BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II. Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja. dalam Media Jejaring Sosial Facebook

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

KESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MORFOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Dr. Prana D Iswara

AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST. Oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN AJARAN 2016/2017. (Skripsi) OLEH ISTI NURHASANAH

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

THE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif

ANALISIS KESALAHAN PROSES MORFOLOGIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KRADENAN TAHUN AJARAN

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BBM 4 MORFOLOGI PENDAHULUAN. Drs. H. Basuni Racman, S.P.d.,M.Pd.

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB II NOMINA BAHASA DAYAK KANAYATN DIALEK AHE

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987 : 21). Dalam tuturan seseorang ada satuan yang mengandung arti yang disebut satuan gramatik yang mungkin berupa morfem, mungkin berupa kata, mungkin berupa frase, mungkin berupa klausa, dan mungkin berupa kalimat. Satuan-satuan gramatik tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak, melainkan selalu terikat pada satuan lain. Contoh morfem : - /men-/ - /ber-/ Contoh kata : - sepeda - rumah Contoh frase : - akan datang - ke rumah teman Contoh klausa : - Ia sedang berkunjung ke rumah teman.

- Usaha itu sangat baik. Contoh kalimat : - Buku ini baru terbit semalam. - Ayahku pergi berlibur ke Bengkulu. Dalam morfologi satuan terkecil namanya morfem sedangkan yang terbesar adalah kata. Menurut Hockett dalam Ramlan (1987 : 6) morfem adalah unsur yang terkecil yang secara individual mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa. Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil. Pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain disebut proses morfologis (Samsuri, 1994 : 190). Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada suatu bentuk, baik bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata baru (Ramlan, 1987 : 54). Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan kata baru. Afiksasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Affixation, kata tersebut adalah turunan dari kata Affix, yang artinya tambahan atau bubuhan. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Tarigan, 1993 : 105). Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih besar disebut bentuk dasar.

Ditinjau dari segi posisisnya maka afiks-afiks bahasa Indonesia dapat dibagi atas : prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Ditinjau dari segi asalnya, maka afiks-afiks itu dapat dibedakan atas afiks asli dan afiks asing. Dan kalau ditinjau dari segi keproduktifannya, dapat dibedakan atas afiks produktif dan afiks improduktif. Afiks yang produktif ialah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem, seperti ternyata dari distribusinya, sedangkan afiks yang improduktif ialah afiks yang sudah usang, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata yang tidak lagi membentuk kata-kata baru (Ramlan, 1987 : 61). Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi dkk. 1998 : 31). Istilah ini berasal dari bahasa Latin praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae). Infiks adalah morfem yang disisipkan di tengah kata, sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, dan simulfiks adalah gabungan awalan dan akhiran yang melekat bertahap. Konfiks adalah gabungan awalan dan akhiran yang membentuk suatu kesatuan secara serentak (Masnur, 1990 : 12). /ke-an/ + indah keindahan Kata tersebut dibentuk dari kata indah dan konfiks ke-an dan bukan dari * keindah dan -an atau ke- dan * indahan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai prefiks harus diuraikan terlebih dahulu mengenai bentuk, distribusi, fungsi, dan nosinya. Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain

agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. 2.1.2 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori struktural dengan buku acuan Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif (Ramlan,1985 dan 1987) dan Pengajaran Morfologi (Tarigan, 1985) yang dianggap sangat relevan dengan penelitian ini. Sehingga penjelasan makna suatu prefiks secara eksplisit dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan arti gramatikal prefiks tersebut. a. Morfologi Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987 : 21). Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi ialah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata. Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Kata ialah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata. Menurut jenisnya morfem dapat dibedakan menjadi

morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan morfem asal, atau morfem dasar yang dapat digabungkan dengan morfem terikat, sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dasar. /me-/ + baca membaca, terdiri dari morfem bebas baca dan morfem terikat /me-/. b. Morfofonemik Apabila dua morfem berhubungan atau diucapkan yang satu sesudah yang lain, ada kalanya terjadi perubahan pada fonem atau fonem-fonem yang bersinggungan. Studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tandatandanya disebut morfofonemik (Samsuri, 1994 : 201). Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1987 : 83-105). Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfofonemik, yaitu : 1. Proses perubahan fonem 2. Proses penambahan fonem 3. Proses hilangnya fonem Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /men-/ dan /pen-/ dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /mem-/, /men-/, /meny-/, dan /meng-/ dan morfem /pen-/ berubah menjadi /pem-/, /pen-/, /peny-/, dan /peng-/. Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.

/men-/ + paksa /men-/ + dapat /men-/ + suap /men-/ + kutip memaksa mendapat menyuap mengutip Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /men-/ dengan bentuk dasarnya yang terjadi dari satu suku. Fonem tambahannya ialah ə/, / sehingga /men-/ berubah menjadi /menge-/ dan /pen-/ menjadi /penge-/. /men-/ + bom /pen-/ + bom mengebom pengebom Akibat pertemuan morfem /-an/, /ke-an/, /pen-an/ dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u, o, aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i, ay/. /-an/ + hari /ke-an/ + pulau /per-an/ + sama harian /hariyan/ kepulauan /kepulawwan/ persamaan /persama?an/ Proses hilangnya fonem /N/ pada /men-/ dan /pen-/ terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /men-/ dan /pen-/ dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/. /men-/ + lerai melerai

