DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA

dokumen-dokumen yang mirip
Agus Gindo S., Erwansyah Lubis, Sudiyati, Budi Hari. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005

PENENTUAN KONSENTRASI RADIONUKLIDA ALAM DAN LOGAM BERAT DI PERAIRAN SEMENANJUNG LEMAHABANG

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

AKTIVITAS CESIUM-137 ( 137 Cs) DI PERAIRAN BANGKA SELATAN SEBAGAI BASE LINE DATA RADIONUKLIDA DI PERAIRAN INDONESIA

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

STUDI WAKTU TINGGAL PARTIKULAT DALAM AIR LAUT : KONSENTRASI 238 U DALAM AIR DAN SEDIMEN LAUT SEMENANJUNG MURIA

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PERBANDINGAN KANDUNGAN Cs-137 DAN Sr-90 DALAM AIR KALI CISALAK DAN CIPELANG

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG

STUDI WAKTU TINGGAL PARTIKULAT DALAM AIR LAUT PERMUKAAN SEMENANJUNG MURIA MELALUI PENGUKURAN 238 U Dan 234 Th.

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERCOBAAN NUKLIR RINGKASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

BAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012

DARI HATI KE HATI ONOHARA MASAKAN PADANG

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

PEMANTAUAN LlNGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2006

STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

KELARUTAN BAHAN ALUMINIUM PADA PROSES DEKONTAMINASI KIMIA MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM DAN BASA

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

AKTIVITAS RADIONUKLIDA ANTROPOGENIK 137 CS DI PERAIRAN SEMARANG BERDASARKAN SIRKULASI ARUS GLOBAL

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

Oleh: SITI SAODAH

EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA DALAM BUAH-BUAHAN IMPOR DAN LOKAL

Pemungutan Uranium Dalam Limbah Uranium Cair Menggunakan Amonium Karbonat

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

KARAKTERISTIKA (K, a, Kd, K tot ) TANAH CALON PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI SEMENANJUNG MURIA

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

B.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr.

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGUKURAN RADIASI DAN PENGOLAHAN DATA DI INSTALASI NUKLIR

MIGRASI RADIONUKLIDA DALAM NATURAL BARRIER : SORPSI CESIUM PADA TANAH DARI CALON TAPAK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI LEMAHABANG SEMENANJUNG MURIA

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

PENGARUH TINGGI LEPASAN EFEKTIF TERHADAP DISPERSI ATMOSFERIK ZAT RADIOAKTIF (STUDI KASUS: CALON TAPAK PLTN BANGKA BELITUNG)

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sungai Ara, dan Sungai Tone. Peta wilayah Kanto diberikan dalam Gambar 5.

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENILAIAN TINGKAT KANDUNGAN RADIOAKTIVITAS SEDIMEN DAN AIR SUNGAI DI SEMARANG

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

EVALUASI DAMPAK RADIOAKTIVITAS UDARA DI YOGYAKARTA PASCA KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA JEPANG

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS PB-210, PB-212 DAN PB-214 DALAM CUPLIKAN DEBU VULKANIK PASCA GUNUNG MERAPI MELETUS

KAJIAN Pb-210 DALAM BIOTA, AIR DAN SEDIMEN LAUT SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

PEMANT AUAN RADIOEKOLOGI KELAUT AN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2006

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANGAN KERJA IEBE SAAT SISTEM VENTILASI UDARA TIDAK BEROPERASI

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY

MATERI DAN METODE. Materi

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAHAN BAKAR PELET REAKTOR DAYA BERBASIS THORIUM OKSIDA PURWADI KASINO PUTRO

STUDI WAKTU TINGGAL PARTIKULAT DALAM AIR LAUT: KONSENTRASI 234TH DALAM AIR DAN SEDIMEN LAUT SEMENANJUNG MURIA.

