"Segitiga Terumbu Karang (coral triangel)"

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JAKARTA (22/5/2015)

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

TERUMBU KARANG; ASET YANG TERANCAM (AKAR MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI PENYELAMATANNYA) Amin, S.Pd., M.Si*)

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

CORAL TRIANGLE INITIATIVE FOR CORAL REEFS, FISHERIES & FOOD SECURITIES Oleh: M. Eko Rudianto 1

BAB III ANCAMAN TERHADAP TERUMBU KARANG YANG BERADA DI KAWASAN CORAL TRIANGLE

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGENALAN EKOSISTEM DI LAUT DANGKAL (Biologi(

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Mengenal Teluk Tomini

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

PENDAHULUAN Latar Belakang

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

Industri dan Rantai Perdagangan

POTENSI EKOLOGIS KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB II ISU CORAL TRIANGLE DAN ANCAMAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DAN PESISIR

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Tentang : Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.38/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

"Segitiga Terumbu Karang (coral triangel)" Mata Kuliah Ilmu dan Pegelolaan Terumbu Karang Disusun oleh : Desiana Wahyu K. 115080600111032 Putu Winny Ratu P. 115080601111020 Salmana W. 115080600111022 Mamik Melani 115080600111033 Silvi Fitria 115080613111009 Kelas : I03 PRODI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad serta perlindungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang yang berjudul Segitiga Terumbu Karang (coral triangel). Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Mikrobiologi Laut. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam perbaikan-perbaikan kepenulisan ini. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga dapat terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan banyak memberikan informasi yang positif. Malang, 25 September 2013 Tim Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 2 DAFTAR ISI... 3 1 PENDAHULUAN... 5 1.1 Latar Belakang... 5 1.2 Rumusan masalah... 6 1.3 Tujuan... 6 2. TINJAUAN PUSTAKA... 7 2.1 Pengertian Terumbu Karang... 7 2.2 Syarat Hidup Terumbu Karang... 7 2.3 Tipe Terumbu Karang... 8 2.4 Kondisi Terumbu Karang Indonesia... 8 2.5 Manfaat Terumbu Karang... 8 2.6 Ancaman Terumbu Karang... 9 2.7 Alternatif Solusi Penyelamatan Terumbu Karang... 10 3. PEMBAHASAN... 12 3.1 Pengetian Kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle)... 12 3.2 Profil Negara Coral Triangle... 13 a. Indonesia... 13 b. Malaysia... 14 c. Papua Nugini... 15 e. Kepulauan Solomon... 17 f. Timor Leste... 17 3.3 Sejarah Awal dari Kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle)... 18 3.4 Ancaman bagi kawasan segitiga terumbu karang... 19 3.4.1 Ancaman setempat dan dunia terhadap terumbu karang... 20 3.4.2 Ancaman terhadap terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang... 22

3.4.3 Ancaman terhadap terumbu karang di kawasan segiiga terumbu karang... 24 1. Pembangunan pesisir... 24 2. Pencemaran yang Berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS)... 24 3. Pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut... 25 4. Penangkapan yang berlebih dan merusak... 25 3.4.4 Ancaman terhadap terumbu karang pada masa depan... 26 3.4 struktur pengelolaan coral triangel initiative (CTI)... 28 4. PENUTUP... 30 4.1 Kesimpulan... 30 4.2 Saran... 30 DAFTAR PUSTAKA... 31

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan kelompok organisme yang hidup di dasar perairan laut dangkal, terutama di daerah tropis (Kordi, 2010). Terumbu karang juga merupakan salah satu dari komunitas dunia yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi, beragam secara taksonomi dan bernilai estetis.terumbu karang menyediakan habitat ekologis yang menyokong kehidupan hewan dengan kepadatan tertinggi di bumi.dari 34 film hewan,32 ditemukan hidup di terumbu karang. Diperkirakan terumbu karang menyokong antara 1 hingga 9 juta spesies dimana kurang dari 10% yang telah di identifikasi dan dideskripsikan secara taksonomi.terumbu karang juga merupakan habitat berbagai biota bernilai ekonomis tinggi, seperti ikan, teripang, lobster, rumput laut, kima, kerang, siput, bulu babi dan lain-lain. Sebagai habitat biota laut, kawasan ini merupakan salah satu sumber pangan dan obatobatan penting bagi kehidupan manusia. Ekosistem terumbu karang adalah kekayaan yang tak ternilai, baik secara ekologi maupun ekonomi. Namun ekosistem terumbu karang di perairan Indonesia termasuk yang telah mengalami kerusakan pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pengambilan terumbu karang, penangkapan ikan, kegiatan pariwisata dan berbagai aktivitas lainnya telah menimbulkan dampak terhadap terumbu karang. Kerusakan terumbu karang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kerusakan ini tentunya berpengaruh pada ekosistem terumbu karang secara keseluruhan. Ekosistem terumbu karang merupakan daerah pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), pembesaran (rearing ground), dan mencari makan (feeding ground) bagi berbagai biota. Karena itu, kerusakan ekosistem terumbu karang berpengaruh pada produksi perikanan dengan sendirinya kerusakan ini berdampak secara ekologi dan ekonomi. Dengan adanya permasalahan kerusakan di kawasan terumbu karang membuat penyusunan paper ini kita arahkan kepada segitiga terumbu karang (coral triangel) yang mana Indonesia merupakan pusat dari segitiga terumbu karang (coral triangle) dimana terumbu karang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (mega biodiversity). Tingginya keanekaragaman hayati tersebut tidak hanya disebabkan oleh letak geografisnya yang strategis tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu variasi iklim musiman, arus atau massa air laut yang mempengaruhi massa air dari dua samudera, serta keragaman tipe habitat dan ekosistem yang terdapat di dalamnya.