/pen-/ + waris pewaris Fonem /r/ pada morfem /ber-/, /per-/, dan /ter-/ hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ər/. /ber-/ + serta /ter-/ + rekam beserta terekam Fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem /men-/ dan /pen-/ dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem itu. /men-/ + sapu /pen-/ + sapu menyapu penyapu c. Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Tarigan, 1993 : 105). Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri, dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain (Ramlan, 1987 : 56). Afiks ada empat macam, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Prefiks adalah imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar, infiks adalah morfem yang disisipkan di tengah kata, sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, dan simulfiks

adalah gabungan awalan dan akhiran yang melekat bertahap. Yang termasuk prefiks yaitu /men-/, /ber-/, /di-/, /ter-/, /pen-/, /pe-/, /se-/, /per-/, /pra-/, /ke-/, /a-/, /maha-/, dan /para-/ yang termasuk infiks yaitu /-el-/, /-er-/, dan /-em-/. Yang termasuk sufiks yaitu /-an/, /-kan/, /-i/, /-nya/, /-wan/, /-wati/, /-is/, /-man/, /-da/, dan /-wi/. Yang termasuk simulfiks yaitu /pen-an/, /pe-an/, /per-an/, /ber-an/, /kean/, dan /se-nya/. Yang tergolong afiks yang produktif yaitu : 1. Prefiks : /men-/, /ber-/, /di-/, /ter-/, /pen-/, /pe-/, /se-/, /per-/, /ke-/, /maha-/ dan /para-/. 2. Sufiks : /-kan/, /-an/, /-i/, dan /-wan/. 3. Simulfiks : /ke-an/, /pen-an/, /per-an/, /ber-an/, dan /se-nya/. Yang tergolong afiks yang improduktif ialah : /pra-/, /a-/, /-el-/, /-er-/, /-wati/, /-is/, /-man/, /-da/, dan /-wi/ (Ramlan, 1987 : 63). (1) Prefiks Prefiks adalah imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi dkk. 1998 : 31). Istilah ini berasal dari bahasa Latin praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae). Prefiks ini merupakan bagian dari proses perubahan fonem misalnya, terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /men-/ dan /pen-/ dengan bentuk dasarnya (M. Ramlan, 1985). /men-/ + catat /pen-/ + catat mencatat pencatat

/ber- / + tengger bertengger /ke-/ + hendak kehendak Selain dari teori struktural penelitian ini menggunakan teori komparatif untuk melihat persamaan dan perbedaan dari kedua bahasa tersebut. Peneliti ingin mengetahui persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa yang dibandingkan yaitu bahasa Indonesia dengan bahasa Batak Toba khususnya bidang prefiks. (2) Infiks Infiks adalah morfem yang disisipkan di tengah kata. Infiks dalam bahasa Indonesia tidak produktif atau improduktif. Infiks yang ada antara lain /-el-/, /-er-/ dan /-em-/. /-el-/ + getar gemetar /-er-/ + suling /-em-/ + tali seruling temali (3) Sufiks Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar. Sufiks bahasa Indonesia ada yang asli, seperti /-kan/, /-an/, /-i/, /-wan/, dan /-nya/; serta ada yang berasal dari bahasa asing, seperti /-wati/, /-is/, /-man/, /-da/, dan /-wi/. Dari segi keproduktifannya, afiks-afiks ini dapat dibagi atas : (a) yang produktif dan (b) yang tidak produktif. /-kan/ + bersih bersihkan

/-an/ + ratus ratusan /-i/ + sakit sakiti /-wan/ + sukarela sukarelawan (4) Simulfiks Simulfiks adalah afiks terpisah yang sebagiannya terletak di muka bentuk dasar, dan sebagiannya terletak di belakang bentuk dasar. Simulfiks melekat bersama-sama atau serentak pada satu bentuk dasar. Simulfiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah /ke-an/, /pen-an/, /per-an/, /ber-an/, dan /se-nya/. /ke-an/ + hujan kehujanan /pen-an/ + asing /per-an/ + sendi /ber-an/ + balas /se-nya/ + enak pengasingan persendian berbalasan seenaknya 2.2 Tinjauan Pustaka Penelitian bahasa Batak Toba pernah dilakukan oleh Marlina Sibuea (1979) Morfologi Bahasa Batak Toba Dialek Uluan. Penelitian ini memberi gambaran tentang proses morfologi yang menyangkut prefiks, infiks, sufiks, konfiks, afiks ganda, reduplikasi, dan proses persenyawaan dalam bahasa Batak Toba dialek Uluan. Darmawi juga meneliti tentang Perbandingan Afiksasi antara Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Melayu (1981). Penelitian ini memberi

gambaran tentang menjelaskan afiksasi dalam bahasa Batak Toba dan bahasa Melayu kemudian membandingkannya. Peneliti lain ada juga yang mengkaji tentang perbandingan afiksasi dengan bahasa yang berbeda. Mereka adalah Rosianna Marselina Tarigan Tambun (1980) Perbandingan Afiksasi antara Bahasa Alas dengan Bahasa Indonesia, Martha Surbakti (1981) Perbandingan antara Afiks per- Bahasa Batak Karo dengan Afiks per- Bahasa Indonesia, Aziar AZ (1981) Perbandingan Afiksasi antara Bahasa Mentawai Dialek Muara Sikabaluan dengan Bahasa Indonesia, Multi Tanjung (1985) Perbandingan Afiksasi Bahasa Kurinci dengan Bahasa Indonesia, dan Yultinah Sinaga (1987) Analisis Komparatif antara Prefiksasi Bahasa Sunda dengan Bahasa Indonesia.