Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

TUGAS SARJANA STUDI KARAKTERISTIK SECONDARY FLOW DAN SEPARASI ALIRAN PADA RECTANGULAR DUCT 900 DENGAN ANGKA REYNOLDS 110.

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

SOLUSI NUMERIK DARI PERSAMAAN NAVIER-STOKES

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Kata Kunci :konveksi alir bebas; viskos-elastis; bola berpori 1. PENDAHULUAN

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

SIMULASI NUMERIK PERPINDAHAN PANAS ALIRAN UDARA VENTILASI 2 DIMENSI DENGAN METODE BEDA HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Panduan Praktikum 2012

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI EKSPERIMENTAL DAN KOMPUTASI NUMERIK PADA RECTANGULAR ELBOW DENGAN ANGKA REYNOLDS TUGAS AKHIR

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Aliran Melalui Square Duct dan Square Elbow 90º dengan Double Guide Vane pada Variasi Sudut Bukaan Damper

Model Perahu Trimaran pada Aliran Laminar. Abstrak

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP

Kajian Pola Aliran Berayun dalam Kolom Bersekat

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi

Bab VI Hasil dan Analisis

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1)

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Simulasi Numerik Pengaruh Penambahan Pengarah Aliran Udara Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Konveksi Udara Melintasi Susunan Tabung Eliptik

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

ANALISIS PENGARUH PERPINDAHAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN BATAS PADA PELAT DATAR

PRINSIP DASAR HIDROLIKA

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

TRANSFER MOMENTUM FLUIDA DINAMIK

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Saluran T-Junction 90 0 : PLTA Tulungagung

BAB II LANDASAN TEORI

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

Seminar NasionalInovasi Dan AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Studi Numerik Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk Pressure Swirl Atomizer Terhadap Karakteristik Spray

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA TUJUH SILINDER VERTIKAL DENGAN SUSUNAN HEKSAGONAL DALAM REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM FLUENT

IRVAN DARMAWAN X

FLUIDA DINAMIS. Ciri-ciri umum dari aliran fluida :

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

BAB IV PENGOLAHAN DATA

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa Penyempitan Arteri Dan Dengan Penyempitan Arteri

BAB II LANDASAN TEORI

MEKANIKA Volume 11 Nomor 2, Maret Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1, Indri Yaningsih 1

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

1. Pendahuluan. Annual Engineering Seminar 2012 Sutrisno, Herman Sasongko, Heru Mirmanto

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

Transkripsi:

Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi Nursubyakto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Malang, Malang Email: nursubyakto@yahoo.com ABSTRAK Aliran sekunder (secondary flow) adalah aliran yang berpusar. Aliran ini terjadi pada aliran fluida yang melewati saluran yang melengkung atau berbelok, lebih singkat disebut dengan saluran lengkung, dan profil aliran adalah kembar dan saling berlawanan arah. Terjadinya aliran sekunder ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan dan gaya sentrifugal di dinding luar saluran. Aliran sekunder menimbulkan turbulensi meski dalam aliran laminer. Dengan meningkatnya kecepatan aliran melewati saluran lengkung akan muncul aliran sekunder baru (aliran sekunder tambahan) dengan intensitas lebih rendah dari aliran sekunder utama dan proses demikian disebut dengan ketidakstabilan aliran sekunder. Aliran sekunder tambahan ini lebih lemah dari aliran sekunder utama. Ketidakstabilan aliran sekunder dapat terjadi dan menghilang tergantung pada lemah kuatnya aliran sekunder tambahan. Saluran lengkung dengan penampang persegi dengan variasi rasio kelengkungan merupakan tinjauan dalam penelitian ini. Rasio kelengkungan 1 sampai 10 dipelajari. Hasil numerik menunjukkan bahwa ketidakstabilan aliran sekunder sangat bergantung pada rasio kelengkungan di mana semakin besar rasio kelengkungan aliran sekunder tambahan cenderung mudah muncul. Pengaruh adanya Aliran Sekunder tambahan terhadap faktor gesekan juga ditunjukkan. Kata kunci: Aliran sekunder, saluran lengkung, penampang persegi. ABSTRACT Secondary flow is the counter rotating vortex that appears in the channel when a fluid flows in a curved channel. The occurence of this secondary flow is caused by imbalance between centrifugal force and pressure on the outer wall of the channel. When Dean number is increased the additional secondary flow appears to the main secondary flow and/or disappears. This paper investigated the occurence of the additional secondary flow to the main flow with rectangular cross section and the radius of curvature varied from 1 to 10. The result shows that increament of curvature ratio the additional Dean voritces appears and beyond of ratio of 4 is constant. The effect of the additional secondary flow to the friction factor is also predicted. Keywords: Secondary flow, curved channel, rectangular cross section. PENDAHULUAN Pipa lengkung atau pipa berbelok digunakan secara luas dalam peralatan industri seperti penukar kalor spiral, mesin-mesin pendingin, reaktor-reaktor pembangkit panas dan banyak ditemui pula pada mesin-mesin panas. Aliran pada saluran lengkung dikarakteristikkan dengan bilangan Dean dengan ditunjukkan oleh pusaran kembar yang berputar berlawanan arah yang tegak lurus pada aliran utama. Pusaran kembar yang berputar berlawanan arah ini umumnya disebut dengan aliran sekunder (secondary flow). Timbulnya aliran sekunder ini disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal sewaktu aliran melewati belokan. Pola aliran yang sama dapat pula disebabkan oleh gaya apung pada arah gravitasi atau medan putaran. Pola tersebut dibangkitkan karena adanya gaya apung atau gaya Coriolis. Pengaruh gaya apung pada saluran ditimbulkan karena adanya perbedaan densitas fluida dengan adanya perbedaan temperatur antar partikel fluida yang melewati saluran sedang pengaruh gaya Coriolis lebih disebabkan karena saluran bergerak melalui fluida. Paper ini lebih menitikberatkan pengaruh gaya sentrifugal dari pada pengaruh gaya apung gaya Coriolis dengan alasan tanpa adanya perlakuan temperatur dan saluran dalam kondisi diam tetapi fluida yang mengalir melewati saluran. 76

