Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SMP NEGERI 5 PAREPARE. Kata Kunci: Peran Teman Sebaya Terhadap Pembentukan Moral Siswa

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

Nur Isma Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

KEDISIPLINAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK WAHYU MAKASSAR. Andi Riswayanti Putri Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KELAS BERBASIS KEDISIPLINAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN TATA TERTIB (STUDI PADA SISWA DI SMA NEGERI 18 MAKASSAR)

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR KELOMPOK DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 8 MAKASSAR

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

PROFIL PERILAKU SOSIAL REMAJA DI RT 02 / RW 04 KELURAHAN LAMBUNG BUKIT KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

PELAKSANAAN BIMBINGAN BELAJAR DI KELAS I SD NEGERI KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2015/ 2016

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

PENGARUH PERILAKU TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 01 RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

Sri Rahayu Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM.

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK BAGI SISWA YANG BERPERILAKU NEGATIF DALAM PENYESUAIAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN KELAS 5 SDN 09 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PENERAPAN DISIPLIN MELALUI BUDAYA SEKOLAH PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 56 JAKARTA

Pengertian etika = moralitas

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

Konseling Individu Dengan Teknik Trait & Factor untuk Mengatasi Dampak. Overprotektif terhadap Kemandirian Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Nogosari

BAB III GAMBARAN PERILAKU NEGATIF SANTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan rendahnya disiplin diri, barangkali para remaja menganggap banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

Fakhruddin *), Elva Eprina, dan Syahril Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru

PERAN WALI KELAS SEBAGAI PELAKSANA BK DALAM MENANAMKAN KARAKTER DISIPLIN DAN JUJUR PADA SISWA KELAS TINGGI SDN 2 KADIPIRO TAHUN AJARAN 2016/2017

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

PERAN GURU DALAM MEMBINA SOLIDARITAS SOSIAL SISWA KELAS XI IPS KUALA MANDOR B

KARAKTER KREATIFITAS DAN KEMANDIRIAN PADA SISWA

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL DAN KEMANDIRIAN ANAK. Dwi Retno Setiati Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

ARTIKEL MIGO WAHYU AKNIMAL NPM

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

Transkripsi:

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SMA NEGERI 9 MAKASSAR Harna Pendidikan Sosiologi-FIS UNM ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk megetahui peran teman sebaya terhadap pembentukan moral siswa di SMA Negeri 9 Makassar dan unsur-unsur moral apa yang yang dikembangkan melalui teman sebaya di SMA Negeri 9 Makassar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 9 Makassar. Jumlah informan sebanyak 20 orang. Teknik dalam menentukan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria yang digunakan yaitu siswa yang memiliki kelompok geng. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data yaitu member check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Peran teman sebaya terhadap pembentukan moral di SMA Negeri 9 Makassar yaitu peran meniru atau imitasi, internalisasi, introvert atau menjauhkan diri dan peran penyaluran bakat. 2) Unsur moral yang dikembangkan melalui teman sebaya di SMA Negeri 9 Makassar adalah disiplin yang ditandai dengan mereka saling mengingatkan untuk selalu mengikuti tata tertib di sekolah, dan keterikatan dalam kelompok atau solidaritas ditandai dengan mereka saling memberi perhatian satu sama lain. Kata Kunci: Pembentukan Moral Siswa ABSTRACT The aimed of the research to know the role of peers in the moral formation of students in SMA Negeri 9 Makaassar and moral elements of what is developed by their peers at SMA Negeri 9 Makassar. Type of this research is a qualitative descriptive with qualitative approach. Infornants in this research are the students of class XI SMA Negeri 9 Makasar. The majority of informants as many as 20 people. Techniques in determining informants using a technique purposive sampling with criteria used the students which have gang groups Data collection techniques used interviews, observation, and documentation. Technique of data analysis therough three stage namely data reduction, data presentation and conclusion. The technique of legitimating data is member check. The result of this research to show that 1) role of peers in the moral formation of students at SMA Negeri 9 Makaassar is the role imitated of imitation, internalization, introvert or abstain and role distribution of talent. 2) moral elements of what is developed by their peers at SMA Negeri 9 Makassar is a discipline that characterized by their reminded to always follow discipline at school and attachment in groups or solidarity is characterized by their mutual giving attention each other. Keywords: Moral formation of students PENDAHULUN Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, remaja juga adalah generasi penerus bangsa yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan yang akan membangun bangsa kearah yang lebih baik, sehingga masa remaja harus mendapatkan perhatian khusus dari orang tua maupun masyarakat sekitar. Di dalam pergaulan ini remaja pun rela menganut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok remaja dan selalu merasa mantap jika melakukan sesuatu secara bersama-sama dari pada melakukannya sendiri. Dalam kelompok primer terdapat Harna 1

