BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian kohort selama 13 tahun di 3 wilayah di propinsi Jakarta ibukota

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi penyebab utama

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan proses ruptur plak aterosklerosis dan trombosis pada arteri koroner

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi

Manajemen Kardiak Pre-Operatif pada Pasien Pembedahan Non-Kardiak : Pendekatan Berbasis Individu dan Bukti Ringkasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

Informed Consent Penelitian

Hubungan Kadar SGOT dengan Kadar Leukosit pada Pasien NSTEMI di ICCU RSD dr. Soebandi Jember

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi depresi pada populasi umum sekitar 4 % sampai 7 %.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

HS-CRP AS BIOMARKER OF CORONARY HEART DISEASE

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia dan masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi di negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome (ACS) menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup bermakna, yaitu sekitar 50% dari total morbiditas dan mortalitas akibat penyakit jantung. World Health Organization (WHO) telah memperkirakan bahwa angka kematian akibat ACS akan mencapai 14,3% pada tahun 2030. Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE) study, melaporkan bahwa sekitar 47% dari pasien ACS adalah ST segment elevation myocardial infarction (STEMI) (Kolansky, 2009; Mendis et al., 2010; Hamm et al., 2011; Go et al., 2013; Giugliano dan Braunwald, 2014). Acute coronary syndrome adalah suatu kumpulan gejala klinis yang merupakan manifestasi klinis dari iskemia miokard akut. Kondisi ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen, yang mengacu pada spektrum presentasi klinis yaitu : unstable angina (UA), non ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI) dan STEMI. ST-segment elevation myocardial infarction didefinisikan sebagai gejala iskemia miokard disertai adanya persistent ST-segment elevation dan pelepasan biomarker dari nekrosis miokard. Sekitar sepertiga dari pasien dengan diagnosis STEMI dapat meninggal dalam waktu 24 jam setelah iskemia apabila terjadi keterlambatan dalam penanganan sehingga diperlukan suatu penanganan yang cepat dan tepat. Ruptur plak dan pembentukan trombus adalah penyebab utama dari oklusi pembuluh akut

2 yang mengarah kepada terjadinya STEMI. Rapid reperfusion adalah tujuan utama dalam pengobatan pasien STEMI, karena dapat menurunkan ukuran infark dan memperbaiki prognosis. American College of Cardiology-American Heart Association (ACC-AHA) tahun 2013 tentang pedoman pengelolaan STEMI memberikan rekomendasi untuk penggunaan reperfusi farmakologis dengan menggunakan obat-obat fibrinolitik. Obat-obat fibrinolitik adalah suatu golongan obat yang penting dan dianjurkan untuk penanganan pasien STEMI karena memiliki kemampuan reperfusi yang cepat dan dapat memperbaiki dan memulihkan aliran darah bila segera diberikan dalam waktu kurang dari 12 jam dari onset gejala awal (Bassand JP et al., 2007; Hilleman et al., 2007; Kolansky, 2009; O gara et al., 2013). Statin adalah suatu inhibitor 3-hidroxy-3-methyl glutaryl coenzyme-a (HMG-Co-A) reductase. Manfaat pemberian terapi statin pada STEMI tidak hanya berasal dari sifatnya sebagai penurun lipid, tetapi juga dari efek pleiotropik yang dimilikinya. Efek pleiotropik statin adalah dapat menurunkan tingkat inflamasi dan memperbaiki disfungsi endotel yang terjadi pada STEMI. Pemberian terapi statin segera setelah onset gejala, sebelum diberikan terapi fibrinolitik pada pasien STEMI tanpa riwayat coronary artery disease (CAD) sebelumnya, terkait dengan penurunan segera derajat inflamasi sistemik, perbaikan terhadap disfungsi endotel serta dapat meminimalkan kerusakan miokard yang dapat terjadi. Pemberian terapi statin lebih awal telah terbukti dapat memperbaiki prognostik dan menurunkan angka kematian pada STEMI. Pemberian terapi statin segera setelah STEMI juga dapat menjadi pencegahan

