BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

Transformasi pada objek

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB VI HASIL PERANCANGAN

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Structure As Aesthetics of sport

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI HASIL RANCANGAN. Dalam perancangan museum ini menggunakan dasar pemikiran dari alur

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Untuk memudahkan dan mengarahkan spesifikasi perancangan bangunan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP PERANCANGAN. struktur sebagai unsur utamanya. Konsep High-Tech Expression juga

Fasilitas Utama. Ruang Perawatan Wajah Ruang Perawatan Tubuh Ruang Perawatan Tangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai tempat menyimpan dan mendokumentasikan, museum ini juga merupakan sarana edukasi untuk anak-anak. Anak-anak bisa memainkan permainan yang di koleksi oleh museum ini, mereka juga bisa mengetahui film serta musik yang seharusnya diperuntukkan untuk anakanak. Pada museum ini juga terdapat sebuah musholah, area istirahat serta tempat parkir yang menunjang aktivitas pada Museum Anak-Anak ini. 6.1 HASIL RANCANGAN KAWASAN Konsep desain yang digunakan untuk perancangan Museum Anak-Anak ini adalah Connectivity space. Konsep Connectivity Space ini merupakan konsep perancangan yang diambil dari tema Folding Architecture. Connectivity Space merupakan sebuah konsep yang lebih menekankan pada hubungan antar ruang. Keterhubungan antar ruang ini di terapkan pada kesatuan bangunan yang terhubung satu dengan yang lain. Bentukan bangunan yang berasal dari kombinasi lipatan, potongan serta menempel kertas hingga menghasilkan suatu bangunan museum ini. (lihat gambar 6.1 dan 6.2) 202

Gambar 6.1 Perspektif Kawasan Museum Anak-Anak Gambar 6.2 Site Plan Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang 203

6.1.1 AKSES DAN SIRKULASI Museum Anak-Anak ini memiliki 2 akses yang dapat digunakan untuk menuju ke area museum ini. Akses menuju ke museum ini ada akses primer dan sekunder. Akses primer merupakan akses utama menuju museum yang dapat di akses dari depan museum yaitu dari arah perumahan Puncak Buring. (lihat gambar 6.3) Akses utama merupakan akses termudah yang dapat diakses dari pusat kota. Akses sekunder merupakan akses alternatif yang terletak di samping lokasi museum. Akses ini merupakan akses alternatif dari arah Kabupaten Malang. Akses menuju tapak cukup mudah, setelah kendaraan masuk ke area museum langsung menuju tempat parkir yang tidak jauh dari gerbang masuk. Posisi tempat parkir yang dekat ini disesuaikan dengan konsep yang digunakan yaitu connectivity space. Gerbang masuk dan tempat parkir yang saling terhubung ini memudahkan pengunjung untuk mengakses museum. Akses pengunjung di museum ini sama seperti akses masuk untuk kendaraan. Akses pejalan kaki lebih tinggi daripada akses kendaraan. Perbedaan elevasi ini digunakan untuk memudahkan para pejalan kaki untuk mengunjungi museum ini. 204

Gambar 6.3 Akses menuju Museum Anak-Anak Sirkulasi pada tapak terbagi menjadi 2 sirkulasi, yaitu sirkulasi pengunjung dan sirkulasi pengelola. Sirkulasi pengunjung berada di depan museum yang lebih mudah diakses dari jalan utama. Sirkulasi pengunjung dari pintu masuk menuju ke tempat parkir dan bisa langsung ke lobby museum. Jalur sirkulasi yang ditempuh dibuat dekat agar pengunjung lebih mudah untuk mengakses. Akses yang mudah sesuai dengan konsepnya keterhubungan antar ruang. (lihat gambar 6.4) 205