1.2 rumusan masalah 1. Apakah kawasan segitiga terumbu karang itu? 2. Apa yang menjadi ancaman bagi kawasan segitiga terumbu karang? 3. Apakah prakarsa segitiga terumbu karang? 4. Bagaimana struktur pengelolaan coral triangel initiative (CTI)? 1.3 Tujuan 1. Dapat mengidentifikasi kawasan segitiga terumbu karang atau coral triangel 2. Dapat menemukan faktor-faktor yang dapat mengancam bagi kawasan terumbu karang 3. Dapat mengetahui seluk beluk atau sejarah sehingga dapat terbentunya segitiga terumbu karang 4. Dapat memahami pengelolaan yang dilakukan oleh CTI dalam mengelola kawasan segitiga terumbu karang.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Terumbu Karang Terumbu adalah sebuah istilah secara umum menerangkan sebuah gundukan, atau substrat keras, yang berkembang dan tumbuh menuju permukaan laut. Kerangka ini boleh jadi diperoleh secara abiotik, dari batuan dasar, boulders, kerikil dan pasir, atau dalam istilah terumbu buatan. Terumbu bisa juga dibangun secara biologi dari material skeleton dari berbagai organisme, sebagian besar terdiri dari karang batu. Terumbu karang didefenisikan sebagai struktur karbonat pada atau dekat permukaan laut dicirikan oleh sebuah kelimpahan besar tumbuhan dan hewan berasosiasi dengan struktur terumbu, sebagaimana kecepatan pertumbuhan produksi primer pada daerah perairan yang memiliki nutrien yang miskin. Terumbu karang (coral reefs) merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Ekosistem ini terdiri atas beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar, serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. 2.2 Syarat Hidup Terumbu Karang Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi. Pada dasarnya karang merupakan endapan massive kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme lain penghasil kalsium karbonat. Binatang karang ini masuk ke dalam phylum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia. Terumbu karang tidak dapat hidup di air tawar atau muara ataupun hidup disemua tempat, akan tetapi hidup di perairan laut yang memiliki syarat-syarat tertentu yaitu : Perairan yang bertemperatur di antara 18-30 oc Kedalaman air kurangnya dari 50 meter Salinitas air laut 30 36 per mil ( ) Laju sedimentasi relatif rendah dengan perairan yang relatif jernih Pergerakan air/arus yang cukup Perairan yang bebas dari pencemaran, dan Substrat yang keras.

2.3 Tipe Terumbu Karang Berdasarkan bentuknya terumbu karang dibagi menjadi 3 yaitu 1) Fringing Reef (terumbu karang tepi), yaitu terumbu karang yang tumbuh di tepi suatu pulau atau di tepi sepanjang pantai yang luas menghadap lansung ke laut. 2) Barrier Reef (terumbu karang penghalang), yaitu terumbu karang yang berkembang jauh dari pantai, dan antara terumbu karang dan pantai terdekat dibatasi oleh sebuah lagoon. 3) Atoll adalah terumbu karang berbentuk cincin atau terumbu karang berbentuk melingkar. tipe terumbu karang yang lain adalah tipe patch reefs dan table reefs. Patch Self adalah terumbu karang yang muncul pada dasar suatu lagoon dan merupakan terumbu karang yang memiliki ciri-ciri sendiri yang dikelilingi oleh pasir atau substrat selain substrat dari karang. Sedangkan table reefs menampakkan terumbu karang berukuran kecil yang tumbuh dan berkembang di lautan luas/samudera yang tidak memiliki pusat pulau atau lagoon, membentuk puncak pegunungan di dalam laut. Kehadiran dan kelansungan hidup terumbu karang membutuhkan kondisi air yang jemih dan hangat untuk menopang kelimpahan organisme di dalamnya. Kondisi ini menyebabkan terumbu karang hanya ditemukan terbatas di perairan dangkal laut tropis. 2.4 Kondisi Terumbu Karang Indonesia Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar 17.508 dan diperkirakan luas terumbu karangnya sekitar 60.000 km 2 membuat negara ini sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Ditambah letaknya yang sangat strategis, yaitu di sepanjang garis katulistiwa, diantara dua samudera Hindia dan Pasifik serta diantara dua benua Asia dan Australia. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini bias hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). 2.5 Manfaat Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang bermacam-macam, yakni sebagai tempat hidup bagi berbagai biota laut tropis lainnya sehingga terumbu karang memiliki keanekaragaman jenis biota sangat tinggi dan sangat produktif, dengan bentuk dan warna yang beraneka ragam, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan dan daerah tujuan wisata. Selain itu dari segi ekologi terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak. Terumbu karang sangat bermanfaat bagi manusia

sebagai tempat pariwisata, tempat menangkap ikan, pelindung pantai secara alami, dan tempat keanekaragaman hayati. Secara umum manfaat terumbu karang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Fungsi pariwisata Fungsi ini berkaitan dengan keindahan karang, kekayaan biologi dan kejernihan airnya membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat rekreasi. Fungsi perikanan Terumbu karang merupakan tempat tinggal ikan-ikan karang yang harganya mahal sehingga nelayan menangkap ikan di kawasan ini. Fungsi perlindungan pantai Jenis terumbu karang yang berfungsi untuk melindungi pantai adalah terumbu karang tepi dan penghalang. Jenis terumbu karang ini berfungsi sebagai pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Fungsi biodiversity Ekosistem ini mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Terumbu karang ini dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi. Potensi untuk bahan obat-obatan, anti virus, anti kanker dan penggunaan lainnya sangat tinggi. 2.6 Ancaman Terumbu Karang Berdasarkan laporan hasil penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), bahwa terumbu karang di Indonesia hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik, 24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk (Suharsono, 1998). Diperkirakan terumbu karang akan berkurang sekitar 70 % dalam waktu 40 tahun jika pengelolaannya tidak segera dilakukan. Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya: 1. Menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang disebabkan aliran lumpur dari daratan akibat penggundulan hutan-hutan dan

