PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dokumen-dokumen yang mirip
UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN SUDUT PATAHAN 10 LEBAR 10,5 CM DENGAN EMPAT VARIASI PERMUKAAN SUDU

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KARAKTERISTIK KINCIR ANGIN MAGWIND 5 SUDU

BAB II LANDASAN TEORI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TORI

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELERTIGA SUDU DARI BELAHAN KERUCUT BERBAHAN KAYU BERLAPISSENG DENGAN SUDUT KERUCUT 12 o

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN SAVONIUS ENAM TINGKAT DENGAN VARIASI BENTUK SUDU

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H

BAB III PERANCANGAN ALAT

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KINCIR ANGIN BERPOROS HORISONTAL UNTUK TIGA VARIASI BENTUK PENAMPANG SUDU

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

KARAKTERISTIK TURBIN ANGIN SAVONIUS TERMODIFIKASI EMPAT SUDU DENGAN LIMA VARIASI SUDUT PITCH ROTOR TURBIN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Unjuk Kerja Model-Model Kincir Angin Savonius Dua Tingkat Dengan Kelengkungan Sudu Termodifikasi

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

RANCANG BANGUN ALAT PRAKTIKUM TURBIN AIR DENGAN PENGUJIAN BENTUK SUDU TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

ANALISA PERUBAHAN SUDU TERHADAP DAYA TURBIN ANGIN TIPE HORIZONTAL DI LABORATORIUM TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA MODIFIKASI

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

KARAKTERISTIK MODEL TURBIN ANGIN UNTWISTED BLADE DENGAN MENGGUNAKAN TIPE AIRFOIL NREL S833 PADA KECEPATAN ANGIN RENDAH

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SEDERHANA UNTUK PENGHASIL LISTRIK

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

= x 125% = 200 x 125 % = 250 Watt

BAB III PERANCANGAN SISTEM

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade

Pengaruh Desain Sudu Terhadap Unjuk Kerja Prototype Turbin Angin Vertical Axis Savonius

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum. Strata Satu (S1) Teknik Mesin

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : GALIH PERMANA NIM. I

KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGERAK POMPA IRIGASI PERKEBUNAN DI DESA KARYAMUKTI

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS UNTUK SISTEM PENERANGAN PERAHU NELAYAN

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

PENGARUH VARIASI DIAMETER NOSEL TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN AIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : DANANG KURNIAWAN NIM. I

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN RANGKA SUDU TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE DARRIEUS PROYEK AKHIR. Oleh: Hendro Istianto NIM.

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL

BAB II LANDASAN TEORI

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L

Transkripsi:

KINCIR ANGIN MODEL AMERICAN MULTI-BLADE DELAPAN SUDU DARI BAHAN ALUMINIUM DENGAN TIGA VARIASI PITCH ANGLE TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Mesin Oleh : DOMINIKUS DWI WIDARYANTO NIM : 115214039 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

AN EIGHT BLADES AMERICAN MULTI-BLADES WINDMILL MODEL FROM ALUMINIUM MATERIAL WITH THREE PITCH ANGLE VARIATIONS FINAL PROJECT Presented as partial fulfilment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering by DOMINIKUS DWI WIDARYANTO Student Number : 115214039 MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2015 ii

INTISARI Sumber energi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena memegang peranan yang penting untuk memenuhi semua kebutuhan manusia baik secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pemanfaatan energi terbarukan saat ini sangat dibutuhkan dengan produksi bahan bakar minyak yang semakin terbatas. Salah satu alternatif contoh energi yang dapat diperbarui adalah energy angin. Tujuan dari penelitian ini dan membuat kincir angin yang selanjutnya digunakan dalam penelitian untuk mengetahui koefisien daya maksimal tertinggi untuk tiga variasi pitch angle sudu kincir dan tip speed ratio optimalnya. Model kincir angin yang digunakan adalah kincir angin poros horisontal jenis kincir angin American multi-blade berdiameter 80 cm dengan jumlah delapan sudu yang terbuat dari bahan aluminium dengan variasi pitch angle 10, 20, 30. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sebuah terowongan angin (wind tunnel) dengan menghubungkan poros kincir pada mekanisme pengereman yang berfungsi untuk menambah pembebanan. Besarnya pembebanan diukur menggunakan neraca pegas, putaran diukur menggunakan takometer dan kecepatan angin diukur dengan anemometer. Data yang diambil pada saat penelitian adalah kecepatan angin, putaran poros kincir, daya kincir, daya angin, tip speed ratio, dan gaya pengimbang torsi. Dari hasil perolehan data, kincir angin dengan variasi pitch angle 10 o menghasilkan daya output maksimal sebesar 7,60 watt pada kecepatan angina 8,34 m/s dengan koefisien daya maksimalnya adalah 4,4 % pada nilai tip speed ratio optimal 0,74. Kincir angin dengan pitch angle 20 o nilai daya output masimalnya sebesar 10,37 watt pada kecepatan angin 8,66 m/s dengan koefisien daya maksimal adalah 5,4 % pada nilai tip speed ratio optimal 0,97. Kincir angin dengan pitch angle 30 o menghasilkan nilai daya output maksimal sebesar 31,72 watt pada kecepatan angin 8,85 m/s dengan koefisien daya adalah 16,3 % pada tip speed ratio optimal 1,05. Dari semua peroleh data hasil perhitungan untuk semua variasi pitch angle bila dibandingkan dapat diperoleh kesimpulan bahwa yang merupakan variasi terbaik adalah variasi pitch angle 30 o karena menghasilkan koefisien daya dan daya output maksimal yang paling tinggi dari semua variasi. Kata kunci: American multi-blade, pitch angle, koefisien daya, tip speed ratio. vii

KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan berkat yang diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan sebagai salah satu syarat yang wajib untuk setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Tugas Akhir ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berkat bimbingan, dukungan dan nasihat dari berbagai pihak, akhirnya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Ir. PK. Purwadi, S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Bapak Ir. Rines, S.T, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan selaku Dosen Pembimbing TA. 4. Bapak R. Bernardus Wihadi Dwisuseno, MT sebagai Kepala Laboratorium Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 5. Bapak Intan Widanarko selaku Laboran Laboratorium Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 6. Bapak Antonius Sukirno dan (Alm.) Ibu Theresia Jumarni orang tua saya yang telah memberi dukungan baik material maupun spiritual hingga saat ini. 7. Susanna Purwaninastiti selaku saudara kandung saya yang memberikan dorongan semangat serta membantu agar segera terselesaikannya Tugas Akhir ini. viii

8. Dimas Citra Manggala Yudha, Yoseph Seno T serta Tomas Prasetya Widi. selaku rekan-rekan saya, yang telah membantu dalam perancangan, pembuatan, perbaikkan alat dan pengambilan data. 9. Teman-teman Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuannya. Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dikemudian hari. Akhir kata seperti yang penulis harapkan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Yogyakarta, 05 Juni 2015 Penulis ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i TITLE PAGE... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii DAFTAR DEWAN PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi INTISARI... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Batasan Masalah... 3 1.4 Tujuan Penelitian... 3 1.5 Manfaat penelitian... 4 BAB II DASAR TEORI... 5 2.1 Konsep Dasar Angin... 5 2.2 Kincir Angin... 5 x