Gambar 6.4 Sirkulasi Pengunjung Sirkulasi pengelola berada di belakang museum.(lihat gambar 6.5) Penempatan sirkulasi pengelola jauh dari akses pengunjung agar pengunjung tidak salah untuk masuk ke museum ini. Penempatan sirkulasi pengelola dan pintu masuk pengelola dibuat searah dan dekat agar mengaksesnya lebih muda. Kemudahan untuk mengakses ini juga merupakan konsep dari keterhubungan antar ruang yang di terapkan pada akses pengelola. Selain akses pengelola, akses kru juga menggunakan pintu masuk pengelola yang berada di belakang museum ini. Tempat parkir dari kru ini dekat dengan area pertunjukan ampiteater. 206

Gambar 6.5 Sirkulasi Pengelola 6.1.2 KLIMATOLOGI Lokasi perancangan Museum Anak-Anak ini berada di daerah dataran tinggi dan berada di daerah perkebunan, sehingga udara di daerah lokasi perancangan cukup sejuk dan jauh dari polusi. Penataan bangunan dibuat memutar dan memiliki void di tengah bangunan bertujuan untuk mengatur cahaya dan udara alami yang masuk pada bangunan. Penggunaan bukaan pada atap digunakan untuk memasukkan udara alami pada bangunan. Penggunaan shading juga digunakan 207

untuk menghalau sinar matahari yang terlalu terik masuk ke dalam bangunan museum. Gambar 6.6 Alur Cahaya dan Udara Masuk 6.1.3 KEBISINGAN Kebisingan utama yang masuk pada lokasi perancangan Museum Anak- Anak ini berada di depan museum. Kebisingan yang terdapat di area museum ini tidak sampai masuk ke dalam bangunan. Kebisingan terletak di kontur bawah dari kontur bangunan, sehingga kebisingan cukup teratasi. 208

Gambar 6.7 Kebisingan pada Lokasi Perancangan Museum Anak-Anak 6.2 POLA PENATAAN MASSA Pola tatanan masa pada perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini dikelompokkan menjadi zoning ruang diantaranya zona publik, servis, dan privat. Pengelompokan masa bangunan ini berdasarkan fungsi bangunan tersebut. Bangunan publik terletak di depan yang mudah di akses dari pintu masuk museum, sedangkan bangunan servis dan privat terletak di belakang museum dan sirkulasi yang terpisah di belakang museum. Pola massa ini dibuat sesuai dengan tema perancangannya yaitu folding architecture. Kedekatan antara akses dan bangunan 209

utama untuk pengunjung lebih diprioritaskan, sehingga pengunjung lebih mudah untuk mengakses bangunan museum ini. Gambar 6.8 Pola Tatanan Massa Museum Anak-Anak di Kota Malang 6.2.1 BANGUNAN MUSEUM ANAK-ANAK Bangunan utama pada perancangan Museum Anak-Anak ini adalah bangunan museum itu sendiri. Bangunan museum terletak di tengah lokasi perancangan. Bangunan museum ini dibagi menjadi 3 bangunan besar yang saling terhubung (lihat gambar 6.9). 3 massa bangunan yang terhubung satu dengan yang 210

lain ini adalah penerapan dari konsep rancangan yaitu connectivity space. Tampilan atas bangunan museum ini sudah terlihat bentuh bangunan yang terlipat. Gambar 6.9 Perletakan Massa Bangunan Museum Bangunan museum bagian A ini merupakan bangunan welcome area dan bangunan museum permainan. Bangunan ini adalah tempat museum yang memamerkan aneka permainan dan anak-anak bisa ikut bermain di dalamnya. Bangunan A ini memiliki 3 lantai. Bagian lantai pertama merupakan welcome area dan tempat pengelola (lihat gambar 6.10). Bagian lantai kedua merupakan museum permainan dan area edukasi (lihat gambar 6.11). Bagian lantai ketiga merupakan area auditorium, di lantai ini anak-anak bisa menonton teater tentang permainan 211

anak-anak (lihat gambar 6.12). bentuk dari bangunan A ini juga merupakan bentuk yang tercipta dari lipatan kertas. Gambar 6.10 Denah lantai 1 bagian A 212