Nursubyakto, Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi METODE PENELITIAN Aliran sekunder pertama kali dianalisa oleh Dean [1] yang menggunakan teori pertubasi dalam studi teoritisnya pada gerakan fluida yang melewati pipa lengkung. Dean mengemukakan karakteristik pusaran kembar dan simetri dari aliran sekunder. Dean menunjukkan bahwa keserupaan dinamika aliran yang mana aliran sekunder muncul sebagai aliran turbulen di dalam aliran yang laminer. Munculnya aliran sekunder adalah akibat dari ketidakseimbangan antara gaya sentrifugal dan tekanan saat fluida mengenai dinding sisi luar. Aliran semacam itu didefinisikan dengan bilangan tanpa dimensi K = Re (a/r) 1/, dan sekarang dinamai dengan bilangan Dean, di mana Re adalah bilangan Reynolds, a adalah diameter pipa, dan R adalah jari-jari kelengkungan pipa. Hasil analisanya terjadi pada jari-jari kelengkungan yang kecil. Pengertian secara fisik dari bilangan Dean adalah perbandingan akar dari perkalian gaya inersia dengan gaya sentrifugal terhadap gaya hambat. Pada awalnya aliran sekunder diamati terjadi pada pipa lengkung namun penelitian-penelitian dengan penampang bukan bulat (pipa) mulai banyak dilakukan. Secara eksperimen Cheng [] melaporkan bahwa aliran sekunder dipengaruhi oleh penampang lintang bentuk saluran dan menunjukkan adanya aliran sekunder tambahan (additional secondary flow) yang memiliki intensitas yang lebih rendah dari aliran sekunder utama. Cheng [3] menjelaskan peristiwa ini sebagai ketidakstabilan aliran sekunder yang terjadi. Cheng menjelaskan bahwa kemunculan aliran sekunder tambahan terjadi pada bilangan Dean sama dengan 143 untuk saluran persegi seperti halnya yang dikerjakan oleh Ghia [4]. Namun tidak dijelaskan pada paper mereka ketidakstabilan itu terhadap variasi rasio kelengkungan. Bentuk penampang L juga diamati oleh Asan [5] yang memperlihatkan aliran sekunder berpasangan dan berlawanan arah. Dari pengamatan tersebut terlihat bahwa aliran sekunder tidak simetri karena menyesuaikan bentuk penampang saluran. Juga tidak diperlihatkan adanya aliran sekunder tambahan dengan penampang L seperti ini. Fellouah [6] melakukan kaji eksperimental dan numerik dengan rasio aspek 8 dan rasio kelengkungan 10. Fellouah menunjukkan bahwa ketidakstabilan aliran sekunder terjadi sepasang aliran sekunder tambahan atau lebih. Deskripsi ketidakstabilan aliran sekunder ditampilkan pada serangkaian fotografi hasil eksperimen yang sesuai dengan kajian eksperimen dengan fluida Newton. Bilangan Dean adalah perkalian bilangan Reynolds dengan akar dari perbandingan diameter pipa dan diameter kelengkungan. Semakin besar diameter kelengkungan maka pipa lengkung akan identik dengan pipa lurus dan karakteristiknya dapat diasumsikan mengikuti pipa lurus. Oleh karena itu untuk menimbulkan aliran sekunder yang disebabkan oleh gaya sentrifugal maka perbandingan kelengkungan harus tertentu/terbatas. Paper ini merupakan penjelasan secara simulasi hasil eksperimen yang telah dilakukan oleh Cheng dan timbulnya ketidakstabilan aliran sekunder tidak saja diakibatkan oleh bentuk penampang namun juga dipengaruhi oleh rasio kelengkungan. Penampang lintang saluran hanya diamati berbentuk persegi (bujur sangkar) serta peristiwa awal timbulnya aliran sekunder tambahan diamati. Gambar 1 memperlihatkan sketsa aliran melewati saluran lengkung dengan penampang persegi. Persamaan umum yang dijabarkan menggunakan gambar tersebut sebagai referensi. Secara umum persamaan yang diturunkan berikut ini merupakan persamaan Navier-Stoke [7] dengan melakukan beberapa penyesuaian dan koordinat saluran lengkung semacam ini disebut koordinat toroidal. Persamaan kontinuitas 1 R X [ X Momentum-X: V Y R X U ] 0 U U 1 P U W U V U () X Y X R X R X dimana, suku W menunjukkan gaya sentrifugal R X dalam arah X, Momentum-Y V V U V X Y Momentum-Z: 1 P Y V (1) (3) W W UW R P W U V W X Y (R X) R X Z (R X) (4) Gambar 1. Sketsa Aliran Melewati Saluran Lengkung 77

