatas, maka perumusan masalahnya dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab kecemasan narapidana dalam menghadapi masa bebas? 2. Bagaimana dampak kecemasan pada narapidana anak dalam menghadapi masa bebas? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab kecemasan pada narapidanadalam menghadapi masa bebas. 2. Untuk mengetahui dampak kecemasan dalam menghadapi masa bebas pada narapidana anak. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan kecemasan pada narapidana anak dalam menghadapi masa bebas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. 7

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti : Memperoleh ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang kecemasan dalam menghadapi masa bebas pada narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo b. Bagi Narapidana Anak : Penelitian ini diharapkan sebagai wawasan untuk mengurangi kecemasan pada narapidana anak dalam menghadapi masa bebasnya, dan mampu memberikan masukkan maupun bekal kepada narapidana yang akan bebas. c. Bagi Orangtua Narapidana Anak Penelitian ini diharapkan sebagai masukan kepada orangtua narapidana anak agar orangtua lebih bisa mengontrol dan memberikan perhatian sepenuhnya kepada anak, agar anak tidak terjerumus kedalam hal-hal yang melanggar hukum. G. Batasan Istilah 1. Kecemasan menghadapi masa bebas adalah suatu kecenderungan pada narapidana untuk memberikan reaksi terhadap situasi yang mengancam setelah narapidana tersebut keluar dari Lembaga Permasyarakatan. Yaitu : seperti sulitnya mencari pekerjaan, pandangan masyarakat dan penerimaan keluarga yang harus dihadapi setelah bebas dari Lembaga Permasyarakatan. 8

2. Narapidana Anak adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lembaga Permasyarakatan Anak paling lama sampai berumur 18 tahun. 9