BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JUMLAH ORIFISI GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN (IN VITRO)

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

Dental Anatomi. Bentuk anatomis gigi

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TERMINOLOGI. GELIGI GELIGI Gigi sulung/gigi susu/deciduoust teeth. Normal anak-anak mempunyai 20 gigi susu yang susunannya sebagai berikut:

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

STRUKTUR ANATOMI DAN FUNGSI PULPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

ribbon-shaped yang memutar 180 o dimulai dari mesial (mesiobukal dan atau mesiolingual) melintasi daerah bukal dan berakhir di distal. Sering ditemuka

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

PANJANG AKAR KANINUS PERMANEN MANDIBULA ANAK USIA TAHUN DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL

BAB II TINJUAN PUSTAKA. odontoblast. Pada tahap awal perkembangannya, odontoblast juga. pertahanan (Walton & Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ALAT STABILISASI FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. digunakan setelah tahap reposisi atau replantasi dilakukan (Curzon, 1999).

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

HISTOLOGI JARINGAN KERAS DAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNATIK

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Jaringan ikat termineralisasi yang membalut akar gigi dan merupakan tempat tertanamnya serabut gingiva dan ligamen periodontal.

Proses erupsi gigi adalah suatu proses isiologis berupa proses pergerakan gigi yang

a. Gingiva (terdiri dari epitel dan jaringan ikat) b. Ligamen periodontal c. Sementum d. Tulang alveolar

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

PANJANG SALURAN AKAR GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER ANGKATAN

IMPAKSI MAKANAN. Definisi: Masuknya makanan secara paksa ke dalam jaringan periodonsium.

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

Transkripsi:

18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi kedalam jaringan mesenkim disekitar maksila dan mandibula yang kemudian akan membentuk benih gigi. 12 Benih gigi kemudian akan melalui tahap perkembangan yang disebut tahap bud, pada tahap ini terjadi perkembangan sel epitel yang dikelilingi oleh sel mesenkim. Secara bertahap sel epitel yang berbentuk bulat ini semakin membesar hingga memperoleh bentuk permukaan yang cekung yang merupakan pertanda dimulainya tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap cap. Pada tahap cap sel epitel berkembang menjadi organ enamel dan sel mesenkim berkembang menjadi papila dental yang akan berkembang menjadi pulpa, jaringan yang mengelilingi kedua struktur ini disebut folikel dental. Folikel dental nantinya akan berkembang menjadi sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar. 12 Setelah tahap cap gigi memasuki tahap morfodiferensisasi dan histodiferensiasi yang disebut tahap bell, pada tahap ini enamel organ telah berdifferensiasi menjadi sel epitel enamel dalam yang mengelilingi organ enamel dan sel epitel enamel luar yang akan berkembang menjadi ameloblas yang membentuk enamel pada mahkota gigi, sedangkan papila dental berkembang membentuk pulpa dan odontoblas yang akan berkembang lebih lanjut menjadi dentin. 12 2.2 Pembentukan Akar Seiring dengan pembentukan mahkota, terjadi proliferasi sel yang berlanjut pada bagian servikal atau dasar dari organ enamel, dimana sel epitel enamel luar dan dalam bergabung dan membentuk sarung akar. Ketika mahkota selesai terbentuk, sel pada bagian ini berkembang menjadi sel dengan lapisan berlapis ganda yang disebut

19 sarung epitel akar atau sering disebut juga sarung akar hertwig s, yang perkembangannya akan menentukan panjang, kelengkungan, ketebalan serta jumlah dari akar gigi. 12 Seiring pembentukan dentin pada bagian akar, sarung akar mendeposit sementum intermediat, kemudian sarung akar memecah dan membentuk epithelial rest, yang kemudian berpindah ke daerah folikular. Di daerah folikular sel mesenkim dari folikel gigi bergerak diantara epithelial rest kearah permukaan akar gigi, kemudian berdifferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid pada permukaan dari sementum intermediat. Sementoid adalah sementum yang belum terkalsifikasi yang nantinya akan berkalsifikasi menjadi sementum. 12 2.3 Anatomi Gigi Berdasarkan anatomi eksternalnya, gigi dibagi atas tiga bagian, yaitu : mahkota, servikal gigi/cemento enamel junction, dan akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi yang dapat dilihat pada rongga mulut yang dilapisi oleh enamel. Gigi geligi memiliki bentuk mahkota yang beranekaragam, sesuai dengan fungsinya di dalam rongga mulut. 13 Secara histologis, lapisan gigi tersusun atas empat jaringan utama : enamel, dentin, sementum, dan pulpa. Enamel, dentin, dan sementum merupakan jaringan keras gigi yang mengandung mineral dan material inorganik, sedangkan pulpa merupakan jaringan lunak yang mengandung jaringan ikat, jaringan saraf dan pembuluh darah. 14 Berbeda dengan mahkota gigi, Akar gigi adalah bagian dari gigi yang diselimuti oleh sementum. 13 Enamel adalah jaringan bewarna putih dan merupakan jaringan paling keras pada tubuh manusia yang melindungi permukaan eksternal dari mahkota anatomis gigi. Sementum adalah jaringan keras yang menyelimuti akar gigi, dan memiliki ketebalan yang sama dengan tulang. Dentin adalah jaringan keras bewarna kuning yang berada dibawah lapisan enamel dan sementum, yang menyusun sebagian besar dari mahkota dan akar gigi (gambar 1). Ditengah-tengah dentin terdapat jaringan lunak tidak terkalsifikasi yang mengandung jaringan ikat, saraf dan pembuluh darah

