I. PENDAHULUAN. Menurut Salma (2007 : 4) pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak bisa dilepaskan dari adanya media

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL KINEMATIKA GERAK DENGAN ANALISIS VEKTOR DISERTAI KONSEP MATEMATIKA DASAR DI SMA SUB RAYON WAY JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

EVALUASI BELAJAR SEMESTER GANJIL MKKS SMA NEGERI KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. 01/ 01 / XI

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi sekolah, Jumlah seluruh kelas VII di SMP Negeri 20

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) pada

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

III. METODE PENGEMBANGAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG MKKS KOTA PADANG KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

BAB I. PENDAHULUAN. yang memadai. Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Biologi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan pemahaman secara nyata. Pada pelajaran fisika, media

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS 2

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MOVIE MAKER PADA MATERI VIRUS UNTUK KELAS X DI MAN KINALI PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar. Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan, yaitu research and development atau

III. METODE PENELITIAN. Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ANALISIS SK KD dan RPP

I. PENDAHULUAN. Pelajaran fisika telah diperkenalkan kepada siswa di Sekolah Dasar (SD) dan di

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. deskripsi dan analisis penelitian dan pengembangan modul

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. serta menghindari terjadinya verbalisme yang terus-menerus. Penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar di sekolah terdapat hubungan yang erat antara

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

I. PENDAHULUAN. yang dekat dengan kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti dijumpai

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and

I. PENDAHULUAN. diajarkan di sekolah, dan siswa beranggapan IPA adalah mata pelajaran. hafalan. Lutfhi (2007:18) menyatakan bahwa materi IPA cenderung

SILABUS. Religius Jujur Toleransi Disiplin Mandiri Rasa ingin tahu Tanggung jawab. 1 / Silabus Fisika XI / Kurikulum SMA Negeri 5 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Buletin Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Melingkar Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat sentral dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan penelitian dan

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari komputer, sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh manusia

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 3 (1), 1-5 (2017)

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

Abstrak PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengertian Bahan Ajar

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, pendidikan merupakan ujung tombak pengembangan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam yang. ruang dan waktu. Dalam mempelajari gejala alam, fisika memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Nomor : 5 Kelas/Semester : XI/1 Materi Pembelajaran : Impuls dan Momentum Linear Alokasi Waktu : 4 45 menit

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan LKS Fisika Berbasis KPS.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan disiplin ilmu-ilmu sosial ke dalam satu bidang studi.

I. PENDAHULUAN. Perasaan kurang minat dan susah mengerti akan suatu mata pelajaran

Kata kunci : Lembar Kerja Siswa, Praktikum, Simulator Elektronika.

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKS) E-LEARNING BERBASIS MOODLE SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MATERI TERMODINAMIKA DI SMA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. menyempurnakan Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana telah ditetapkan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Nomor : 5 Kelas/Semester : XI/1 Materi Pembelajaran : Impuls dan Momentum Linear Alokasi Waktu : 4 45 menit

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Teknologi komputer dapat di gunakan sebagi alat untuk

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian dan

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Salma (2007 : 4) pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya. Dalam pelaksanaannya perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dibutuhkan perencanaan strategi pembelajaran supaya tujuan tercapai secara efektif dan efesien. Hal tersebut meliputi penetapan keputusan tentang materi yang disampaikan, strategi pembelajaran yang akan digunakan, media, bahan ajar atau sumber belajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar fisika pada SMA N I Labuhan Ratu juga masih rendah. Kompetensi dasar kinematika dengan analisis vektor pada kelas XI semester ganjil memiliki ketuntasan paling rendah. Dari beberapa pertanyaan kepada peserta didik diperoleh kegagalan tersebut dikarenakan membutuhkan pengetahuan tentang konsep turunan dan integral. Materi prasyarat tersebut belum diperoleh siswa pada kelas XI semester ganjil. Materi deferensial diperoleh siswa pada pelajaran matematika kelas XI semester genap dan materi integral diperoleh pada kelas XII semester ganjil.