2.2.1 Kincir Angin Poros Horisontal... 6 2.2.2 Kincir Angin Poros Vertikal... 9 2.3 Rumus Perhitungan... 12 2.3.1 Daya Angin... 12 2.3.2 Torsi Kincir Angin... 13 2.3.3 Daya Kincir Angin... 14 2.3.4 Tip Speed Ratio... 15 2.3.5 Koefisien Daya... 16 BAB III METODE PENELITIAN... 17 3.1 Bahan-bahan... 17 3.2 Alat-alat... 19 3.3 Desain Sudu Kincir... 21 3.4 Variabel Peneliti... 24 3.4 Variabel yang Diukur... 25 3.4 Parameter yang Dihitung... 25 3.5 Langkah Percobaan... 25 3.6 Langkah Pengolahan Data... 28 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN... 30 4.1 Data Percobaan... 30 4.2 Perhitungan... 32 4.2.1 Perhitungan Daya Angin (P in )... 32 xi

4.2.2 Perhitungan Daya Kincir (P out )... 32 4.2.3 Perhitungan Tip Speed Ratio... 33 4.2.4 Perhitungan Koefisien Daya Kincir (CP)... 33 4.3 Data Hasil Perhitungan... 33 4.4 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan... 37 4.4.1 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan Variasi Picth Angle 10 o... 37 4.4.2 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan Variasi Picth Angle 20 o... 40 4.4.3 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan Variasi Picth Angle 30 o... 43 4.5 Grafik Dari Hasil Perhitungan dan Pembahasan 3 Variasi Pitch Angle... 46 BAB V PENUTUP... 49 5.1 Kesimpulan... 49 5.2 Saran... 50 DAFTAR PUSTAKA... 51 LAMPIRAN... 52 xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kincir Angin American multi-blade... 7 Gambar 2.2 Kincir Angin Dutch four arm... 8 Gambar 2.3 Kincir Angin Savonius... 10 Gambar 2.4 Kincir Angin Darieus... 11 Gambar 2.5 Grafik HubunganAntara Koefisien Daya (C P ) Dengan Tip Speed Ratio (tsr) Dari Beberapa jenis Kincir... 14 Gambar 3.1 Penyangga sudu... 17 Gambar 3.2 Dudukan sudu dari tutup pipa... 18 Gambar 3.3 Mal pembentukan belahan sudu pada permukaan lingkaran... 21 Gambar 3.4 Pembentukan kemiringan sudut sudu setelah pemotongan sudu... 22 Gambar 3.5 Mal pembentukan sektor sudut kemiringan sudu... 23 Gambar 3.6 Model kincir angin yang akan dibuat dalam penelitian... 24 Gambar 3.7 Skema susunan alat-alat pengujian... 27 Gambar 4.1 Grafik Hubungan Putaran poros dengan Torsi variasi pitch angle 10 0... 36 Gambar 4.2 Grafik Hubungan torsi dengan daya output pada variasi pitch angle 10 0... 37 Gambar 4.3 Grafik Hubungan Koefisien daya (Cp) dengan Tip speed ratio variasi pitch angle 10... 37 xiii

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Putaran poros dengan Torsi variasi pitch angle 20 o... 39 Gambar 4.5 Hubungan torsi dengan daya output variasi pitch angle 20 o... 39 Gambar 4.6 Grafik Hubungan Koefisien daya (Cp) dengan Tip speed ratio (tsr) variasi pitch angle 20... 40 Gambar 4.7 Grafik Hubungan Putaran poros dengan Torsi variasi pitch angle 30 o... 41 Gambar 4.8 Hubungan torsi dengan daya output variasi pitch angle 30 o... 42 Gambar 4.9 Grafik Hubungan Koefisien daya (Cp) dengan Tip speed ratio (tsr) variasi pitch angle 30... 42 Gambar 4.10 Grafik Hubungan Koefisien daya dan Tip speed ratio untuk semua variasi kemiringan sudu... 44 Gambar 4.11 Grafik hubungan putaran kincir (rpm) dan torsi (T) untuk semua variasi sudut kincir angina... 45 Gambar 4.11 Grafik hubungan daya kincir (P out ) dan torsi (T) untuk semua variasi pitch angle kincir angin... 46 xiv

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Data percobaan dengan variasi pitch angle 10 0... 30 Tabel 4.2. Data percobaan dengan variasi pitch angle 20 0... 31 Tabel 4.3. Data percobaan dengan variasi pitch angle 30 0... 31 Tabel 4.4. Data Perhitungan untuk pitch angle 10 0... 34 Tabel 4.5. Data Perhitungan untuk pitch angle 20 0... 35 Tabel 4.6. Data Perhitungan untuk pitch angle 30 0... 36 xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis. Berbeda dengan sumberdaya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Cadangan energi fosil semakin berkurang sedangkan kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak terus meningkat. Perkiraan kandungan minyak bumi di Indonesia dengan tingkat konsumsi bahan bakar minyak seperti saat ini akan habis dalam waktu 10 sampai 15 tahun lagi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia dan dunia, ketika dihadapkan pada kondisi dimana sebagian besar masih tergantung pada energi bahan bakar fosil. Pada dasarnya, kebutuhan manusia terhadap energi semakin meningkat, setelah dimulainya revolusi industri, orang mulai menggunakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. sumber dayanya yaitu bahan bakar fosil, batubara, gas alam dan minyak bumi. Bahan bakar fosil ini merupakan sumber daya energi konvensional dan tidak terbaharui dan jumlahnya terbatas. Dengan hal ini, maka timbul kecemasan manusia terhadap sumber daya konvensional yang tidak dapat di perbaharui, dan agar mempertahankan eksistensi manusia di bumi ini. harus dicarai energi alternatif untuk menggantikan energi bahan bakar fosil. salah satu contoh energi alternative pengganti fosil yaitu energi angin. Kebutuhan energi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena mempunyai peranan yang penting untuk memenuhi semua kebutuhan manusia baik dari segi ekonomi, sosial, dan 1

2 lingkungan. Karena perkembangan jaman yang semakin pesat, saat ini sumber energi dikembangkan hingga berbagai macam bentuk dan salah satunya yang belum maksimal di negara Indonesia adalah energi angin karena mengingat negara Indonesia ini merupakan negara agraris yang memiliki sumber energi angin yang bisa dimanfaatkan lebih optimal dan lebih efektif. Pemanfaatan energi terbarukan saat ini sangat dibutuhkan dengan produksi bahan bakar minyak yang semakin terbatas. Keterbatasan produksi bahan bakar minyak menjadikan harga bahan bakar naik. Salah satu energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah pemanfaatan energi angin. Potensi pemanfaatan energi angin di Indonesia masih terbuka luas karena Indonesia memiliki garis pantai sekitar 95.000 km, demikian juga potensi kecepatan angin yang dimiliki berkisar 5 m/s hingga 11 m/s. Pemanfaatan energi angin saat saat ini masih belum optimal dan dalam penggunaannya masih belum efektif. Maka dari itu diperlukan suatu mekanisme yang tepat untuk memanfaatkan energi angin menjadi energi yang tepat guna, salah satunya adalah mengubah energi angin menjadi energi listrik. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang ingin dipecahkan dalam Tugas Akhir ini adalah : a. Angin adalah salah satu sumber energi yang berlimpah, gratis, memiliki potensi untuk dikembangkan dan tidak menimbulkan banyak dampak negatif bagi lingkungan dan manusia namun belum dimanfaatkan secara optimal.