PERKIRAAN DOSIS IMERSI TERHADAP PENAMBANG TIMAH DI LAUT PESISIR PULAU BANGKA DARI PENGOPERASIAN PLTN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Transkripsi:

DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA Cerdas Tarigan, Terima Ginting, Budi Hari, Sugeng Purnomo Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK DISTRIBUSI 90 Sr DI DALAM TANAH PERMUKAAN DI DAERAH CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG MURIA. Distribusi 90 Sr di dalam tanah permukaan di daerah calon lokasi PLTN Semenanjung Muria telah diselidiki. Sampling tanah permukaan diambil pada 4 lokasi, dilakukan pada tiap kedalaman 5 cm, yaitu dari kedalaman 0 25 cm. Konsentrasi 90 Sr yang terdapat dalam tanah dianalisis dengan metode leaching dan pencacahan dilakukan dengan alat cacah LSC. Konsentrasi 90 Sr di kawasan Semenanjung Muria bila dibandingkan dengan yang terdapat di PPTN BATAN Serpong relatif sama, sedangkan dengan di Antartika dan di Jepang sebagai negara industri nuklir, menunjukan nilai yang relatif lebih kecil. Hal ini memberikan informasi bahwa konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di kawasan Semenanjung Muria umumnya berasal dari fallout. ABSTRACT DISTRIBUTION OF 90 Sr IN SURFACE SOIL AT THE CANDIDATE AREA OF THE NUCLEAR POWER PLANT SITE SEMENANJUNG MURIA. The investigation of 90 Sr concentration in surface soil at the the candidate area of the nuclear plant site Semenanjung Muria was carried out. The soil sample was taken out from 4 locations, sampling was done every 5 cm until 25 cm depth from the surface. The 90 Sr was analysed with leaching method and counted by using LSC. The 90 Sr concentration was found in Semenanjung Muria site at was compared to the concentration of 90 Sr in PPTN BATAN the result was similar relatively and if compare with Antartica and Japan area, the results showed that the concentrations in Semenanjung Muria were lower significantly. This informations indicated that the 90 Sr concentration in Semenanjung Muria site dominantly coming from fallout. LATAR BELAKANG Pada tahun 1950 s/d 1960 banyak dilakukan percobaan peledakan bom nuklir di atmosfir baik di kutub Selatan maupun di Utara yaitu sebanyak 423 kali oleh negaranegara maju seperti USA, USSR, UK, Prancis, China dan sejak tahun 1970 secara internasional kegiatan ini telah dilarang. Hasil peledakan nuklir di atmosfer berupa hasil belah dari uranium atau plutonium. Berbagai jenis radionuklida yang ditimbulkan dari peledakan tersebut menyebar secara mengglobal di atmosfer selanjutnya akan terdeposisi di permukaan bumi dan dikenal sebagai jatuhan debu radioaktif (fallout). Radionuklida 90 Sr merupakan salah satu dari ratusan radionuklida yang dihasilkan dari hasil belah, mempunyai waktu paro cukup panjang (T 1/2 = 29 tahun) dan radiotoksisitasnya tinggi. Total 90 Sr yang menyebar di atmosfer yang berasal dari peledakan nuklir di atmosfer dari tahun 1950 s/d 1960 mencapai 600 PBq (1 PBq= 1x10 15 Bq) [1]. Percobaan peledakan nuklir di atmosfer menyebabkan penyebaran zat radioaktif hingga ke lapisan stratosphere dan tinggal untuk beberapa lama di lapisan

