Disajikan dalam Forum Nasional IV Jaringan Kebijakan Kebijakan Kesehatan, Kupang, September 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATACARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

UU 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU tentang Pemerintah Daerah UU 33

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perencanaan Pembangunan Daerah. Yenny Sucipto Direktur Resource Centre Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Jangka Panjang dan Menengah) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2016

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

fpafpasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR SULAWESI BARAT

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I P E N D A H U L U A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MENURUT UU NOMOR 25/2004 DAN UU NOMOR 32/2004. Prof. Dr. SADU WASISTIONO, MS

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

AMRI CAHYADI, ST WAKIL KETUA DPRD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERAN DPRD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

Transkripsi:

Disajikan dalam Forum Nasional IV Jaringan Kebijakan Kebijakan Kesehatan, Kupang, September 2013

a) Negara berkewajiban menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia; anggaran merupakan instrumen konkrit perwujudan kewajiban tersebut, b) Kajian atas APBN (2007-2010) dan APBD DKI Jakarta (2008-2009) menunjukkan anggaran HIV dan AIDS masih tertutup, sangat diskriminatif, prosesnya tidak aspiratif-partisipatif, dan sebagian besar alokasi untuk memenuhi kebutuhan birokrasi pemerintahan (Seknas Fitra, 2010), c) Ada dua peraturan baru yang perlu ditilik manfaatnya : UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; Perda Provinsi DIY No. 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), d) Penanggulangan HIV dan AIDS merupakan bagian Tujuan Pembangunan Milenium di mana Indonesia merupakan salah satu negara penandatangan, e) Di antara 33 provinsi Indonesia, DIY menduduki peringkat ke-9 jumlah kasus HIV dan AIDS, (f) Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul merupakan tiga besar DIY dalam jumlah kasus HIV dan AIDS (data http://aidsyogya.or.id/2010/data-hiv dan AIDS/HIV dan AIDS-diy-juni-2011/ diakses Sabtu, 7 Januari 2012). Latar belakang penelitian Aktor-aktor pendekatan partisipatif (warga, kelompok warga, ornop, dll) Aktor-aktor pendekatan politik (KDH, DPRD, parpol, dll) Dokumen perencanaan strategis dan APBD Aktor-aktor pendekatan birokratik (Top-down and bottom-up approach) Aktor-aktor pendekatan teknokratik (Bappeda & SKPD lain) 2

Latar belakang penelitian (lanj.) 3

[satu] DAUR PERENCANAAN PENGANGGARAN PERENCANAAN JAN MEI tahun n-1 PERTANGGUNGJAWABAN JAN JUN tahun n+1 PENYUSUNAN JUN OKT tahun n-1 PELAKSANAAN JAN DES tahun n PENGESAHAN NOV-DES tahun n-1 <== PENGAWASAN ==>

KERANGKA WAKTU PROSES PENGANGGARAN Tahun Tahapan Bulan Pelaksanaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2010 Perencanaan Penyusunan 2011 Pengesahan Pelaksanaan Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban Perencanaan 2012 Penyusunan Pengesahan Pelaksanaan

Justifikasi Penelitian a. NASA 2009-2010 DIY menunjukkan besar belanja sektor terkait untuk program HIV dan AIDS Rp 1,8 miliar pada tahun 2009 dan Rp 1,3 miliar pada tahun 2010. NASA menghasilkan informasi besaran dana bersumber APBD dan rincian penggunaan dana. b. Tetapi, belum ada penelitian yang mengkaji ceruk politik anggaran terkait penanggulangan HIV dan AIDS. c. Politik anggaran terkait HIV dan AIDS masih tertutup dan diskriminatif. d. Aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat bagi kelompok kunci belum pernah dikaji. 6

Pertanyaan dan tujuan umum penelitian Pertanyaan penelitian : Bagaimana siklus perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul tahun 2010 s.d. 2012 melibatkan kelompok kunci untuk pemenuhan hak asasi manusia (HAM)? Tujuan umum penelitian : Menganalisis kesesuaian proses perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul tahun 2010 s.d. 2012 dengan instrumen HAM melalui keterlibatan kelompok kunci dalam siklus perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS. 7

Tujuan Khusus a. Menganalisis akses kelompok kunci dalam proses dan akses atas dokumen perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS. b. Menganalisis partisipasi kelompok kunci dalam proses perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS. c. Menganalisis kontrol kelompok kunci dalam proses perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS. d. Menganalisis manfaat yang diterima oleh kelompok kunci dari proses perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS. 8

Manfaat Penelitian Memberikan rekomendasi kebijakan anggaran yang berperspektif HAM dalam penanggulangan HIV & AIDS. 9

Metodologi Penelitian kualitatif Dilaksanakan di dua kabupaten, satu kota di Daerah Istimewa Yogyakarta : Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Analisis dokumen perencanaan dan penganggaran daerah : Sudahkah berpihak pada intrumen HAM (Akses, Partisipasi, Kontrol, Manfaat)? Wawancara mendalam untuk menggali informasi keterlibatan populasi kunci dalam proses perencanaan penganggaran. 10