Gambar 6.11 Denah lantai 2 bagian A Gambar 6.12 Denah lantai 3 bagian A 213

Bentuk bangunan museum ini terbentuk melalui proses melipat. Fasade bangunan ini menggunakan struktur ekspose dengan kombinasi kaca dan galvalume (lihat gambar 6.13). Fasade bangunan yang mayoritas kaca ini akan menimbulkan panas pada siang hari, untuk menangani permasalahan ini, bangunan dibuat tinggi dan ruangan dalamnya dibuat luas agar sirkulasi udara di dalam bangunan ini bisa lancar sehingga panas dalam ruangan bisa diatasi. Tampak Depan Gambar 6.13 Tampak bangunan A Tampak Samping Bangunan A ini menggunakan struktur pondasi pancang dengan kedalaman pondasi 2 m dan pancangnya 5 m (lihat gambar 6.14). Penggunaan pondasi dan pancang yang dalam ini karena perancangan museum ini terletak di lahan yang berkontur, sehingga pancang yang dalam ini lebih bisa memperkuat bangunan. 214

Struktur atapnya sendiri, bangunan A ini menggunakan struktur atap space frame. Penggunaan struktur space frame ini adalah struktur atap yang mudah dilipat, sehingga penggunaan space frame sesuai dengan bentuk bangunan yang terlipat. Penutup atap bangunan ini menggunakan kombinasi kaca dan galvalum. Penggunaan penutup atap kaca ini bertujuan untuk memasukkan sinar matahari, sehingga untuk penerangan di dalam bangunan lebih menggunakan sinar alami. Potongan A-A Gambar 6.14 Potongan bangunan A Potongan B-B Bangunan B merupakan bangunan museum permainan dan museum film anak. Bangunan B ini memiliki 2 lantai. Lantai 1 merupakan lantai diorama dan lantai 2 adalah museum dari permainan outdoor (lihat gambar 6.15 dan 6.16). Penghubung antara bangunan A dan bangunan B ini menggunakan jembatan dan 215

ram. Penggunaan jembatan dan ram ini lebih aman untuk anak-anak daripada penggunaan tangga. Penggunaan jembatan menjadi penghubung ini juga bertujuan agar bangunan A dan B ini terkesan tidak terpisah, sehingga konsep dari perancangan ini keterhubungan antar ruang bisa diterapkan. Gambar 6.15 Denah lantai 1 bangunan B Gambar 6.16 Denah lantai 2 bangunan B 216

Fasade bangunan B ini terbentuk dari bentuk lipatan kertas dan penambahan proses memotong dan menempel (lihat gambar 6.17). Bagian dinding bangunan menggunakan kaca dan permainan lis dari kaca tersebut. Permainan lis kaca ini seperti garis-garis yang saling terlipat dan terpotong satu dengan yang lain. Penerapan tema folding architecture ini tidak hanya dengan pola melipat saja, tetapi proses penumpuk, memotong, dan menempel juga bisa diterapkan pada tema ini (lihat gambar 6.18). Tampak Depan Gambar 6.17 Tampak bangunan B Tampak Samping Gambar 6.18 Shading bangunan B 217

Bangunan B ini merupakan bangunan 2 lantai. Bangunan ini menggunakan pondasi pancang dengan kedalaman pondasi 2 m dan pancang 4 m (lihat gambar 6.19). Bangunan ini juga menggunakan struktur atap space frame. Pada atap bangunan dibuat bukaan dan ditutup atap kaca di atasnya ini digunakan untuk memasukkan udara alami ke dalam bangunan. Bukaan pada bangunan B ini dibuat dari bentukan lipatan kertas yang saling menempel satu dengan yang lain. Potongan A-A Potongan B-B Gambar 6.19 Potongan bangunan B Bangunan C merupakan bangunan dengan 2 lantai. Lantai 1 bangunan ini terdapat sebuah museum musik, bioskop 3 d, kios-kios oleh-oleh, dan kios makanan (lihat gambar 6.20). Lantai 2 bangunan ini adalah area museum, pameran, serta terdapat taman di atas untuk menikmati pemandangan serta air terjun di bawah bangunan ini (lihat gambar 6.21). 218

