HASIL AUDIT SOSIAL CSR MIGAS DI KABUPATEN TUBAN. Oleh FITRA JATIM, didukung oleh Yayasan TIFA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. stabilisasi harga masih menjadi hal yang serius hingga saat ini, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

CSR Industri Ekstraktif & Penanggulangan Kemiskinan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

P E N U T U P P E N U T U P

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR


1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH IX (GEDUNG KEUANGAN NEGARA II)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

RENCANA PENGADAAN BARANG/JASA SUMBER DANA : DPA APBD SKPD DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

Gambar 3.16 Layer Jalan Kali Jatim Gambar 3.17 Atribut Tabel Jalan Kali Gambar 3.18 Layer layanan TV Gambar 3.

TABEL II.B.1. KEGIATAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KABUPATEN/ KOTA TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2017

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB.

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PA TUBAN DAN PTA SURABAYA TENTANG GUGATAN PEMBATALAN HIBAH DENGAN ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DAN KEMISKINAN DINAMIS JAWA TIMUR PPLS 2011 DENGAN PBDT 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 451 /KPTS/013/2016 TENTANG SEKOLAH ADIWIYATA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR,

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR: 21/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

Transkripsi:

HASIL AUDIT SOSIAL CSR MIGAS DI KABUPATEN TUBAN Oleh FITRA JATIM, didukung oleh Yayasan TIFA

Tuban Gresik Sumenep Bangkalan Lamongan Pamekasan Sampang Bojonegoro Surabaya Ngawi Madiun Nganjuk Jombang Sidoarjo Mojokerto Magetan Kediri Pasuruan Ponorogo Batu Probolinggo Pacitan Blitar Tulungagung Trenggalek Malang Mojokerto Bojonegoro Lamongan Kota Batu Pacitan Banyuwangi Ngawi Ponorogo Bondowoso Tuban LPE Jawa Timur 6,68 % Gresik Kota Madiun Kota Surabaya PDRB Perkapita Jawa Timur Rp. 20,77 juta Trenggalek Situbondo Bangkalan Tulungagung Probolinggo Sampang Blitar Pasuruan Pamekasan Kediri Jombang Sumenep Malang Nganjuk Kota Blitar Lumajang Madiun Kota Pasuruan Jember Lumajang Jember Magetan Situbondo Bondowoso Banyuwangi Sidoarjo Kota Kediri Kota Malang Kota Probolinggo Kota Mojokerto Legenda Peta : Sumber : Bapeda Tuban Kwadran I (LPE Cnggi, PDRB/Cap Cnggi) Kwadran II (LPE rendah, PDRB/Cap Cnggi) Kwadran III (LPE Cnggi, PDRB/Cap Rendah) Kwadran IV (LPE rendah, PDRB/Cap rendah)

KONDISI KEMISKINAN Ò Berdasarkan Hasil PPLS Tahun 2008 Jumlah Keluarga Miskin (GAKIN) di Kabupaten Tuban mencapai 105.447 KK atau 332.241 jiwa. Pada PPLS tahun 2011 Jumlah Keluarga Miskin bukannya berkurang malah cenderung naik menjadi 147,847 KK, jumlah ini setara dengan 42% dari jumlah KK dikabupaten Tuban yang berjumlah 351,917 KK. Ò Wilayah penyangga II yang menjadi Sasaran dan lokasi CSR JOB PPEJ bersama PT. Pentawira Agrahasakti, MCL, PT Perhutani KPH Tuban, KPH Parengan meliputi kecamatan Soko, Rengel, Plumpang, Widang, Grabagan, Semanding dan Palang memiliki rumah tangga miskin dengan rerata 45,21% dari jumlah KK di wilayah tersebut. Perkembangan hasil PPLS 2008 ke tahun 2011 semuanya mengalami peningkatan, terparah mencapai 104% terjadi di kecamatan soko yang menjadi wilayah operasi perusahaan migas JOB PPEJ, sebanyak 51% dari jumlah KK yang ada masih dibawah garis kemiskinan.

