pengendalian financial (risiko ditahan, risiko ditransfer).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lindung nilai atau biasa dikenal dengan sebutan hedging menjadi topik hangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha - usaha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia. Perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menerapkan strategi strategi baru untuk memperbaiki arus kas

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB V PENUTUP. terhadap keputusan hedging bank konvensional maka semakin tinggi. b. Kesulitan keuangan ( financial distress) mempunyai pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam usahanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko Risiko adalah adanya kemungkinan kinerja suatu perusahaan akan lebih rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya karena eksposur terhadap beberapa kondisi tertentu atau tingkat ketidakpastian laba dari perusahaan dimasa mendatang (Madura, 2007:348). Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Menurut Kasidi (2010:4) manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi. Tahaptahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari nilai risiko dan frekuensinya. Tahap terakhir adalah pengendalian risiko. Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2 yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian financial (risiko ditahan, risiko ditransfer). 2.1.2 Jenis Jenis Eksposur Valuta asing Eksposur valuta asing adalah sebuah ukuran terhadap potensi perubahan profitabilitas, arus kas, dan nilai pasar sebuah perusahaan yang disebabkan oleh 10

11 perubahan kurs. Eksposur valuta asing dialami oleh perusahaan yang melakukan pembayaran atau menerima pendapatan dalam valuta asing (Putro, 2012). Eksposur valuta asing timbul karena kurs valuta asing selalu berubah. Transaksi valas dapat terjadi di spot market dan forward market. Spot market meliputi pembelian dan penjualan valas yang sangat segera dilaksanakan. Transaksi valas merupakan transaksi dimana dua pihak setuju untuk menukarkan valuta yang satu dengan valuta yang lain pada kurs tertentu. Pasar valas mempunyai pasar retail dan pasar wholesale. Eksposur valas secara konvensional diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Eksposur translasi atau eksposur akuntansi 2. Eksposur transaksi 3. Eksposur ekonomi atau eksposur operasi 2.1.2.1 Eksposur Translasi Eksposur translasi diartikan sebagai risiko perubahan/fluktuasi kurs valas terhadap consolidated financial statement perusahaan. Besar kecilnya pengaruh translation/accounting exposure ini terhadap perusahaan internasional atau MNC tergantung dari beberapa faktor (Hady, 2001:99). Eksposur translasi ini berhubungan dengan arus kas perusahaan. maka semakin besar risiko dari eksposur translasi akan mengakibatkan tingkat likuiditas perusahaan akan meningkat dan perusahaan perlu untuk melakukan lindung nilai dalam meminimalkan risiko tersebut (Irawan, 2014).

12 2.1.2.2 Eksposure Transaksi Eksposur transaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat transaksi diselesaikan/dipenuhi. Nilai aliran kas masuk perusahaan yang diterima dalam berbagai denominasi mata uang asing akan ditentukan oleh kurs valuta asing, pada saat penerimaan dikonversikan ke mata uang yang dikehendaki. Eksposur transaksi dapat dilakukan dengan melakukan kontrak hedging valuta asing atau menempuh strategi operasi tertentu (Putro, 2012). Eksposur transaksi akan mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan. Eksposur transaksi berkaitan dengan sensitifitas arus kas kontraktual perusahaan yang dinyatakan dalam valas terhadap perubahan kurs yang diukur dalam valuta domestic perusahaan tersebut. Eksposur transaksi antara lain disebabkan oleh beberapa hal: 1. Pembelian atau penjualan barang atau jasa secara kredit, dimana harga dinyatakan dalam mata uang asing. 2. Pinjam meminjam dana yang pelunasannya dinyatakan dalam mata uang asing. Kontrak hedging valuta asing bisa dilakukan di pasar forward, pasar future, pasar uang, dan pasar opsi. Selain itu upaya hedging juga dapat ditempuh dengan mengadakan kesepakatan swap. Kesepakatan swap yang sering digunakan adalah back-to-back loans, currency swap, dan credit swap. Swap valuta asing merupakan perjanjian antara dua pihak untuk menukar aliran kas masa depan yang berhubungan dengan model tingkat bunga yang