3 b. Untuk menghasilkan efisiensi yang tinggi diperlukan desain kincir angin yang khusus, seperti pitch angle pada sudu kincir. 1.3 Batasan Masalah Pembuatan kincir angin dengan memperhatikan batasan batasan sebagai berikut : a. Model kincir angin yang digunakan adalah kincir angin American multi-blade dengan jumlah delapan sudu mengunakan bahan aluminium dengan diameter 80 cm. b. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sebuah terowongan angin (wind tunnel) di laboratorium konversi energi Universitas Sanata Dharma. c. Variasi yang diambil adalah kemiringan sudut sudu (pitch angle) dengan sudut 10, 20 dan 30. d. Data yang diambil pada saat penelitian adalah kecepatan angin, putaran poros kincir, dan gaya pengimbang torsi. e. Hasil penelitian adalah koefisien daya dan tip speed ratio untuk tiga variasi kincir angin. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : a. Merancang dan membuat kincir angin American multi-blade dengan jumlah delapan sudu yang terbuat dari bahan aluminium. b. Untuk mengetahui daya output maksimal kincir dan torsi optimal kincir angin American multi-blade dengan variasi pitch angle 10, 20, 30.

4 c. Mengetahui unjuk kerja kincir angin American multi-blade variasi pitch angle 10, 20, 30 yaitu koefisien daya (C p ) dan tip speed ratio (tsr). d. Mengetahui unjuk kerja kincir angin American multi-blade yang terbaik dari tiga variasi yang diteliti dengan membandingkan koefisien daya (C p ) dan tip speed ratio (tsr). 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari pembuatan kincir angin adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan pengetahuan mengenai energi terbarukan khususnya energi angin. b. Mencari alternatif pengganti bahan bakar fosil dengan memanfaatkan kincir angin yang bersih dan ramah lingkungan. Memperluas dan menambah pengetahuan tentang pembuatan kincir angin dengan bahan aluminium. c. Membuat pengembangan energi angin dengan bahan yang murah dan sederhana supaya mudah dalam pembuatannya.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Angin Sejak dulu energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber tenaga alam. Contohnya perahu-perahu layar menggunakan energi ini untuk berlayar menyeberangi perairan sudah sejak dari jaman dulu. Sebagaimana diketahui, energi angin merupakan energi yang berasal dari alam. angin ini disebabkan karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan udara dingin. Di daerah panas, udaranya menjadi panas sehingga mudah mengembang dan menjadi ringan, udara tersebut akan naik ke atas dan bergerak ke daerah yang dingin. Udara yang bergerak ke daerah dingin akan menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara. Perpindahan inilah yang disebut sebagai angin. Sekarang ini, energi angin hanya memenuhi sebagian kecil saja dari kebutuhan akan energi. Dengan demikian kemajuan teknologi. penggunaan energi angin makin meningkat dan biaya pekamaiannya semakin murah. Dengan demikian didapatkan analisis bahwa energi angin merupakan energi yang berasal dari perbedaan suhu antar udara panas dan dingin. dengan biaya pemakaiannya yang murah. 2.2 Kincir Angin Kincir angin adalah sebuah alat yang mampu mengkonversi energi angin menjadi energi mekanik dalam arti lain bisa digunakan untuk menangkap atau memperoleh energi angin yang dipergunakan tidak hanya sebagai penumbuk 5

6 biji-bijian dan memompa air untuk mengairi sawah tetapi dapat juga dikonversikan menjadi tenaga listrik yang berasal dari putaran kincir. Berdasarkan posisi porosnya, kincir angin dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu: kincir angin poros horizontal dan kincir angin poros vertikal. 2.2.1 Kincir angin poros horisontal Kincir angin jenis ini ialah jenis kincir angin yang paling banyak digunakan sekarang. Kincir ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya terdapat sebuah baling-baling yang berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau membelakangi arah angin. Kebanyakan turbin angin jenis ini yang dibuat sekarang mempunyai dua atau tiga bilah baling-baling walaupun ada juga turbin bilah baling-balingnya banyak. Kincir angin ini memiliki poros utama sejajar dengan tanah dan arah poros utama sesuai dengan arah angin. Kincir ini terdiri dari sebuah menara sedangkan kincir berada pada puncak menara tersebut. Poros kincir dapat berputar 360 0 terhadap sumbu vertikal untuk menyesuaikan arah angin. Ada beberapa jenis kincir angin horisontal yang sudah umum dikenal dan dikembangkan: 1. Kincir angin American Multi-blade Kincir angin American Multi-blade adalah salah jenis kincir angin yang mempunyai jumlah sudu yang banyak, biasa kincir angin ini memiliki jumlah sudu lebih dari tiga buah. Gambar kincir angin American Multi-blade dapat dlihat pada Gambar 2.1. Sesuai dengan namanya kincir angin ini banyak

7 dtemukan di negara Amerika Serikat, biasa digunakan untuk menggerakkan pengaliran air, penggilingan biji-bijian dan sebagai alternatif pengganti energi listrik. Gambar 2.1 American Multi Blade (Sumber : http://panzoelgituloh.blogspot.com, diakses 12 Maret 2015 ) 2. Kincir angin Dutch four arm Kincir angin Dutch four arm atau lebih dikenala dengan kincir angin Belanda adalah kincir angin yang memiliki 4 lengan sudu, gambar kincir angin Dutch four arm dapat dilihat pada Gambar 2.2. Kincir angin ini biasanya digunakan oleh negara Belanda untuk menggerakkan pompa dengan memanfaatkan kincir angin untuk mengeringkan lahan, dengan cara air tanah itu di pompa keluar lahan yang dinamakan dengan polder. Adanya angin

8 secara teratur menjamin pompa itu dapat berfungsi secara teratur menjamin pompa itu dapat berfungsi secara teratur pula. Sejak berabad-abad Belanda secara massive telah menggunakan kincir angin baik untuk menggiling gandum maupun untuk memompa air demi mengeringkan negerinya yang lebih rendah dari laut. Gambar 2.2 Kincir Angin Dutch four arm (Sumber: http:// lailyychan.blogspot.com diakses 7 Mei 2015) Kincir angin poros horisontal memiliki beberpaa dari kelebihan diantaranya adalah: a. Dasar menara yang tinggi memberikan akses ke angin yang lebih kuat. b. Mampu mengkonversikan energi angin pada kecepatan tinggi. c. Memberikan kinerja yang lebih baik pada produksi energi dibandingkan dengan turbin angin dengan sumbu vertikal.