Gambar 6.20 Denah lantai 1 bangunan C Gambar 6.21 Denah lantai 2 bangunan C 219

Fasade bangunan C ini menggunakan bentukan dari lipatan kertas. Bangunan ini menggunakan kombinasi antara melipat, memotong, dan menempel (lihat gambar 6.22). Dinding bangunan ini memiliki motif lipatan yang dibuat dengan kaca dan lis alumunium. Sebagian bangunannya diberi shading sebagai struktur dindingnya (lihat gambar 6.23). Tampak Depan Gambar 6.22 Tampak bangunan C Tampak Samping Gambar 6.23 Shading bangunan C 220

Bangunan C ini merupakan bangunan 2 lantai. Penggunaan pondasi pancang dengan kedalaman pondasi 2 m dan pancang 4 m (lihat gambar 6.24). Penggunaan pondasi ini sesuai dengan ketinggian bangunan serta lokasi perancangan yang berada di lahan berkontur. Penggunaan struktur atap space frame yang mudah dilipat dengan kombinasi roof garden. Roof garden ini digunakan untuk mereduksi panas dari sinar matahari yang masuk ke bangunan dan menciptakan udara segar ke dalam bangunan. Potongan A-A Potongan B-B Gambar 6.24 Potonagn bangunan C Bentukan vasual dari bangunan museum ini menyerupai sebuah lipatan. Proses melipat, menempel, dan memotong telah di terapkan pada bentukan bangunan museum ini (lihat gambar 6.25). 221

Gambar 6.25 Bangunan Museum 6.2.2 BANGUNAN MUSHOLAH Bangunan musholah terletak di tengah bangunan museum (lihat gambar 6.26). Meskipun bangunan musholah ini bukan merupakan bangunan utama tetapi untuk aktivitas pada bangunan ini diperlukan. Dari beberapa sisi bangunan museum, bangunan musholah ini bisa diakses. Bangunan musholah ini terletak di sekitar rest area. Bangunan musholah ini mengarah ke arah air terjun. Air terjun ini merupakan view yang menarik untuk musholah. Bentukan musholah terbentuk dari proses melipat. Bentukan dinding dari musholah ini menerapkan proses folding pada rancangannya. Penggunaan bentukan garis yang terlipat menggunakan kaca dan kusen alumunium. 222

Gambar 6.26 Posisi Musholah Bangunan musholah ini merupakan bangunan 1 lantai, sehingga penggunaan pondasi telapak dengan menggabungkan pondasi batu kali sesuai dengan banguannnya (lihat gambar 6.27). Gambar 6.27 Denah, tampak, dan potongan bangunan Musholah 223

Bentukan dari bangunan musholah ini berasal dari pola melipat (lihat gambar 6.28). Proses lipatan terlihat pada bentuk bangunannya dan fasade dindingnya. Penggunaan material transparan digunakan untuk memasukkan alam ke dalam bangunan. Gambar 6.28 Bangunan Musholah 6.2.3 BANGUNAN SERVIS Bangunan servis terletak di belakang bangunan museum (lihat gambar 6.29). Bangunan ini terletak dibelakang agar tidak diakses oleh pengunjung. Bangunan servis ini memiliki 2 lantai (lihat gambar 6.30). Bentuk bangunan ini juga melalui proses lipat (lihat gambar 6.31). Bentuk dinding bangunan ini bermotif garis-garis yang terlipat dengan penutup kaca. 224

Gambar 6.29 Posisi Bangunan Servis Gambar 6.30 Denah Bangunan Servis Gambar 6.31 Tampak Bangunan Servis 225