SASARAN / LOKASI KEGIATAN CSR/ COMMUNITY DEVELOPMENT DI KABUPATEN TUBAN (SUMBER; BAPPEDA TUBAN) KELOMPOK KECAMATAN PELAKU USAHA WILAYAH PENYANGGA I Kerek, Montong, Merakurak, Tambakboyo dan Jenu PT. Semen Gresik, Tbk PT. TPPI dan PT. Holcim Indonesia, dan Pelaku Usaha lainnya WILAYAH PENYANGGA II Soko, Rengel, Grabagan, Palang, Widang, Semanding dan Plumpang JOB PPEJ, PT. Pentawira Agrahasakti, MCL, PT Perhutani KPH Tuban, KPH Parengan dan Pelaku Usaha lainnya WILAYAH PENYANGGA III Tuban, Singgahan, Bangilan, Kenduruan, Senori, Parengan, Jatirogo dan Bancar. PT Perhutani (KPH Tuban, Parengan, Jatirogo dan Kebonharjo), Unsur Perbankan, PT. Telkom, dan Pelaku Usaha lainnya 4

Rumah Tangga Miskin Kab. Tuban 2008-2011 KECAMATAN RTM 2008 Proporsi 2008 RTM 2011 Proporsi 2011 SOKO 6,474 30.7% 13,209 50.8% PLUMPANG 9,221 47.5% 11,608 47.8% PALANG 6,619 35.5% 10,940 45.5% SEMANDING 8,455 36.0% 10,023 32.3% BANCAR 5,148 37.1% 7,964 48.7% RENGEL 4,394 30.8% 7,875 43.4% MERAKURAK 4,543 34.2% 7,482 46.4% KEREK 5,910 35.7% 7,459 39.3% JENU 4,920 40.3% 7,436 48.5% WIDANG 5,340 41.0% 7,019 44.8% SINGGAHAN 3,151 31.1% 6,695 51.5% GRABAGAN 5,546 58.1% 6,289 52.0% SENORI 4,265 41.7% 6,228 49.7% PARENGAN 4,952 35.9% 6,057 35.3% MONTONG 2,354 18.3% 5,929 39.6% TUBAN 3,141 16.0% 5,858 22.8% BANGILAN 4,255 37.2% 5,849 41.4% JATIROGO 3,118 23.2% 4,975 30.9% TAMBAKBOYO 2,715 27.9% 4,575 38.7% KENDURUAN 1,835 25.8% 4,377 52.1% Sumber PPLS 2008-2011

12,000 10,000 9,646 JUMLAH RUMAH TIDAK LAYAK HUNI KABUPATEN TUBAN 2011 Sumber : Bappeda Tuban 8,000 7,303 6,000 6,201 4,000 4,327 3,354 2,463 2,000 1,522 - Soko menjadi kecamatan terbesar se-kabupaten Tuban terdapat rumah tidak layak huni

650 600 550 500 450 400 590 450 DESA BERPENDUDUK MISKIN DI WILAYAH INDUSTRI MIGAS (JOB PPEJ) DI KEC. SOKO 2008 422 389 379 374 Sumber : PPLS 2008 350 300 250 200 Rata-Rata : 281 RT 308 306 299 298 298 274 246 238 238 224 222 190 174 174 142 150 129 110 100 50 0 Potret buram tampak lebih jelas terjadi di desa-desa Ring I wilayah operasi perusahaan Migas, berdasarkan Hasil PPLS Tahun 2008 dua desa terdampak langsung tingkat kemiskinannya masih cukup tinggi. Rumah Tangga Miskin (RTM) di desa Rahayu mencapai 308 RTM dan desa Sokosari mencapai 379 RTM, disebelah dua desa tersebut desa Sumurcinde bahkan mencapai 422 RTM dan desa Sandingrowo juga masih sebanyak 274 RTM, begitu juga kawasan yang menjadi lintasan pipa dan pengembangan industri migas ini termasuk memiliki jumlah rumah tangga miskin yang tergolong cukup tinggi di kecamatan Soko seperta desa Pandanwangi 298 RTM, Mojoagung 450 RTM, dan desa Simo dengan jumlah rumah tangga miskin mencapai 374 RTM.

