KARAKTERISASI LAHAN JAGUNG AHUKLEAN DI KAWASAN BESIKAMA, KABUPATEN BELU, NUSA TENGGARA TIMUR B. Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Ahuklean adalah teknologi indegenous di Kawasan Besikama, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Teknologi budidaya jagung ahuklean dilakukan pada musim kemarau, tanpa air irigasi serta tidak memerlukan tambahan air siraman. Ahuklean hanya memanfaatkan kelembaban tanah. Jagung yang ditanam secara ahuklean dapat menghasilkan 1 t/ha pada pola petani. Teknologi ini berpeluang untuk dikembangkan sebagai ilmu baru dalam bidang pertanian. Peluang pengembangan ahuklean tidak hanya terbatas pada komoditas jagung saja, tetapi berpeluang untuk komoditas lainnya, serta berpeluang dikembangkan di daerah lain yang agro-ekosistemnya mirip. Dengan demikian teknologi budidaya jagung ahuklean perlu dipelajari. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman tanah 1 2 cm yang dilaksanakan sebanyak 2 kali yakni pada awal penanaman dan akhir penanaman. Sampel tanah diidentifikasi SPTnya yang dilakukan dengan cara mencocokkan dengan peta SPT yang dibuat oleh Puslittannak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Jagung ahuklean di Kawasan Besikama terletak pada SPT 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 2, 22 dan 23, (b) Kadar air tanah pada saat penanaman jagung ahuklean berkisar 11 29%, (c) Kedalaman air tanahnya pada area penanaman jagung ahuklean berkisar 1 35 cm. Kata kunci: Ahuklean, Jagung, Kawasan Besikama PENDAHULUAN Latar Belakang Ahuklean merupakan teknologi indigenous yang berkembang di Kawasan Besikama, kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Ahuklean (bahasa Tetun: tugal dalam) adalah teknologi budidaya jagung yang dilakukan pada musim kemarau, serta tidak memerlukan tambahan air siraman maupun air irigasi. Ahuklean dilakukan pada puncak kemarau bulan Juli November. Budidaya jagung sistem ahuklean hanya mengandalkan kelembaban tanah yang dilakukan dengan cara membuat lubang tanam lebih dalam dibanding dengan tanam jagung biasa. Kedalaman lubang tanam ahuklean berkisar 11 3 cm. Penentuan kedalamannya tergantung kelembaban tanah pada saat tanam (Murdolelono et al, 1999). Ahuklean mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, namun karakternya belum banyak diketahui. Persyaratan tumbuh jagung yang ditanam dengan cara ahuklean (kedalaman lubang tanam 11-3 cm) akan berbeda dengan persyaratan tumbuh jagung biasa (kedalaman lubang tanam 5-1 cm). Oleh sebab itu langkah penting yang perlu dilakukan adalah mempelajari karakteristik jagung ahuklean secara in-situ. Untuk tujuan itu, keadaan yang berkaitan dengan medium perakaran, kemampuan medium tumbuh dalam menyediakan lengas, serta sistem perakaran harus dimengerti sebagai informasi penting yang dibutuhkan dalam upaya pengembangan teknologi budidaya jagung dengan cara ini. Apabila karakteristik jagung ahuklean telah dipelajari maka teknologi ini berpeluang untuk dikembangkan sebagai ilmu baru dalam bidang pertanian. Peluang pengembangan ahuklean tidak hanya terbatas pada komoditas jagung saja, tetapi berpeluang untuk komoditas lainnya, serta berpeluang dikembangkan di daerah lain yang agro-ekosistemnya mirip dengan lokasi ahuklean di Kawasan Besikama tersebut. Untuk itu upaya terpenting yang dapat dilakukan dalam pengembangan jagung ahuklean adalah memperbaiki teknologi indigenous ahuklean di lokasi ahuklean itu sendiri (in situ). Bila upaya ini berhasil diharapkan dapat membantu mengatasi defisit suplai jagung yang setiap tahunnya terjadi. Tujuan
Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristik lahan yang setiap tahun ditanami jagung ahuklean di Kawasan Besikama, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Desember 23 di Kawasan Besikama, kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Kawasan Besikama bertopografi datar, kondisi tanah relatif subur, bahan induk tanah berupa endapan liat dan pasir, serta bersolum dalam. Luas kawasan Besikama 56. ha (Puslittannak, 1996). Pengambilan data Pengambilan sampel tanah dilaksanakan sebanyak 2 kali yakni pada awal penanaman dan akhir penanaman. Pengambilan sampel tanah sebanyak 2 kali tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi secara utuh antara saat tanam sampai dengan saat panen. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi yang ada tanaman jagung ahuklean, kemudian lokasi tersebut diidentifikasi SPTnya yang dilakukan dengan cara mencocokkan dengan peta SPT yang dibuat oleh Puslittannak (1989). Jumlah pengambilan sampel tanah pada masing-masing SPT tidak sama tergantung dari luas pertanaman jagung pada masing-masing SPT. Daftar lokasi pengambilan sampel tanah ditunjukkan Tabel 1. Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel tanah No Jumlah Lokasi SPT sampel 7 2 Onularan (ds Fafoe), Atokama (ds Angkaes) 8 6 Pinggir kali (ds Haitimuk), Kakeolaran (ds Lasaen), ds Lamea, Ds Sekaermaten, Angkaes (ds Angkaes), Fahiluka (ds. Lawalu) 9 3 Ds Haitimuk, Ds Maktihan, Umadedato (ds Umalor) 11 1 Ds Laleten 12 1 Kp Bateti (ds Rabasa) 13 6 Ds Alkani, Ds Umasukaer, Manumuti Brubit (ds Naimana), Pelita (ds Fahiluka), Weleun (ds Bakeruk), Kota Bone 14 1 Lawalu (ds Fahiluka) 15 1 Ds Maktihan 17 1 Ds Fafoe 18 1 Ds Lamudur 2 1 Manumuti Burubit (ds Naimana) 22 1 Ds Seserai 23 1 Ds Rabasa - 1 Bekas banjir ds Naimana Jumlah 27 Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman tanah 1 2 cm. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah ring paralon berdiameter 5,2 cm dan tingginya 1 cm sehingga volume sampel sebesar 849,83 cm 3. Cara pengambilan sampel tanah: 1. Tanah digali sedalam 1 cm, kemudian permukaan tanahnya diratakan 2. Ring sampel diletakkan di atas tanah yang telah digali, kemudian dipukul ke bawah dengan palu/hamer sampai permukaan ring sampel benar-benar rata dengan tanah 3. Ring sampel diambil, kemudian dibungkus dengan plastik agar struktur tanah di dalam ring tidak rusak dan sekaligus mencegah penguapan air 4. Ring sampel diberi label, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis data
Jenis data yang dikumpulkan dari lapangan meliputi kedalaman air tanah (sumur) saat tanam dan kedalaman air tanah (sumur) saat panen. Sedangkan data yang dikumpulkan dari analisis tanah di laboratorium adalah: 1. Kandungan pasir, debu dan liat 2. Kadar air tanah saat tanam 3. Kadar air tanah saat panen 4. Kerapatan isi tanah saat tanam 5. Kerapatan isi tanah saat panen Data yang dikumpulkan dianalisis lebih lanjut dengan analisis deskriptif kuantitatif dengan program SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Media tumbuh Jagung ahuklean ditanam pada musim kemarau tanpa bantuan pengairan. Sehingga untuk menunjang pertumbuhan tanaman hanya mengandalkan kelembaban tanah di sekitar perakaran. Oleh karena itu biji jagung harus diletakkan pada tanah yang lebih dalam sebab apabila biji jagung diletakkan pada tanah bagian atas maka akan terancam kekeringan. Biasanya penanaman jagung ahuklean pada kedalaman 11 3 cm, sementara system tanam jagung berpengairan hanya 5 1 cm. Untuk mempertahankan kelembaban tanah, maka pengolahan tanah tidak dapat dilakukan karena pengolahan tanah