BAB VII INDUSTRI, PERDAGANGAN, KEUANGAN, KOPERASI DAN INVESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian daerah. Dinas Koperasi dan UKM DIY mencatat hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

Sumber: Serang Dalam Angka (data diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

BAB III TINJAUAN TEORI. A. Defenisi Usaha Mikro kecil menengah (UMKM) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. UKM dianggap penyelamat

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Jumlah Akuntan Publik Sumber: PPPK Kementerian Keuangan RI (2014),

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada. masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai pemulihan ekonomi. UMKM sendiri pada dasarnya sebagian besar bersifat

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG


BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sektor riil yang sangat penting keberadaannya adalah Usaha Mikro Kecil dan

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. pengertian pendapatan adalah: Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

Industri Keuangan Non-Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berasaskan pada prinsip kehati-hatian. Berdasarkan Undang-undang Pokok

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang, sebagian besar perekonomiannya ditopang

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN. Berdasarkan hasil empiris penelitian dan analisis pada bab sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 huruf a

Transkripsi:

BAB VII INDUSTRI, PERDAGANGAN, KEUANGAN, KOPERASI DAN INVESTASI Penggerak ekonomi kota dimainkan oleh pihak swasta, koperasi dan usaha kecil menengah yang banyak tersebar Kota Surakarta. Berikut ini dijabarkan mengenai sektor industri, perdagangan, keuangan dan koperasi. A. Industri Sektor industri di Kota Surakarta memegang peranan cukup penting sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi kota. Pengelompokan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja dibagi menjadi tiga kelompok yakni industri besar, industri sedang, dan industri kecil dan industri rumah tangga. Industri besar adalah industri yang menyerap 1 atau lebih pekerja, industri sedang/menengah adalah industri dengan jumlah tenaga kerja antara 2-99 orang, sedangkan industri kecil dan rumah tangga jumlah tenaga kerjanya kurang dari 19 orang yang umumnya berasal dari anggota keluarga. Tabel 32. Jumlah industri di Kota Surakarta INDUSTRI Tahun 21 211 212 213 214 215 Industri Kecil 92 1,42 1,414 1,574 1,347 1.347 Industri Menengah 1 11 1 1 93 93 Industri Besar 19 54 55 55 67 67 Bappeda Kota Surakarta 65

16 14 12 1 8 6 4 2 21 211 212 213 214 215 Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar Gambar 34. Grafik Jumlah Unit Usaha Industri Kecil, Menengah, dan Besar 6 5 4 3 2 Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar 1 211 212 213 214 215 Gambar 35. Grafik Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Oleh Industri Kecil, Menengah dan Besar ( data 215 belum tersedia ) Menurut jumlahnya maka industri kecil pada tahun 215 total berjumlah 1.347 unit usaha dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 55.9 orang tenaga kerja. Sedangkan sektor industri menengah jumlahnya tidak banyak kurang lebih 93 unit dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 6.76 Bappeda Kota Surakarta 66

orang dan sektor industri besar, walaupun jumlahnya tidak banyak yaitu 67 unit tetapi seluruh industri besar ini mampu menyerap tenaga kerja total sebanyak 21.256 orang tenagaa kerja. Jadi jika dilihat dari keterangan di atas, terbukti bahwa banyak industri besar yang mampu menyerap tenaga kerja warga Kota Surakarta dan sekitarnya. B. Perdagangan Untuk bidang ekonomi masyarakat Surakarta selain mengandalkan bidang industry juga mengandalkan sector perdagangan. Jumlah unit usaha perdagangan yang ada di kota batik ini pada tahun 215 relatif banyak berkisar 1.57 unit usaha. Sektor perdagangan mampu memberikan multi efek yang besar terhadap ekonomi masyarakat Surakarta. Hal ini dapat terlihat dari besarnya daya serap tenaga kerja yang mencapai 75 ribu lebih tenaga kerja yang dapat terserap pada tahun 215 ini. Jumlah tenaga kerja (orang) Industri Kecil 6 5 4 3 2 1 211 212 213 214 28283 33 28422 325 Industri Menengah 7962 7962 7962 676 Industri Besar 14 16 21256 1314 215 559 676 1314 Gambar 36. Grafik Perkembangan Unit Usaha Perdagangan Kecil, Menengah dan Besar Sejak terjadi konstraksi yang sangat signifikan terhadap jumlah pedagang akibat krisis ekonomi, perlahan namun pasti perkembangan potensi perdagangan Bappeda Kota Surakarta 67