JUMLAH INDUSTRI YANG MENGELOLA CSR TAHUN 2009-2012 NO NAMA PERUSAHAAN JUMLAH DANA CSR (Rp) TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 I JOB PPEJ 1,483,744,912 4,528,624,072 7,297,717,000 2,557,440,000 II PT. SEMEN GRESIK 2,281,430,990 24,000,000,000 90,849,941,827 84,029175000 III KPH TUBAN 16,724,931,159-21,265,488,055 20,926,175,000 IV KPH JATIROGO 2,388,298,364 8,699,028,688 1,865,308,352 22,988,094000 V KPH PARENGAN 137,800,000 121,815,800 166,209,217 646,605,600 VI KPH KEBONHARJO 472,393,000-388,604,637 650,174,900 72,900,000 VII PENTAWIRA AGRAHASAKTI 88,755,000 52,500,000 85,652,000 VIII PT. TPPI 660,675,382 478,452,230 421,716,790 77,445,000 IX PT. HOLCIM 1,233,075,470 2,735,297,489 2,428,856,300 4,057,000,000 XII PERTAMINA EP - - 21,530,000 - XIII PT. MONSANTO INDONESIA - - 1,200,000,000 - XIV BRI 882,789,600 - XV Mobil Cepu Ltd 32,400,000,000 JUMLAH 25,471,104,277 40,615,718,279 126,861,061,778 168,417,590,500 Sumber : Bappeda Laporan CSR Perusahaan Tuban

INSTRUMEN POKOK Audit Sosial ini menjawab pertanyaan kunci : Bagaimana kebijakan CSR Migas? Apa saja persoalan pengelolaan CSR Migas (JOB PPEJ) Bagaimana posisi masyarakat sebagai penerima manfaat dalam pengelolaan CSR Migas (JOB PPEJ)? Bagaimana manfaat dan dampak program CSR Migas (JOB PPEJ)?

METODE Metode Audit Sosial oleh warga bersifat kualitatif dengan teknik verifikasi lapangan untuk mengetahui kesesuaian Program CSR dengan kebutuhan masyarakat, mekanisme pelaksanaan program CSR dan melihat Aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan program CSR serta memverifikasi akuntabilitas pelaksanaan program-program CSR, termasuk kegiatan-kegiatan CSR dalam bentuk sarana dan prasarana baik pendidikan maupun kesehatan dan infrastruktur lainnya. Verifikasi lapangan dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pelaku CSR yang terdiri dari JOB Pertamina-petrochina East Java, Pemerintah Daerah, Pemerintah desa dan Komite Pelaksana CSR dan penerima manfaat. Verifikasi juga melakukan pencocokan dokumen dengan data lapangan, selanjutnya menganalisa data Primer dan data skunder menjadi temuan sementara. Kemudian melakukan Focus Group Discution (FGD) untuk memastikan temuan audit sosial di yakini kebenarannya Sasaran Audit sosial CSR Migas adalah lima desa Ring I yang menjadi prioritas alokasi program CSR JOB PPEJ Meliputi tiga desa di kecamatan Soko (desa Rahayu, Sokosari dan Sumurcinde) serta dua desa di kecamatan Rengel (desa Bulurejo dan Kebonagung).

TAHAPAN AUDIT SOSIAL : Study Awal Workshop Penyusunan Instrumen Audit Sosial Penulisan Laporan Desiminasi Hasil Audit Sosila FGD Verfikasi Temuan

1. Regulasi belum secara tegas mengatur transparansi dan keterlibatan masyarakat di wilayah operasi dalam pengelolaan dana CSR Migas 2. Inisiasi Corporate Forum For Community Development (CFCD) oleh Pemerintah Kabupaten Tuban belum melibatkan Masyarakat lokal 3. Sistem perencanaan CSR belum di lakukan secara sinergis dengan program pemerintah, masingmasing melakukan perencanaan sendiri-sendiri

