2. FISIOLOGI DAN DIAGNOSA KEBUNTINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN. By : Setyo Utomo

PSKH, Kamis/13 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. DIAGNOSA DAN DIFERENSIAL DIAGNOSA KEBUNTINGAN

PUBERTAS DAN ESTRUS 32 Pubertas 32 Estrus 32 Waktu kawin 33

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

BAB IV DIAGNOSA KEBUNTINGAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

I. TINJAUAN PUSTAKA. tidak vital bagi kehidupan tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB II FAAL KELAHIRAN

MASALAH MANAJEMEN REPRODUKSI SAPI TERHADAP PERFORMAN OVARIUM SAPI. Agung Budiyanto

drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

Oleh : R. Kurnia Achjadi Dosen FKH IPB/Komisi Bibit dan,keswan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7)

Permulaan Kehidupan Manusia

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Reproduksi Sapi Betina Superovulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

BAB V INDUKSI KELAHIRAN

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

drh. Herlina Pratiwi

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

HEWAN (STRUKTUR,FUNGSI DAN MANFAATNYA) ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP BIOLOGY UNIVERSITY OF BRAWIJAYA 2013

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos Sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA 2 : MENSTRUASI PARTUS

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. yang mayoritas adalah petani dan peternak, dan ternak lokal memiliki beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simmental, antara lain warna bulu penutup badan bervariasi mulai dari putih

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu :

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi Bali (Bos sondaicus, Bos javanicus, Bos/Bibos banteng) merupakan plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HEWAN (STRUKTUR,FUNGSI DAN MANFAATNYA) ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP BIOLOGY UNIVERSITY OF BRAWIJAYA 2015

1. DOLORES DOLORES DISEBABKAN KARENA KONTRAKSI UTERUS SELAMA BEBERAPA WAKTU SESUDAH PARTUS DAN SESUDAH PENGELUARAN SECUNDINAE, DENGAN TUJUAN UNTUK

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKS) : ILMU REPRODUKSI & INSEMINASI BUATAN

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum KPSBU Lembang

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen. Pembibitan sapi perah dimaksudkan untuk meningkatkan populasi

Tatap muka ke 13 & 14 SINKRONISASI / INDUKSI BIRAHI DAN WAKTU IB

HUBUNGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DENGAN SERVICE PER CONCEPTION DI WILAYAH KPSBU LEMBANG SKRIPSI EVI PUJIASTUTI

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3

Pemantauan dan Pengukuran Proses Layanan Purna Jual. Kegiatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal. Kepala BIB Lembang

ADAPTASI FISIOLOGI PADA IBU HAMIL

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

DESKRIPSI SINGKAT MATA AJARAN

dr. Supriyatiningsih, M.Kes., SpOG


ADLN - Perpustakaan Unair

I. TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.1

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA

Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA ALASAN MELAKUKAN

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

Transkripsi:

2. FISIOLOGI DAN DIAGNOSA KEBUNTINGAN

ALAT KELAMIN/REPRODUKSI PADA SAPI Untuk dapat menghasilkan anak (pedet) dengan jarak yang teratur alat reproduksi harus memperlihatkan 5 tahap yang baik 1. Menghasilkan sel germ/kelamin (sel telur) 2. Mengirimkan sel telur ke tempat fertilisasi (oviduct = tuba falopii) 3. Menciptakan kondisi lingkungan ideal untuk fertilisasi, perkembangan embryo, implantasi embryo pada bagian badan uterus serta perkembangan anak (fetus) 4. Menyiapkan anak yang hidup, sehat pada akhir kebuntingan 5. Mengeluarkan plasenta serta mengembalikan fungsi alat reproduksi kepada ukuran/kondisi normal (involusi uterus) untuk pengulangan proses berikutnya.

FISIOLOGI KEBUNTINGAN Suatu peristiwa fisiologis sederhana didalam tubuh dan tidak dapat diamati secara langsung Deretan peristiwa : estrus ovulasi fertilisasi kebuntingan Disebut juga jarak antara perkawinan yang subur hingga melahirkan

FERTILISASI Bentuk kesatuan dari sel telur dan spermatozoa membentuk 1 sel embryo baru Terjadi di oviduct/tuba falopii 1/3 bagian distal dibawah pengaruh hormonal Kapasitas (pendewasaan) spermatozoa sebelum membuahi sel telur (waktu + 6 jam) Sel telur + spermatozoa membentuk zygote (tahap 1 sel embryo/individu baru) dengan muatan genetik Pada sapi : tubuhnya menerima kebuntingan 16-17 hari setelah fertilisasi CL di ovarium tidak mengalami regresi/lysis

