Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang mengatur persediaan akan

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat pengangguran seperti yang dijelaskan oleh teori trade-off

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

Pengaruh Exchange Rate Dan Trading Volume Activity Terhadap Harga Saham

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dukungan dana. Pemerintah memprioritaskan menggunakan dana

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun adalah awal dari krisis moneter kawasan yang

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 225, dan Indeks FTSE 100 terhadap pergerakan Indeks LQ45 Periode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter , telah dilakukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri menyebabkan perubahan tata perekonomian dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban tersebut dituangkan dalam laporan keuangan yang di

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran Dan Realisasinya Sebagai Alat Penilaian Kinerja Perusahaan Pada PT Taspen (Persero) KCU Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

Pengaruh Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Terhadap Belanja Modal

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Sumber penerimaan dalam

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang

Transkripsi:

Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-25 Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya Aldila, Rahma Fazri STIE Ekuitas http://hdl.handle.net/123456789/81 Downloaded from STIE Ekuitas Repository

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Globalisasi sering kali dinyatakan sebagai suatu hal yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi diberbagai negara di dunia. Perubahan ekonomi global yang terjadi secara cepat, berpengaruh pada menurunnya nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi. Krisis ekonomi dapat melanda suatu negara apabila perubahan perekonomian sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Sejarah mencatat krisis ekonomi yang pernah terjadi pada tahun 1997 telah memporak-porandakan perekonomian global. Tidak memandang perekonomian negara berkembang ataupun negara maju, beberapa negara khususnya negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Thailand, Hongkong, Malaysia, dan Filiphina terkena dampaknya termasuk Indonesia yang merupakan negara paling parah terkena dampak krisis ekonomi tersebut. Krisis ekonomi atau sering disebut dengan krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak buruk pada negara dan rakyatnya. Krisis moneter telah melumpuhkan kondisi perbankan dan dunia usaha. Selain itu, krisis moneter memaksa masyarakat, khususnya masyarakat kecil untuk menerima dan menghadapi kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. 1

2 Krisis moneter yang dimulai pada era orde baru, semakin memperlihatkan kondisi Indonesia yang terus memburuk, terutama dalam bidang ekonomi. Tingginya krisis moneter diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Setelah mengalami goncangan krisis moneter pada tahun 1998, perekonomian Indonesia mulai bangkit dan bergerak kembali. Namun pada tahun 2004, kondisi perekonomian Indonesia perlahan mulai merasakan tekanan akibat dari kenaikan harga minyak dunia dengan diumumkannya kenaikan harga BBM pada tahun 2005. Selama tahun 2005 harga minyak dunia mengalami lonjakan yang cukup tinggi yaitu menjadi 51,4 dolar/barel sehingga menyebabkan harga BBM di Indonesia meningkat sekitar 100% pada bulan Oktober 2005. Gambar 1.1 Grafik Kebijakan Harga BBM Sumber www.google.com

3 Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2005, pemerintah dan masyarakat bisa bernafas lega, karena selama kurang lebih tiga tahun harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia terbilang stabil. Akan tetapi menjelang akhir tahun 2008, tepatnya tanggal 1 Desember 2008, masyarakat Indonesia kembali dihadapkan dengan kenaikan harga BBM. Namun kenaikan harga tersebut dapat dikendalikan. Hal tersebut terbukti dua pekan setelah itu harga BBM mengalami penurunan, hingga pada akhir tahun 2009 harga BBM di Indonesia masih mengalami penurunan yang berdampak baik pada tingkat hargaharga kebutuhan pokok masyarakat yang terbilang stabil. Harga harga minyak dunia yang tidak stabil selalu berdampak pada kondisi BBM di tanah air. Kondisi tersebut mengharuskan pemerintah membuat keputusan untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Naiknya harga BBM di Indonesia diawali dengan kenaikan harga minyak dunia yang membuat pemerintah tidak dapat menjual BBM kepada masyarakat dengan harga yang sama dengan harga sebelumnya. Kenaikan harga minyak dunia disebabkan oleh bergejolaknya salah satu negara penghasil minyak dunia, Irak. Jika kondisi geopolitik di Irak terus terjadi, hal ini akan berdampak pada tekanan fiskal dan meningkatkan defisit neraca perdagangan Indonesia. (Republika.co.id) Harga minyak dunia yang fluktuatif tidak hanya berpengaruh pada harga BBM tanah air, akan tetapi ikut berpengaruh pada anggaran negara. Sementara itu, situasi ekonomi dunia yang tidak menentu dan kebutuhan pembangunan infrastruktur dalam negeri perlu direspon dengan penurunan biaya subsidi BBM, oleh karena itu untuk mendorong realisasi pembangunan infrastruktur dan

4 sejumlah sektor vital di Indonesia, pemerintah melakukan langkah penyesuaian melalui pengurangan dan relokasi subsidi bahan bakar minyak serta menaikan harga BBM bersubsidi hingga mendekati harga pasar. Mengingat kondisi minyak dunia, baik harganya yang meningkat dan persediaannya yang semakin menipis, pada tanggal 22 Juni 2013 melalui Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 07.PM/12/MPM/2013 pemerintah Indonesia akhirnya mengambil langkah untuk menaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan BBM tersebut diperkirakan akan memberikan dampak yang cukup signifikan pada laju inflasi tahun 2013. Hal ini tentu menjadi tantangan dalam pengendaliannya agar laju inflasi tetap berada pada rentang target yang telah ditetapkan. Pasca kenaikan harga BBM, Bank Indonesia telah memprediksikan laju inflasi berada pada level 7,8% dengan perkiraan kenaikan harga BBM bersubsidi menjadi penyumbang inflasi sebesar 2,46%. Jika di lihat dari sisi perbankan, Bank Indonesia perlu menaikan tingkat bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 sampai 75 basis poin, mengingat ekspektasi inflasi terlihat cukup besar. Indonesia sebagai negara berkembang sering kali dihadapkan dengan tingginya tingkat inflasi. Seperti yang terjadi di negara-negara berkembang pada umumnya, fenomena inflasi di Indonesia masih menjadi suatu penyakit ekonomi makro yang meresahkan pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Kenaikan harga BBM di Indonesia secara langsung memicu laju inflasi yang tinggi karena memberikan dampak pada kenaikan harga-harga umum terutama