20 yang disebut pulpa (gambar 1). Dentin dan pulpa tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, kecuali pada gigi yang telah dipotong, dipreparasi, ataupun mengalami karies yang dalam. 13,14 Berdasarkan waktu pembentukannya didalam gigi, dentin dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : dentin primer, dentin sekunder, dan dentin tersier. Dentin primer adalah dentin yang terbentuk didalam gigi sebelum foramen apikal terbentuk sempurna. Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apikal terbentuk sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup. Dentin tersier adalah dentin yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon terhadap injuri pada dentin yang terpapar pada daerah tersebut. 13 Pembentukan dentin sekunder dan dentin tersier dapat menyebabkan volume kamar pulpa semakin mengecil dan pencarian orifisi saluran akar menjadi semakin sulit. 15 Gambar 1. Anatomi gigi. 16 2.4 Komponen Saluran Akar Gigi Ruang pulpa dibagi menjadi dua bagian, yaitu pulpa korona (kamar pulpa) dan pulpa akar (saluran akar). Gambaran lainnya adalah tanduk pulpa, orifisi, saluran akar aksesoris (lateral), dan foramen apikalis. 9 Seiring dengan bertambahnya usia, volume ruang pulpa semakin berkurang karena deposisi dentin sekunder yang terus terjadi, deposisi dari dentin ini terjadi

21 secara perlahan-lahan, dan meningkat setelah usia 35-40 tahun. Deposit dentin sekunder dapat menutupi orifisi saluran akar, sehingga menyebabkan pencarian orifisi saluran akar menjadi lebih sulit. 15 2.4.1 Tanduk Pulpa Tanduk pulpa adalah proyeksi kecil dari jaringan pulpa vital yang berada tepat dibawah cusp atau developmental lobe. 17 Walaupun tanduk pulpa berbeda ketinggian dan lokasinya, tanduk pulpa tunggal cenderung berhubungan dengan tiap tonjol gigi posterior, sementara tanduk pulpa mesial dan distal cenderung terletak pada insisivus. Secara umum, tanduk pulpa gigi berusia muda terletak paling tinggi, tetapi pada gigi yang berusia lebih tua ketinggiannya menurun ke arah margin servikal. 9 2.4.2 Kamar Pulpa Kamar pulpa adalah ruangan di dalam gigi yang berisi pulpa dan dikelilingi oleh dentin. (gambar 3). 17 Bentuk kamar pulpa, baik dalam arah longitudinal maupun dalam dimensi potongan melintangnya, bergantung pada bentuk mahkota; konfigurasi ini bervariasi sesuai proses penuaan dan/atau iritasi yang mengenainya. 9 Pada dasar kamar pulpa terdapat orifisi yang merupakan jalan masuk kedalam saluran akar. 7 2.4.3 Saluran Akar Saluran akar adalah saluran utama yang berada didalam akar gigi yang berisi jaringan pulpa. Saluran akar berada sepanjang akar, dimulai sebagai orifisi berbentuk corong dan keluar sebagai foramen apikalis (gambar 3). 9 Bentuk saluran akar bervariasi sesuai dengan bentuk, lengkung, dan besarnya akar. Ketidakteraturan dan penyimpangan pada anatomis saluran akar adalah hal yang biasa dijumpai, terutama pada gigi posterior. 9

22 Gambar 2. Komponen saluran akar gigi. 18 2.4.3.1 Orifisi Saluran Akar Orifisi saluran akar adalah lubang jalan masuk ke dalam saluran akar. 18 Orifisi merupakan bagian paling atas dari saluran akar gigi, yang dijadikan indikator oleh dokter gigi dalam mencari saluran akar gigi. Dalam melakukan perawatan saluran akar, dokter gigi harus mampu menemukan seluruh orifisi untuk mencegah adanya saluran akar yang tidak terawat, selain itu orifisi saluran akar juga menjadi penentu dari batas perluasan dari outline form eksternal dari preparasi kavitas pada perawatan saluran akar. Gambar 3. Jumlah orifisi pada gigi mandibula. 5