3 sekunder untuk mencegah kejadian reinfark pada perjalanan penyakit, serta dapat menjadi pencegahan terhadap kejadian gagal jantung yang mungkin dapat terjadi dalam perkembangan penyakit pada pasien STEMI (Manach et al., 2008; Mytas et al., 2015). Endothelin-1 (ET-1) adalah suatu asam amino peptida 21 yang pada kondisi normal dilepaskan dalam jumlah sedikit oleh sel-sel endotel dan memiliki efek dominan vasokonstriksi di perifer dan di koroner. Keadaan STEMI terjadi peningkatan kadar ET-1 karena terjadinya kondisi disfungsi endotel. Kadar ET-1 yang tinggi terkait dengan prognosis yang buruk dengan jumlah angka kematian yang tinggi 30 hari setelah kejadian STEMI. Pemberian terapi statin dapat menurunkan sintesis ET-1 dengan menurunkan aktivitas prepro-et-1 (Yip et al., 2005; Antonopoulus et al., 2007). C-reactive protein (CRP) adalah suatu protein fase akut yang disintesis di liver sebagai respon dari sitokin- sitokin proinflamasi, terutama interleukin 6 (IL 6). C-reactive protein diketahui dapat menjadi suatu prediktor dari kejadian acute myocardial infarction (AMI) dan juga prediktor terhadap resiko kejadian reinfark pada follow up pasien setelah terdeteksi sebagai STEMI. C-reactive protein juga dapat digunakan sebagai marker untuk memprediksi outcome pada pasien AMI. Kadar CRP yang meningkat pada pasien AMI mencerminkan tingkat nekrosis miokard dan meningkat secara signifikan segera setelah onset AMI, serta berkorelasi dengan kejadian ruptur plak, hal ini mencerminkan bahwa kadar CRP berkaitan dengan aktivitas inflamasi dari ruptur plak. Kadar CRP merupakan prediktor yang baik terhadap terjadinya kematian jantung dan reinfarction selama

4 follow up setelah serangan awal STEMI. Pemberian terapi statin dapat menurunkan sintesis CRP (Sano et al., 2003; Auer et al., 2004). B. Rumusan Masalah Kadar ET-1 sebagai marker disfungsi endotel dan kadar CRP sebagai marker inflamasi dapat digunakan untuk menilai prognostik buruk pada pasien STEMI. Terapi statin pada pasien STEMI yang segera diberikan setelah onset gejala dapat menurunkan tingkat inflamasi dan menurunkan disfungsi endotel pada STEMI. Adakah pengaruh pemberian terapi statin sebelum terapi fibrinolitik terhadap kadar ET-1 dan CRP serum pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI sebelumnya? C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan bukti ilmiah mengenai pengaruh pemberian terapi statin yang diberikan segera sebelum terapi fibrinolitik terhadap kadar ET-1 serum sebagai marker disfungsi endotel pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI dan tanpa riwayat terapi statin sebelumnya. b. Memberikan bukti ilmiah mengenai pengaruh pemberian terapi statin yang diberikan segera sebelum terapi fibrinolitik terhadap kadar CRP serum sebagai marker inflamasi pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI dan tanpa riwayat terapi statin sebelumnya. c. Sebagai infomasi untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh pemberian terapi statin yang diberikan segera sebelum terapi fibrinolitik

5 terhadap kadar ET-1 dan CRP serum pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI dan tanpa riwayat terapi statin sebelumnya. 2. Manfaat Aplikatif a. Pemberian terapi statin pada pasien STEMI yang diberikan segera setelah onset gejala sebelum terapi fibrinolitik dapat menurunkan kadar ET-1 dan CRP serum pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI dan tanpa riwayat terapi statin sebelumnya yang dapat memperbaiki outcome pasien. b. Pemeriksaan ET-1 serum sebagai marker disfungsi endotel dan CRP serum sebagai marker inflamasi dapat digunkan untuk monitoring pemberian terapi statin sebelum fibrinolitik pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI dan tanpa riwayat terapi statin sebelumnya. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian terapi statin sebelum terapi fibrinolitik terhadap kadar ET-1 dan CRP serum pada pasien STEMI. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tentang pengaruh pemberian terapi statin segera setelah onset gejala, sebelum terapi fibrinolitik terhadap kadar ET-1 dan CRP serum pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI dan tanpa riwayat terapi statin sebelumnya. Sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian serupa khususnya di Indonesia. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mytas et al. tahun 2013 tentang Effect of Statin Pretreatment on the Outcome of ST-Segment Elevation Myocardial Infarction in Patients Without prior History of Coronary Artery yang dilakukan pada 1032 pasien. Pada penelitian ini pasien dibagi menjadi 2 kelompok sampel. Kelompok pertama adalah kelompok dengan statin pre treatment sebanyak 124 pasien dan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak diberikan terapi statin sebelumnya sebanyak 908 pasien. Hasil utama yang didapatkan adalah resolusi segmen ST >50 % dan resolusi lengkap nyeri retrosternal pada 90 menit sebanyak 63,7 % pada kelompok s t a t i n pretreatment dan 49,1% pada kelompok tanpa pemberian terapi statin sebelumnya. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p<0,001. Kelompok statin pre treatment memiliki angka kematian 30 hari yang lebih rendah yaitu 5,6% dibanding kelompok tanpa pemberian terapi statin sebelumnya sebanyak 12,3% dengan nilai p<0,05. Statin pre treatment berhubungan dengan kadar CRP yang lebih rendah bermakna dengan nilai p<0,001. Simpulan yang didapat pada penelitian ini adalah bahwa terapi statin yang telah didapatkan sebelum diagnosis STEMI, pada pasien STEMI tanpa riwayat AMI sebelumnya dapat mendukung keberhasilan terapi trombolisis, menurunkan inflamasi sistemik, dan mempunyai tingkat kerusakan miokard yang lebih rendah, serta penurunan angka mortalitas dalam 30 hari yang lebih baik.