13 ditentukan sebelumnya. Swap juga sering digunakan untuk akan mata uang asing seperti juga pada tingkat bunga. Swap tingkat bunga dan mata uang asing dapat juga digunakan secara bersamaan dalam satu kontrak (Sherlita, 2006). 2.1.2.3 Eksposur Operasi/Ekonomi Eksposur operasi ialah suatu eksposur yang timbul akibat perusahaan secara langsung atau tidak langusng akan dipengaruhi oleh perubahan kurs mata uang. Eksposur ekonomi/operasi menunjukan dampak perubahan nilai kurs terhadap arus kas perusahaan yang akan datang yang merupakan pencerminan nilai perusahaan yang dapat di lihat juga indikator bagus atau tidaknya kinerja nilai arus kas perusahaan itu dari pergerakan nilai sahamnya (Setiadi, 2010). Setiap perubahan atau fluktuasi kurs valas tentu akan berpengaruh terhadap penerimaan atau revenues dan pengeluaran atau cost perusahaan. Pengaruh perubahan/fluktuasi kurs valas ini akan tercermin pada income statement atau laporan laba rugi suatu perusahaan (Hady, 2001:97). 2.1.3 Pengertian Hedging Menurut (Kasadi 2010:129) Hedging merupakam usaha untuk menghindarkan atau mengurangi risiko-risiko kerugian dalam penukaranpenukaran atau dalam pembayaran valuta-valuta yang berbeda. Hedging dirancang untuk melindungi perusahaan terhadap realisasi pergerakan harga, tingkat bunga dan pertukaran mata uang asing yang arahnya berlawanan dengan yang diharapkan oleh manajemen perusahaan. Perusahaan harus lebih canggih dalam mengenali risiko keuangan yang dihasilkan oleh kegiatan operasional perusahaan pada saat ini yang penuh dengan kesempatan untuk menambah laba.

14 Hal ini tergantung pada pengetahuan perusahaan, pendekatan menejemen serta pesaing mereka. Perangkat hedging yang paling sering digunakan adalah forward, future, swap (mata uang, tingkat bunga, kombinasi mata uang dan tingkat bunga), komitmen dan option (Sherlita, 2006). Perjanijian hedging terhadap transaksi dengan valuta asing merupakan perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dengan membuat kontrak untuk membeli dan menjual aset dan akan diberikan pada masa yang akan datang. Tidak ada masalah yang timbul selagi transaksi yang terjadi didenominasi dalam mata uang domestik, tetapi transaksi tersebut didenominasi dalam mata uang asing maka akan timbul problem antara lain: 1. Nilai yang digunakan untuk mencatat transaksi tersebut. 2. Pencatatan saldo valuta asing pada tanggal sesudah neraca 3. Perlakuan terhadap gain dan loss dari valuta asing tersebut. 4. Pencatatan terhadap hutang dan piutang yang menggunakan valuta asing pada tanggal jatuh tempo. 2.1.3.1 Hedging dengan Instrumen Derivatif Suatu transaksi derivative dengsn tujuan/motif sebagai saah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan cara lindung nilai (hedging), yang merupakan salah satu model risk management. Akan tetapi, dalam perkembangannya sarana hedging, dapat juga dipakai justru sebagai sarana spekulasi (Fuady, 2008:380). Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi opsi, forward, futures, dan swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga, obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks.

15 1. Forward Contract Kontrak forward, merupakan teknik untuk mengeliminasi risiko harga atas transasksi dimasa depan dengan menetapkan harga transasksi didepan. Satu mekanisme transaksi pada kontak ini adalah long position (setuju membeli) dan short position (setuju untuk menjual) suatu aset pada hari dan harga tertentu (Sherita, 2007). Transaksi forward terjadi antara dua pihak yang meliputi mata uang dua Negara yang berbeda berdasarkan suatu nilai tukar tertentu, dengan waktu transaksi yang melebihi dua hari kerja atau mempunyai waktu jatuh tempo transaksi yang lebih panjang dibandingkan transaksi yang diakukan di pasar spot (Ming, 2001:23). Tujuan dari kontrak ini adalah untuk melindungi kedua belah pihak dari fluktuasi nilai aset yang mungkin terjadi selama kurun waktu tertentu, yaitu sejak kontrak ditandatangani hingga penyerahan atau pembayaran yang dilakukan. 2. Future Contract Future contract merupakan sebuah perjanjian yang standar yang meminta untuk mengirim sejumlah komoditi pada suatu tanggal tertentu dimasa yang akan datang. Pada perusahaan multinasional selalu melakukan transaksi dengan berbagai currency karena adanya kegiatan ekspor dan impor (Lubis, 1999:32). Kontrak future adalah kontrak forward yang sudah terstandarisasikan secara normal diperdagangkan pada bursa komoditas