23 Dalam mengidentifikasi jumlah serta letak dari orifisi saluran akar pada gigi molar mandibula, dapat digunakan hukum anatomis sebagai berikut : 1. Hukum lokasi orifisi 1 : Orifisi dari saluran akar selalu terletak pada floorwall junction (gambar 4). 2. Hukum lokasi orifisi 2 : Orifisi dari saluran akar terletak pada sudut yang dibentuk pada floor-wall junction (gambar 5). 3. Hukum lokasi orifisi 3 : Orifisi dari saluran akar terletak pada terminus dari developmental root fusion line (gambar 6). 4. Hukum simetris I : Orifisi saluran akar memiliki jarak yang sama dari garis yang ditarik dari arah mesial-distal sepanjang lantai kamar pulpa (gambar 7). 5. Hukum simetris 2 : Orifisi dari dari saluran akar terletak pada garis yang tegak lurus dengan garis yang ditarik dari arah mesidistal sepanjang bagian tengah dari lantai kamar pulpa (gambar 7). Hukum kesimetrisan dan hukum lokasi orifisi dapat digunakan untuk mengidentifikasi jumlah dan posisi dari orifisi saluran akar pada gigi, karena seluruh orifisi hanya dapat ditemukan disepanjang floor-wall junction, dengan menggunakan hukum lokasi orifisi kedua lokasi pasti dari orifisi saluran akar dapat ditemukan; sudut vertikal dari bentuk geometrik lantai ruang pulpa yang gelap dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara spesifik lokasi dari orifisi saluran akar. 7

24 Gambar 4. Orifisi (OL) terletak pada floor-wall junction (FWJ). 9 Gambar 5. Orifisi (OL) terletak pada sudut antara lantai kamar pulpa dan FWJ. 9

25 Gambar 6. Orifisi terletak pada development root fusion line (DRFL). 9 Gambar 7. Hukum kesimetrisan letak orofisi gigi. 9 2.4.4 Saluran Kanal Aksesori Saluran kanal aksesori (lateral) adalah cabang lateral dari saluran akar utama yang membentuk hubungan antara pulpa dan periodonsium (gambar 2). Saluran akar ini mengandung jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf serta dapat dijumpai di setiap ketinggian dibawah furkasi ke arah apeks, walaupun cenderung lebih banyak

26 dijumpai di sepertiga apeks dan pada gigi posterior. Dengan kata lain, semakin ke apeks dan semakin ke posterior letak giginya, semakin besar kemungkinan terdapatnya saluran akar aksesori pada gigi tersebut. 9 2.5 Kalsifikasi Pulpa Kalsifikasi pulpa adalah proses deposisi substansi yang terkalsifikasi didalam pulpa gigi yang disebabkan oleh proses mineralisasi karena pengaruh berbagai iritan dan deposisi dari dentin karena proses penuaan. Kalsifikasi pulpa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : usia, kekuatan mastikasi, dan iritan jangka panjang seperti karies yang dalam. 15,21,22 Seiring bertambahnya usia, terjadi pengurangan ukuran pulpa gigi karena deposisi dari dentin sekunder dan dentin tersier. Deposisi dentin sekunder merupakan bagian dari proses penuaan yang terjadi secara perlahan dan bertahap sepanjang hidup manusia dan semakin meningkat laju pembentukannya pada usia 35-40 tahun. Lokasi dari deposit dentin sekunder pada pulpa yang terkalsifikasi ditentukan oleh arah datangnya tekanan pengunyahan pada gigi tersebut. 15,21 Pada gigi yang terpapar iritan jangka panjang, seperti karies yang dalam, atrisi maupun tekanan pengunyahan yang berlebih, akan terjadi pembentukan dentin yang terlokalisir sesuai dengan arah datangnya iritan tersebut, dentin yang terbentuk disebut dengan dentin tersier atau dentin reparatif. Pembentukan dentin reparatif bersama dengan dentin sekunder dapat menyebabkan perawatan saluran akar menjadi semakin sulit, karena pada gigi yang terkalsifikasi ruang pulpa semakin kecil dan orifisi dapat menjadi tidak terlihat dan semakin sulit untuk ditemukan. 15,22 2.6 Gigi Molar Satu Permanen Gigi molar permanen adalah gigi permanen yang terletak paling posterior dan memiliki ukuran paling besar diantara seluruh gigi permanen. Gigi molar umumnya memiliki akar jamak, dimana gigi molar maksila umumnya memiliki tiga akar, sedangkan gigi molar manfibula umumnya memiliki dua akar. 23