kegiatan pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yangberlebihan untuk kebutuhan pertanian, sampah plastik dan lainnya. Tabel 1. Aktivitas manusia terhadap terumbu karang beserta akibat yang ditimbulkannya 2. Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan oleh karena adanya faktor alam. Ancaman oleh alam dapat berupa angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh CoTs (crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global yang menyebabkan pemutihan karang. Aktivitas alam yang menimbulkan kerusakan ekosistem terumbu karang. Tabel 2. aktivitas alam dan akibat yang ditimbulkan 3. Overfishing Terumbu karang dengan kondisi yang sangat baik tanpa daerah perlindungan laut di atasnya dapat menghasilkan $12.000/km 2 /tahun jika penangkapan dilakukan secara berkelanjutan. Terumbu karang yang rusak akibat penangkapan dengan racun dan bahan peledak atau kegiatan pengambilan destruktif lainnya (seperti penambangan karang, perusakan dengan jangkar, dan lain-lain) menghasilkan jauh lebih sedikit keuntungan ekonomi. 2.7 Alternatif Solusi Penyelamatan Terumbu Karang Ancaman terhadap terumbu karanag kian hari semakin serius. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan yang baik agar kelestarian terumbu karang tetap terjaga yang pada akhirnya generasi mendatang untuk dapat juga menikmati sumberdaya terumbu

karang tersebut. Prinsip dasar yang harus dilakukan dalam pengelolaan terumbu karang secara lestari adalah sebagai berikut: 1. Melestarikan, melindungi, mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau kualitas terumbu karang dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta memikirkan generasi mendatang. 2. Mendorong dan membantu pemerintah daerah untuk menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan sesuai denga karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional berdasarkan pertimbangan-pertimbangan daerah yang menjaga antara upaya ekploitasi dan upaya pelestarian lingkungan. 3. Mendorong kesadaran, partisipasi dan kerjasama/kemitraan dari masyarakat, pemerintah daerah, antar daerah dan antar instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan terumbu karang.

3. PEMBAHASAN 3.1 Pengetian Kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) Segitiga terumbu karang atau disebut juga Coral Triangle merupakan wilayah perairan di daerah tropis dengan luas 5,7 km 2 yang meliputi 6 Negara diantarannya adalah Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste. Kawasan Segitiga terumbu karang ini merupakan habitat sekaligus rumah bagi separuh dari seluruh spesies karang. Dimana 76% adalah total jenis karang yang diketahui dan 37% dari jenis karang pembentuk terumbu yang dikenali. Pemerintah dari masing - masing ke 6 Negara bersama organisasi lingkungan dan penyandang dana, bersepakat dalam Inisiatif Segitiga Karang atau Coral Triangle Initiative untuk menangani berbagai ancaman dengan tujuan membentuk kelestarian terumbu karang, keberlanjutan perikanan dan ketersediaan pangan. Alasan mengapa kawasan tersebut bernama Segitiga terumbu karang dikarenakan, jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang di ke 6 negara tersebut maka akan menyerupai bentuk segitiga. Itu sebabnya wilayah tersebut bernama Coral Triangle. Gambar 1. coral triangel Penentuan kawasan Segitiga terumbu karang ini ditetapkan berdasarkan kriteria penemuan lebih dari 500 jenis karang di dalam wilayah perairan dari masing masing Negara. Segitiga terumbu karang Coral Triangle juga disebut sebagai Amazonnya Lautan yang merupakan pusat dari keanekaragaman dan kelimpahan kehidupan laut yang ada di bumi. Pada beberapa lokasi Coral Triangle memiliki lebih dari 600 jenis karang ( 75% jenis karang yang telah diketahui), 53% terumbu karang dunia, 3.000 jenis ikan, dan sebaran hutan bakau yang terbesar di seluruh dunia. Coral Triangle juga menyediakan tempat pemijahan dan perkembangbiakan untuk ikan tuna yang merupakan supplier bahan

baku salah satu industri ikan tuna terbesar di dunia. Di seluruh Kawasan Segitiga Terumbu Karang, kira-kira 45% garis pantainya dilindungi oleh terumbu karang. Persentase tertinggi garis pantai yang terlindung ini ada di Kepulauan Solomon (70%) dan Filipina (65%). Indonesia merupakan kawasan segitiga terumbu karang yang memiliki terumbu karang yang cukup baik diantaranya Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat. Berdasarkan sebuah kajian ekologi yang dipimpin oleh The Nature Conservancy (TNC) dengan melibatkan para ahli terumbu karang dan ikan dunia pada tahun 2002 ditemukan sekitar 537 jenis karang dan 1074 jenis ikan di kepulauan Raja Ampat. Jumlah jenis terumbu karang di Raja Ampat tersebut merupakan 75% dari seluruh jenis terumbu karang dunia yang pernah ditemukan. Beberapa kepulauan di Indonesia yang lain juga memiliki jenis karang cukup tinggi adalah Kepulauan Derawan, Kaltim (444 jenis karang), Pulau Banda (330 jenis), Nusa Penida, Komodo, Bunaken, Wakatobi dan Teluk Cendrawasih. 3.2 Profil Negara Coral Triangle a. Indonesia Keanekaragaman hayati Terumbu karang Indonesia memiki berbagai macam keanekaragaman hayati, tercatat ada lebih kurang 590 spesies karang keras,76 yang mewakili lebih dari 95% jumlah spesies yang tercatat di Pusat Segitiga Terumbu Karang. Di terumbu karang Indonesia terdapat populasi ikan dan biota laut lain yang banyak dan beraneka ragam dengan sedikitnya tercatat 2.200 spesies ikan karang di perairan Indonesia. Dari 2.200 spesies ikan karang, hanya 197 spesies yang dianggap endemik yang menunjukkan bahwa sebagian besar spesies mempunyai ruaya yang luas dan saling berhubungan di seluruh Kawasan Segitiga Terumbu Karang. Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman mangrove dan lamun di dunia, merupakan tempat bagi seperlima hutan mangrove dunia dan ekosistem lamun yang luas. Status Menurut data pada survei COREMAP tahun 2007, terumbu karang Indonesia dinilai sangat sehat. Dimana 21% sehat, 42% sedang, dan 34% buruk atau sangat buruk berdasarkan ambang batas tutupan karang keras untuk hidup. Persentase terumbu karang yang sehat dan sangat sehat berkurang dibandingkan dengan survei yang dilakukan pertama kali pada tahun 2003.