16 yang terorganisasi secara resmi dan transaksi yang dilakukan dalam bursa tersebut diatur berdasarkan suatu regulasi atau peraturan tertentu (Ming 2001:23). Pihak yang menangung counterparty risk diantara kedua belah pihak antara pembeli dan penjual disebut dengan exchange clearinghouse. Dengan alasan kontrak future telah tercatat di bursa perdagangan secara harian (market to market) maka kontrak future meminta syarat jaminan tambahan (margin) dari pihak yang berkontak untuk menanggung satu kerugian pada kontak tersebut (Sherlita, 2007). Mekanisme future contract pertama kali investor menyetor sejumlah deposit sebagai initial margin dalam melakukan perdagangan futures. Kemudian investor akan melakukan kontrak futures dengan memperhatikan aset yang diperdagangkan, ukuran kontrak, price limit dan position limits (Irawan, 2012). 3. Option Terdapat dua pihak untuk setiap kontrak opsi, pihak pertama ialah investor yang mempunyai hak untuk membeli (mempunyai posisi long), sedangkan pihak yang lain adalah investor yang mempunyai hak untuk menjual (mempunyai posisi short). Pembuat opsi (option maker, writer option) berhak untuk menerima harga yang dibayar uuntuk puts atau calls (dikurangi biaya komisi kecil) (Judokusumo, 2007:119). Kontrak opsi memberikan pada pihak lain untuk membeli (call) atau menjual (put) sejumlah hak yang khusus pada harga yang pasti sampai dengan satu tanggal jatuh tempo yang sudah ditetapkan. Opsi

17 bersifat lebih fleksibel dibandingkan dengan kontak forward yang mengharuskan untuk melaksanakan (exercised) pada saat jatuh tempo bahkan pada saat transaksi bersifat tidak menguntungkan sekalipun (Sherlita, 2006). 4. Swaps Contract Swap adalah salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko terhadap perubahan valuta asing. Pengurangan risiko tersebut dapat dilakukan dengan merubah tangga jatuh tempo dari kewajiban hutang (financial liabiities) tersebut dan financial assets lainnya (Lubis, 2001:33). Menurut Kasidi (2010:134) Swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembeian dan penjualan saja, tanpa disertai dengan transaksi lain yang berlawanan diantara pihak-pihak bersangkutan untuk tanggal berlaku (value date) spot atau forward. Merupakan kesepakatan antara dua pihak atau perusahaan untuk saling mempertahankan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang akan datang. Kesepakatan ini ditentukan secara spesifik tanggal pembayaran tunai dan cara menghitung jumlah tunai yang akan saling dipertukarkan (dibayarkan masing-masing pihak). Biasanya di dalam perhitungan telah dipertimbangkan nilai yang akan datang, tingkat bunga, kurs mata uang, dan variabel-variabel lainnya yang relevan. Swap adalah istilah asing yang maknanya adalah "pertukaran" namun di Indonesia istilah juga digunakan secara umum. Perjanjian swap adalah

18 transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. 2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Hedging Penyediaan cadangan untuk menopang kerugian merupakan best practice dalam manajemen risiko. Sebelum menyediakan cadangan, perusahaan dapat mengurangi risikonya terlebih dahulu dengan melakukan hedging. Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi asset awal dengan keuntungan dari posisi instrument hedging. Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak produsen, pabrikan, eksportir, maupun konsumen (BAPPEBTI, 1997) sebagai berikut: 1. Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan yang diperkirakan, disebut risk insrance. 2. Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat marketing (a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani dapat menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan sesudah panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan suatu jumlah penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan menyimpan produk tersebut untuk dijual kemudian.