7 2. Penelitian yang dilakukan oleh Kiyokuni et al. tahun 2009 tentang Effects of Pretreatment With Statins on Infarct Size in Patients With Acute Myocardial Infarction Who Receive Fibrinolytic Therapy yang dilakukan pada 310 pasien dengan rentang usia 60±11 tahun dengan diagnosis AMI yang menerima terapi fibrinolitik dalam 12 jam dari onset gejala, pada penelitian ini sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama yaitu kelompok dengan statin pre treatment sebanyak 39 pasien dan kelompok kedua adalah kelompok non statin treatment sebanyak 271 pasien. Pengukuran derajat kerusakan miokard sebelum dan sesudah diberikan terapi fibrinolisis yang dinilai menggunakan temuan pada pemeriksaan Electrocardiography (ECG). Simpulan yang didapat pada penelitian ini adalah bahwa statin pre treatment dapat meningkatkan efektifitas terapi fibrinolisis dan dapat mengurangi ukuran infark pada pasien dengan AMI. 3. Penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Sahebkar et al. tahun 2015 tentang Statin Therapy Reduces Plasma Endothelin-1 Concentrations: A Meta-analysis of 15 Randomized Controlled Trials dengan populasi sampel pasien dengan systemic sclerosis, transplantasi ginjal, gagal ginjal kronis, UA, diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronis dan gagal jantung. Penelusuran data dilakukan melalui PubMed Central (PMC), Cochrane Library, Web of Science, Scopus, and Excerpta medica data base (EMBASE) sampai dengan tanggal 30 September 2014 untuk mencari penelitian Randomized

8 Controlled Trials (RCT) untuk pengukuran kadar ET-1 pada pasien selama mendapat terapi statin. Penelitian ini menggunakan quantitative data synthesis menggunakan random-effects model, dengan weighed mean difference (WMD) dan 95% confidence interval (CI). Data dari 15 randomized controlled trial (RCT) studies menunjukkan bahwa pemberian terapi statin secara bermakna dapat menurunkan konsentrasi ET-1 plasma, simpulan yang didapatkan pada penelitian ini bahwa terapi statin secara bermakna dapat mengurangi konsentrasi ET-1, terlepas dari durasi pengobatan atau dosis statin yang diterima. 4. Penelitian yang dilakukan Sposito et al. tahun 2011 tentang Timing and Dose of Statin Therapy Define its Impact on Inflammatory and Endothelial Responses During Myocardial Infarction Penelitian ini dilakukan pada pasien dengan diagnosis STEMI yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu : kelompok tanpa statin, kelompok yang mendapat terapi statin 20 mg/hari, 40 mg/hari, 80 mg/hari saat masuk dan mendapat terapi statin 80 mg setelah 48 jam sejak onset klinis, pada saat masuk tidak terdapat perbedaan bermakna dari kadar CRP, pada 24 jam setelah pemberian statin terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p<0,001 antara 5 kelompok yaitu pada kelompok tanpa statin didapatkan kadar CRP (12,0±4,1 mg/l), pada kelompok dengan pemberian terapi statin 20mg/hari didapatkan kadar CRP (8,5±4,0 mg/l), pada kelompok dengan pemberian terapi statin 40 mg/hari didapatkan kadar CRP (3,8±2,5mg/L), serta pada kelompok dengan pemberian terapi statin 80 mg/hari didapatkan kadar CRP (1,4±1,5mg/L).

9 Perbedaan yang didapatkan pada penelitian ini tetap bermakna diantara 5 kelompok sampel penelitian sampai pada hari ketujuh follow up. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut adalah: 1. Penelitian ini ingin membuktikan pengaruh pemberian statin segera setelah onset iskemik sebelum terapi fibrinolitik terhadap kadar ET-1 dan CRP serum pada pasien dengan diagnosis STEMI tanpa riwayat AMI sebelumnya dan tanpa riwayat terapi statin sebelumnya. 2. Penelitian ini dilakukan pada pasien dengan diagnosis STEMI < 12 jam dari onset gejala yang telah ditegakkan oleh klinisi dari bagian kardiologi dan melakukan pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSDM di Surakarta, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya dilakukan di luar negeri.