ini. Waktu tinggal rata-rata zat radioaktif di lapisan stratosphere telah diestimasi, hasil penelitian yang diperoleh menunjukan waktu tinggal antara setahun hingga beberapa tahun, tergantung pada altitude dan latitude peledakan nuklir tersebut dilakukan. Pada saat ini, diprakirakan sebagian besar residu 90 Sr hasil peledakan nuklir di atmosfer telah turun & kemudian terdeposisi dan tinggal di permukaan bumi [2]. Dalam makalah ini disampaikan hasil penelitian distribusi konsentrasi 90 Sr di dalam tanah permukaan di kawasan calon lokasi PLTN Semenanjung Muria. Konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria ini juga akan dibandingkan dengan konsentrasi 90 Sr yang terdapat di PPTN BATAN Serpong, daerah Antartika dan daerah Jepang yang diprakirakan hanya berasal dari jatuhan debu radioaktif (fall-out) dan data ini juga digunakan sebagai baseline data untuk menunjang program pembangunan PLTN dimasa yang akan datang. Posisi lokasi sampling ditetapkan dengan menggunakan alat Global Positioning Satelite (GPS). Sampling tanah permukaan dilakukan pada 4 daerah mata angin (Utara, Selatan, Timur dan Barat) dan sebagai kontrol diambil 1 lokasi sampel tanah. TATA KERJA Alat dan Bahan Alat Alat sampling : cangkul, gunting rumput, frame kayu berukuran 50x50 cm, sekop, pisau plastik, penggaris, sarung tangan, spidol, kantong plastik, GPS, alat gelas, furnace, alat cacah yang digunakan adalah Liquid Scintilation Analyzer 1600TR Packard Canberra. Bahan Asam nitrat (HNO 3 berasap 6 N), asam klorida (HCl pekat), asam oksalat (H 2 C 2 O 4 8 %), asam asetat (CH 3 COOH 6 M), ammonium asetat (CH 3 COONH 4 6 M), ammonium karbonat ((NH4) 2 CO 3 ) padat, ammonium oksalat ((NH4) 2 C 2 O 4 H 2 O), natrium karbonat (Na 2 CO 3 padat), amoniak (NH 4 OH, NH 4 OH 6 N), natrium kromat (Na 2 CrO 4 1,5 M), hidrogen peroksida (H 2 O 2 30 %), metanol, indikator metil merah 1 %, pengemban Sr (10 mg/ml), pengemban Y (10 mg/ml) dan picoflour (coctail). Metode Sampling tanah Sampel tanah diambil pada radius 1 s/d 2 km dari calon lokasi tapak PLTN dengan luas 50x50 cm. Sampling dilakukan dengan menggunakan frame yang terbuat dari kayu berukuran 50x50 cm yang diletakan diatas permukaan tanah. Lahan yang 128

dicangkul sampai kedalaman 25 cm dan kemudian dipotong tiap kedalaman 5 cm dengan menggunakan pisau dari bahan plastik. Sampel dimasukan kedalam kantong plastik ukuran 5 kg yang sudah diberi label. Tiap lokasi terdapat 5 sampel tanah, kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, 10-15 cm, 15-20 cm dan 20-25 cm [3]. Persiapan sampel Sampel tanah dibersihkan dari akar dan kerikil, selanjutnya dikering udara kan selama 3 x 24 jam di udara terbuka. Sampel tanah selanjutnya diambil secara acak sebanyak 2 kg, dihaluskan dan diayak dengan saringan ukuran 25 mesh. Sampel tanah sebanyak 500 g selanjutnya dimasukan ke dalam cawan porselen dan dikeringkan dalam oven 105 C selama 12 jam. Selanjutnya tanah yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 250 g dan dimasukan ke dalam gelas piala 500 ml, sampel siap dianalisis [4] Analisis 90 Sr Analisis 90 Sr dalam tanah dilakukan melalui proses leaching dengan menggunakan larutan HCl. Radionuklida 90 Sr yang terdapat dalam filtrat dimurnikan dari berbagai macam pengganggu melalui beberapa kali pengendapan dengan menggunakan HNO 3 berasap. Kandungan 90 Sr ditentukan melalui pencacahan anak luruhnya 90 Y yang memancarkan sinar-β dengan alat cacah LSC [5]. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi pengambilan sampel tanah permukaan di daerah Lemah Abang Semenanjung Muria dilakukan pada radius 1 km (lokasi 1 s/d 3) dan pada radius 2 km dari calon tapak sebagai kontrol (lokasi-4) ditunjukkan pada Gambar 1. 129