IMPLANTASI Setelah fertilisasi zygote membagi diri sesuai waktu tanpa ada perubahan signifikan (cleavage pembelahan) Embryo mengalami penambahan ukuran setelah 8 hari Embryo masuk ke uterus 2-3 hari setelah fertilisasi perlekatan embryo pada dinding uterus (implantasi) dimulai 28 hari setelah fertilisasi, perlekatan sempurna : 45 hari. Membran fetus bekerjasama dengan jaringan induk uterus membentuk plasenta Cotyledon : struktur gabungan dari membran fetus dan caruncula (dinding uterus induk) jumlah 80-100 buah perlekatan. Apabila caruncula dan jaringan fetus gagal memisahkan diri setelah melahirkan plasenta tidak keluar retensio plasenta

http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/normal_pregnancy/stages_of_development_of_the_fetus.html

Figure 1: Fetus in placental membranes at about four months of age. http://babcock.wisc.edu/node/162

KEBUNTINGAN Lama kebuntingan dihitung dari jarak antara perkawinan yang subur dengan kelahiran. Lamanya kebuntingan secara genetik dapat diketahui, namun demikian dapat mengalami modifikasi oleh faktorfaktor : induk, anak, genetik dan lingkungan. Panjang kebuntingan pada hewan ternak Jenis Rata-rata (hari) Sapi 278 Kerbau 310 Domba 148 Kambing 150 Babi 114 Kuda 335

Skema Variasi Panjang Kebuntingan dipengaruhi oleh faktor induk, anak, genetik, lingkungan Variasi Panjang Kebuntingan INDUK ANAK GENETIK LINGKUNGAN Umur Jumlah Jenis Kelamin Fungsi Otak, adrenal Spesies, bangsa Genotipe anak Pakan Musim Suhu (To)

Sumber Dominan Progesteron KUDA, DOMBA PLASENTA SAPI, BABI, KAMBING CORPUS LUTEUM PROGESTERON UTERUS KEBUNTINGAN Hormon Kebuntingan : Progesteron merupakan hormon kunci untuk memelihara kebuntingan. Corpus Luteum Graviditatum Progesteron

Perkembangan Plasenta Membran Foetal : Bentuk dari plasenta selama tahap awal kebuntingan sangat erat, berhubungan, extra embrionic atau membran foetal, memisahkan diri kuning telur, amnion, allantois dan chorion. Terlihat dalam membentuk plasenta, sebagian terpisah atau bentuk kombinasi lain dan memberikan tiga tipe dasar dari plasenta teridentifikasi chorionic chorioallantois, kantung kuning telur. Membran Fungsi Kantung kuning telur Amnion Allantois Chorion Tali Pusat (Umbilical cord) Alat pembuangan Melindungi fetus dalam kantung cairan Pembuluh darah fetus yang berhubungan dengan sirkulasi plasenta bergabung dengan chorion chorioallantois Melindungi embryo dan membran foetal lain berdekatan di lapisan uterus membentuk plasenta Hubungan vaskularisasi antara ibu dan anak Villi chorion : membawa pembuluh darah fetus (allantois) ke dalam pembuluh darah induk Barrier Plasenta : memisahkan sirkulasi induk dan anak

Fungsi Plasenta Pada saat terjadinya kebuntingan, jaringan plasenta memiliki berbagai fungsi dan tambahan untuk alat pencernaan fetus, paruparu, ginjal, hati dan kelenjar hormon Plasenta juga memisahkan organisme induk/maternal dan anak/foetal artinya memisahkan perkembangan anak (fetus)

Perubahan Hormonal Selama Kebuntingan Jika sapi betina tidak bunting kembali berahi pada jarak antar siklus berahi setelah KA/IB Adanya perkembangan embryo mencegah regresi (lysis) corpus luteum CL progesteron memelihara kebuntingan (pada tahap awal) Plasenta dan adrenal progesteron memelihara kebuntingan pada tiga bulan terakhir.

Mekanisme Pemeliharaan CL Kebuntingan Bantuan bersifat luteolytik oleh sejumlah kecil LH dari Hypophysa anterior Tidak adanya mekanisme luteolytik/lysis (PGF2α) dari uterus Unknown mekanisme dari adanya janin.