19 3. Bagi pengolah komoditi seperti prosseco atau miller, hedging tersebut merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar berjangka mereka menentukan harga pembelian bahan baku yang akan diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa yang akan datang. 4. Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah meng-hedge komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari komoditi yang akan dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang ditargetkan lebih pasti dan hal ini merupakan jaminan bank bahwa uang yang diberikan dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya bank hanya menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau persediaan yang tidak di hedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit 90 persen dari modal kerja. 5. Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen maupun processeor mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta adanya kesempatan untuk memperbesar operting capital Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa kerugian yang harus dihadapi hedger (BAPPEBTI, 1997), yaitu:

20 1. Risiko basis Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang ada tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya. 2. Biaya Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain, biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedung, biaya asuransi, pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus mempertimbangkan biaya-biaya tersebut sebelum melakukan hedging. 3. Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures Hal ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang di hedge tidak selalu sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang diperdagangkan. Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara melakukan hedging yang sesuai dengan volume produksinya. 2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan (Growth Opportunity) Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi cenderung akan menginvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhannya, maka semakin tinggi kebutuhan dana untuk investasi. Untuk itu perusahaan akan menggunakan laba yang diperoleh untuk membiayai investasinya, daripada membagikan dividen (Pribadi, 2012). Growth Opportunity yang tinggi menunjukkan peluang perusahaan untuk maju kian besar, sehingga untuk menjawab kesempatan tersebut, kebutuhan dana

21 dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut di masa yang akan datang akan sangat dibutuhkan (Putro,2012). Proksi pengukuran variabel Growth Opportunity pada penelitian ini adalah secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: 2.1.5 Tingkat Likuiditas (Liquidity) Likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, baik kewajiban dalam membiayai proses produksi maupun kewajiban keluar perusahaan. Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan membayar utang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid. Perusahaan yang berada dalam keadaan tidak mempunyai kemampuan membayar utang jangka pendek disebut ilikuid (Sunyoto, 2013:101). Untuk menilai likuiditas berikut ini penerapan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek suatu perusahaan diproksikan dengan current ratio karena semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas, jadi waktunya lebih lama untuk dicairkan dalam bentuk kas, karena semua komponen aktiva lancar (Kamaludin dan Indriani, 2011:42). Current ratio adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo. Penggunaan current ratio dalam menganalisis laporan keuangan hanya mampu member analisa secara kasar, oleh karena itu perlu adanya dukungan analisa secara kualitatif secara lebih komperhensif (Fahmi, 2014:153).

22 Dengan rumus current ratio adalah : 2.1.6 Ukuran Perusahaan (Firm Size) Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal (Pribadi, 2012). Ukuran perusahaan adalah rata rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu indikator mengenai seberapa besar perusahaan itu telah berkembang. Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusannya pun berbeda-beda. Ukuran perusahaan (Firm Size) diproksikan melalui: Firm Size = In Total Assets Ukuran perusahaan dilihat dari jumlah total asset yang dimilikinya, semakin besar asset yang dimiliki, semakin hati-hati perusahaan tersebut melangkahkan suatu kegiatan di perusahaannya. Firm size menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi (Putro, 2012). 2.1.7 Leverage Rasio leverage adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya. Rasio ini memberikan ukuran atas dana yang

23 disediakan pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan oleh kreditor. Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan (Kamaludin dan Indriani, 2011:42). 1. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Adapun rumus debt to equity ratio adalah Total modal sendiri diperoleh dari total asset dikurangi total hutang. Dalam debt to equity ratio ini yang perlu dipahami bahwa, tidak ada batasan berapa debt to equity ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk konservatif biasanya debt to equity ratio yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap berisiko (Fahmi, 2014:158). 2. Total Assets to Total Debt Ratio/Debt Ratio Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder s equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Putro, 2012).