Berdasarkan pengukuran GPS koordinat lokasi-1 adalah (LS 06º 26 2,9 ; BT 110º 47 43,3, lokasi-2 (LS 06º 26 10,8 ; BT 118º 47 37,5 ; lokasi-3 (LS 06º 26 12,7 ; BT 110º 47 24,6 ); dan lokasi-4 (LS 06º 26 28,8 ; BT 110º47 44,3 ). Hasil analisis konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di kawasan Semenanjung Muria ditampilkan dalam Tabel 1. Konsentrasi 90 Sr di kawasan Semenanjung Muria (lokasi 1-4) berkisar antara dbd sampai 0,33 Bq/kg dengan rerata 0,14 ± 0,03 Bq/kg. Dalam Tabel 1 terlihat bahwa konsentrasi 90 Sr di lokasi 1,2,3 dan 4 relatif sama tidak menunjukkan perbedaan konsentrasi yang nyata. Hal ini memberikan informasi bahwa daerah sampling mempunyai komposisi tanah dan topografi serta pola permukaan tanah tidak jauh berbeda. Pada kedalaman 15 s/d 20 cm umumnya terlihat cacahan di bawah deteksi (dbd) kemungkinan besar disebabkan karena migrasi 90 Sr ke lapisan tanah yang lebih dalam mengalami kesukaran dan memerlukan waktu yang lama, sehingga konsentrasinya di bawah batas deteksi. Tabel 1. Distribusi konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria LOKASI 1 2 3 4 KEDALAMAN (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) 0-5 0,29 0,33 0,25 dbd 5-10 0,31 0,30 0,32 0,28 10-15 0,23 0,22 dbd 0,26 15-20 dbd dbd dbd dbd 20-25 dbd dbd dbd dbd Rentang dbd-0,31 dbd-0,33 dbd-0,32 dbd-0,26 Rerata 0,16 0,17 0,11 0,10 Keterangan : - batas deteksi pencacahan = 0,17 Bq/kg, - dbd = dibawah batas deteksi. Konsentrasi 90 Sr di daerah di PPTN BATAN Serpong dapat dilihat pada Tabel 2. Bila dilihat nilai konsentrasi rerata 90 Sr di 4 kawasan Semenanjung Muria dibandingkan dengan di daerah PPTN BATAN Serpong menunjukan angka yang tidak terlalu jauh berbeda. Hal ini memberikan informasi bahwa konsentrasi 90 Sr di kawasan Semenanjung Muria dengan yang di daerah di PPTN BATAN Serpong adalah sama, yang berarti tidak adanya kontribusi peningkatan konsentrasi radionuklida 90 Sr pada lingkungan karena adanya kegiatan nuklir di PPTN BATAN Serpong [6]. 130

Tabel 2. Konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di PPTN Serpong (lokasi 1 s.d 4) dan di daerah Lepas Kawasan (lokasi 5) LOKASI 1 2 3 4 5 KEDALAMAN (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) (Bq/kg) 0-5 0.30 0.28 0.28 dbd dbd 5-10 dbd dbd 0.25 0.26 0.25 10-15 dbd dbd dbd dbd dbd 15-20 dbd dbd dbd dbd dbd 20-25 dbd dbd dbd dbd dbd Keterangan : - batas deteksi pencacahan = 0,20 Bq/kg - dbd = dibawah batas deteksi Konsentrasi 90 Sr di tanah permukaan di Antartika telah banyak diselidiki dan diprakirakan hanya berasal dari jatuhan debu (fallout) radioaktif yang berasal dari peledakan bom nuklir di atmosfer disajikan dalam Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di Antartika yang dilaporkan oleh Hashimoto dan kawan-kawan sangat beragam, dengan rentang ttd. sampai 3,70 Bq/kg. Konsentrasi 90 Sr di kawasan Semenanjung Muria dengan rentang ttd. sampai 0,33 Bq/kg, bila dibandingkan dengan 90 Sr yang terdapat di Antartika, terlihat berada dalam kisaran rentang yang lebih sempit dan jauh lebih rendah. Hal ini diperkirakan karena menyangkut transport zat radioaktif di stratosfir dan proses deposisi yang terjadi ke permukaan bumi dengan lokasi yang jauh dari percobaan senjata nuklir. Tabel 3. Konsentrasi 90 Sr di tanah permukaan di Antartika [7] Sampel Waktu sampling 90 Sr (Bq/kg) 1 1984 0,34 ± 0,08 2 1984 0,10 ± 0,06 3 1984 0,18 ± 0,06 4 1984 ttd 5 1984 ttd 6 1984 0,20 ± 0,07 7 1984 0,06 ± 0,05 8 1984 0,70 ± 0,10 9 1985 0,18 ± 0,05 10 1985 3,70 ± 0,10 11 1985 0,56 ± 0,07 131