justru akan merusak struktur tanah, yang pada akhirnya kelembaban tanah akan menurun, selain itu pengolahan tanah akan mempercepat proses penguapan air. Oleh karena itu penanaman harus dilakukan pada tanah yang tidak diolah atau pernah diolah pada musim tanam sebelumnya. Perakaran jagung akan berkembang pada tanah-tanah yang gembur. Apabila tanah di sekitar perakaran padat maka akar jagung tidak dapat menembus tanah dan akibatnya tanaman tidak dapat berkembang. Oleh karena itu informasi medium tumbuh pada lokasi penanaman jagung ahuklean harus dimengerti. Terdapat 3 (tiga faktor) penting yang menentukan suatu lahan dapat ditanami jagung ahuklean yakni a). kandungan pasir, debu dan liat, serta b). kerapatan isi tanah. Kandungan pasir, debu dan liat Hasil pengamatan pada lokasi-lokasi penanaman jagung ahuklean di Kawasan Besikama menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh kandungan pasir dan debu yakni masing-masing sebesar 47,34% dn 46,61%, sementara kandungan liatnya hanya 6,4% (Gambar 1, 2 dan 3). Menurut Sarief (1986) tekstur tanah di lokasi ahuklean tersebut diklasifikasikan jenis lempung berpasir atau lempung. 16 Kandungan pasir (%) 14 12 1 8 Frequency 6 4 Std. Dev = 1.42 2 Mean = 47.34 N = 27. 42.5 43.5 44.5 45.5 46.5 47.5 48.5 43. 44. 45. 46. 47. 48. Kandungan pasir (%) Kandungan debu (%) Gambar 1. 8Kandungan pasir lokasi penanaman jagung ahuklean 6 4 Frequency 2 38. 42. 46. 4. 44. 5. 54. 48. 52. 56. Std. Dev = 4.28 Mean = 46.6 N = 27. 58. Kandungan debu (%)
Gambar 2. Kandungan debu lokasi penanaman jagung ahuklean 8 Kandungan liat (%) 6 4 Frequency 2 Std. Dev = 3.73 Mean = 6. N = 27.. 2. 4. 6. 8. 1. 12. 14. Kandungan liat (%) Gambar 3. Kandungan liat lokasi penanaman jagung ahuklean Kerapatan isi tanah Kerapatan isi tanah menggambarkan perbandingan antara massa padat dengan volume total (volume udara + volume air + volume padat). Hosang et al (1999) menyatakan bahwa tanah yang kerapatan isinya > 1,2 g/cm 3 sudah harus diolah karena terlalu padat sehingga berpengaruh pada jumlah pori tanah, ketersediaan oksigen dalam tanah serta aktivitas peredaran tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerpatan isi tanah lokasi penanaman jagung ahuklean pada saat tanam pada kedalaman 2-3 cm sebesar 1,32 g/cm 3, sedangkan pada akhir penanaman tanahnya semakin padat yakni nilainya meningkat menjadi 1,41 g/cm 3 (Gambar 4). Hasil ini mirip dengan pengamatan pada tahun sebelumnya yakni kerapatan isi tanah pada kedalaman 1, 2 dan 3 cm masing-masing sebesar 1,26, 1,34, dan 1,35 g/cm 3 (Murdolelono et al, 2). Kerapatan isi tanah (g/c 3.5 3. 2.5 2. 1.5 1..5. Saat panen Saat tanam Sampel tanah
Gambar 4. Perbandingan kerapatan isi tanah pada awal tanam dan akhir tanam Penyediaan lengas oleh air tanah Keberhasilan budidaya jagung secara ahuklean terletak pada kemampuan medium tumbuh dalam menyediakan lengas. Penyediaan lengas tanah sangat tergantung dari kadar air tanah pada saat penanaman dan kedalaman sumber air tanah. Kadar air tanah Kadar air tanah merupakan indikator penting bisa atau tidaknya suatu lahan ditanami jagung secara ahuklean. Pada tahun 22 telah diamati bahwa lahan yang becek ditugal lebih dangkal dibanding lahan yang tanahnya kering. Pada tahun 23 ini menunjukkan bahwa kisaran kadar air tanah pada saat penanaman jagung ahuklean sebesar 11,39 28,64% dengan ratarata sebesar 18,64%. Penurunan kadar air tanah pada saat penanaman dan saat panen ditunjukkan Gambar 5. 6 5 Kadar air (% 4 3 2 Saat tanam 1 Saat panen Sampel tanah Gambar 5. Perbandingan Kadar air tanah saat penanaman dan saat panen.