9 Selain memiliki kelebihan, kincir angin poros horisontal juga memiliki kekurangan diantaranya: a. Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin. b. Kincir yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang sangat tinggi dan mahal serta dibutuhkan operator yang terampil. c. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator. d. Kincir angin membutuhkan mekanisme kontrol tambahan untuk membelokkan kincir ke arah angin. 2.2.2 Kincir angin poros vertikal Kincir ini memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah kincir tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. Kincir ini mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Ada beberapa jenis kincir angin horisontal yang sudah umum dikenal dan dikembangkan:

10 1. Kincir Angin Savonius Kincir angin Savonius adalah salah satu jenis kincir angin dengan axis vertikal yang mampu mengubah energi angin horizontal menjadienergi kinetik rotasi. Kincir ini dikembangkan oleh insinyur asal Finlandia Sigurd Johannes Savonius pada tahun 1922. Kincir angin Savonius dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Kincir Angin Savonius (Sumber: http://cleangreenenergyzone.com, 12 Maret 2015) 2. Kincir Angin Darrieus Kincir angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang digolongkan dalam jenis kincir angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali ditemukan oleh GJM Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin jenis Darrieus adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah angin yang paling tinggi

11 kecepatannya) seperti pada kincir angin propeller. Kincir angin Darrieus memiliki ukuran dan efisiensi yang berbeda. Kincir angin Darrieus dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.4 Kincir Angin Darrieus (Sumber: http://1.bp.blogspot.com, diakses 12 Maret 2015) Kincir angin poros vertikal memiliki beberpaa dari kelebihan diantaranya adalah: a. Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah angin) antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfir bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.

12 b. Kincir ini tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah. c. Kincir ini bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah. Selain memiliki kelebihan, kincir angin poros vertikal juga memiliki kekurangan diantaranya: a. Kebanyakan kincir ini memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi kincir angin poros horisontal karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar. b. Kebanyakan kincir ini mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai berputar. c. Sebuah kincir angin poros vertikal yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup. 2.3 Rumus-Rumus Perhitungan Berikut ini rumus-rumus yang digunakan dalam melakukan perhitungan dan analisa dalam penelitian unjuk kerja kincir angin ini adalah sebagai berikut: 2.3.1 Daya Angin Energi yang terdapat pada angin adalah energy kinetik, sehingga secara umum disampaikan pada Persamaan (1): Ek= m v 2 (1)

13 dengan E k adalah energi kinetik (J), m adalah massa udara (kg), dan v adalah kecepatan angin (m/s). Daya merupakan energi per satuan waktu, maka dari persamaan diatas dapat dituliskan: Pin = ṁ v 2 (2) dengan adalah daya yang dihasilkan angin, J/s (watt), adalah massa udara yang mengalir per satuan waktu, kg/s, v adalah kecepatan angin, m/s. Massa udara yang mengalir per satuan waktu adalah: ṁ = ρ A v (3) dengan ρ adalah massa jenis udara (1,18 kg/ ), A adalah luas penampang yang membentuk sebuah lingkaran (m 2 ). Dengan menggunakan Persamaan (3), maka daya angin (P in ) dapat dirumuskan menjadi: yang dapat disederhanakan menjadi: P in = (ρav)v 2 P in = ρ A v 3 (4) 2.3.2 Torsi Kincir Angin Torsi adalah gaya yang bekerja pada poros yang dihasilkan oleh gaya dorong pada sumbu kincir, dimana gaya dorong memiliki jarak terhadap sumbu poros yang berputar. Persamaannya adalah : T = F. r (5)

14 Dengan T adalah torsi dinamis yang dihasilkan dari putaran poros (Nm), F adalah gaya penyeimbang torsi (N), dan r adalah jarak lengan torsi ke poros (m). 2.3.3 Daya Kincir Angin Daya kincir angin adalah daya yang dihasilkan oleh poros kincir akibat daya angin yang melintasi sudu-sudu kincir. Daya efektif yang dapat diambil kincir angin adalah sebesar 59,3%. Angka 59,3% adalah batas Betz ( Betz Limit, diambil dari ilmuan jerman Albert Betz). Gambar 2.5 merupakan karakteristik dari beberapa kincir. Gambar 2.5 Grafik hubungan antara koefisien daya (Cp) dengan tips speedratio (tsr) dari beberapa jenis kincir. (Sumber : http://www.intechopen.com, diakses 12 februari 2015) Umumnya perhitungan daya gerak melingkar dapat dituliskan dengan persamaan: P out = T ω (6) dengan T adalah torsi dinamis (Nm), ω adalah kecepatan sudut (rad/s).

15 Kecepatan sudut (ω) didapat dari: ω = n rpm = n = = (7) persamaan : Dengan demikian daya yang dihasilkan oleh kincir dinyatakan dengan P out = Tω P out = T W (8) dengan p out adalah daya yang dihasilkan kincir angin (watt), n adalah putaran poros (rpm). 2.3.4 Tip Speed Ratio Tip Speed Ratio (tsr) adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu kincir angin yang berputar dengan kecepatan angin. Rumus kecepatan diujung sudu ( ) adalah: v t = ω r (9) dengan adalah kecepatan ujung sudu, adalah kecepatan sudut (rad/s), dan adalah jari-jari kincir (m). Tip Speed Ratio (tsr) nya dapat dirumuskan dengan: tsr = (10)

16 dengan r adalah jari-jari kincir angin (m), n adalah putaran poros (rpm), v adalah kecepatan angin (m/s). 2.3.5 Koefisien Daya Koefisien daya (Cp) adalah perbandingan antara daya yan dihasilkan oleh kincir ( ) dengan daya yang disediakan oleh angin ( ), sehingga dapat dirumuskan: C p = 100% (11) dengan Cp adalah koefisien daya (%), P out adalah daya yang dihasilkan oleh kincir (watt), P in adalah daya yang dihasilkan oleh angin (watt).

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan-bahan Bahan-bahan yang diperlukan pada penelitian ini dapat adalah sebagai berikut: a. Bahan untuk sudu-sudu kincir. Sudu-sudu kicir angin dipilih dari bahan aluminium dengan ketebalan 1 mm. b. Bahan untuk penyangga sudu kincir. Penyangga sudu juga menggunakan bahan aluminium berbentuk pipa persegi dengan panjang 400 mmlebar 15 mm dan tinggi 5 mm yang diberi lubang berukuran 5 mm untuk menempelkan sudu pada penyannga,seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.1. 370 mm 5 mm 15 mm 70 mm 70 mm 100 mm 80 mm 22,5 mm 10 mm 15 mm 11 5 mm 2,5 mm Gambar 3.1 Penyangga sudu 17

18 c. Dudukan sudu atau Hub Sedangkan dudukan sudu merupakan bagian komponen yang berfungsi untuk pemasangan sudu. Dudukan sudu ini dari tutup pipa paralon yang memiliki diameter 6 inchi. Untuk memasang sudu pada dudukan, maka dibuat lubang berdiameter 5 mm untuk memasang penyangga sudu yang dapat dilihat pada Gambar 3.2. 170 mm 5 mm 10 mm 4 mm 60 mm Gambar 3.2 Dudukan sudu dari tutup pipa c. Baut dan Mur Baut dan mur berfungsi untuk merangkai bagian sudu dengan penyangga sudu kemudian dirangkai pada dudukan sudu atau hub ar dapat menjadi rangkaian model kincir angin. Baut yang digunakan memiliki ukuran M 5.