1. Proses persetujuan rencana program dan anggaran PSPO dan CSR di internal JOBPPEJ hingga SKKMIGAS cukup memakan waktu 2. Sumber anggaran PSPO dan CSR JOBPPEJ berasal dari skema cost recovery dan non cost recovery 3. JOB PPEJ Melaksanakan sendiri program PSPO dan CSR 4. Program Kompensasi, Infrastruktur dan kehumasan masih menjadi prioritas utama 5. Pembangunan infrastruktur belum berkaitan secara langsung pada peningkatan pendapatan dan hak dasar masyarakat sekitar 6. Tahun 2011 akhir membentuk KPPMD di lima desa Sekitar sebagai Pengelola dana PSPO dan CSR namun Sebagian besar dana PSPO & CSR tetap dikelola sendiri oleh JOBPPEJ

TAHUN 2008 % 2009 % 2010 % 2011 % infrastruktur 520,368,453 31% 1,036,498,622 70% 431,812,263 10% 1,814,621,000 25% Pendidikan 281,263,220 17% 108,800,000 7% 182,100,000 4% 150,000,000 2% Kesehatan 190,916,145 11% - 0% 135,670,850 3% Masuk kegiatan kompensasi 0% Ekonomi & Pertanian 100,000,000 6% 41,868,790 3% 238,700,000 5% 275,000,000 4% Kompensasi - 0% - 0% 3,063,530,258 68% 4,495,880,000 62% Kehumasan 585,974,950 35% 296,577,500 20% 476,810,701 11% 562,216,000 8% Jumlah 1,678,522,768 18% 1,483,744,912-12% 4,528,624,072 205% 7,297,717,000 61% Sumber : Laporan JOB PPEJ Tuban

PROGRAM INFRASTRUKTUR TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 URAIAN ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN Jalan 216,500,000 170,812,263 320,268,000 Tembok penahan Jalan dan plengsengan 264,199,316 50,000,000 188,277,000 Balaidesa 3,440,000 155,000,000 420,000,000 Pendidikan 10,320,000 123,600,000 785,068,500 Tempat Ibadah 15,480,000 25,000,000 Kuburan 76,007,500 Kantor Instansi Pemerintah 1,720,000 96,000,000 Sumber : Laporan JOB PPEJ Tuban

USULAN DESA Melalui Komitte Usulan Masyarakat di sepakati melalui Musyawarah Desa disesuaikan dengan RPJMDes di catat dalam APBDes LPJ/EVALUASI di laporkan pada Musyawarah Warga, pemerintah Desa & JOB PPEJ APPROVE / PERSETUJUAN di verifikasi dan dimasukan RK JOB PPEJ di setujui oleh Pertamina, petrochina, pertamina EP & BPMIGAS (SKKMIGAS) PELAKSANAAN KEGIATAN CSR dilaksanakan oleh Komite CSR bersama Masyarakat dengan Pembinaan dari JOB PPEJ Pembentukan Komite Pengembangan Masyarakat pada pertengahan tahun 2011 di lima desa ring satu oleh JOB PPEJ dianggap lebih transparan dalam penentuan pagu anggaran disetiap desa, atas inisiatif pemerintah desa usulan-usulan program di singkronisasikan dengan prioritas desa dalam RPJMD dan tercatat dalam APBDes, dan diharapkan dapat meningkatkan Partisipasi warga utamanya penerima manfaat.

TEMUAN AUDIT SOSIAL

Perencanaan dan Kelembagaan : 1. Penerima manfaat tidak terlibat dalam perencanaan PSPO & CSR 2. Tidak ada pemetaan potensi dalam perencanaan usulan Minimnya kapasitas KPPMD 3. Belum ada sinergi perencanaan antara program pemerintah dengan program PSPO & CSR 4. Tidak ada verifikasi dan kriteria kelayakan usulan dan sasaran program PSPO & CSR 5. Usulan kegiatan infrastruktur desa menjadi prioritas KPPMD 6. Waktu pelaksanaan sangat singkat 7. Struktur kelembagaan pengelola PSPO & CSR (KPPMD) di dominasi elit desa 8. Tidak dibentuk lembaga pengawas sementara BPD juga masuk dalam kelembagaan KPPMD