di Kota Surakarta dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan sampai dengan tahun 215. Seiring dengan perkembangan ekonomi Surakarta dan unit usaha perdagangan dari tahun 211 hingga 215, penyerapan tenaga kerja baik pedagang kecil, menengah maupun besar sempat mengalami pertumbuhan. Pada tahun 211 usaha perdagangan hanya mampu menyerap 5.245 orang tenaga kerja, kemudian pada tahun 215 serapan tenaga kerja meningkat menjadi 75.8 orang. Pertumbuhan signifikan dalam jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor perdagangan menandakan Kota Surakarta sungguh menjadi kota perdagangan yang cukup maju di wilayah eks-karesidenan Surakarta. 8 7 6 5 4 3 2 1 PERDANGANAN 211 212 213 214 215 PERDANGANAN Gambar 37. Grafik Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Perdagangan Kecil, Menengah dan Besar. Untuk sarana Perdagangan seperti pasar tradisional, pasar grosir dan Mal jumlahnya relatif stabil. Sarana perdagangan swalayan mengalami dinamika yang cukup menarik, dimana ketika jumlah mall/plaza meningkat membawa dampak pada keberadaan unit swalayan mengalami penurunan. Hal ini dilihat pada grafik gambar 38 berikut ini: Bappeda Kota Surakarta 68

5 45 4 35 3 25 2 15 1 Pasar Tradisional Pasar Swalyan Hipermarket Pasar Grosir Mal/Plaza 5 211 212 213 214 215 Gambar 38. Jumlah Pasar Tradisional dan Modern di Kota Surakarta C. Lembaga Keuangan dan Koperasi Perkembangan potensi koperasi Kota Surakarta Nampak dari jumlah koperasi yang beroperasi. Pada tahun 211 Koperasi yang aktif sebanyak 521 unit. Pada tahun 215 ini, jumlah koperasi yang aktif ada sebanyak 525 unit, tidak berbeda jumlahnya dibandingkan pada tahun 213 dan tahun 214 yang lalu. Jumlah koperasi selama lima tahun terakhir ini dapat dikatakan cukup stabil. Tabel 33. Jumlah Koperasi Aktif, Koperasi Pasif dan Koperasi Primer Jenis Koperasi Tahun 211 212 213 214 215 1) Jumlah koperasi aktif 521 525 525 525 525 2) Jumlah koperasi Tidak Aktif 37 37 37 37 37 3) Jumlah koperasi Primer 558 562 562 562 562 Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM (data perdesember 215) Lembaga keuangan terbagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan non perbankan yang berupa modal ventura dan lembaga keuangan mikro. Kota Surakarta memiliki 2 lembaga keuangan non bank Bappeda Kota Surakarta 69

berupa 2 perusahaan modal ventura dan beberapa lembaga keuangan mikro. Sementara jumlah bank berdasarkan kepemilikannya adalah seperti table 33 berikut ini: Tabel 34. Jumlah Perbankan di Kota Surakarta Kepemilikan Tahun 211 212 213 214 215 1) Milik Pemerintah 7 4 4 4 4 2) Swasta Nasional 35 3 3 3 3 3) Swasta Asing 3 3 3 3 3 4) Milik Pemerintah Daerah 3 1 1 1 1 Sumber : Bagian Perekonomian (data perdesember 215) D. Nilai Ekspor Besarnya nilai ekspor oleh industri yang beroperasi di Kota Surakarta pada tahun 215 ini mencapai Rp 1 triliun lebih. Nilai ekspor produk industri diharapkan dapat meningkat terus dari tahun ke tahun sehingga dapat memacu pertumbuhan industri di Kota Surakarta. Bappeda Kota Surakarta 7