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No., Oktober 010: 76 8 UW dimana R X adalah gaya Coriolis dalam arah Z, U W dan serta adalah gaya-gaya hambat. R X R X Perlu dicatat di sini bahwa semua suku-suku gaya hambat diabaikan dalam persamaan momentum karena aliran diasumsikan dalam kondisi berkembang mantap (hydrodynamically fully developed) dan dengan 1 (R X) (R X) X X Y Sebelum menyelesaikan persamaan umum dalam penyelesaian numerik maka persamaan umum dalam bentuk berdimensi perlu diubah ke dalam bentuk persamaan tanpa dimensi dengan menggunakan parameter-parameter seperti yang dilakukan oleh Hwang [8] sebagai berikut. Sebagai catatan, parameter dengan huruf kecil menunjukkan parameter tanpa dimensi. X D e x Y D e y V K υ v D e R β D e υ U K u D e υ W W w P P z (z) ρk p D e dimana De adalah diameter hidrolik saluran, adalah rasio kelengkungan saluran, W kecepatan aksial rata-rata, Pz(Z) adalah distribusi tekanan fluida dan K adalah bilangan Dean. Persamaan umum tanpa dimensi ditunjukkan seperti berikut, Persamaan kontinuitas: 1 v xu x x y 0 Persamaan momentum-x: u u p 1 u K u v x x y x x x x u u w y x x Persamaan momentum-y: v v p 1 v v K u v x x y y x x x (7) y Persamaan momentum-z: w w C 1 K u v x y w w y x x w x x x K uw x x (5) (6) (8) dimana C adalah konstanta yang menunjukkan penurunan tekanan dalam arah aksial z dan didefinisikan dengan, Pz De Z C. Parameter, W WD e D e K, memberikan gambaran pengaruh R dari gaya sentrifugal pada aliran. Nilai C untuk aliran ditentukan dengan mengevaluasi kontiunitas global pada suatu penampang lintang saluran seperti diberikan pada persamaan berikut. x a b wdxdy (9) De dimana pada sisi sebelah kiri menunjukkan laju fluks volume pada penampang lintang saluran dan sisi sebelah kanan menunjukkan laju aliran fluks total. Fluida mengalir diasumsikan tidak terjadi slip pada dinding-dinding saluran sehingga seluruh kecepatan pada dinding sama dengan nol. Selain itu fluida yang digunakan adalah fluida yang takmampu mampat. Faktor gesekan (friction factor) saluran lengkung seperti yang dilakukan oleh Hwang [8] adalah sebagai berikut. x w f Re (10) n Persamaan umum bentuk tanpa dimensi kemudian diformulasikan ke dalam bentuk fungsi arus-vortisitas lalu didiskritasasi dengan menggunakan metode volume atur (control volume). Perubahan persamaan umum ke fungsi arus-vortisitas adalah untuk menyederhanakan persamaan umum dari bentuk 3 dimensi menjadi dimensi tanpa mengurangi ketelitian eksekusi program. Kelebihan dari pendiskritisasian dengan volume atur adalah ketidaktergantungan yang signifikan terhadap jumlah nodal. Setelah persamaan umum diubah ke bentuk diskrit kemudian secara aljabar diskritasi dibentuk dalam bentuk matrik yaitu matrik koefisien dan matrik variabel serta matrik konstanta. Cara pengubahan diskritisasi menjadi bentuk matrik aljabar adalah untuk menerjemahkan diskritasi dalam algoritma numerik sehingga dengan algoritma ini penulisan program dapat dilakukan. Program simulasi numerik diselesaikan dengan menggunakan jumlah nodal 40 x 40 dengan menerapkan aturan staggered grid. Urutan algoritma numerik yang telah ditulis ke dalam bahasa pemorograman adalah sebagai berikut: Matrik koefisien dipecah menjadi dua bagian yaitu menjadi matrik segitiga bawah dan matrik segitiga atas untuk mempercepat proses konvergensi perhitungan. 78

Nursubyakto, Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi Pemecahan matrik dan penyelesaiannya menggunakan cara yang dikembangkan oleh Peric [9] yaitu dengan Simple Implicite Procedure dan rangkaian keseluruhan program mengikuti aturan yang dikembangkan oleh Patankar [10] yaitu metode SIMPLER. Tingkat konvergensi hitungan dihentikan ketika seluruh parameter telah mencapai 10-3 dengan faktor relaksasi untuk penyelesaian matrik diberi nilai tetap dan faktor relaksasi untuk parameter kecepatan berubah-ubah guna mencapai syarat konvergensi. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic dan untuk memvisualisasikan hasil program menggunakan perangkat lunak ploting. HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria konvergensi untuk matrik, kecepatan arah x, dan kecepatan arah y telah ditetapkan sebesar 0,9. Begitu juga kriteria konvergensi untuk vortisitas, fungsi arus dan kecepatan aksial masingmasing adalah 0,1 dan 0,8 dan 0,7. Ketiga kriteria konvergensi yang terakhir ini sangat sensitif karena vortisitas, fungsi arus, dan kecepatan aksial merupakan turunan pertama (the first derivative) sehingga ketiganya sulit mencapai konvergensi dan nilainya perlu diatur sedemikian rupa agar konvergensi tercapai. Contoh hasil simulasi program yang digambar sebagai fungsi arus dapat dilihat pada Error! Reference source not found. dengan rasio kelengkungan sama dengan 3 (beta) dan variasi bilangan Dean (K). Sampai dengan bilangan Dean 360 aliran sekunder utama tampak stabil yaitu dengan ditunjukkannya sepasang pusaran kembar yang saling berlawanan arah. Pada bagian atas dalam saluran pusaran berlawan arah dengan jarum jam bernilai positif dan digambar dengan garis kontinu sedang pada sisi bawah pusaran searah dengan arah jarum jam digambar dengan garis putus-putus dan bernilai negatif. Pada bilangan Dean sama dengan 380 mulai tampak ketidakstabilan aliran sekunder dengan munculnya aliran sekunder tambahan yang terlihat lebih kecil ukurannya dan muncul dari dinding luar saluran. Kemunculan aliran sekunder tambahan mulai akan menghilang pada bilangan Dean 400. Ketika bilangan Dean mencapai 500 aliran sekunder tambahan lenyap dan kenaikan bilangan lebih lanjut bilangan Dean aliran sekunder tampak lebih Gama:1-Beta:3-K:100 Gama:1-Beta:3-K:00 Gama:1-Beta:3-K:300 Gama:1-Beta:3-K:30 Gama:1-Beta:3-K:340 Gama:1-Beta:3-K:360 Gama:1-Beta:3-K:380 Gama:1-Beta:3-K:400 Gama:1-Beta:3-K:500 Gama:1-Beta:3-K:700 Gama:1-Beta:3-K:800 Gama:1-Beta:3-K:1000 Gambar. Rangkaian Simulasi Fungsi Arus Hasil Perhitungan dengan = 1, = 3 dan Variasi Bilangan Dean 79