2 Tabel 1.1. Ketuntasan Tiap Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri I Labuhan Ratu Semester Ganjil. No Kompetensi dasar mata pelajaran fisika kelas XI Ketuntasan 1 Kinematika gerak dengan analisis vektor 20% 2 Grafitasi 35% 3 Elastisitas 70% 4 Gerak harmonic sederhana 60% 5 Energy dan usaha 65% 6 Hukum kekekalan energy mekanik 50% 7 Impuls, momentum dan tumbukan 80% Berdasarkan analisis terhadap siswa yaitu tentang karakteristik umum siswa, kemampuan awal dan gaya belajar siswa diperoleh bahwa karakteristik umum siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sub Rayon Way Jepara Lampung Timur belum dapat memfasilitasi pembelajaran dengan internet dan komputer baik yang disediakan oleh sekolah maupun siswa secara pribadi, adanya materi prasyarat matematika yaitu konsep integral dan diferensial pada materi kompetensi dasar menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan analisis vektor. Gaya belajar banyak latihan adalah gaya belajar pada siswa kelas jurusan IPA, karena menurut mereka dengan begitu dapat dengan lihai mengerjakan soal. Beberapa bahan ajar seperti LKS (Lembar Kerja Siswa), modul dan buku dari penerbit telah dapat digunakan oleh siswa di SMA Negeri I Labuhan Ratu. Namun kedua bahan ajar tersebut belum mempermudah siswa untuk mahami materi kinematika dengan analisis vektor. Penggunaan konsep integral, dan diferensial sebagai materi prasyarat belum dimunculkan konsepnya terlebih dahulu dalam bahan ajar yang digunakan siswa untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep ini.

3 Proses pembelajaran sangat bergantung pada guru sebagai sumber belajar. Pada era pendidikan sekarang sumber belajar sangat luas dan mudah ditemui siswa namun sumber belajar tersebut belum serta merta dapat memudahkan siswa dalam belajar. Maka sumber belajar tersebut harus sengaja dirancang untuk memudahkan siswa dalam belajar. Sumber belajar demikian dinamakan bahan ajar. Berdasarkan panduan pengembangan bahan ajar KTSP disebutkan bahwa Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet. Bahan ajar yang memadukan konsep matematika untuk pembelajaran fisika pada materi kinematika gerak dengan analisis vektor sangat diperlukan. Menjadi tanggung jawab guru fisika untuk menyajikan materi matematika yang akan dipergunakan, namun konsep matematika tidak dapat serta merta dikuasai oleh siswa dan dapat dipergunakan dalam pembelajaran. Maka diperlukan pengalaman belajar mandiri bagi siswa yang menyajikan konsep matematika yang dipergunakan dalam pembelajaran fisika sehingga siswa dapat belajar secara mandiri untuk memahaminya. Buku teks pelajaran menurut Prastowo (2012 : 168) adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku teks tersebut digunakan peserta didik untuk belajar. Buku teks pelajaran biasanya adalah buku yang dicetak secara nasional untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran secara umum. Buku teks menyajikan materi pembelajaran secara sistematis, menurunkan rumus dan menjelaskan konsep secara detail. Kelemahan dari bahan ajar tersebut kurang dalam menyajikan materi