Kedalaman sumur Umumnya lokasi ahuklean kedalaman air tanahnya dangkal. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa kedalaman air tanah di lokasi ahuklean cukup dangkal. Rata-rata kedalaman air tanah (sumur) pada saat tanam sebesar 187 cm, sedangkan pada saat panen sebesar 253 cm, berarti ada penurunan permukaan air tanah sebesar 66 cm. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lokasi bukan penanaman ahuklean ternyata air tanahnya lebih dalam. Hal ini berarti bahwa pada lokasi bukan penanaman jagung ahuklean lengas tanahnya lebih kecil, yang berakibat rendahnya kelembaban tanah. Kedalaman air tanah (c 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Saat panen Saat tanam Sampel tanah Gambar 6. Perbandingan kedalaman sumur saat tanam dan saat panen Prospek pengembangan jagung ahuklean Berkaitan dengan informasi media tumbuh dan penyediaan lengas tanah tersebut di atas maka peluang perluasan areal jagung ahuklean dapat dilakukan pada: a. Lahan-lahan yang SPTnya sama di Kawasan Besikama, yakni SPT 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 2, 22 dan 23 asalkan kadar air tanah pada saat penanaman berkisar 11 29% dan kedalaman air tanahnya 1 35 cm. b. Pada SPT 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 2, 22 dan 23 di Kawasan Besikama dengan kedalaman air tanahnya > 35 cm dan kadar air tanah pada saat penanaman berkisar 11 29% perlu diuji coba dengan cara memajukan waktu tanam. c. Pada SPT lainnya di Kawasan Besikama asalkan kandungan pasirnya berkisar 42-48% dan debunya 38-58%, kadar air tanah pada saat penanaman berkisar 11 29% dan kedalaman air tanahnya 1 35 cm. d. Pada SPT lainnya di Kawasan Besikama dengan kandungan pasirnya berkisar 42-48% dan debunya 38-58%, serta kedalaman air tanahnya > 35 cm, perlu diuji coba terdahulu asalkan kadar air tanah pada saat penanaman berkisar 11 29%. e. Lokasi lainnya bukan Kawasan Besikama asalkan kondisi lahannya mirip dengan SPT 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 2, 22 dan 23, kadar air tanah pada saat penanaman berkisar 11 29% dan kedalaman air tanahnya 1 35 cm.
KESIMPULAN 1. Lahan-lahan di Kawasan Besikama pada SPT 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 2, 22 dan 23, kadar air tanah pada saat penanaman berkisar 11 29% dan kedalaman air tanahnya 1 35 cm merupakan kondisi yang sesuai bagi penanaman jagung ahuklean. 2. Penanaman jagung ahuklean dapat dilakukan pada lahan yang agroekosistemnya berbeda asalkan medium tumbuh dan lingkungannya mirip dengan SPT 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 2, 22 dan 23. DAFTAR PUSTAKA Hosang, E.Y., B. Murdolelono, N.H. Kario, Endrizal dan A. Bamualim. 1999. Sistem Usaha Pertanian (SUP) Padi Gogo di Kabupaten Belu. Kerjasama BPTP Naibonat dengan Proyek PKPN Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dati II Belu. Murdolelono,B., J.Bobihoe dan A.Bamualim. 2. Peningkatan Produktivitas Ahuklean Melalui Introduksi Jagung Varietas Bisma. Suatu Kajian Superimposed Sistem Usaha pertanian (SUP) Jagung Bisma. Badan Litbang Pertanian. Belum Dipublikasikan. Murdolelono,B., D.F.Fahik, J.Bobihoe dan A.Bamualim. 1999. Ahuklean, Teknologi Indigenous Budidaya Jagung di Kawasan Besikama. Makalah disampaikan pada Lokakarya Regional Teknologi Indigenous dan Teknologi Maju Menunjang Pembangunan Pertanian di Nusa Tenggara. Kupang 1-2 Maret 1999. Pusat Penelitian Tanah. 1989. Peta Tanah Semi Detail Daerah Besikama Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur Skala 1 : 5.. Proyek Pengelolaan Data Base Tanah. Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat. 1996. Pemetaan Tanah Tingkat Semi Detail Daerah Dataran Besikama Provinsi Nusa Tenggara Timur Skala 1:5.. Badan Litbang Pertanian. Sarief, E.S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.