24 2.2 Penelitian Terdahulu berikut: Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan hedging adalah sebagai 1. Judge (2002) hasil penelitiannya adalah bahwa perusahaan besar, dengan aliran kas lebih besar, dengan kemungkinan financial distress lebih besar, dengan aktivitas ekspor-impor, dan perusahaan dengan hutang jangka pendek lebih banyak menggunakan hedging derivatife. Variabel financial distress merupakan faktor utama dalam keputusan hedging. 2. Clark dan Judge (2006) hasil penelitiannya adalah terdapat bukti kuat bahwa terdapat hubungan antara keputusan untuk lindung nilai dengan cost of financial distress. Terdapat hubungan negatif antara aktivitas hedging dan kepemilikan pemerintah tetapi faktor pendorong lain aktivitas hedging adalah eksposur valuta asing, tingkat penjualan luar negeri dan hutang asing, serta tingkat likuiditas. 3. Karol Marek Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul Corporate Hedging and Risk Management Theory: Evidence from Polish Listed Companies ANOVA dan logit regression menemuhan hasil bahwa variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging. 4. Ameer (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan derivatif dan foreign sales, firm growth, managerial ownership, tax losses, size, dan institutional ownership. Sementara

25 liquidity berhubungan negatif terhadap hedging. Temuan ini menunjukkan bahwa hanya beberapa perusahaan Malaysia yang terdaftar memiliki pemahaman yang tepat dari instrumen derivatif untuk mengurangi risiko dalam lingkungan bisnis internasional. 5. Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage), Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan hedging dengan instrumen derivatif valas. 6. Putro (2012) melakukan penelitian tentang analisis faktor yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging pada perusahaan automotive and allied products periode 2006-2010, dengan menggunakan metode regresi logistic menemukan hasil bahwa Debt Equity Ratio, Growth Opportunity, dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. sedangkan financial distress negatif dan tidak signifikan, dan liquidity positif tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif.

26 7. Irawan (2014) hasi peneitiannya adalah menunjukkan hasil uji multivariate bahwa variabel Leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap hedging derivative perusahaan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value (MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan. Variabel Liquidity Ratio (LQ1) dan Current Ratio (LQ2) mempunyai tanda negatif dan sama dengan yang diprediksikan diprediksikan. 8. Repie (2015) penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Variabel Model Hasil Independen Analisis 1. Judge (2002) Financial distress Logistic Regression Financial distress merupakan faktor utama dalam hedging. Bukti bahwa perusahaan yang lebih besar, perusahaan dengan aliran kas lebih besar, perusahaan dengan kemungkinan financial distress yang lebih besar, adalah perusahaan yang melakukan aktivitas ekspor impor dan perusahaan dengan hutang jangka pendeknya lebih banyak, lebih suka 2. Clark dan Judge (2006) Cost of financial distress, state ownership, eksposur valuta asing, penjualan luar negeri, hutang asing, likuiditas Logistic Regression menggunakan hedging derivative. Terdapat bukti kuat bahwa terdapat hubungan antara keputusan untuk lindung nilai dengan cost of financial distress. Kemudian hasil penelitian juga menunjukkan hubungan negatif antara aktivitas hedging dan kepemilikan pemerintah. Lalu faktor lain yang mendorong aktivitas hedging adalah eksposur valuta asing, tingkat penjualan luar negeri dan hutang asing, serta tingkat likuiditas

27 Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Variabel Independen Model Analisis 3. Karol Marek Klimczak (2008) 4. Ameer (2010) 5. Paranita (2011) 6. Putro (2012) 7. Irawan (2014) Debt to equity ratio, EBIT, tax, growth, individual block ownership Eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kesempatan pertumbuhan perusahaan, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan. DER, interest coverage ratio, market-tobook value of equity, Current ratio dan foreign liabilities to total sales. DER, Growth Opportunity, Firm Size, financial distress, dan Liquidity Leverage, Firm Size, Matket to Book Value, ANOVA, logit regression regression Logistic Regression Logit Regression Logistic Regression Hasil Variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership,dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging. Terdapat hubungan signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan. Kesempatan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang memahami manajemen risiko pada bisnis internasional dengan derivatif. Para manajer Malaysia kebanyakan risk averse dan tidak memahami cara memilih posisi dalam pasar derivatif. Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio, Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan. Interest coverage ratio berhubungan negative signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging dengan instrument derivatif. Debt Equity Ratio, Growth Opportunity, dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. Sedangkan financial distress negatif dan tidak signifikan, dan Liquidity positif tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. Perusahaan perlu untuk melakukan manajemen risiko salah satunya adalah dengan melakukan hedging derivatif. Hasil uji multivariate memperlihatkan