Gambar 2. terumbu karang yang terancam di Indonesia Pada tahun 2010, kenaikan suhu air laut yang tidak biasa menyebabkan terjadinya pemutihan karang massal di seluruh Asia Tenggara yang berdampak pada banyak terumbu karang di Indonesia. Daerah yang terkena paling parah adalah sekitar Sumatera dan Sulawesi, dengan 80-90% terumbu karang mengalami pemutihan di sekitar Aceh. Pemutihan tingkat rendah hingga sedang juga terlihat di Jawa, Bali, Lombok, Papua Barat, dan Maluku. b. Malaysia Keanekaragaman hayati Secara keseluruhan, kira-kira 540 spesies karang keras telah dikenali di perairan Malaysia. Terumbu karang tersebut merupakan bagian dari biogeografi Pusat Segitiga Terumbu Karang dan menyediakan keanekaragaman karang dan ikan yang jauh lebih kaya dibanding daerah lain. Di seluruh Malaysia, terdapat sedikitnya 925 spesies ikan penghuni terumbu karang. Banyak ikan karang tersebut mendapat manfaat karena dekat dengan mangrove pantai, yang menyediakan habitat dan perlindungan dari pemangsa, terutama selama tahap yuwana. Dari 73 spesies mangrove yang diketahui di dunia, 40 spesies dijumpai di Malaysia. Status Menurut survei keadaan terumbu karang yang dilakukan oleh Pemeriksaan Terumbu Karang Malaysia pada awal 2010 pada 67 tempat yang tersebar di seluruh Malaysia, terumbu karang di Semenanjung Malaysia mempunyai tutupan karang keras hidup rata-rata 48% dan di Malaysia Timur (Sabah dan Sarawak) rata-rata 35%. Pemutihan terumbu karang yang parah terjadi di sepanjang pantai timur Semenanjung Malaysia, yang mengenai 75-90% terumbu karang.

Gambar 3. terumbu karang terancam di Malaysia c. Papua Nugini Keanekaragaman hayati Papua Nugini memiliki tatatan khas, baik ekosistem darat maupun laut. Sekitar 78% daratan utama tertutup oleh hutan alam ekosistem pesisir dan laut mencakup padang lamun, hutan mangrove, dan lebih dari 14.500 km 2 terumbu karang (6% dari dunia). Sedikitnya 514 spesies karang keras tercatat di bagian utara Papua Nugini, termasuk di pulau-pulau lepas pantai. Di Teluk Kimbe di pantai utara Britania Baru, tercatat ada lebih dari 860 spesies ikan karang. Teluk Milne di ujung timur daratan utama, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan sedikitnya 511 spesies karang keras1 dan lebih dari 1.100 spesies ikan karang. Status Terumbu karang di Papua Nugini belum diselidiki secara luas dan hanya sedikit data tersedia dari laporan pemantauan jangka panjang. Namun, data yang tersedia menyebutkan bahwa rata-rata tutupan karang keras sering kali lebih dari 40% meski data tersebut sangat beragam yang tergantung pada tempat, jenis terumbu karang, dan kedalaman. Hal-hal yang tampaknya menjadi penyebab penurunan tersebut adalah gabungan antara pemutihan karang (yang diamati pada tahun 1997-2001), penambahan limpasan endapan dari daratan, dan ledakan populasi bintang laut berduri pemakan karang. Keadaan terumbu karang meningkat membaik antara tahun 2003 dan 2007 dengan tutupan karang bercabang mencapai sebanyak 26%.

Gambar 4. terumbu karang yang terancam di Papua d. Filiphina Keanekaragaman hayati Filipina memiliki daerah terumbu karang seluas 22.500 km 2 yang merupakan 9% terumbu karang dunia dan menjadikannya negara dengan terumbu karang terluas ketiga di dunia setelah Australia dan Indonesia. Semua jenis terumbu karang ada di Filipina sebagian besar adalah terumbu karang tepi di sepanjang garis pantai serta di beberapa daerah, terumbu karang penghalang, atol, dan takat. Dengan luas dan beragamnya jenis terumbu karang yang ditambah dengan keberadaannya di dalam pusat biogeografi Segitiga Terumbu Karang Secara keseluruhan hingga saat ini tercatat ada 464 spesies karang keras, 1.770 spesies ikan karang dan 42 spesies mangrove ada di Filipina. Status Kajian pada tahun 2004 menemukan bahwa terumbu karang yang dianggap dengan keadaan sangat baik telah berkurang dari 5% pada tahun 1981 menjadi 1%, dan terumbu karang dengan keadaan baik berkurang dari 25% pada tahun 1981 menjadi 5% pada tahun 2004. Survei yang dilakukan di tempat di seluruh Filipina antara tahun 2002 dan 2004 menemukan bahwa kebanyakan tempat (94%) memiliki tutupan karang hidup (karang keras dan lunak) dengan keadaan sedang atau buruk (50% tutupan karang hidup) sedangkan 24 tempat dengan keadaan baik. Gambar 5. terumbu karang yang terancam di Filipina

e. Kepulauan Solomon Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati laut dan kekayaan spesies Kepulauan Solomon adalah salah satu yang paling tinggi di dunia. Jenis terumbu karang meliputi terumbu tepi, takat, penghalang, goba, dan atol, dengan keseluruhan luas terumbu karang hampir 6.750 km 2. Survei tersebut juga mencatat 1.019 spesies ikan karang yang di antaranya merupakan tambahan atas jumlah spesies yang sudah diketahui.141 Banyak diantara keanekaragaman ini dapat disebabkan oleh sangat beragamannya jenis habitat dan keadaan lingkungan yang ditemukan di seluruh kepulauan ini yang berkisar dari pertelukan yang terlindung, goba yang tertutup, terumbu karang penghalang hingga hutan mangrove dan padang lamun. Status Dibanding dengan bagian lain dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang, karang dan sumberdaya laut di Kepulauan Solomon tergolong dalam keadaan baik. Pada tahun 2007, gempa bumi dahsyat dan tsunami menghantam Kepulauan Solomon bagian barat. Di daerah yang terkena paling parah, karang menjadi patah, terbalik, retak atau tertutup oleh endapan. Di beberapa tempat, pergeseran dasar laut telah memindahkan karang dari tubir terumbu; dan di sejumlah tempat lain, terumbu karang, lamun, dan mangrove yang sebelumnya terendam air terangkat dari dalam air dan terpapar. Gambar 6. terumbu karang yang terancam di Kepulauan Solomon f. Timor Leste Keanekaragaman Hayati Sekitar 146 km 2 terumbu karang tepi terletak di perairan pantai Timor-Leste yang sebagian besar di sepanjang pantai utara dan sekitar dua pulau lepas pantai. Terumbu karang di Timor-Leste belum diteliti dengan baik sehingga hanya ada sedikit catatan tentang keanekaragaman hayatinya. Namun karena berada di dalam Pusat Segitiga Terumu Karang, terumbu karang dan ekosistem pesisir lain seperti