19 d. Bahan untuk poros utama kincir. Poros utama kincir yang dipasang tetap pada lubang poros kincir dan ditahan oleh dua bantalan tiang penahan pada tiang penahan kincir, menggunakan bahan pejal silindris berdiameter ¾ inci. e. Bahan-bahan untuk tiang penahan kincir. Tiang penahan kincir dibuat dari pipa baja berdiameter 1 inci. Di tengah-tengah tiang terdapat rumah bantalan untuk tumpuan poros kincir dengan desain dari papan baja dengan ketebalan 6 mm. 3.2 Alat-alat Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Alat-alat kerja atau alat untuk pembuatan kincir, meliputi: 1. Mesin bor beserta Mata Bor 2. Gergaji 3. Mesin Gerinda 4. Mesin tekuk 5. Gunting Seng 6. Obeng 7. Tang 8. Cutter b. Alat tambahan dan alat bantu pengukuran, meliputi: 1. Terowongan angin yang dilengkapi blower, untuk pengkondisian angin.

20 2. Anemometer untuk pengukuran kecepatan angin yang dihasilkan blower. 3. Takometer untuk pengukuran putaran kincir. 4. Neraca pegas untuk pengukuran pembebanan yang diberikan pada saat pengeremanan yang diasumsikan sebagai pengimbang torsi dinamis. 5. Mekanisme pengereman alat ukur gaya tangensial berfungsi sebagai pengerem atau penghambat putaran kincir dalam melakukan pengambilan data torsi dan daya kincir. c. Tiang penahan kincir di dalam terowongan angin. Rangka penahan kincir angin yang akan dibuat dalam penelitian ini adalah seperti yang ditunjukan dalam gambar 1. Secara garis besar rangka penahan yang dipasang dalam terowongan angin ini terdiri atas tiga bagian, yakni tumpuas atas, tumpuan bawah dan rumah bantalan tempat kedudukan poros kincir. Terdapat dua bantalan yang akan dipasang di sebelah depan dan sebelah belakang rumahnya. Kedua bantalan ini digunakan untuk menumpu poros utama kincir angin. d. Poros utama kincir Poros kincir yang dibuat berbahan dasar baja dengan bentuk dan ukuran yang sudah disesuaikan dengan kincir. Poros ini dipasang pada hup atau pusat kincir dan selanjutnya sebagian ujungnya (ujung belakang) dipasang pada tiang penyangga kincir melalui dua bantalan berdiameter 15 mm.

21 3.3 Desain Sudu Kincir Sudu-sudu kincir yang dipilih memiliki penampang flat dari bahan aluminium yang memiliki ketebalan 1 mm. sudu dibuat tiga variasi sudut sudu (α), yakni 10 o,20 o,dan 30 o. Sudu dibuat dari delapan bagian sebuah lingkaran, seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.3. Gambar 3.3. Mal pembentukan belahan sudu pada permukaan lingkaran

22 Setelah mengalami pemotongan sudu kincir angin kemudian dilubangi sebesar 5 mm menggunakan mesin bor. Lubang pada sudu kincir angin berfungsi untuk merangkai sudu pada penyangga sudu. Setelah pembuatan lubang, sudu kemudian ditekuk menggunakan mesin tekuk. Sudu ditekuk sesuai dengan variasi yang telah ditentukan, yaitu sudu ditekuk dengan kemiringan sudu atau pitch angle 10 o, 20 o, 30 o. Sketsa pembuatan lubang dan kemiringan sudut sudu setelah pemotongan sudu dapat dilihat pada Gambar 3. 4, ukuran panjang, lebar dan ketebalan menggunakan satuan mm. Gambar 3.4. Pembentukan kemiringan sudut sudu setelah pemotongan sudu.

23 Pembentukan kemiringan sudut pada permukaan sudu menggunakan mesin tekuk dengan cara dijepit kemudian ditekuk sesuai dengan sudut yang telh ditentukan. Dalam proses pembentukan kemiringan sudu supaya mendapatkan bentuk sesuai dengan sektor sudut yang dirancang maka diperlukan sebuah cetakan atau mal. Setelah sudu sudah ditekuk sesuai dengan sektor sudut masimasing kemudian sudu dimal. Sisi permukaan aluminium yang akan ditekuk diberi garis acuan sesuai dengan ukuran sisi yang akan ditekuk yang sudah ditentukan sesuai rancangan. Kemudian garis disayat dengan menggunakan cutter sesuai garis yang dibuat pada bagian sisi yang akan digunakan untuk pemasangan penyangga sudu. Setelah semua garis tersayat, sudu akan mudah ditekuk. Sehingga permukaan sudu tetap rata setelah mengalami proses menekukan dengan menggunakan mesin tekuk. Mal sudut 30 o Gambar 3.5. Mal pembentukan sektor sudut kemiringan sudu. Setelah pembuatan kemiringan sudu, kemudian sudu-sudu dirangkai pada penyangga sudu dan hub sehingga membentuk model kincir. Hub kincir yang

24 dibuat memiliki delapan sudu. Bentuk tipikal dan ukuran garis besar model kincir angin american multi-blade yang akan dibuat adalah seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.6. Gambar 3.6. Model kincir angin yang akan dibuat dalam penelitian. 3.4 Variabel Penelitian Beberapa variabel penelitian yang harus ditentukan sebelum melakukan penelitian adalah sebagi berikut : a. Variasi pembebanan kincir yaitu dari posisi kincir berputa rmaksimal

25 sampai kincir dalam posisi diam (terhenti). b. Variasi kemiringan sudu yaitu 10, 20 o, 30 o. 3.5 Variabel yang Diukur Sesuai dengan tujuan, variabel yang akan diukur adalah sebagai berikut: a. Kecepatan angin (v) b. Gaya pengimbang (F) c. Putaran poros kincir (n) 3.6 Parameter yang Dihitung Untuk mendapatkan karakteristik yang didapat dalam penelitian menggunakan parameter sebagai berikut: a. Daya angin ( ) b. Daya kincir ( ) c. Koefisien daya (Cp) d. Tip Speed Ratio(tsr) 3.7 Langkah Percobaan Proses pengambilan bdata : a. Poros kincir angin di hubungkan dengan mekanisme pengereman. b. Memasang anemometer pada terowongan di depan kincir angin untuk mengukur kecepatan angin di saluran terowongan angin. c. Memasang neraca pegas untuk mengukur beban pengereman pada tempat yang telah ditentukan. d. Memasang tali yang menghubungkan antara neraca pegas dengan

26 lengan pada mekanisme pengereman. e. Jika sudah siap, fan blower dihidupkan untuk menghembuskan angin pada terowongan angin. f. Pada percobaan pertama variasi kincir angin berjumlah sudu 12 dengan kemiringan 10 o, kedua dengan kemiringan 20 o, ketiga dengan kemiringan 30 o. g. Untuk mengatur kecepatan angin dalam terowongan angin dengan cara memundurkan jarak fan blower terhadap terowongan angin agar dapat menetukan variasi kecepatan anginnya. ( dalam percobaan ini kecepatan angin disamakan atau dibuat sama). h. Pada mekanisme pengereman untuk mendapatkan variasi beban di gunakan 1 karet, 2 karet, 3 karet, 4 karet, dan seterusnya. i. Jika kecepatan angin dan variasi beban telah sesuai dengan yang diinginkan maka, pengukuran dapat dilakukan dengan cara membaca massa pengimbang yang terukur dalam neraca pegas. j. Untuk ukur kecepatan kincir angin, suhu dan putaran poros dengan mengunakan takometer dengan secara bersamaan. k. Mengamati penelitian selama batas waktu yang telah ditentukan. Pengambilan data kecepatan angin, beban, dan kecepatan putar poros kincir dilakukan secara bersama-sama. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Konversi Energi Prodi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma dengan memakai sebuah terowongan angin yang dilengkapi dengan sebuah blower