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No., Oktober 010: 76 8 Gama:1-Beta:3-K:100 Gama:1-Beta:3-K:00 Gama:1-Beta:3-K:300 Gama:1-Beta:3-K:30 Gama:1-Beta:3-K:340 Gama:1-Beta:3-K:360 Gama:1-Beta:3-K:380 Gama:1-Beta:3-K:400 Gama:1-Beta:3-K:500 Gama:1-Beta:3-K:700 Gama:1-Beta:3-K:800 Gama:1-Beta:3-K:1000 Gambar 3. Rangkaian Simulasi Kecepatan Aksial Melewati Saluran dengan = 1, = 3 dan Variasi Bilangan Dean stabil. Munculnya aliran sekunder tambahan ini menunjukkan bahwa aliran sekunder tidak stabil (ketidakstabilan aliran sekunder). Hal ini juga menunjukkan tambahan turbulensi pada aliran. Error! Reference source not found. memperlihatkan serangkaian simulasi numerik kecepatan aksial dengan peningkatan bilangan Dean yang berhubungan dengan Error! Reference source not found.. Pada dinding luar, dinding luar terletak pada sisi sebelah kanan dari penampang saluran, terlihat bahwa perubahan adanya aliran sekunder tambahan menyebabkan timbulnya tonjolan yang makin besar kemudian menghilang. Proses demikian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara gaya sentrifugal dan tekanan pada dinding luar terjadi. Ketidakstabilan aliran sekunder muncul secara sedikit demi sedikit kemudian menghilang dalam aliran. Ketidakstabilan ini telah banyak diamati oleh beberapa peneliti namun pertumbuhan terjadinya ketidakstabilan belum ada laporan yang menjelaskan secara rinci. Pengaruh aliran sekunder tambahan pada faktor gesekan sangat kecil karena aliran sekunder tambahan intensitasnya sangat kecil jika dibandingkan dengan aliran sekunder utama. Pada Error! Reference source not found. memperlihatkan tampilan fungsi arus sebagai hasil simulasi numerik dengan rasio kelengkungan bervariasi untuk mengamati nilai kritis bilangan Dean di mana terjadinya aliran sekunder tambahan mulai muncul. Nilai bilangan Dean kritis cenderung terus menurun dengan naiknya variasi rasio kelengkungan dan pada nilai rasio kelengkungan lebih dari 4 nilai bilangan Dean kritis relatif konstan. Grafik pada Gambar 5 menunjukkan hubungan antara nilai bilangan Dean kritis terhadap variasi rasio kelengkungan di mana dapat disimpulkan bahwa di bagian bawah kurva merupakan daerah stabil dan daerah di atas kurva merupakan daerah tidak stabil atau area ketidakstabilan yang pertama aliran sekunder bila aliran sekunder tambahan dapat muncul dan menghilang. Hilangnya aliran sekunder tambahan menunjukkan bahwa gaya sentrifugal dengan tekanan pada dinding luar terjadi ketidakseimbangan awal. Gambar 6 memperlihatkan faktor gesekan terhadap bilangan Dean dengan variasi rasio kelengkungan. fre-3, misalnya, menunjukkan faktor gesekan dengan rasio kelengkungan 3. Secara umum faktor gesekan akan cenderung naik dengan kenaikan bilangan Dean dan rasio kelengkungan. Perlu dicatat di sini bahwa pada rasio kelengkungan lebih besar dari 4 faktor gesekan cenderung relatif memiliki pola yang sama sehingga peningkata rasio kelengkungan lebih lanjut faktor gesekan akan berimpit. 80