mangrove mungkin memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi seperti negara lain di kawasan ini. Mangrove dapat ditemukan terutama di sepanjang garis pantai utara namun hutan mangrove di negara ini telah hilang 80% dalam kurun waktu 70 tahun terakhir. Status Hanya sedikit survei mengenai keadaan terumbu karang di Timor-Leste yang diketahui. Survei dilakukan pada tahun 2004 menilai terumbu karang tepi di sekitar timur laut Pulau Atauro. Survei tersebut mencatat tutupan karang hidup berkisar 18-46% yang dianggap keadaannya sedang. Keanekaragaman ikan karang tinggi namun kelimpahan kebanyakan spesies ikan mahal seperti kerapu, kaci-kaci (kumpili liris), dan kakap sangat rendah. Sejumlah spesies yang tidak ditemukan termasuk yang menjadi sasaran dalam perdagangan ikan hidup seperti kerapu bebek dan kakatua angke. Gambar 7. terimbu karang yang terancam di Timur- leste 3.3 Sejarah Awal dari Kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) Pada pertemuan APEC di Sydney tahun 2007, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan perlindungan terhadap terumbu karang di kawasan segitiga karang dunia bersama 6 negara coral triangle lainnya (CT6). Inisiatif CT6 untuk melindungi terumbu karang di coral triangle disebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini mendapat banyak dukungan dari negara maju seperti Amerika dan Australia. Pada pertemuan Kepala Negara tersebut CTI Leaders Declaration diadopsi yang pada intinya menyatakan bahwa seluruh kepala negara sepakat untuk melakukan upayaupaya penyelamatan dan pengelolaan kawasan CT secara berkelanjutan melalui implementasi Regional Plan of Actions yang telah disepakati bersama. Regional Plan of Actions yang telah disepakati menggambarkan tujuan utama targettarget dan program-program aksi tingkat regional yang perlu dilakukan untuk pencapaian tujuan. Adapun Lima tujuan utama tersebut antara lain :

Penetapan dan pengelolaan secara efektif kawasan bioecoregional (seascapes) Penerapan secara utuh pendekatan ekosistem untuk pengelolaan sumberdaya perikanan dan sumberdaya kelautan lainnya Penetapan dan pengelolaan secara efektif Jejaring Kawasan Konservasi Laut Adaptasi terhadap perubahan iklim Membaiknya status spesies-spesies yang terancam punah Kelima tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai melalui berbagai kegiatan baik di tingkat negara masing-masing maupun pada tingkat regional. 3.4 Ancaman bagi kawasan segitiga terumbu karang Sumber daya alam laut dan pantai di Kawasan Segitiga Terumbu Karang dan banyaknya barang dan jasa yang ada membuat banyak dampak yang dihadapi termasuk penangkapan ikan yang berlebihan, penangkapan ikan yang mengabaikan sistem keberlanjutan, sumber- sumber polusi di darat dan perubahan iklim. Faktor-faktor ini berdampak buruk pada ketahanan pangan, lapangan pekerjaan, dan taraf hidup banyak rumah tangga yang mayoritas merupakan penduduk yang menggantungkan penghidupan mereka pada ikan dan sumber daya laut lainnya. kondisi di Segitiga Terumbu Karang mulai terancam kelestariannya yang disebabkan adanya berbagai masalah pencemaran dan cara penangkapan ikan yang bersifat destruktif. Misalnya, dengan menggunakan bom ikan dan racun. Terlebih dengan adanya kenaikan suhu muka air laut yang menyebabkan gangguan cuaca dan perubahan iklim akibat pemanasan global, juga turut memicu percepatan kerusakan terumbu karang di dunia. Faktor lain yaitu adanya tekanan ekonomi masyarakat pesisir yang pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI), telah melakukan penelitian yang menyebutkan, kerusakan terumbu karang terbesar disebabkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan bom ikan. Penelitian menunjukkan, bahan peledak 0,5 kilogram bila diledakkan pada dasar terumbu karang menyebabkan matinya ikan yang berada sampai pada radius 10 meter dari pusat ledakan. Adapun terumbu karang yang hancur sama sekali sampai radius 3 meter dari pusat ledakan. Bukan itu saja, penangkapan ikan dengan menggunakan bom tidak hanya menghancurkan terumbu karang tetapi juga akan berdampak buruk bagi usaha perikanan, pelestarian kawasan/ lingkungan dan sektor pariwisata (Wirasena, 2008) Kondisi ekologis terumbu karang dalam hal ini tutupan karang hidup mempengaruhi jumlah ikan karang ekonomis penting yang menjadi target penangkapan dan juga kondisi