FISIOLOGI ANAK (FETUS) Perkembangan kehidupan sebelum dilahirkan terdiri dari 3 periode penting: 1. Periode sel telur (ovum) 2. Periode embryo Sapi : 15-45 hari Domba : 12-34 hari Kuda : 12 60 hari Terjadi pertumbuhan cepat, pemisahan alat-alat tubuh jaringan utama, organ tubuh, sistem gambaran utama bentuk tubuh bagian luar 3. Periode fetus (embryo lahir) Perkembangan, perubahan bentuk fetus dipengaruhi oleh faktorfaktor : genetik, lingkungan induk, plasenta, hormon anak (tyroid, insulin)

DIAGNOSA KEBUNTINGAN Sangat diperlukan untuk manajemen reproduksi, berhubungan dengan produksi dan ekonomi Pemilihan metoda : Tahap kebuntingan, biaya, ketepatan, kecepatan Penetapan Praktis: 1. Seleksi ternak tidak bunting (umur, afkir) 2. Pengelompokkan berdasar umur bunting (jual) 3. Perencanaan dan aksi musim dan pakan 4. Menghindari IB kembali pada hewan bunting muda yang estrus 5. Penelitian, pengkajian, aspek reproduksi

Faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi Diagnosa Kebuntingan DARI LUAR Bentuk, konstruksi kandang Tenaga selalu ada Proporsi hewan bunting, baru melahirkan, abortus Keterampilan/pengalaman pemeriksa Pemeriksaan tergesa-gesa, kelelahan DARI DALAM Tahap umur kebuntingan Ketegangan, daya ternak Temperamen, metoda pengendalian Keragaman Kebasahan rectum

Palpasi Per Rektal Pemeriksaan melalui rectum merupakan diagnosa kebuntingan yang biasa dilakukan pada sapi, kerbau dan kuda. Pada cara ini uterus dipalpasi melalui dinding rectum untuk mengetahui pembesaran uterus selama kebuntingan. Teknik ini dilakukan pada tahap awal kebuntingan, akurat dan dapat diketahui segera hasilnya. Ultrasonografi Prinsip dari alat tersebut bahwa cairan yang ada didalam fetus akan menimbulkan gelombang suara dan gema dari suara yang membentur dinding (tulang, dsb) akan ditangkap sebagai gambar dari layar Pemeriksaan Hormon Kebuntingan Pemeriksaan hormon progesteron terutama untuk diagnosa kebuntingan pada sapi telah banyak dilakukan di negara maju. Material yang digunakan berupa susu dan diambil setelah perkawinan 22-24 hari pada sapi. Metoda yang digunakan yaitu ELISA dan RIA. Prinsip ada kenaikan jumlah progesteron yang dihasilkan oleh CL, namun perlu pemeriksaan lebih lanjut bila kenaikan progesteron tersebut oleh corpus luteum persistent dan sapi dalam keadaan tidak bunting.

http://www.harperfarms.com/cattle/cattle_pregnancy.htm http://www.partners-in-reproduction.com/reproduction-cattle/usg-images-pregnancy.asp Ultrasound images during pregnancy in cows Uterus at 27d of gestation

Teknik Pemeriksaan Palpasi Perektal Keuntungan: Ekonomis Efektif Hasilnya dapat diandalkan Kerugian: Relatif tidak ada bila dilakukan secara Lege Artis Kegunaan/Manfaat: Diagnosa kebuntingan Diagnosa Gangguan Reproduksi Fisiologis/Anatomis Organ Reproduksi betina

Kegunaan/Manfaat..lanjutan: Diagnosa kebuntingan Diagnosa Gangguan Reproduksi Fisiologis/Anatomis Organ Reproduksi Betina Diagnosa Kebidanan Treatment Inseminasi Buatan Embryo transfer

PERSYARATAN SEBELUM MELAKUKAN PALPASI PEREKTAL KESELAMATAN PEMERIKSA KESELAMATAN HEWAN YG DIPERIKSA CARA/PROSEDUR BAKU PALPASI PEREKTAL - Masukkan tangan dgn posisi dikepal/ dikuncupkan ke dlm rektum - Banyak feces keluarkan dgn posisi tangan tetap di dlm rektum - Hewan merejan Diam, tunggu sampai relaks kembali lanjutkan