4 prasyarat, materi prasyarat hanya berupa pertanyaan. Kelemahan yang lain buku teks memiliki contoh soal dan latihan yang terbatas karena buku teks biasanya dicetak dalam satu semester atau satu tahun. Menurut Prastowo (2012 : 106) modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Dengan modul siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap satuan modul bedasarkan kunci jawaban yang disediakan, sehingga apabila telah menguasainya mereka dapat melanjutkan pada satuan modul tingkat berikutnya. Penulisan judul modul mengacu pada kompetensi dasar atau materi pokok dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan satu modul jika tidak terlalu besar dan satu modul maksimal 4 materi pokok. Hal tersebut berarti modul disusun secara lengkap dibandingkan buku teks. Modul adalah bahan ajar sederhana berbentuk cetakan yang dapat digunakan oleh semua siswa yang ada di SMA Sub Rayon Way Jepara yang tidak membutuhkan alat bantu dalam penggunaannya dan sesuai dengan gaya belajarnya. Penyajian modul yang lengkap dan detail serta disajikan dalam ruang lingkup materi yang kecil memberikan ruang siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dibutuhkan pengembangan bahan ajar berbentuk modul untuk materi kinematika gerak dengan analisis vektor yang disertai integrasi penggunaan konsep konsep matematika yang mendasarinya sehingga pembelajaran pada materi tersebut dapat menjadi lebih efektif, efesien dan menarik.

5 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang ada masalah masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Terdapat kendala dalam pembelajaran kinematika gerak dengan analisis vektor di SMA Negeri I Labuhan Ratu yaitu siswa belum mendapat konsep integral dan deferensial. 2. Bahan ajar fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor yang tersedia di SMA Negeri I Labuhan Ratu belum dilengkapi dengan konsep matematika yang mendasarinya 3. Bahan Ajar fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor yang tersedia di SMA Negeri I Labuhan Ratu belum memudahkan siswa untuk belajar 4. Modul yang efektif, efesien dan menarik belum tersedia di SMA Negeri I Labuhan Ratu 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan masalah masalah yang teridentifikasi di atas, pada penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah diantaranya yaitu: 1. Belum adanya modul yang efektif untuk pembelajaran fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor di SMA Sub Rayon Way Jepara 2. Belum adanya modul yang efesien untuk pembelajaran fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor di SMA Sub Rayon Way Jepara

6 3. Belum adanya modul yang menarik untuk pembelajaran fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor di SMA Sub Rayon Way Jepara 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana potensi dan kondisi awal pembelajaran fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor tanpa modul yang disertai konsep matematika dasar? 2. Bagaimana proses pengembangan modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar? 3. Bagaimana efektifitas modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara 4. Bagaimana efesiensi modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar bagi siswa SMA di SMA Sub Rayon Way Jepara 5. Bagaimana kemenarikan modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini antara lain : 1. Mendeskripsikan potensi dan kondisi awal pembelajaran fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor

7 2. Mendeskripsikan langkah langkah dalam pengembangan modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar. 3. Menganalisis efektifitas modul materi kinematika gerak dengan analisis vektor bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara. 4. Menganalisis efesiensi modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara 5. Menganalisis kemenarikan modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat mengembangkan konsep, penerapan, teori, prinsip dan prosedur teknologi pendidikan dalam kawasan desain dan pemanfaatan. 1.6.2 Manfaat Praktis a. Bagi lembaga sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fisika b. Bagi guru guru fisika, hasil penelitian ini dapat dipergunakam sebagai alternatif sumber belajar untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran fisika khususnya materi kinematika gerak c. Bagi siswa, sebagai alternatif bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran

8 d. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman yang bermanfat untuk berkarya mengembangkan sumber belajar atau bahan ajar lainnya pada mata pelajaran fisika maupun mata pelajaran lain. 1.7 Spesifikasi produk yang dihasilkan Dalam penelitian ini dihasilkan modul yang bersifat komplemen atau melengkapi bahan ajar yang ada, terutama penggunaan konsep integral dan deferensial dalam pelajaran fisika. Penambahan konsep itu diharapkan akan mempermudah siswa menggunakan modul untuk belajar mandiri. Modul disusun dengan menyajikan kunci jawaban, perolehan skor dan diberikan contoh soal beserta latihannya setelah pembahasan materi. Modul terdiri dari : 1. Petunjuk penggunaan modul, 2. Peta konsep, 3. Uraian materi, 4. Contoh contoh soal, 5. Rangkuman, 6. Latihan dan 7. Evaluasi