terumbu karang ini mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah ini untuk menyelam. Kondisi ekologis terumbu karang ini tidak terlepas dari adanya ancaman baik dari faktor alam maupun manusia. Ancaman tersebut dapat mengakibatkan kondisi terumbu karang semakin memburuk, apabila tidak ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan tingkat kematian karang yang semakin tinggi, meskipun ancaman akibat faktor alam sulit untuk dicegah, tetapi ancaman dari manusia sebisa mungkin dapat ditanggulangi. Ancaman-ancaman umum terhadap target-target konservasi di Indonesia antara lain adalah: 1. Penangkapan ikan yang merusak dan tidak berkelanjutan, baik artisanal maupun komersial, baik legal maupun ilegal; 2. Pariwisata yang merusak (yaitu kerusakan karena jangkar pada terumbu karang, dampak yang ditimbulkan penyelam pada terumbu karang); 3. Konversi dan pembangunan pesisir (yaitu pemanenan dan konversi bakau, konstruksi perlindungan di garis pantai, tanggul pemecah ombak); 4. Turunnya kualitas air (yaitu polusi dari sumber-sumber yang terdeteksi dan tidak terdeteksi dari saluran limbah dan pertanian, sedimentasi karena aliran dari jalan raya dan tebang habis); 5. Perubahan iklim global (yaitu naiknya suhu air, naiknya permukaan laut, meningkatnya gelombang badai, erosi garis pantai, pengasaman laut) (Marine Aquarium Council 2006; Bailey dkk. 2007; Ghofar dkk. 2008; Varkey dkk. 2009). 3.4.1 Ancaman setempat dan dunia terhadap terumbu karang Sebagian besar terumbu karang di dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang dan di dunia menghadapi ancaman yang belum pernah dialami sebelumnya. Sebagai contoh, tingkat penangkapan ikan sekarang ini tidak lestari pada sebagian besar terumbu karang di dunia, dan mengarah pada kepunahan secara terbatas spesies ikan tertentu, ambruk dan tutupnya usaha penangkapan, dan perubahan ekologis yang jelas. Ancaman lainnya merupakan hasil kegiatan manusia yang berlangsung jauh dari terumbu karang. Pembukaan hutan, budidaya tanaman, peternakan yang intensif, dan pembangunan pesisir yang tidak terencana dengan baik telah menambah limpasan endapan dan unsur hara ke perairan pesisir, menutupi sebagian karang, dan turut menyebabkan pertumbuhan makroalga secara berlebihan. Di luar dampak setempat yang luas dan merusak, terumbu karang menghadapi ancaman yang semakin besar di seluruh dunia terkait dengan naiknya kadar gas rumah kaca di atmosfir. Bahkan di daerah yang tekanan setempat terhadap terumbu karangnya kecil, meningkatnya suhu air laut telah menyebabkan kerusakan yang

luas pada terumbu karang melalui pemutihan karang massal, yang terjadi ketika karang tertekan dan kehilangan secara masal mikroalga zooxanthellae yang biasanya hidup di dalam jaringan tubuh karang dan menyediakan makanan bagi karang. Meningkatnya kadar CO2 di atmosfir, sebagai akibat dari penebangan hutan dan pembakaran bahan bakar minyak, juga menyebabkan perubahan susunan kimia pada perairan laut. Sekitar 30% CO2 yang dilepas oleh kegiatan manusia diserap ke dalam permukaan laut, yang bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Pengasaman air laut yang tidak kentara ini berpengaruh sangat besar terhadap susunan kimia air laut, khususnya pada ketersediaan dan daya larut senyawa mineral seperti kalsit dan aragonit, yang dibutuhkan oleh karang dan organisme lainnya untuk membentuk kerangka kapurnya. Pada awalnya, perubahan pada susunan kimia air laut ini diduga memperlambat pertumbuhan karang, dan dapat melemahkan kerangkanya. Pengasaman yang berlanjut akan pada akhirnya menghentikan pertumbuhan karang dan mulai memicu perontokan secara perlahan struktur karbonat seperti terumbu karang. Lebih dari 60% terumbu karang dunia sedang mengalami ancaman langsung dari satu atau lebih sumber penyebab setempat, termasuk penangkapan berlebih dan merusak, pembangunan pesisir, pencemaran yang berasal dari DAS, serta pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut. Diantara tekanan setempat, penangkapan berlebihan termasuk penangkapan yang merusak merupakan ancaman langsung yang tersebar paling luas, yang mempengaruhi lebih dari 55% terumbu karang dunia. Pembangunan pesisir dan pencemaran yang berasal dari DAS masing-masing mengancam sekitar 25% terumbu karang dunia. Pencemaran dan kerusakan yang berasal dari kapal tersebar luas, yang mengancam sekitar 10% terumbu karang di dunia. Gambar 8. terumbu karang yang terancam oleh kondisi setempat

3.4.2 Ancaman terhadap terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang Terumbu karang di dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang menerima tekanan setempat yang tinggi dibanding dengan rata-rata di dunia. Di negara dalam kawasan tersebut, lebih dari 85% terumbu karang dinilai terancam, yang hampir 45% mengalami ancaman tingkat tinggi atau sangat tinggi. Penangkapan berlebihan, termasuk penangkapan yang merusak, merupakan ancaman yang paling luas dan merusak, yang mempengaruhi hampir 85% terumbu karang. Penangkapan yang merusak seperti penggunaan bahan peledak dan racun untuk membunuh atau menangkap ikan merupakan lazim di banyak bagian dari Kawasan Segitiga Terumbu Karang, khususnya di Malaysia Timur, Filipina, dan Indonesia, yang mengancam hampir 60% terumbu karang di kawasan ini. 1. Asia Tenggara, dimana terumbu karang dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang paling banyak berada, merupakan kawasan yang paling terkena ancaman setempat. Di Asia Tenggara, 95% terumbu karangnya terancam. 2. Australia merupakan kawasan dengan persentase terumbu karang yang terancam terkecil (14%). 3. Pasifik, yang sekitar 50% terumbu karangnya terancam, telah mengalami peningkatan ancaman terbesar selama 10 tahun terakhir. Gambar 9. terumbu karang yang terancam oleh gabungan ancaman setempat Ancaman yang bersumber dari daratan juga menyumbang besar terhadap ancaman secara keseluruhan. Pencemaran yang berasal dari DAS mengancam 45% terumbu karang di kawasan tersebut sedangkan pembangunan pesisir mengancam lebih dari 30% terumbu karang. Pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut merupakan ancaman yang menyebar paling sedikit di Kawasan Segitiga Terumbu Karang, yang mengancam terumbu karang kurang dari 5%.