CARA/PROSEDUR BAKU lanjutan - Merejan terlalu lama Masukkan tangan sedalam mungkin ke arah ruang abdomen lalu ditarik kembali ke belakang - Arahkan tangan ke bagian bawah rektum untuk mendapatkan/meraba alat kelamin Cari saluran reproduksi yg paling mudah dikenali Serviks Emban serviks dan lanjutkan pemeriksaan organ reproduksi lain PERHATIAN!!!! Bila ada sedikit saja perubahan pd salah satu apeks cornua uterus Jangan coba-coba mencari ovarium

CARA/PROSEDUR BAKU lanjutan Persyaratan: Perlu tahu terlebih dahulu organ reproduksi yg tdk bunting atau tdk mengalami kelainan (normal) secara berurutan mulai dari - Cervix - Corpus uteri - Bifurcatio - Cornua uteri - Ovarium

Palpasi Perektal (95% benar, > hr 60 ): (Kebuntingan dapat didiagnosa dengan meraba/merasakan membran fetus dan fetus, letak/posisi dan ukuran uterus, karunkula dan fremitus a. uterina media) - Pemeriksaan paling dini bisa dilakukan pd 35 hr setelah kawin (membran fetus/fetal membrane slip, fetus/fetal slip) - Pemeriksaan > 60 hr setelah kawin (paling aman), memeriksa posisi dan ukuran uterus - Pemeriksaan lanjut > 90 hr (posisi dan ukuran uterus, karunkula )

Tingkat kebenaran 95% pd kebuntingan >60 hari Pemeriksaan pd umur kebuntingan 35-50 hari riskan dengan abortus atau kelainan teratologi karena tekanan pada fetus. Harus dilakukan oleh tenaga yang terampil dan terlatih Kehati-hatian dalam pemeriksaan sangat penting

Tanda-tanda Utama Umur (hr) Kebuntingan Tanda-tanda Utama 35 Satu cornua uteri lebih besar, Foetal membran Slip, Foetal slip. CL terdapat pd ovarium 60 Cornua uteri asimetris, uterus masih di rongga pelvis 90 Cornus uteri asimetris semakin jelas, uterus mulai turun dari rongga pelvis (menggantung di simpisis pubis)

Tanda-tanda Utama lanjutan Umur (hr) Kebuntingan Tanda-tanda Utama 120 Cornua bunting semakin besar (sarung tinju), fremitus pd a. uterina media berdenyut lemah, karunkula teraba (1,5-2,5 cm), foetus kadang teraba 150 Cornua bunting berada di dasar abdomen, kadang foetus teraba (sulit), fremitus berdenyut kuat sampai mendesir ringan, karunkula semakin besar (2,5-4 cm)

Tanda-tanda Utama lanjutan Umur (hr) Kebuntingan Tanda-tanda Utama 180 Fetus bisa diraba, fremitus berdesir kuat, karunkula teraba (4-5 cm) 210 Fremitus berdesir semakin kuat, karunkula semakin besar (5,5-7 cm), fetus sudah bereaksi sentuhan (refleks), diameter serviks membesar

Tanda-tanda Utama lanjutan Umur (hr) Kebuntingan Tanda-tanda Utama 240 Fremitus berdesir kuat sekali, karunkula teraba (6-9 cm), fetus mengarah jalan kelahiran 270 Fetus sudah masuk di jalan kelahiran

Gangguan (masalah) Selama Kebuntingan Kematian sebelum kelahiran dapat terjadi pada setiap tahap kebuntingan 1. Kematian embryo dini (< 14 hari)/early embryonic death 2. Kematian embryo lanjut (14 42 hari)/late embryonic death 3. Abortus, mummifikasi, maserasi, premature

PARTURITION (PROSES KELAHIRAN) Tanda-tanda klinis: 1. Perejanan awal dilatasi cervix kontraksi uterus 2. Pengeluaran anak (foetal expulsion) 3. Pengeluaran selaput anak (plasenta) http://www.cowsforsmallholders.zoomshare.com/1.html

Mekanisme Fisiologis Mengontrol Kelahiran Selama beberapa tahun disepakati bahwa organisme induk mengatur saat, dan terjadinya kelahiran dengan beberapa kerjadian fisiologis, meliputi: 1. Peningkatan ketidakstabilan otot uterus oleh kenaikan kadar hormon estrogen yang lambat pada akhir kebuntingan 2. Penambahan ukuran/berat anak merangsang kontraksi uterus 3. Akumulasi sisa metabolisme fetus, terutama CO2 merangsang kontraksi uterus 4. Pematangan plasenta yang pelepasannya oleh faktor yang tidak diketahui atau output syaraf 5. Pengaruh hormon induk estrogen, progesteron, oxytocin (cepat lahir)