27 berkapasitas 5,5 kw. Skema susunan alat-alat uji dalam proses penelitian ini adalah seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.6. Gambar 3.7. Skema susunan alat-alat pengujian. Blower digunakan untuk menarik udara masuk ke dalam terowongan angin. Proses pengukuran bisa dilakukan saat kondisi di dalam terowongan sudah siap. Parameter yang divariasikan(sebagai variabel) adalah beban pengereman yang diberikan pada mekanisme rem yang setiap kali pengujian gaya tangensial akibat aksi pengereman diatur besarnya dengan memakai neraca pegas. Dengan demikian, setiap kali pengujian, beban torsi yang diberikan pada poros kincir dapat dihitung besarnya. Parameter-parameter yang diukur dalam setiap kali pengujian adalah kecepatan angin, putaran poros kincir dan temperature udara, kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer yang dipasang sekitar 1 m di depan rotor kincir. Putaran poros atau rotor kincir diukur dengan menggunakan takometer (tachometer). Pada neraca pegas dipasangkan tali pengait yang akan dihubungkan dengan sistem pembebanan.dalam satu siklus (running) pengujian, pengambilan data pengukuranselalu diawali dari tanpa beban atau tanpa

28 pengereman, selanjutnya dengan beban yang secara bertahap ditambah sedikit demi sedikit samapai kincir berhenti berputar. Untuk satu model rotor kincir dilakukan tiga kali (tiga siklus) pengujian. 3.8 Langkah Pengolahan Data Data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran diolah melalui beberapa tahapan. Untuk setiap siklus pengujian, dari kecepatan angin (v t ) terukur, daya yang disediakan angin (P in ) dihitung dengan menggunakan Persamaan (1). Gaya tangensial hasil pengukuran dikalikan dengan panjang lengan torsi (l) yang diatur sepanjang 10 cm untuk menghasilkan torsi yang membebani poros kincir. Torsi terhitung selanjutnya dikalikan dengan kecepatan sudut (ω) yang diperoleh dari hasil pengukuran putaran poros kincir (n) akan menghasilkan outputdaya mekanis (P out ) yang dihasilkan oleh kincir atau mengikuti Persamaan (2). Berikutnya koefisien daya (C p ) dapat dihitung dengan membandingkan output daya (P out ) dan daya yang disediakan angin (P in ) atau seperti yang dinyatakan dalam Persamaan (3). Kemudian, menghitung nilai tip speed ratio berdasarkan Persamaan (4). Dengan demikian nilai-nilai C p dan tsr yang dihasilkan dari satu kali pengujian ini berlaku untuk sebuah kondisi kecepatan angin dan pembebanan tertentu. Cara analisis yang sama dilakukan untuk menghitung nilai-nilai C p dan tsr untuk kondisi yang lain. Bila nilai C p dan tsr untuk semua kondisi pembebanan telah dihitung, maka langkah selanjutnya adalah menggambarkan sebuah grafik yang telah menunjukan hubungan C p dan tsr untuk satu model kincr angin tertentu. Grafik yang dihasilkan secara tipikal akan berbentuk kurva hiperbola, yang memiliki nilai C p puncak.

29 Kurva hubungan C p dan Tsr umumnya dapat didekati dengan persamaan kwadratis. Nilai-nilai C p puncak (C pmax inilah yang dijadikan sebagai perbandingan diantara model-model kincir yang diteliti, karena menunjukan efisiensi maksimum dari sebuah kincir dalam mengkonversikan daya kinetic angin menjadi daya mekanis yang dihasilkan kncir. Grafik hubungan C p dan tsr ini disajikanserupa seperti yang umum digunakan dalam pustaka-pustaka untuk menunjukan karakteristik dari tipe-tipe kincir yang telah dikenal. Pengolahan data untuk penelitian ini seluruhnya akan dilakukan dengan menggunakan spreadsheet Microsoft Excel.

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Percobaan Hasil pengujian kincir angin meliputi : kecepatan angin (m/s), putaran poros (rpm), gaya pengimbang (N). Data diambil dengan kemiringan sudut atau pitch angle 10, 20 dan 30 dengan kecepatan angin yang dibuat menjadi 8,5 m/s. Hasil dari pengambilan data dengan pitch angle 10 0 dilihat pada Tabel 4.1. Hasil dari pengambilan data dengan pitch angle 20 0 dilihat pada Tabel 4.2. Hasil dari pengambilan data dengan pitch angle 30 0 dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.1 Data percobaan dengan variasi pitch angle 10 0 No Putaran Poros, n (rpm) Gaya, F (N) 1 355 0 2 326 0,49 3 273 0,98 4 234 1,37 5 216 1,66 6 178 1,96 7 148 2,45 8 80 2,94 30

31 Tabel 4.2 Data Percobaan dengan variasi pitch angle 20 0 No Putaran Poros, n (rpm) Gaya, F (N) 1 474 0 2 423 0,98 3 402 1,47 4 388 1,96 5 354 2,84 6 336 3,92 7 273 4,90 8 224 5,88 9 171 7,16 10 138 8,33 11 100 9,22 12 49 10,30 Tabel 4.3 Data Percobaan dengan variasi pitch angle 30 0 No Putaran Poros, n (rpm) Gaya, F (N) 1 484 0 2 434 0,88 3 425 1,47 4 382 2,45 5 350 3,43 6 313 4,41 7 283 5 8 257 5,88 9 218 6,86 0 192 7,84 11 147 8,82 12 115 9,81 13 78 10,79

32 4.2. Perhitungan Langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada contoh sampel yang diambill dari tabel: Tabel 4.1, 4.2, 4.3. 4.2.1 Perhitungan Daya Angin Daya yang dihasilkan angin pada kincir angin dengan A= 0,503 dan kecepatan angin 8 m/s, dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (4). P in =. A.v 3 = 0,5. 1,18. 0,503 (8,5 m/s) 3 = 182,216 watt 4.2.2 Daya Kincir Daya yang dihasilkan oleh kincir angin dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (8), untuk mendapatkan daya kincir harus diketahui kecepatan sudut dan torsi. Daya output perlu dicari dahulu menggunakan Persamaan (7) dan (6). Rumus untuk mencari kecepatan sudut dan torsi kincir adalah: ω = = = 34,139 rad/s T = F. r = 0,491. 0,2 = 0,098 Nm

33 P out = T. ω = 0,098 Nm. 34,139 rad/s = 3,3 watt 4.2.3 Tip Speed Ratio Untuk mengetahui besarnya perbandingan kecepatan ujung kincir dengan kecepatan angin atau Tip Speed Ratio dapat dicari dengan menggunakan persamaan 08: tsr = = = 1,6 rad/s 4.2.4 Koefisien Daya Kincir Koefisien daya kincir dapat dicari dengan menggunakan ersamaan (9) : C p = = = 1,9 % 4.3 Data Hasil Perhitungan Parameter yang diperoleh dari penelitian diolah dengan menggunakan Microsoft Excell untuk menampilkan hubungan besarnya Torsi yang dihasilkan oleh kincir angin untuk setiap posisi kemiringan sudu (Grafik 4.1; 4.4; 4.7), besarnya P out untuk setiap posisi kemiringan sudu (Grafik 4.2; 4.5; 4.8), Koefisien daya dan tip speed ratio (Grafik 4.3; 4.6; 4.9 pada saat pengambilan data.