27 2.6.1 Gigi Molar Satu Maksila Permanen Gigi molar satu maksila permanen adalah gigi yang pertama erupsi dan memiliki ukuran terbesar di rahang atas. Gigi ini memiliki bentuk oklusal yang rhomboid dan memiliki empat cusp fungsional, dua cusp dibagian bukal (mesiobukal dan distobukal) dan dua di bagian palatinal (mesiopalatal dan distopalatal) (gambar 8). Gigi ini umumnya memiliki tiga akar yang terletak di bagian mesiobukal, distobukal, dan palatal (gambar 8). 23 Gambar 8. Anatomi gigi molar satu maksila permanen. 24

28 2.6.2 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Gigi molar satu mandibula permanen merupakan gigi yang paling sering direstorasi, dan mendapat perawatan saluran akar. Gigi ini merupakan gigi permanen yang pertama erupsi di rongga mulut, yaitu pada usia 6-7 tahun. 23 Mahkota dari gigi ini memiliki lima cusp fungsional; tiga cusp di bagian bukal (mesiobukal, distobukal, dan distal) dan dua cusp di bagian lingual (mesiolingual dan distolingual) (gambar 9). Cusp mesiobukal merupakan cusp yang memiliki ukuran paling besar dan lebar pada gigi ini. 18 Gambar 9. Anatomi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen. 24

29 Secara umum, gigi molar satu mandibula memiliki dua akar (gambar 9), satu di bagian mesial dan satu di distal. Akar mesial pada gigi ini memiliki ukuran yang lebih lebar dan melengkung ke arah mesial dari garis servikal hingga sepertiga akar, kemudian melengkung ke arah distal hingga apeks gigi. Gigi molar satu mandibula permanen juga memiliki variasi jumlah akar yang beranekaragam, dimana dapat dijumpai jumlah akar lebih dari dua, seperti : akar distal yang bercabang menjadi dua, ataupun adanya akar tambahan di bagian distolingual yang disebut radix entomolaris. 18,23 Gigi molar satu mandibula umumnya memiliki tiga saluran akar; dua saluran akar di akar mesial dan satu saluran akar besar berbentuk oval di bagian distal. Pada akar mesial terdapat saluran akar mesiobukal dan mesiolingual, akan tetapi terkadang dapat terjadi variasi dimana ditemukan saluran akar tambahan diantaranya yang disebut saluran akar mesial tengah dengan insidensi hingga 15%. 25 Orifisi dari saluran akar mesial umumnya terpisah satu sama lain dan dihubungkan oleh developmental groove. Orifisi mesiobukal umumnya berada dibawah cusp mesiobukal, orifisi mesiolingual terletak pada bagian lingual dari groove utama, jika terdapat saluran akar mesial tengah, orifisi dari saluran akar ini terletak pada groove diantara orifisi mesiobukal dan mesiolingual. 26 Jika hanya ditemukan satu saluran akar distal, orifisi nya berbentuk oval dan terletak pada bagian distal dari groove bukal, meskipun umumnya hanya terdapat satu saluran akar distal, praktisi tetap harus mencari dengan asumsi adanya saluran akar tambahan, karena meskipun jarang, dapat terjadi variasi dimana terdapat orifisi tambahan di bagian mesiodistal. 26

30 Gambar 10. Variasi jumlah orifisi molar satu mandibula permanen (B=bukal, L = Lingual, M = Mesial, D = Distal, MB = Mesiobukal, MM = Middle Mesial, ML=Mesiolingual). 18

31 2.7 Kerangka Teori Benih Gigi Folikel Dental Organ Enamel Dental Papila Stratum Intermedium Seludang akar Hertwig s Epitel Enamel Luar Retikulum Stellata Epitel Enamel Dalam Sementum Intermediat Sekresi sementoid Sementum Undifferentiated Mesenchymal cells fibroblast Pulpa Kamar Pulpa Odontoblas Dentin Akar Gigi Orifisi Saluran Akar Jumlah Akar Gigi

32 2.8 Kerangka Konsep Benih Gigi Organ Enamel Dental Papila Seludang akar Hertwig s Undifferentiated Mesenchymal cells fibroblast Sementum Intermediat Pulpa Sekresi sementoid Kamar Pulpa Sementum Orifisi Saluran Akar Akar Gigi Jumlah Akar Gigi Pengamatan jumlah orifisi saluran akar Data persentase jumlah orifisi saluran akar pada gigi molar satu mandibula permanen