hubungan temu-muka langsung dalam suasan akrab. Dalam kelompok ini ia mempelajari kebiasaan yang fundamental seperti bahasa, soal baik buruk, kemampuan untuk mengurus diri sendiri, kerjasama dan bersaing, disiplin dan sebagainya (Nasution, 2009:61). Lingkungan berarti keseluruhan fenomena peristiwa, situasi, atau kondisi fisik atau sosial yang mempengaruhi perkembangan siswa (lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya dan masyarakat). Masa usia sekolah bertepatan dengan masa remaja di mana masa ini banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan pada masa remaja mulai tumbuh dalam diri dorongan untuk hidup kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewakan), yaitu sebagai gejala remaja. Seberapa jauh perkembangan seorang individu dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergatung pada kualitas hereditas dan lingkungannya. Setelah melakukan observasi awal, maka permasalahan yang kemudian timbul sekarang ini kusunya pada SMA Negeri 9 Makassar bahwa dalam suasana belajar ataupun waktu istarahat sedang berlangsung, baik siswa laki-laki maupun perempuan menghabiskan banyak waktunya bersama teman-temannya. Ada dua bentuk perilaku yang muncul dari pengaruh teman sebaya, yang pertama kelompok siswa yang selalu berprestasi dan yang kedua yakni kelompok siswa yang suka melanggar aturan sekolah. Dalam hal kedisiplinan, setiap harinya masih banyak siswa yang telat dalam upacara bendera masih banyak segerombolan siswa yang masih berada di luar ketika upacara bendera di mulai sehingga tidak mengikuti upacara Sikap imperatif tindakan moral tercermin pada orang-orang yang bertindak secara moral, merasa bahwa mereka harus berperilaku dengan cara yang ditetapkan, bahwa mereka sebenarnya diharuskan, terikat oleh kewajiban, (Etzioni, 1992:44) Dengan demikian moral berkaitan dengan kemampuan antara perbuatan yang benar dan salah, jadi moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Selanjutnya Zakiah Daradjat (1970:131). mengatakan bahwa : Moral tidak dapat di pisahkan dari keyakinan beragama, karena ia nilai-nilai tegas, pasti dan tidak berubah karena keadaaan, tempat dan waktu yang bersumber pada agama. Karena itu perlulah kehidupan moral agama sejalan dengan mendapat perhatian yang lebih baik dan lebih serius METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 9 Makassar. Jumlah informan sebanyak 20 orang. Teknik dalam menentukan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria yang digunakan yaitu siswa yang memiliki kelompok geng. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data yaitu member check. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peran Teman Sebaya Terhadap Pembentukan Moral Siswa SMA Negeri 9 Makassar Istilah moral berasal dari bagasa latin Mores yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Yang dimaksud moral adalah Harna 2

sesuai dengan ide-ide yang umum yang diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan mana yang wajar (Gunawan, 2014:13). Menurut Nata (2001:96) Moral ialah kelakuan yang sesuai dengan ukuran nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan tersebut). Sejalan dengan itu Ibnu Miskawih (Nata) mengatakan bahwa Moral adalah suatu perbuatan yang lahir dengan mudah dari jiwa yang tulus, tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi (Nata, 2001:197) Menurut kurniawan ada beberapadalam proses pembentukan moral diantaranya adalah : proses imitasi, internalisasi, introvert dan ekstrovert, kemandirian, ketergantungan dan bakat (kurniawan. blogspot.co.id/2011/10/ perkembangan-moral-dan-sikap-pada-anak. diakses pada tanggal 05 Okt 2015. Pukul 08.56 am) a. Peran imitasi atau meniru. Peran teman sebaya di SMA 9 ini adalah mereka saling meniru atau mencontoh apa yang dilakukan oleh kelompok teman geng mereka sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh Izza dari kelompok SOL bahwa mereka saling meniru dan mengikuti gaya dalam cara berpakaian kelompoknya, seperti misalnya jika ada teman kelompoknya yang menggunakan jam tangan atau aksesoris apapun, maka mereka juga ikut memakainya. Karena mereka adalah satu anggota kelompok geng jadi mereka harus kompak, apa yang dilakukan salahsatu temannya, yang lain juga harus ikut. Mereka sebagai anggota dalam geng, mau tidak mau harus mengikuti sikap ataupun tindakan yang dilakukuan dalam kelompok tersebut, mulai dari hal yang baik bahkan buruk sekalipun misalnya bos sekolah bahkan merokok sekalipun. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh wahyurini (Gunawan, 2004: 24) bahwa halhal negatif yang ditimbulkan dalam teman sebaya adalah mereka ingin ingin diakui atau diterima sehingga kadang melakukan hal-hal yang kurang pas, sehingga mereka mencobacoba apa yang dilakukan oleh salah seorang diantara teman, misalnya merokok, bolos dari sekolah dan lain sebagainya. Pada umumnya kita sebagai anggota dalam suatu geng harus mengikuti apa yang dilakukan atau tindakan apa yang dilakukan dalam geng dimana kita bergabung. b. Peran Internalisasi Peran teman sebaya berikutnya adalah peran internalisasi yaitu mereka mengambil contoh hal-hal yang baik, yang dilakukan oleh kelompok lain yang mereka anggap bisa menjadi sebuah panutan. Sesuai dengan pendapat Santrock (2007:55) yang mengatakan bahwa fungsi dari teman sebaya yaitu mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik atu kurang baik. misalnya kelompok A yang selalu berkumpu untuk membahas pelajaran dan mengerjakan tugas, maka mereka juga akan mencontohnya karena mereka menganggap itu adalah hal yang baik. Seperti hasil wawancara Ayi dari kelompok geng Galaxy 08 yang mengatakan bahwa kelompok mereka biasanya mengambil sebuah contoh yang baik dari kelompok-kelompok geng lain yang menurut kelompok Ayi, itu bisa dijadikan sebagai panutan dalam kelompok kami, seperti pada saat mereka berkumpul untuk saling bekerja sama dalam mengerjakan tugas. c. Peran Introvert Berdasarkan hasil wawancara peran dari teman sebaya selanjutnya adalah peran Introvert dalam hal ini diartikan sebagai kecenderungan suatu kelompok untuk menjauhkan diri atau menarik diri dari kelompok-kelompok lain. Kelompok ini bersifat kurang bersosialisasi dengan kelompok lain, bahkan kelompok introvert ini seakan-akan tidak membutuhkan bantuan dari kelompok-kelompok geng yang lain. Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan Dilla dari geng Angels yang mengatakan bahwa kelompok Harna 3