1 8,46 0 355 0 0 37,1 179 0 1,75 0 2 8,42 50 326 0,49 0,09 34,1 177 3,34 1,62 1,9 3 8,42 100 273 0,98 0,19 28,6 177 5,61 1,35 3,2 4 8,34 140 234 1,37 0,27 24,5 172 6,74 1,17 3,9 5 8,42 170 216 1,66 0,33 22,6 177 7,55 1,07 4,3 6 8,35 200 178 1,96 0,39 18,7 173 7,34 0,89 4,2 7 8,34 250 148 2,45 0,49 15,4 172 7,60 0,74 4,4 8 8,33 300 80 2,94 0,58 8,44 171 4,97 0,40 2,9 Koef. Daya, Cp PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34 Tabel 4.4 Data perhitungan pitch angle 10 0 No. Kec. Angin, v Beban, F Putaran, n Gaya, F Torsi, T Kec. Sudut, TωE Daya input,p in (m/s) ( gram ) Rpm (N) (N.m) (rad/s) (watt) (watt) Daya output, P out Tip speed ratio, tsr

1 0 8,73 379 0 0 39,7 197 0 1,81 0 Koef. Daya, Cp 2 50 8,66 306 0,49 0,09 32 192 3,14 1,48 1,6 3 100 8,35 299 0,98 0,19 31,3 173 6,15 1,5 3,6 4 150 8,74 251 1,47 0,29 26,3 198 7,74 1,2 3,9 5 200 8,68 221 1,96 0,39 23,2 193 9,09 1,06 4,7 6 250 8,66 202 2,45 0,49 21,2 192 10,37 0,97 5,4 7 310 8,60 150 3,04 0,60 15,7 188 9,57 0,73 5,1 8 370 8,78 109 3,63 0,72 11,4 201 8,28 0,52 4,1 9 430 8,02 37 4,21 0,84 3,94 153 3,32 0,19 2,2 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 35 Tabel 4.5 Data perhitungan pitch angle 20 0 No. beban Kec. Angin, v Putaran Kincir, n Gaya, F Torsi, T Kecepatan Sudut ( ω ) Daya input, P in ( gram ) (m/s) Rpm (N) (N.m) (rad/s) (watt) (watt) Daya output, P out Tip speed ratio, tsr

Tip speed ratio, tsr 1 0 8,48 484 0 0 50,7 181 0 2,39 0 koef. Daya, Cp 2 90 8,66 434 0,88 0,17 45,4 192 8,02 2,09 4,2 3 150 8,71 425 1,47 0,29 44,5 195 13,09 2,04 6,7 4 250 8,7 382 2,45 0,49 40 195 19,62 1,83 10 5 350 8,9 350 3,43 0,68 36,6 209 25,16 1,64 12 6 450 8,94 313 4,41 0,88 32,7 212 28,93 1,46 13,6 7 510 8,94 283 5 1 29,6 212 29,65 1,32 14 8 600 8,74 257 5,88 1,17 26,9 197 31,72 1,23 16 9 700 8,66 218 6,86 1,37 22,8 193 31,44 1,05 16,3 10 800 8,85 192 7,84 1,57 20,1 205 31,55 0,9 15,4 11 900 8,55 147 8,82 1,76 15,3 185 27,18 0,72 14,7 12 1000 8,78 115 9,81 1,96 12 200 23,62 0,54 11,8 13 1100 8,38 78 10,79 2,15 8,2 174 17,77 0,39 10,2 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36 Tabel 4.6 Data perhitungan pitch angle 30 o No. beban Kec. Angin, v Putaran Kincir Gaya, F Beban Torsi, T Kecepatan Sudut ( ω ) Daya input, P in Daya output, P out ( gram ) (m/s) Rpm (N) (N.m) (rad/s) (watt) (watt)

Torsi, T (N.m) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 4.4 Grafik Hasil perhitungan dan Pembahasan Dari data yang telah diperoleh, kemudian diolah kembali ke dalam bentuk grafik untuk mengetahui hubungan antara torsi (N.m) dengan kecepatan putar kincir (rpm), daya yang dihasilkan kincir (P out ) dengan kecepatan putar kincir (rpm) dan koefisien daya kincir (Cp) dengan tip speed ratio (tsr). Grafik yang disajikan untuk setiap variasi percobaan dapat dilihat pada grafik berikut ini : 4.4.1 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan Variasi Picth Angle 10 o Berikut ini merupakan beberapa penyajian grafik untuk variasi percobaan pitch angle 10 o : grafik hubungan antara torsi (N.m) dengan kecepatan putar kincir (rpm) yang dapat dilihat pada Gambar 4.1, daya yang dihasilkan kincir (P out ) dengan torsi (N.m) yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan koefisien daya kincir (Cp) dengan tip speed ratio (tsr) yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Putaran poros kincir, n (rpm) Gambar 4.1 Hubungan Putaran poros dengan Torsi variasi pitch angle 10 0

Koefiesien daya (Cp) Daya Output, P out (Watt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 8 7 6 5 P out = -52,294T 2 + 39,969T - 0,0851 4 3 2 1 0 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Torsi, T (N.m) Gambar 4.2 Hubungan torsi dengan daya output pada variasi pitch angle 10 0 5 4 3 2 1 cp = -0,0579tsr 2 + 0,1056tsr - 0,0041 0 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 Tip speed ratio ( tsr) Gambar 4.3 Hubungan Koefisien daya (Cp) dengan Tip speed ratio variasi pitch angle 10

39 Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, bahwa semakin besar kecepatan putar kincir maka semakin kecil torsi yang dihasilkan. Semakin kecil kecepatan putar kincir maka semakin besar torsi yang dihasilkan. Untuk kecepatan angin 8,5m/s, torsi maksimal yang dihasilkan 0,58 N.m dan kecepatan putar maksimal yang tercapai adalah 355 rpm. Gambar 4.2. memperlihatkan bahwa daya (P out ) dengan torsi (T), jika torsi semakin besar maka daya yang dihasilkan juga akan semakin besar sampai kondisi tertentu (maksimal) kemudian (P out ) mengecil pada torsi (T) yang semakin besar. Untuk variasi pitch angle 10 o, daya maksimal dicapai pada Torsi 0,49 N.m sebesar 7,60 watt. Pada grafik diatas dengan melakukan pendekatan diperoleh persamaan P out = -52,294T 2 + 39,969T 0,0851 lalu kemudian persamaan tersebut dideferensialkan sehingga didapat = 2. -52,294T + 39,969. Dari perhitungan, didapat nilai koefisien daya (P out ) maksimal adalah: 7,55 watt, pada torsi optimal: 0,45 N.m. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. dapat dilihat bahwa semakin besar tsr maka semakin beasr Cp yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu (maksimal) kemudian Cp mengecil. Pada grafik variasi pitch angle 10 o diatas dengan melakukan pendekatan diperoleh persamaan Cp = - 0,0579tsr 2 + 0,1056tsr - 0.0041 lalu kemudian persamaan tersebut dideferensialkan sehingga didapat = 2. -0,0579tsr + 0,1056. Dari perhitungan, didapat nilai koefisien daya (C p ) maksimal adalah: 4,4 %, pada tip speed ratio (tsr) optimal: 0,93.