Sumber data, pengumpulan data Dokumen perencanaan penganggaran Pengetahuan dan pengalaman tentang kebijakan dan partisipasi kesehatan terkait empat aspek (A-P-K-M) dalam proses perencanaan penganggaran. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan wawancara dengan tiga kategori informan: a. Masyarakat sipil (kelompok kunci, ornop), b. Eksekutif (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, BKBPMPP atau SKPD setara, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Kantor Menkumham / LP), c. Legislatif / parpol ( fungsionaris partai politik, Komisi D). 11

Kuesioner 1. Pengetahuan responden tentang kebijakan hak asasi manusia atas informasi, hak asasi manusia atas partisipasi, dan hak asasi manusia atas kesehatan. 2. Pengetahuan responden tentang aktor-aktor dalam daur perencanaan penganggaran 3. Pengetahuan dan pengalaman tentang aksesibilitas informasi dan dokumen publik dalam daur perencanaan penganggaran 4. Pengetahuan dan pengalaman tentang konsistensi informasi dan dokumen publik dalam daur perencanaan penganggaran 5. Pengetahuan dan pengalaman tentang ruang-ruang partisipasi dalam daur perencanaan penganggaran 6. Pengetahuan dan pengalaman tentang partisipasi dalam pemantauan dan pengawasan di sepanjang daur perencanaan penganggaran 7. Manfaat proses perencanaan penganggaran daerah 8. Pengetahuan dan pengalaman terkait dinamika keempat pendekatan (politik, partisipatif, teknokratik, top down-bottom up) dalam perencanaan penganggaran terkait penanggulangan HIV dan AIDS 12

Analisis Data Konsistensi & kesesuain substansi kebijakan anggaran (pendapatan, belanja, pembiayaan) dengan regulasi terkait dgn instrumen HAM Manfaat (pengurangan risiko) dan kontrol Dinamika empat pendekatan dalam proses perencanaan penganggaran. Kesesuaian proses perencanaan penganggaran dengan instrumen HAM. Partisipasi dan kontrol Transparansi proses serta dokumen perencanaan penganggaran. Akses dam kontrol 13

CERITA-CERITA YANG KAMI TEMUKAN 14

Dokumen yang diperoleh peneliti: Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman Kabupaten Bantul APBD 2010, 2011, 2012 APBD 2010,2011,2012 APBD 2010,2011,2012 RKA Dinkes P2P RPJMD 2011-2015 RPJMD 2011-2015 RKA KPA RKPD 2010-2012 Bantul dalam Angka 2011 KUA 2010-2012 Nota kesepakatan PPAS 2010-2012 DRUP 2012 (Kompilasi usulan Musrenbang kecamatan 2011) PPAS 2011, 2012 Penjabaran APBD 2012 RKA Dinkes Seksi P2 2010, 2011, 2012 Nota kesepakatan ttg APBD 2010-2012 DPA Dinkes 2010, 2011, 2012 Anggaran Rintisan Desa Pelapor Bebas Napza tahun 2012 Rp 85.471.000,00 (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) Tabel Program Pengendalian HIV-AIDS DIY 2006-2012 (Dinkes) DPA Dikdas 2010,2011 15

Cerita tentang akses Sebagian besar informan belum memiliki pengetahuan yang benar tentang peraturan / payung hukum yang menjamin hak asasi manusia atas informasi, partisipasi, dan kesehatan. Sebagian besar informan mengaku mengetahui pelaku dalam daur perencanaan dan penganggaran. Sebagian besar dari mereka juga bisa menyebutkan dengan benar para pelaku di sepanjang daur perencanaan dan penganggaran. 16

Cerita tentang akses (lanj.) Sebagian besar informan eksekutif dan legislatif menyebut keberadaan mekanisme pelayanan informasi publik di SKPD dan instansi, namun pada kenyataannya proses penelitian menunjukkan belum adanya mekanisme pelayanan informasi publik di badan publik negara. Akses informasi publik lebih ditentukan oleh relasi personal hingga berpotensi diskriminatif. Dokumentasi dan kearsipan di badan publik menjadi tantangan lain terkait akses. 17

Cerita tentang akses (lanj.) Jawaban informan mengindikasikan bahwa sebagian besar informan juga belum memiliki pengetahuan yang benar mengenai cakupan informasi publik terkait penanggulangan HIV dan AIDS. Di Kota Yogyakarta, seorang staf badan publik Pemerintah Kota Yogyakarta menyatakan bahwa dokumen anggaran (RKA dan DPA) merupakan dokumen rahasia. Sikap sebagian besar informan dan staf SKPD- SKPD di tiga wilayah subyek penelitian juga mengindikasikan hal yang sama. 18

Cerita tentang aspek partisipasi Sebagian besar informan warga belum pernah berpartisipasi dalam perencanaan kebijakan anggaran, apalagi dalam pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawabannya. Pernyataan informan eksekutif dan legislatif memunculkan simpulan bahwa, tidak seperti partisipasi warga di tahap perencanaan, partisipasi warga dalam pengawasan belum berterima di badan publik negara. 19