geng mereka terkadang menjauhkan diri dari kelompok geng lain, misalnya di dalam kelas mereka hanya mau duduk dengan teman satu kelompok geng mereka saja, begitu juga pada saat diskusi yang sedang berlangsung di dalam kelas. Selain itu hasil wawancara dengan informan yang bernama Irwan dari kelompok geng D Kansas yang mengungkapkan bahwa kelompok gengnya menjauhkan diri dari kelompok lain pada saat ada kegiatan-kegiatan di sekolah, mereka juga jarang berkumpul dengan kelompok geng lain, begitu pula saat di dalam kelas mereka selalu duduk berkelompok-kelompok. Selain itu Izza dari kelompok SOL juga mengatakan tentang geng mereka yang terkadang menjauhkan diri dari geng lain dia mengatakan bahwa kelompoknya jarang bergabung dengan kelompok geng lain di sekolah, kecuali ada keaadaan mendesak atau ada perintah dari guru untuk saling bekerja sama satu sama lain, jadi otomatis mereka harus bergabung dengan teman yang lain. d. Peran Penyaluran Bakat Bakat dalam hal ini adalah potensi atau keterampilan khusus yang ada dalam diri anak. Dimana potensi ini akan mudah dikembangkan apabila ada wadah tempat menyalurkannya. Di sinilah peran teman sebaya sebagai tempat dalam penyaluran bakat, dimana teman geng kita biasanya selalu mendorong dan selalu memotivasi kita untuk mengembangkan bakat yang kita miliki, kemudian teman geng juga memberikan sebuah pujian, dimana pujian ini akan sanaga penting karena akan lebih termotivasi untuk lebih menekuni apa yang kita inginkan. Seperti hasil wawancara terhadap informan bernama Tika dari kelompok geng Galaxy 08 yang mengungkapkan bahwa teman geng saya selalu mendorong dan selalu memotivasi saya untuk mengembangkan bakat yang ada pada diri saya Begitu juga dengan Dilla yang menurut teman gengnya adalah anak yang pintar, sehingga dia sering diminta oleh teman gengnya untuk membantu mereka dalam mengerjakan tugas. Jadi secara tidak langsung bakat Dilla sudah tersalurkan kepada teman gengnya. Jadi peran teman sebaya sebagai tempat penyaluran bakat sangat bermanfaat bagi teman-temannya yang memiliki potensi, karena mereka memiliki tempat atau wadah untuk mengeluarkan potensi dirinya. Sesuai dengan pendapat Santrock 2007:55 yang mengatakan bahwa teman sebaya berfungsi memberikan umpan balik mengenai kemampuan dirinya dari kelompok teman sebaya Moral Yang Dikembangkan Melalui Teman Sebaya a. Disiplin Adapun moral yang dikembangkan melalui teman sebaya di SMA Negeri 9 yang pertama adalah disiplin. Sesuai dengan hasil wawancara informan bernama Manda yang mengatakan bahwa teman kelompoknya biasanya mengingatkan dia tentang tugas yang harus dikumpul dengan tepat waktu. Mereka mulai menyadari tentang perilaku disiplin dan itu diterapkan bukan hanya untuk diri mereka sendiri namun melalui ikatan pertemanan yang mereka jalin dan mereka melakukan hal tersebut karena rasa peduli dan perhatian dengan temannya, juga mereka telah paham tentang kewajiban mereka sebagai siswa di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan teori tahap perkembangan moral Kohlberg pada tingkat konvensional, dimana pada tahap ini, individu menghargai kepercayaan, perhatian, juga tentang penilaian moral yang didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. (Santrock, 2007: 119-120) b. Ikatan dalam kelompok atau solidaritas Harna 4