Gambar 10. terumbu karang yang terancam oleh gabungan ancaman di kawasan segitiga trumbu karang Di Filipina, Malaysia, dan Timor-Leste, hampir semua terumbu karang dinilai terancam oleh satu atau lebih ancaman setempat. Di Indonesia, hanya sedikit lebih rendah, yaitu sekitar 93%. Persentase terumbu karang yang terancam lebih rendah ditemui di Kepulauan Solomon dan Papua Nugini, yaitu masing-masing sekitar 70% dan 55% menampilkan ringkasan ancaman di delapan negara di dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang. Gambar 11. Gabungan ancaman terhadap terumbu karang

3.4.3 Ancaman setempat terhadap terumbu karang di kawasan segiiga terumbu karang 1. Pembangunan pesisir Dampak dari pembangunan pesisir terhadap terumbu karang dapat terjadi langsung melalui kerusakan fisik seperti pengerukan atau penimbunan tanah, atau secara tidak langsung melalui bertambahnya limpasan endapan, pencemaran, dan limbah cair. Pembangunan di sepanjang pesisir mengancam lebih dari 30% terumbu karang di Kawasan Segitiga Terumbu Karang, yang lebih dari 15% terumbu karang dalam menghadapi ancaman tingkat tinggi. Ancaman ini khususnya tinggi di Filipina, dimana penduduk di pesisirnya padat dan pembangunan mengancam lebih dari separuh terumbu karang. Gambar 12. terumbu karang yang terancam oleh pembangunan pesisir 2. Pencemaran yang Berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Limpasan pupuk dan pestisida juga turut mengalir melalui sungai ke terumbu karang. Ternak dapat menambahi masalah ini melalui penggembalaan secara berlebihan atau limpasan kotoran ternak. Begitu mencapai pesisir, endapan, unsur hara, dan bahan pencemar menyebar ke perairan terdekat. Hutan mangrove dan padang lamun, yang dapat membantu menjebak endapan dan mengambil unsur hara dari air, dapat mengurangi dampak tersebut terhadap terumbu karang. Lebih dari 45% terumbu karang di Kawasan Segitiga Terumbu Karang terancam oleh endapan dan pencemaran yang berasal dari DAS, yang lebih dari 15% dianggap mengalamai ancaman tingkat tinggi. Ancaman ini tinggi terutama di banyak daerah di Filipina, Indonesia bagian tengah, Timor-Leste, dan seagian Kepulauan Solomon.

Gambar 13. Terumbu karang yang terancam oleh pencemaran dari DAS 3. Pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut Pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut diperkirakan mengancam 4% terumbu karang di Kawasan Segitiga Terumbu Karang. Tekanan ini tersebar luas, yang berasal dari pelabuhan dan melalui jalur perlayaran ke mana-mana. Di kawasan tersebut, Singapura dan Brunei Darussalam merupakan dua negara dengan persentase tertinggi dalam hal ancaman terhadap terumbu karang dengan penyebab yang berasal dari laut. Ancaman terhadap terumbu karang di Timor-Leste, Filipina, dan Malaysia juga di atas rata-rata Kawasan Segitiga Terumbu Karang. Gambar 14. Terumbu karang yang terancam oleh pencemaran dan kerusakan dari laut 4. Penangkapan yang berlebih dan merusak Penangkapan yang tidak lestari merupakan ancaman setempat yang paling luas terdapat di Kawasan Segitiga Terumbu Karang. Hampir 85% terumbu karang terancam oleh penangkapan berlebih dan/atau merusak, dengan 50% dianggap mengalami ancaman tingkat tinggi. Penangkapan yang merusak mengancam hampir 60% terumbu karang di dalam kawasan tersebut. Hampir semua terumbu karang di Filipina, Malaysia, dan Timor-Leste dinilai terancam oleh penangkapan yang tidak

lestari. Hanya Papua Nugini dan Kepulauan Solomon memiliki terumbu karang luas dengan ancaman tingkat rendah dari penangkapan yang tidak lestari karena letak terumbu karang yang jauh dari pusat permukiman berpenduduk banyak. Gambar 15. terumbu karang yang terancam penangkapan berlebih dan merusak 3.4.5 Ancaman terhadap terumbu karang pada masa depan Ancaman pada tahun 2030 Lebih dari 90% terumbu karang dunia akan terancam oleh kegiatan manusia, naiknya suhu dan pengasaman air laut, dengan hampir 60% menghadapi ancaman tingkat tinggi, sangat tinggi, atau genting. Sebanyak 30% terumbu karang akan berubah dari ancaman tingkat rendah menjadi sedang atau lebih tinggi karena khususnya perubahan iklim atau susunan kimia air laut. Tambahan 45% dari terumbu karang yang telah terkena dampak dari ancaman setempat akan berubah menjadi ancaman tingkat lebih tinggi karena perubahan iklim atau susunan kimia air laut. Tekanan panas diprakirakan berperan lebih besar dalam menaikkan tingkat ancaman dibandingkan dengan pengasaman pada tahun 2030 meski sekitar separuh dari terumbu karang akan terancam oleh kedua hal tersebut. Ancaman pada Tahun 2050 Gambar 16. ancaman terhadap terumbu karang pada tahun ini, tahun 2030 dan tahun 2050

Pada tahun 2050-an, kami memprakirakan bahwa hampir tidak ada terumbu karang dengan ancaman tingkat rendah dan hanya sekitar seperempat mengalami ancaman tingkat sedang sedangkan 75% selebihnya mengalami ancaman tingkat tinggi, sangat tinggi, atau genting. Sedikit daerah kecil terumbu karang diprakirakan tetap berada pada tingkat ancaman rendah di Australia dan Pasifik Selatan. Gambar 17. terumbu karang yang terancam pada waktu ini, tahun 2030 dan tahun 2050 Gambar 18. Terumbu karang yang terancam pada waktu ini, tahun 2030 dan tahun 2050