Torsi, T (N.m) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 4.4.2 Grafik Hasil perhitungan dan Pembahasan Variasi Pitch Angle 20 o Berikut ini merupakan beberapa penyajian grafik untuk variasi percobaan pitch angle 20 o : grafik hubungan antara torsi (N.m) dengan kecepatan putar kincir (rpm) yang dapat dilihat pada Gambar 4.4, daya yang dihasilkan kincir (P out ) dengan torsi (N.m) yang dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan koefisien daya kincir (Cp) dengan tip speed ratio (tsr) yang ditunjukkan pada Gambar 4.6. 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Putaran poros kincir, n (rpm) Gambar 4.4 Hubungan Putaran poros dengan Torsi variasi pitch angle 20 o

Koefisien daya, (CP) Daya Output, P out (watt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 12 10 8 6 4 P out = -44.456 T 2 + 43.009T - 0.4668 2 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 Torsi, T (N.m) Gambar 4.5 Hubungan torsi dengan daya output variasi pitch angle 20 o 6 5 4 3 2 1 0 Cp = -0.0579tsr 2 + 0.1015tsr + 0.005 0 0,5 1 1,5 2 Tip speed ratio, (tsr) Gambar 4.6 Hubungan Koefisien daya (Cp) dengan Tip speed ratio (tsr) variasi pitch angle 20

42 Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4, bahwa semakin besar kecepatan putar kincir maka semakin kecil torsi yang dihasilkan. Semakin kecil kecepatan putar kincir maka semakin besar torsi yang dihasilkan. Untuk variasi pitch angle 20 o, torsi maksimal yang dihasilkan 0,84 N.m dan kecepatan putar maksimal yang tercapai oleh pitch angle 20 o adalah 379 rpm. Gambar 4.5. memperlihatkan bahwa daya (P out ) berbanding lurus dengan torsi (T), jika torsi semakin besar maka daya yang dihasilkan juga akan semakin besar, dan sebaliknya jika daya torsi semakin kecil maka daya yang dihasilkan juga kecil. Untuk variasi pitch angle 20 o, daya maksimal dicapai pada Torsi 0,49 N.m sebesar 10,37 watt. Pada grafik diatas dengan melakukan pendekatan diperoleh persamaan P out = -44,456 T 2 + 43,009T 0,4668 lalu kemudian persamaan tersebut dideferensialkan sehingga didapat = 2. -44,456 T + 43,009. Dari perhitungan, didapat nilai koefisien daya (P out ) maksimal adalah: 9,89 watt pada torsi 0,45 N.m. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6. dapat dilihat bahwa semakin besar tsr maka semakin beasr Cp yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu (maksimal) kemudian Cp mengecil. Pada grafik diatas dengan melakukan pendekatan diperoleh persamaan Cp = - 0,0579tsr 2 + 0,1015tsr + 0,005 lalu kemudian persamaan tersebut dideferensialkan sehingga didapat = 2-0,0579tsr + 0,1015. Dari perhitungan, didapat nilai koefisien daya (C p ) maksimal adalah: 4,94 %, pada tip speed ratio (tsr) optimal: 0,87.

Putaran poros kincir, n (rpm) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 4.4.3 Grafik Hasil perhitungan dan Pembahasan Variasi pitch angle 30 o Berikut ini merupakan beberapa penyajian grafik untuk variasi percobaan pitch angle 10 o : grafik hubungan antara torsi (N.m) dengan kecepatan putar kincir (rpm) yang dapat dilihat pada Gambar 4.7, daya yang dihasilkan kincir (P out ) dengan torsi (N.m) yang dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan koefisien daya kincir (Cp) dengan tip speed ratio (tsr) yang ditunjukkan pada Gambar 4.9. 600 500 400 300 200 100 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Torsi, T (N.m) Gambar 4.7 Hubungan Putaran poros dengan Torsi untuk pitch angle 30 0

Koefisien daya (Cp) Daya output, P out (Watt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 35 30 25 20 15 P out = -19,015T 2 + 49,267T + 0,0476 10 5 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Torsi, T (N.m) Gambar 4.8 Hubungan torsi dengan daya output untuk variasi pitch angle 30 0 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Cp = -9,7283tsr 2 + 21.289tsr + 3.7039 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Tip speed ratio (tsr) Gambar 4.9 Hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio untuk variasi pitch angle 30 0

45 Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7, bahwa semakin besar kecepatan putar kincir maka semakin kecil torsi yang dihasilkan. Semakin kecil kecepatan putar kincir maka semakin besar torsi yang dihasilkan. Untuk variasi pitch angle 30 o, torsi maksimal yang dihasilkan 2,158 N.m dan kecepatan putar maksimal yang tercapai adalah 484rpm. Gambar 4.8. memperlihatkan bahwa daya (P out ) berbanding lurus dengan torsi (T), jika torsi semakin besar maka daya yang dihasilkan juga akan semakin besar, dan sebaliknya jika daya torsi semakin kecil maka daya yang dihasilkan juga kecil. Untuk variasi pitch angle 30 o, daya maksimal dicapai pada Torsi 1,17 N.m sebesar 31,72 watt. Pada grafik diatas dengan melakukan pendekatan diperoleh persamaan P out = -19,015T 2 + 49,267T + 0,0476 lalu kemudian persamaan tersebut dideferensialkan sehingga didapat = 2. -19,015T + 49,267. Dari perhitungan, didapat nilai koefisien daya (P out ) maksimal adalah: 31,6 watt pada torsi 1,23 N.m. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.9. dapat dilihat bahwa semakin besar tsr maka semakin beasr Cp yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu (maksimal) kemudian Cp mengecil. Pada grafik diatas dengan melakukan pendekatan diperoleh persamaan Cp = -9,7283tsr 2 + 21,289tsr + 3,7039 lalu kemudian persamaan tersebut dideferensialkan sehingga didapat = 2.-9,7283tsr + 21,289. Dari perhitungan, didapat nilai koefisien daya (C p ) maksimal adalah: 15,34 %, pada tip speed ratio (tsr) optimalnya 0,87.

Koefisien daya (Cp) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 4.5. Grafik Dari Hasil Perhitungan dan Pembahasan 3 Variasi Pitch Angle. Setelah masing-masing variasi ditampilkan dalam bentuk grafik, berikut ini adalah grafik untuk semua variasi percobaan pitch angle 10 o, 20 o,30 o yang ditampilkan pada : grafik hubungan antara torsi (N.m) dengan putaran poros kincir (rpm) yang dapat dilihat pada Gambar 4.10, daya yang dihasilkan kincir (P out ) dengan torsi (N.m) yang ditunjukkan pada Gambar 4.11 dan koefisien daya kincir (Cp) dengan tip speed ratio (tsr) yang ditampilkan pada Gambar 4.12. 0,18 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 sudut 10 sudut 20 sudut 30 0,04 0,02 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Tip speed ratio (tsr) Gambar 4.10 Grafik Hubungan Koefisien daya dan Tip speed ratio untuk semua variasi kemiringan sudu Pada Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa koefisien daya maksimal diperoleh dengan variasi pitch angle 30 o, yaitu 0,102 % pada tip speed ratio