Seperti yang hasil wawancara pada informan Asisah, yang mengatakan bahwa dia akan pergi menjenguk apabila salah satu dari temannya ada yang sedang sakit. Begitu juga yang diungkapkan oleh informan Novi dan Ian, yang mengatakan bahwa mereka akan saling mengunjungi apabila salah satu dari mereka ada yang sakit dan mereka melakukan hal tersebut karena adanya rasa empati diantara mereka sebagai anggota dalam suatu kelompok. Tapi berbeda dengan Tika yang mengatakan bahwa dia hanya mau menjenguk temannya yang sakit apabila itu adalah teman kelompoknya atau teman sekelasnya, karena apabila itu sudah diluar kelompoknya atau diluar teman kelasnya dia tidak akan pergi karena dia malu atau mungkin tidak terlalu akrab dengan kelompok lain selain dengan kelompoknya sendiri. Perilaku ini sesuai dengan tahapan moral menurut Kohlberg (Santrock, 2007: 119-120) pada tingkat konvensional tahap ketiga yaitu moral anak berkembang dimana mereka menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan. Mereka saling memperhatikan satu sama lain seperti saling mengunjungi ketika ada yang sakit karena mereka mulai berfikir jika mereka baik terhadap orang lain maka orang lain juga akan baik kepadanya. c. Otonomi Otonomi dalam hal ini diartikan adalah seorang anak melakukan hal positif dengan sadar dan tanpa ada paksaan dari orang lain atau melakukannya secara suka rela. Seperti yang diungkapkan Bella siswi di SMA Negeri 9 Makassar bahwa dia ingin belajar dan ke sekolah karena keinginannya sendiri bukan paksaan dari orang tua atau pihak keluarga yang lain, sehingga dia melakukan perbuatan itu benar-benar timbul dari dalam dirinya sendiri. Dia melakukan kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan kehendaknya sendiri, sehingga dia sudah siap menerima segala resiko dari tindakannya sendiri. Pendapat di atas sesuai dengan tingkat pasca konvensional menurut Kohlberg (Santrock, 2007: 119-120) pada tahap ke enam yaitu ketika kita dihadapkan dengan pertentangan hukum dan hati nurani, seorang anak akan menalar bahwa yang harus diikuti adalah hati nurani. Karena menurutnya ke sekolah dan belajar itu adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan karena itu akan menjadi bekal kita dimasa depan, sehingga kita tidak perlu dipaksa untuk melaksanakanya. Sehingga apapun resiko yang akan muncul harus dia hadapi. Bertindak secara moral berarti menaati suatu norma, yang menetapkan perilaku apa yang harus diambil pada suatu saat tertentu, bahkan sebelum kita dituntut untuk bertindak. Ruang lingkup moralitas adalah ruang lingkup kewajiban. Dan kewajiban adalah perilaku apa yang telah ditetapkan lebih dahulu, (Durkheim 1990:17). PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang Peran teman sebaya terhadap pembentukan moral di SMA Negeri 9 Makassar yaitu peran meniru atau imitasi, internalisasi, introvert atau menjauhkan diri dan peran penyaluran bakat. Unsur moral yang dikembangkan melalui teman sebaya di SMA Negeri 9 Makassar adalah disiplin yang di tandai dengan mereka saling mengingatkan untuk selalau mengikuti tata tertib di sekolah dan keterikatan dalam kelompok atau solidaritas ditandai dengan mereka saling memberi perhatian satu sama lain. DAFTAR PUSTAKA Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, Harna 5

Durkheim, Emile. 1990. Pendidikan Moral. Jakarta: Erlangga Etzoni, Amitai. 1992. Dimensi Moral. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Karakter.Konsep Dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Nasution, S. 2009, Sosiologi Pendidikan. Jakarta, PT Bumi Aksara Nata, Abuddin. 2001. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta.:Kencana Santrock, J W. 2007.Remaja edisi 11 jilid 2. Jakarta. Erlangga. Santrock. J W. 2007. Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Herwan Kurniawan. blogspot. co. id/2011/10/ perkembangan-moral-dan-sikap pada-anak. diakses pada tanggal 05 Oktober 2015.Pukul 08.56 am Harna 6