3.5 struktur pengelolaan coral triangel initiative (CTI) Coral Triangle Center (CTC) bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia untuk mendorong pengelolaan sumberdaya laut kawasan tersebut yang berkelanjutan utamanya melalui kegiatan: 1. Penerapan Rencana Aksi Nasional dan Regional Inisiatif Segitiga Karang 2. Pengelolaan kawasan konservasi perairan di Indonesian termasuk wilayah Segitiga Terumbu Karang melalui: a. Penguatan dan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia b. Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan sebagai percontohan dan pembelajaran lapangan c. Pengembangan jejaring pembelajaran d. Pengembangan kerja sama kemitraan dengan pihak terkait, dan e. Peningkatan pengawasan dan pemantauan The Coral Triangle Center (CTC) mempunyai misi utama untuk mengembangkan kapasitas lokal di tingkat pengelolan konservasi regional di kawasan Segitiga Karang melalui pelatihan, berbagi pengalaman terbaik dari pengalaman di lapangan, mengembangkan jejaring pembelajaran, membangun kemitraan publik dan swasta, serta mengembangkan pusat regional. Terbentuk pada tahun 2001 sebagai sebuah program pada lembaga The Nature Conservancy Indonesia, dalam pelayanan CTC selama 12 tahun, sudah lebih dari 100 sesi pelatihan dilakukan bersama mitra bagi lebih dari 2.000 praktisi regional, menjadi tuan rumah bagi berbagai pertukaran pembelajaran internasional, dan mendorong dialog kebijakan bagi para pembuat keputusan yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya laut secara lestari di tingkat regional. CTC sedang mengembangkan dirinya menjadi sebuah Pusat Pelatihan Regional yang unik dan menjadi Pusat Keunggulan (Center of Excellence) di bidang konservasi sumberdaya laut tropis yang menghubungkan lokasi pembelajaran di lapangan dan jejaring pembelajaran, bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat di tingkat nasional dan internasional, pihak universitas, serta pihakpihak lain yang relevan. Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II/ Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II (COREMAP II). Program ini merupakan komitmen jangka panjang untuk mengelola secara berkelanjutan sumberdaya terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya. Coremap tahap II merupakan fase Akselerasi untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal di daerah-daerah prioritas, yang merupakan kelanjutan dari COREMAP tahap I (Inisiasi), dan akan dilanjutkan pada tahap akhir, yaitu COREMAP III (Institusionalisasi) bersinergi dengan program inisiatif segitiga karang (CTI).

Bagian akhir program COREMAP (Institusionalisasi) bertujuan untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang handal dan operasional, secara desentralisasi dan melembaga. Secara umum, COREMAP-CTI melanjutkan upaya melindungi dan melestarikan sumberdaya terumbu karang dan asosiasinya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Upaya ini bersinergi dengan program Coral Triangle Initiative (CTI) yang diinisiasi oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan dipimpin oleh Indonesia. Wilayah Coral Triangle ini juga meliputi 5 (lima) Negara lainnya, yaitu: Malaysia, Philipina, Papua Nugini Solomon Island, dan Timor Leste. Gambar 19. survey keadaan terumbu karang

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Segitiga terumbu karang atau disebut juga Coral Triangle merupakan wilayah perairan yang meliputi 6 Negara diantarannya adalah Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste. kawasan segitiga karang dunia diprakarsai bersama 6 negara coral triangle (CT6). Inisiatif CT6 untuk melindungi terumbu karang di coral triangle disebut Coral Triangle Initiative (CTI). Keanekaragaman hayati yang dimiliki dari ke 6 Negara memiliki jenis dan keadaan lingkungan yang beranekaragam. Status dari keadaan Terumbu karang yang terancam dari ke 6 Negara tersebut, Indonesia memiliki keadaan terumbu karang yang sehat. Dari keadaan Terumbu Karang mengalami kerusakan diantaranya disebabkan oleh adanya pemutihan karang, penambahan limpasan endapan dari daratan, adanya penutupan karang dan lain sebagainya. Ancaman yang terjadi di kawasan segitiga terumbu karang bisa berasal dari alam maupun dari activitas manusia seperti pembangunan pesisir, Pencemaran ayng berasal dari daerah aliran sungai, pencemaran dan kerusakan dari laut, dan penangkapan yang berlebih dan merusak. Pengelolaan kawasan konservasi wilayah Segitiga Terumbu Karang melalui Penguatan dan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia, Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan sebagai percontohan dan pembelajaran lapangan, Pengembangan jejaring pembelajaran, Pengembangan kerja sama kemitraan dengan pihak terkait, dan Peningkatan pengawasan dan pemantauan 4.2 Saran Dengan adanya paper tentang segitiga terumbu karang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai program kerja yang dilakukan oleh CTI (Coral Triangel Initiative ) yang memiliki inovatif untuk membuat kawasan segitiga terumbu karang ( coral Triangel) sehingga kita lebih peduli terhadap lingkungan dan kita dapat melestarikan lingkungan yang ada. Tidak hanya itu, seharusnya kita ikut berpartisipasi dalam melestarikan kehdupan Terumbu karang dan jangan bergantung dengan adanya CTI. Dan kita harus membuat program yang kedudukannnya sepadan dengan CTI. Sehingga kedua program tersebut dapat bekerja sama untuk melestarikan Terumbu Karang yang ada diseluruh dunia.

DAFTAR PUSTAKA Amin. 2009. Terumbu Karang; Aset Yang Terancam. Akar Masalah Dan Alternatif Solusi Penyelamatannya. Volume I. No. 2. Juni 2009 UNISMA Bekasi Burke, Lauretta. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga Terumbu Karang. World Resouces Institute. KKP. 2012. Melembagakan Pengelolaan Terumbu Karang. COREMAP-CTI diharakan menjadi tahap pelembagaan menuju kemandirian pengelolaan terumbu karang. Suplemen gatra The natural conservancy. 2010. Analisis Kelayakan Kesepakatan Konservasi Laut Segitiga Karang Indonesia Temuan-Temuan Sementara Versi Publik (V.2). the natural conservancy Varkey, D.A., C.H. Ainsworth, T.J. Pitcher, Y. Goram and R. Sumaila. 2009. Illegal, unreported and unregulated fisheries catch in Raja Ampat Regency, Eastern Indonesia. Marine Policy 34 (2010) 228 236.