Tabel 4. menyajikan konsentrasi 90 Sr di negara Jepang sebagai negara industri nuklir dalam laporan National Institute of Radiological Science [8]. Seperti telah diketahui bahwa jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jepang saat ini terdapat 52 unit yang telah beroperasi dan 3 unit masih dalam pembangunan. Pusat Listrik Tenaga Nuklir saat ini mensuplai kebutuhan energi listrik sebesar ± 34,65 % dari seluruh kebutuhan listrik negaranya. PLTN di Jepang umumnya dibangun dipinggir pantai, di sekitar pulau Honshu terdapat lebih dari 12 site PLTN. Dalam Tabel 4 ditunjukkan bahwa konsentrasi 90 Sr di negara Jepang berkisar antara 0,12 sampai 26,0 Bq/kg dengan rerata 7,50 ± 0,12 Bq/kg. Konsentrasi 90 Sr di negara Jepang relatif tinggi untuk setiap lokasi. Mungkin hal ini terjadi karena PLTN yang dibangun di Jepang umumnya berada di pinggir pantai dan telah mengitari Negara Jepang itu sendiri dan selain itu kontribusi adanya pengolahan daur bahan bakar Plutonium di Jepang. Tabel 4. Konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di Jepang waktu sampling 1993 Lokasi Sampling 90 Sr ( Bq/kg) Aomori 1,30 ± 0,09 Yamagata 2,90 ± 0,13 Tochigi 26,0 ± 0,40 Gunma 1,30 ± 0,09 Saitama 2,0 ± 0,11 Niigata 0,83 ± 0,07 Nagano 4,20 ± 0,26 Gifu 0,72 ± 0,07 Mie 1,0 ± 0,09 Fukuoka 0,59 ± 0,11 Kyoto 0,71 ± 0,13 Osaka 1,20 ± 0,09 Nara 0,98 ± 0,13 Tottori 0,12 ± 0,09 Okayama 0,27 ± 0,09 Tokushima 0,72 ± 0,12 Kagawa 2,50 ± 0,19 Ehime 1,0 ± 0.08 Saga 0,57 ± 0,06 Nagasaki 1,70 ± 0,16 Kumamoto 6,90 ± 0,20 Miyazaki 0,92 ± 0,13 Okinawa 1,50 ± 0,10 Konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di kawasan Semenanjung Muria bila dibandingkan dengan konsentrasi radionuklida yang sama di negara Jepang, terlihat bahwa konsentrasi di Semenanjung Muria relatif sangat kecil. Hal ini memberikan 132

informasi bahwa konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria umumnya berasal dari fallout saja. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dan bila dibandingkan dengan konsentrasi radionuklida yang sama di daerah PPTN BATAN Serpong, sedangkan dengan di daerah Antartika menununjukan konsentrasi jauh lebih rendah. Bila dibandingkan untuk radionuklida yang sama di negara Jepang sebagai Negara industri nuklir, terlihat konsentrasi 90 Sr dalam tanah permukaan di kawasan Semenanjung Muria sangat rendah. Hal ini memberikan informasi bahawa 90 Sr dalam tanah permukaan di Semenanjung Muria umumnya berasal dari fallout. DAFTAR PUSTAKA 1. BENNET B. G., Exposure from Worldwide Release of Radionuclides, Proceedings of A Symposium on Environmental Impact of Radioactive Release, Vienna, (1995). 2. UNITED NATIONS., Sources and Effects of Ionizing Radiations, United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, Report to the General Assembly, United Nations, New York, (1993). 3. IAEA., Measurement of Radionuclides in Food and the Environment, Technical Reports Series No.295, IAEA, Vienna (1989). 4. TARIGAN C., Konsentrasi Sr-90 dalam air sumur penduduk di Lepas Kawasan PPTN Serpong, Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan VI, BATAN (1998). 5. BATAN., Prosedur Analisis Sampel Radioaktivitas Lingkungan, Jakarta, (1998). 6. ERWANSYAH L., dkk., Distribusi 90 Sr dalam tanah permukaan di kawasan PPTN Serpong, (2004 ) 7. HASHIMOTO T., Survey of Artificial Radionuclides in the Antartic, Geo Science Vol. No.2, (1998). 8. NIRS., Radioactivity Survey Data in Japan, Chiba, Japan, (1996). 133