ALOKASI ANGGARAN CSR MELALUI KOMITE CSR DESA PROGRAM RAHAYU % SOKOSARI % BULUREJO % SUMURCINDE % KEBONAGUNG % Infrastruktur 400,000,000 58% 50,000,000 34% 270,000,000 100 % 50,000,000 34% 100,000,000 50% Ekonomi 75,000,000 11% 50,000,000 34% - 0% 50,000,000 34% 50,000,000 25% Pendidikan 75,000,000 11% 25,000,000 17% - 0% 25,000,000 17% 25,000,000 13% Kesehatan 144,000,000 21% 20,000,000 14% - 0% 20,000,000 14% 25,000,000 13% JUMLAH 694,000,000 145,000,000 270,000,000 145,000,000 200,000,000 Sumber : Laporan JOB PPEJ Tuban

Pelaksanaan Program Infrastruktur: 1. Masyarakat hanya terlibat sebagai tenaga kerja tapi tidak tahu jumlah dana pembangunannya 2. Pembangunan tidak sesuai LPJ dan terjadi mark-up harga satuan bahan bangunan 3. Beberapa kegiatan infrastruktur kurang dianggap masyarakat kurang bermanfaat

Pelaksanaan Program Ekonomi : 1. Banyak Kelompok Usaha Bersama yang dibentuk JOBPPEJ tidak jalan 2. KUB yang menjadi BUMDes tidak transparan 3. KPPDM melakukan pemotongan bantuan modal untuk KUB dan usaha kecil dengan alasan sebagai biaya operasional 4. Penerima manfaat tidak tahu jumlah nominal bantuan yang seharusnya diterima 5. Terdapat nama-nama fiktif penerima bantuan 6. KPPMD mengalihkan kegiatan ekonomi produktif untuk kegiatan infrastruktur

Pelaksanaan Program Pendidikan : 1. KPPDM melakukan pemotongan bantuan untuk lembaga pendidikan 2. Lembaga pendidikan tidak merasa mengusulkan dan tidak tahu jumlah dana bantuan yang seharusnya diterima 3. Bantuan tidak sesuai LPJ KPPMD

Pelaksanaan Program Kesehatan : 1. Bantuan pelayanan kesehatan gratis dianggap tumpang tindih dengan program pemerintah 2. Bantuan Gizi Balita (PMT) masih bersifat penyuluhan belum PMT pemulihan dan sudah di anggarkan juga dari APBD 3. Bantuan Ape di anggap bermanfaat 4. Kegiatan kepemudaan dimasukkan dalam bidang kesehatan, kualitas bantuan mudah rusak 5. Penerima manfaat tidak tahu jumlah dana bantuan yang seharusnya diterima

Pertanggungjawaban Program : 1. LPJ KPPMD hanya secara administratif kepada JOB PPEJ sebagai pemberi bantuan dan kepada Kepala desa. 2. Belum ada media informasi yang mudah diakses masyarakat untuk mengetahui bentuk kegiatan, jumlah anggaran, lokasi kegiatan, dan penerima manfaatnya yang di danai dari PSPO & CSR JOBPPEJ 3. KPPMD melempar tanggungjawab penyampain informasi kepada JOBPPEJ 4. Masyarakat tidak tahu jumlah dan penggunaan dana PSPO & CSR JOBPPEJ di desa

REKOMENDASI AUDIT SOSIAL CSR Sumber Foto: seputartuban.com

Menjamin Tranparansi pengelolaan dana CSR serta adanya keterlibatan warga dalam pengelolaan CSR Memperkuat kapasitas Pemerintah desa dan KPPMD Membangun sinergi perencanaan antara pemerintah dan KKKS Adanya efesiensi dalam Mekanisme persetujuan usulan CSR di KKS tanpa mengurangi akuntabilitas

TERIMA KASIH