Nursubyakto, Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi Gama:1-Beta:1-K:661 Gama:1-Beta:-K:43 Gama:1-Beta:3-K:380 Gama:1-Beta:4-K:360 Gama:1-Beta:5-K:360 Gama:1-Beta:6-K:360 Gama:1-Beta:7-K:340 Gama:1-Beta:8-K:340 Gama:1-Beta:9-K:340 Gama:1-Beta:10-K:340 Gambar 4. Rangkaian Awal Terjadinya Ketidakstabilan Aliran Sekunder Melewati Saluran Lengkung dengan Variasi Rasio Kelengkungan Bilangan Dean (K) 700 600 500 400 300 00 100 0 1 3 4 5 6 7 8 9 10 Rasio Jari-jari Kelengkungan Gambar 5. Nilai Kritis Ketidakstabilan Aliran Sekunder 35 KESIMPULAN Ketidakstabilan aliran sekunder (utama) pada saluran lengkung berpenampang persegi ditunjukkan dengan adanya aliran sekunder tambahan di mana kemunculannya dipengaruhi oleh rasio kelengkungan dan bilangan Dean. Aliran sekunder tambahan bisa muncul dan hilang bila bilangan Dean dinaikkan lebih lanjut. Ketidakstabilan aliran sekunder pada nilai bilangan Dean kritis dengan adanya aliran sekunder tambahan kurang berpengaruh pada faktor gesekan karena intensitasnya sangat rendah dibandingkan dengan aliran sekunder utama. Namun rasio kelengkungan sangat mempengaruhi faktor gesekan sampai pada rasio kelengkungan 4 dan bila lebih dari rasio ini kurang signifikan pengaruhnya. fre 30 fre-1 fre- fre-3 5 fre-4 fre-5 fre-6 0 fre-7 fre-8 15 fre-9 fre-10 10 100 00 300 400 500 600 700 800 900 1000 K Gambar 6. Faktor Gesekan Terhadap Bilangan Dean DAFTAR PUSTAKA 1. W. R. Dean, "The Stream-Line Motion of Fluid in a Curved Pipe", Philosophical Magazine, Vol. 5 no. 30, pp. 673-695, 198.. K. C. Cheng and S. Y. Mok, "Flow Visualisation Studies on Secondary Flow Patterns and Centrifugal Instability Phenomena in Curved Tubes", 1970. 3. K. C. Cheng, L. Ran Chau, and O. Jenn Wuu, "Fully Developed Laminar Flow in Curved Rectangular Channels", Transactions of the 81

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No., Oktober 010: 76 8 ASME. Series I, Journal of Fluids Engineering, Vol. 98, pp. 41-48, 1976. 4. K. N. Ghia and J. S. Sokhey, "Laminar Incompressible Viscous Flow in Curved Ducts of Regular Cross-Sections", Transactions of the ASME, Vol. Series I, p. 1977, 1977. 5. H. Asan and H. Kucuk, "A Numerical Computation of Heat and Fluid Flow in L-Shaped Curved Channel", Heat Transfer Engineering, Vol. 8 (), pp. 11-119, 007. 6. H. Fellouah, C. Castelain, A. O. E. Moctar, and H. Peerhossaini, "Detection of the Onset of Dean Instability and Effects of the Rheological Behavior in Non-Newtonian Fluids", Journal of Physics: Conference Series 137, 008. 7. R. B. Bird, W. E. Stewart, and E. N. Lightfoot, "Transport Phenomena", John Wiley & Sons, 1960. 8. G. J. Hwang and C. H. Chao, "Forced Laminar Convection in a Curved Isothermal Square Duct", Trans. of the ASME, Vol. 113, pp. 48-55, 1991. 9. M. Peric, "Efficient Semi-Implicit Solving Algorithm for Nine-Diagonal Coefficient Matrix", Numerical Heat Transfer, Vol. 11, pp. 51-79, 1987. 10. S. V. Patankar, "Numerical Heat Transfer and Fluid Flow", Washington D.C.: Hemisphere Publishing Corporation, 1980. 8