5 pada kelompok bahan pangan dan tarif transportasi, yang merupakan dua penyumbang utama angka inflasi nasional. Laju inflasi yang tidak stabil akan mengganggu stabilitas perekonomian, termasuk memberikan dampak pada anggaran negara, baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Laju inflasi yang tidak dapat dikendalikan, akan berdampak pada membengkaknya pengeluaran pemerintah sehingga pemerintah mengalami defisit anggaran. Menanggapi stabilitas dunia perekonomian dan laju inflasi di Indonesia, maka untuk menjaga stabilitas laju inflasi diperlukan peranan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai otoritas fiskal dan peranan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk menjaga stabilitas moneter dan menyelamatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, sistem pemerintahan yang menganut pola pertanggungjawaban terpusat beralih menjadi pola desentralisasi, dimana daerah diberikan kewenangan untuk mengelola dan bertanggung jawab penuh atas potensi daerah yang dimilikinya. Diberlakukannya sistem otonomi daerah dimaksudkan sebagai strategi dalam rangka memperkuat perekonomian nasional melalui penguatan perekonomian daerah untuk menghadapi era perdagangan bebas. Sebagai langkah awal untuk merealisasikan keberhasilan tersebut dapat dilakukan dengan perwujudan reformasi sektor publik.

6 Reformasi sektor publik, berarti reformasi terhadap keuangan daerah. Reformasi keuangan daerah dalam pelaksanaannya akan berdampak pada reformasi anggaran (budgeting reform) yang meliputi proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban atas APBD. Dengan berlakunya sistem reformasi, maka saat ini pertanggungjawaban APBD hanya memerlukan pengesahan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melalui Peraturan Daerah (Perda). Pada prinsipnya APBD memuat pendapatan dan belanja daerah, dimana pendapatan daerah sebagian besar berasal dari APBN dan sisanya dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara itu, belanja daerah yang dilakukan pemerintah pada dasarnya menggunakan prinsip standar satuan harga tahun lalu. Namun dengan adanya kenaikan harga BBM tentu saja berdampak pada inflasi dan secara otomatis akan mengubah standar harga satuan, karena standar satuan harga dipengaruhi oleh harga pasar. Inflasi yang cukup tinggi dan terus-menerus akan mengacaukan APBD, karena biaya anggaran rutin maupun anggaran pembangunan kemungkinan akan membengkak sehingga tidak sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan pada awal tahun anggaran. Bahkan laju inflasi yang berfluktuasi atau tidak menentu dapat mengakibatkan defisit anggaran pemerintah. Merujuk hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi untuk penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.

7 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan beberapa fenomena masalah, maka dapat diidentifikasikan beberapa perumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana perkembangan inflasi di kota Tasikmalaya? b. Bagaimana perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota Tasikmalaya? c. Bagaimana dampak inflasi terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota Tasikmalaya? 1.3 Maksud dan Tujuan Studi Studi ini dilakukan sebagai salah satu syarat kelulusan Diploma III Program Studi Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung. Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, studi ini dilakukan dengan tujuan : a. Mengetahui perkembangan inflasi di Kota Tasikmalaya. b. Mengetahui perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota Tasikmalaya. c. Mengetahui dampak inflasi terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota Tasikmalaya.

8 1.4 Kegunaan Studi Studi yang dilakukan penulis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut : a. Bagi Penulis Menambah wawasan mengenai inflasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dampaknya pada kegiatan perekonomian dan khususnya pada APBD kota Tasikmalaya. b. Bagi Pemerintah kota Tasikmalaya Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi dan masukan yang baik bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai otoritas fiskal dalam rangka upaya pengendalian inflasi sehingga tidak memberikan dampak negatif pada kegiatan ekonomi di kota Tasikmalaya khususnya pada struktur APBD kota Tasikmalaya. c. Bagi Pihak Lain Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 1.5 Metode Studi Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu meneliti, mengolah dan menyajikan data untuk memberikan gambaran yang jelas dan nyata mengenai objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu melalui :

9 a. Praktek Kerja Lapangan Laporan tugas akhir disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis saat praktek kerja lapangan pada Bidang Ekonomi Moneter, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya. Kemudian penulis melakukan penelitian pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Daerah Sekretariat Daerah Kota Tasikmalaya dengan tujuan memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pokok bahasan dalam laporan tugas akhir. b. Wawancara Yaitu suatu bentuk komunikasi lisan yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang akan diteliti. c. Penelitian Kepustakaan Yaitu suatu usaha pengumpulan data sekunder dengan cara melakukan penelitian terhadap literatur buku referensi dan sumber lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sekunder yang dapat digunakan sebagai dasar dan pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan. 1.6 Waktu dan Tempat Penulis melakukan studi dan penelitian untuk penyusunan laporan Tugas Akhir di Badan Pengelola Keuangan dan Barang Daerah, Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Tasikmalaya yang terletak di jalan Letnan Harun No. 1 Kota Tasikmalaya.