Bangunan servis ini menggunakan pondasi telapak yang dikombinasikan dengan batu kali. Struktur atapnya menggunakan struktur space frame yang mudah dilipat (lihat gambar 6.32). Pada atas bangunan diletakkan tandon atas yang ditutupi oleh dinding bermotif lipatan garis. Gambar 6.32 Potongan Bangunan Servis Bentuk dari bangunan servis ini berasal dari proses melipat (lihat gambar 6.33). Proses melipat sendiri terlihat dari bentuk bangunannya, dinding bangunan serta penutup atas tandon. Gambar 6.33 Bangunan Servis 226

6.3 HASIL RANCANGAN INTERIOR Ide dasar dari hasil rancangan interior yang ada pada bangunan Museum Anak-Anak ini dirancang berdasarkan karakter anak. Selain mengacu pada karakter anak, interior dari bangunan ini juga menggunakan bentukan lipatan yang sesuai dengan tema. 6.3.1 INTERIOR RUANGAN MUSEUM PERMAINAN ULAR TANGGA Interior dari ruangan ular tangga ini dibuat menyerupai permainan ular tangga itu sendiri. Pola lantai dan dinding yang digunakan yaitu bentuk dari permainan ular tangga, sedangkan pola bangunan yang digunakan yaitu penerapan dari proses membuat bentuk bangunan. Bagian ruangan ini sedikit terlipat pada sisi dindingnya (lihat gambar 6.34). Gambar 6.34 Interior Ruangan Ular Tangga 227

6.3.2 INTERIOR RUANG HALL Interior ruangan hall ini terbentuk karena bentukan museum yang seperti lipatan sehingga bentuk lipatan ini terlihat pada interior bangunannya. Ruangan hall ini berada di depan awal pengunjung masuk ke museum. Di hall ini juga disajikan pameran pembuka dari Museum Anak-Anak ini (lihat gambar 6.35). Gambar 6.35 Interior Hall 6.4 HASIL RANCANGAN STRUKTUR Struktur bangunan museum ini menggunakan struktur pondasi pancang. Pondasi pancang yang digunakan berbeda kedalaman. Kedalaman pancang pada bagian bangunan 3 lantai menggunakan pancang dengan kedalaman 5 m (lihat gambar 6.36) sedangkan bangunan 2 lantai menggunakan pancang dengan kedalaman 4 m (lihat gambar 6.37 dan 6.38). Pondasi pancang yang memiliki kedalaman 5 m dengan lebar pondasi 2 m, sedangkan pondasi pancang yang memiliki kedalaman 4 m dengan lebar pondasi 1,5. 228

Gambar 6.36 Rencana pondasi bangunan A 229

Gambar 6.37 Rencana pondasi bangunan B 230

Gambar 6.38 Rencana pondasi bangunan C 6.5 Hasil Rancangan Utilitas 6.5.1 Utilitas Listrik Sumber listrik utama yang di gunakan untuk kebutuhan Museum Anak- Anak di Kota Malang ini berasal dari PLN. Selain sumber listrik utama PLN, museum juga menyediakan genset sebagai sumber listrik cadangan. Penggunaan genset ini sebagai sumber listrik cadangan apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN. Berikut skema jalur utilitas listrik pada tapak (lihat gambar 6.39) : 231

Gambar 6.39 Rencana Listrik Kawasan 6.5.2 Utilitas Plumbing Sumber air pada bangunan ini berasal dari PDAM dan sumber dari area sekitar (lihat gambar 6.40). Penggunaan air bersih ini dibagi berdasarkan fungsinya. Penggunaan air bersih dari PDAM digunakan untuk air konsumsi pengunjung, sedangkan air sumber digunakan untuk aktivitas di kamar mandi, sedangkan untuk air hydrand, springkle, penyiraman taman dan kolam menggunakan air daur ulang dan mengambil dari sungai. 232

Gambar 6.40 Rencana Plumbing Kawasan 233