Cerita tentang kontrol Sebagian besar informan eksekutif dan legislatif menyatakan bahwa dokumen perencanaan dan penganggaran sudah konsisten, namun sebagian besar informan masyarakat sipil menyatakan belum konsisten dan dan bahkan sebagian lagi menyatakan tidak tahu. Di Kabupaten Bantul muncul pernyataan informan badan publik Pemerintah Daerah mengenai tidak relevannya penyimpanan dokumen hasil tahap-tahap perencanaan penganggaran sebelumnya yang sudah diolah menjadi bagian dokumen di tahap berikutnya. 20

Cerita tentang kontrol (lanj.) Sebagian besar informan masyarakat sipil mengaku belum pernah terlibat dalam pengawasan atas tahaptahap anggaran (perencanaan, penyusunan/pengesahan, pelaksanaan, pertanggungjawaban). Informan masyarakat sipil (warga dan LSM) menyatakan bahwa seharusnya pendekatan partisipatif yang menentukan kebijakan perencanaan dan penganggaran, namun mereka juga mengamini bahwa sekarang ini tiga pendekatan lainlah (pendekatan politik, pendekatan teknokratis, serta relasi keuangan pemerintah pusat dan daerah / top down-bottom up) yang mengendalikan kebijakan perencanaan penganggaran. 21

Cerita tentang kontrol (lanj.) Sinergi antar SKPD masih menjadi tantangan. Di Kabupaten Sleman, program terkait HIV dan AIDS selama ini masih dianggap sebagai tupoksi SKPD Kesehatan, sehingga banyak SKPD lain yang menerima surat permohonan dokumen merasa tidak punya kepentingan dan kewajiban atas penyelenggaran program dan kegiatan terkait HIV dan AIDS. Di Kabupaten Bantul, Dinas Kesehatan tidak mengetahui bahwa di Dinsosnaker ada alokasi anggaran untuk upaya rehabilitasi. Informasi dari PMI Kabupaten Bantul terkait hasil screening tidak ditindaklanjuti oleh SKPD yang berwenang. Di forum nasional pun belum ada tanggapan mengenai hal terakhir ini. 22

Cerita aspek manfaat Sebagian besar informan masyarakat sipil (warga dan ornop) menyatakan bahwa metode perencanaan belum tepat, program penanggulangan HIV dan AIDS belum tepat sasaran, dan penggunaan dana program juga belum tepat. Dalam banyak pengalaman yang dibagi oleh informan masyarakat sipil, proses perencanaan penganggaran penanggulangan HIV dan AIDS justru menambah kerentanan populasi kunci. 23

Cerita aspek manfaat (lanj.) Dari ketiga daerah subyek penelitian, hanya Kota Yogyakarta yang mengalokasikan anggaran untuk upaya kuratif. Dari ketiga kabupaten / kota yang menjadi subyek penelitian, dengan skala yang beragam, aspek manfaat menunjukkan kinerja yang paling menonjol daripada aspek akses, aspek partisipasi, dan aspek kontrol. Kota Yogyakarta menunjukkan kinerja manfaat terbaik di antara ketiga daerah subyek penelitian meski tentu saja masih harus meningkatkan aspek akses, partisipasi, dan kontrolnya. 24

Cerita aspek manfaat (lanj.) Sering dalam akhir tahun banyak agenda yg mesti dilakukan oleh SKPD jadi kesannya menghamburkan anggaran Pengalaman klasik ketegangan antara belanja langsung dan belanja tidak langsung masih dijumpai; tata kelola sumber daya publik yang tidak efisien menggerus manfaat yang menjadi hak warga. 25

Simpulan Tiga daerah penelitian menunjukkan kinerja kebijakan anggaran penanggulangan HIV dan AIDS yang belum optimal terkait HAM. Aspek manfaat menunjukkan kinerja terbaik relatif dibandingkan aspek akses, partisipasi, dan kontrol.

Rekomendasi 1. Penguatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat sipil untuk mengakses dan berpartisipasi dalam proses perencanaan penganggaran (terutama perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan), 2. Penguatan pengetahuan dan ketrampilan aparat badan publik negara tentang kewajiban negara menghormati, melindungi, dan memenuhi (a) hak asasi manusia atas informasi dan partisipasi, (b) hak asasi manusia atas kesehatan, utamanya terkait penanggulangan HIV dan AIDS agar kebijakan yang diambil sungguh mengurangi risiko serta bukan menguatkan ancaman dan menambah kerentanan, 3. Pengembangan bentuk-bentuk partisipasi yang ramah populasi kunci; pilihan yang mengemuka adalah metode partisipasi khusus dalam perencanaan (tidak melalui Musrenbang) dan audit sosial untuk pengawasan, serta 4. Penguatan sinergi badan publik negara dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

Terima kasih! Triwahyuni Suci Wulandari Enik Maslahah Romna Dwi Utami Valentina Sri Wijiyati Perkumpulan IDEA d.a. Jl. Kaliurang km 5 Gang Tejomoyo CT III/3 Yogyakarta 55281 Telp. / fax +62-274-583900 e-mail idea@ideajogja.or.id, perkumpulanidea@gmail.com www.ideajogja.or.id 28