28 8. Repie dan Sedana (2015) Liquiditiy ratio, Current Ratio Sumber: Berbagai Jurnal market to book value of equity,capital expenditure to book value of assets Logistic regression bahwa variabel Leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap hedging derivatif perusahaan pada namun tidak sama dengan yang diprediksikan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value (MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan. Variabel Liquidity Ratio (LQ1) dan Current Ratio (LQ2) mempunyai tanda negatif dan sama dengan yang diprediksikan. Penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap aktivitas hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging. 2.3 Kerangka Konseptual Perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai probabilitas untuk tumbuh dan digemari oleh para calon investor, untuk menjawab kesempatan yang sudah ditunjukkan, perusahaan membutuhkan tambahan dana, agar perusahaan tersebut tumbuh. Salah satu cara mendapatkan sumber dana dengan cepat untuk membiayai tumbuhnya perusahaan adalah memasukkan sumber hutang ke dalam struktur modal perusahaan (Putro, 2012). Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang lambat. Perusahaan yang memiliki tingkat

29 kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan semakin banyak melakukan aktivitas hedging dalam usaha untuk melindungi risiko-risiko yang merugikan. Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapt diperoleh. Kas merupakan suatu aktiva yang paing likuid (Kamaludin dan Indriani, 2011:41). Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti, membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo. Rasio likuiditas jangka pendek perusahaan tersebut dapat diproksikan dengan rasio kas (cash ratio) dan current ratio. Rasio Kas (Cash Ratio) dan current ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, yang mengindikasikan adanya dana menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan (Irawan, 2014). Sama halnya dengan Pertumbuhan Perusahaan yang cepat akan menimbulkan risiko-risiko yang mengganggu aktivitas perusahaan. Ukuran Perusahaan pun demikian, semakin besar suatu perusahaan, maka aktivitas perusahaan tidak hanya melibatkan perdagangan dalam negeri, namun juga menggunakan jalinan bisnis mancanegara. Hubungan bisnis dengan perusahaan yang berada di luar negeri pun biasanya berkaitan dengan perjanjian dagang, pinjaman hutang, persaingan, dan lain-lain. Operasional yang mencakup berbagai

30 negara akan menimbulkan eksposur valuta asing dan adanya risiko fluktuasi nilai tukar mata uang (Putro, 2012). Salah satu tindakan manajemen risiko yaitu dengan melakukan lindung nilai (hedging) dengan derivatif. Semakin besar size (ukuran) perusahaan, terdapat kecenderungan perusahaan tersebut untuk lebih menerapkan kebijakan hedging (Paranita, 2011). Untuk menjawab tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya dan mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utangnya dengan menggunakan rasio solvabilitas atau leverage. Suatu perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Rasio hutang yang tinggi/ekuitas berarti bahwa perusahaan telah agresif dalam pembiayaan pertumbuhan dengan utang. Jika banyak utang digunakan untuk membiayai peningkatan operasi (high debt to equity), perusahaan berpotensi menghasilkan pendapatan lebih tanpa pendanaan dari luar. Penggunaan hutang diyakini mampu mengungkit kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketersediaan dana tersebut mampu menjalankan perusahaan untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan operasional, ekspansi usaha, dan lain-lain. Karena terpenuhinya dana tersebut, maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun semakin tinggi proporsi tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan berpengaruh terhadap besaran risiko yang semakin besar. Semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri atau debt to equity ratio yang ditanggung perusahaan, sehingga semakin besar tindakan hedging yang perlu dilakukan untuk

31 mengurangi dampak buruk risiko tersebut, sehingga semakin besar tingkat debt to equity ratio yang diterima perusahaan, semakin besar peluang perusahaan untuk mengambil keputusan hedging (Putro, 2012). Berdasarkan telaah pustaka yang sudah dikemukakan penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu growth opportunity, liquidity, firm size, dan leverage sementara itu, variabel dependen yaitu hedging. Maka dapat disusun kerangka pemikiran teoritis pada gambar 2.1 sebagai berikut: Growth Opportunity (X 1 ) Likuiditas (X 2 ) Firm Size (X 3 ) Hedging (Y) Leverage (X 4 ) Sumber:Kamauludin dan Indriani (2011); Paranita (2011); Putro (2012); Irawan (2014) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan penguji. Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah Growth Opportunity, Liquidity, Firm Size, dan Leverage berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging.