Analisis Buku Ajar Fisika Kelas X MIA Semester II Berdasarkan Literasi Sains di SMA Negeri Se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan variabel-variabel yang ditinjau, penelitian dibedakan atas

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Spontaneous Group Discussion

Unnes Physics Education Journal

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rina Yulianti, Eko Setyadi Kurniawan, Sriyono

BAB I PENDAHULUAN. agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih

Mengoptimalkan Lerning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman dan Pengaplikasian Konsep dalam Pembelajarn Fisika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata kunci: Efektivitas, keterampilan proses, pendekatan induktif, sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

Fika Septiningkasih, Eko Setyadi Kurniawan, Nur Ngazizah

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

PENGEMBANGAN PENILAIAN AUTENTIK GUNA MENGUKUR PENGETAHUAN DAN KREATIVITAS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri.

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL EKSAKTA VOLUME 2 NOMOR 1, 2016

Analisis Buku Biologi SMA Kelas X Materi Kingdom Animalia Berdasarkan Literasi Sains Se-Kabupaten Deli Serdang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

Surono, Pengaruh model pembelajaran inquiry...

Pengaruh Pemilihan Jurusan dan Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan Intelektual Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Salaman Tahun Pelajaran 2014/2015

Radiasi Vol.5 No.1.September2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

KAJIAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA DI SMP KOTA SEMARANG 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Radiasi Vol.5No.1. September 2014

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Muhammad Asyim, Nur Ngazizah, Eko Setyadi Kurniawan

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin

TINGKAT KOGNITIF REVISI TAKSONOMI BLOOM PADA SOAL-SOAL DALAM BUKU TEKS MATEMATIKA SMP

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUA N A.

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

Dio Roka Pratama Rahayu, Nur Ngazizah, Ashari

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

PAKET SUMBER BELAJAR (PSB) DENGAN ANALISIS FOTO KEJADIAN FISIKA (AFKF) PADA MATERI USAHA ENERGI. Fika Maulani Rahmah

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS JOYFULL LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

Mahardika Intan Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

Pengembangan Penilaian Kinerja Praktikum Berbasis Generik Sains untuk Mengukur Keterampilan Peserta Didik SMA Kelas X

ANALISIS KESESUAIAN ANTARA BUKU TEKS SISWA TEMATIK TERPADU TEMA BENDA-BENDA DI LINGKUNGAN SEKITAR SD/MI KELAS V DENGAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM 2013

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

I. PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar di sekolah terdapat hubungan yang erat antara

Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013

PENGARUH STARTER EXPERIMENT APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA/SMK KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Fisika memegang peranan penting. Indonesia sebagai negara

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA/MA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAMPAK MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

Joyful Learning Journal

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

Transkripsi:

Analisis Buku Ajar Fisika Kelas X MIA Semester II Berdasarkan Literasi Sains di SMA Negeri Se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015 Siti Kholipah, Nur Ngazizah, Sriyono Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo Jl. K.H.A. Dahlan 3 Purworejo Telp. 0275-321494 Email: Stkholipah1@gmail.com Intisari-Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui cakupan kategori dalam buku-buku ajar fisika kelas X MIA Semester II yang banyak digunakan di SMA Negeri se-kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan metode analisis dokumen (documentary analysis). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan buku yang paling banyak digunakan peserta didik kelas X MIA SMA Negeri di Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2014/2015 dan K-13, yaitu buku A karya Marthen Kanginan, buku B karya Sarwanto & Ana Rufaida dan buku C karya Bagus Raharja, V.K. Sally, dan R.N. Das Gupta. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumen. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan buku A, B, dan buku C berturut-turut 83,13%, 75,21%, dan 58,33%, sains sebagai cara penyelidikan, 73,96%, 75,42%, dan 50,83%, sains sebagai cara berpikir, 74,17%, 65,00%, dan 49,17%, dan Interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat 70,42%, 64,58% dan C 51,46%. Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata persentase akhir penelitiaan buku A 75,42%, buku B 70,05%, dan buku C 52,45%. Menurut analisis kualitas buku ajar, buku A tergolong dalam kriteria sangat dan buku B dan buku C tergolong dalam kriteria. Kata Kunci : Buku Ajar, Literasi Sains I. PENDAHULUAN Kemampuan siswa dalam mengolah, menalar dan menyajikan ilmu yang dipelajari dalam ranah konkret dalam kehidupan sehari-hari disebut. Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 Indonesia menempati peringkat 2 terbawah dari 65 negara peserta. Artinya, peserta didik Indonesia hanya dapat mengaplikasikan pengetahuan pada beberapa situasi yang sudah akrab. Hasil observasi awal di SMA Negeri 7 Purworejo melalui wawancara dan angket, menunjukkan tingkat peserta didik masih rendah. Buku ajar merupakan salah satu sumber bahan ajar yang berpengaruh pada peserta didik. Hal ini disebabkan pendidik hanya sebagai fasilitator, sehingga yang secara langsung berhubungan dengan peserta didik adalah buku ajar yang dijadikan pegangan peserta didik, atau yang disebut dengan buku teks pelajaran. Pemilihan buku ajar yang tepat, mudah dipahami dan dipelajari, berisi materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta melibatkan siswa akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Penerapan kurikulum 2013 (K-13) menyebabkan beberapa penerbit menerbitkan buku-bukunya yang berbasis kurikulum 2013 yang secara tidak langsung buku-buku tersebut seharusnya memuat kategori. Namun, seberapa banyak kategori tersebut dalam buku ajar belum dilakukan penelitian. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang cakupan yang dimuat untuk peminatan Matematika dan Ilmu Alam (MIA) yang digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Purworejo pada tahun pelajaran 2014/2015 II. LANDASAN TEORI Fisika merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diproleh tidak hanya produk sains tetapi mencakup proses sains seperti observasi dan eksperimen sebagai bentuk metode ilmiah. Produk sains yang telah ditemukan mendorong untuk dilakukan eksperimen dan observasi yang lebih lanjut sehingga memungkinkan berkembangnya metode ilmiah, sikap ilmiah dan produk sains itu sendiri. Produk Radiasi Vol. 7 No. 2 September 2015 30

sains artinya hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Sedangkan proses sains diartikan sebagai kegiatan ilmiah untuk mnyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru [1]. Buku ajar merupakan sumber belajar peserta didik yang berbentuk cetak atau elektronik, yang berkitan dengan bidang studi tertentu, yang dilengkapi sarana pembelajaran, dan mengacu pada kurikulum. Buku ajar sangat penting dalam pembelajaran, karena memiliki banyak kegunaan dan fungsi. Menurut [2] kegunaan buku ajar sebagai sumber materi ajar, menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu, disusun sistematis dan sederhana, dan disertai petunjuk pembelajaran. Sedangkan [3] fungsi buku ajar adalah sebagai ringkasan dan tinjauan, sebagai referensi, dan sebagai bahan pembelajaran. Buku fisika merupakan buku ajar sains. Selain memiliki fungsi di atas, buku teks sains menjadi komponen utama dalam sebuah kurikulum pada semua jenjang pendidikan. Bahkan, beberapa buku sains dapat digunakan untuk memulai penyelidikan dan untuk menyarankan penyelidikan yang menarik. Orientasi inquiri buku teks sains dapat menstimulasi peserta didik untuk menjadi aktif dalam pembelajaran bagi individu yang pasif dalam menyerap informasi. Selain itu, buku juga harus bermanfaat pada beberapa keadaan, sekolah, dan pembelajaran [3]. Literasi sains (science literacy, LS) berasal dari gabungan dua kata Latin yaitu literatus artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. Progamme for International Student Assessment (PISA) mendefinisikan secara lengkap sebagai pengetahuan sains individu dan penggunaan pengetahuan untuk mengidentifikasi pertanyaan, mendapatkan pengetahuan baru, menjelaskan fenomena sains dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang berkaitan dengan sains, memahami karakteristik sains sebagai bentuk pengetahuan dan penyelidikan manusia, kesadaran tentang bagaimana sains dan teknologi membentuk kepribadian, intelektual dan lingkungan budaya, kesediaan untuk terlibat dalam fenomena yang berkaitan dengan sains, dan ide-ide sains, sebagai warga yang reflektif [4]. Pemilihan buku ajar yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, sebelum memilih buku, pendidik harus mempertimbangkan beberapa faktor [3]. Faktor tersebut diantaranya, yaitu penilaian konten buku fisika berdasarkan literasi sains meliputi kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan, sains sebagai cara penyelidikan, sains sebagai cara berpikir, dan sains sebagai interaksi sains, teknologi dengan masyarakat [5]. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi intrinsik, juga disebut analisis dokumen (documentary analysis) yang diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif. Penelitian analisis dokumen atau analisis isi (content analysis) merupakan penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, gambar, suara, tulisan, atau lain-lain bentuk rekaman [6]. Pemilihan buku yang diteliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan pertimbangan buku tersebut merupakan buku yang paling banyak digunakan peserta didik kelas X untuk peminatan Matematika dan Ilmu Alam (MIA) SMA Negeri di Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2014/2015. Buku tersebut adalah buku Fisika kelas X peminatan MIA terbitan Mediatama, Fisika untuk SMA/MA kelas X terbitan Erlangga, dan buku Fisika SMA kelas X terbitan Yudhistira. Masing-masing ketiga buku tersebut diberi label buku A, B, dan buku C. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan dokumentasi atau studi dokumen. Instrumen lembar penilaian yang digunakan adalah instrumen penilaian buku teks sains menurut Chiapetta, et. al. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Radiasi Vol. 7 No. 2 September 2015 31

Tabel 1. Deskripsi kriteria penilaian buku ajar fisika berdasarkan kategori literasi sains Kriteria Sangat Baik Cukup Kurang Deskripsi Apabila sebagian besar ( 75%) Apabila sebagian besar ( 50%) Apabila ada beberapa bagian ( 25%) Apabila sedikit materi ( 25%) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penilaian dilakukan oleh 3 penilai yaitu peneliti dan 2 guru SMA kelas X MIA. Penilaian dilakukan pada materi semester II dengan 4 kategori penilaian yaitu pengetahuan, sebagai cara penyelidikan, sebagai cara berpikir, dan sains sebagai interaksi sains, teknologi dengan masyarakat. Hasil penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 2. pengetahuan pada buku A memperoleh persentase rata-rata 83,13%, sains sebagai cara penyelidikan 73,96%, sains sebagai cara berpikir 74,17%, dan sains sebagai 70,42%. Berdasarkan deskripsi kriteria pengetahuan pada buku A termasuk dalam predikat sangat. Sedangkan kategori sains sebagai cara penyelidikan, sains sebagai cara berpikir dan kategori sains sebagai interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat termasuk dalam predikat. Secara keseluruhan, buku A memiliki cakupan kategori yang sangat, dengan rata-rata persentase 75,42%. Tabel 2. Persentase skor kategori untuk setiap buku No Kategori Literasi Sains Buku Rata-Rata A B C (%) (%) (%) (%) 1 Sains sebagai batang tubuh pengetahuan (science as a body knowledge) 83,13 75, 21 58,33 72,23 2 Sains sebagai cara penyelidikan (science as a way of investigasting) 73,96 75,42 50,83 66,74 3 Sains sebagai cara berpikir (science as a a way of thinking) 74,17 65,00 49,17 62,78 4 Sains sebagai interaksi antara sains, teknologi dengan masyarakat (science and its interaction 70,42 64,58 51,46 62,15 with technology and society) Rata-rata Persentase total skor 75,42 70,05 52,45 65,98 Standar Deviasi 5,42 6,14 3,99 4,64 pengetahuan pada buku A memperoleh persentase rata-rata 83,13%, sains sebagai cara penyelidikan 73,96%, sains sebagai cara berpikir 74,17%, dan sains sebagai 70,42%. Berdasarkan deskripsi kriteria pengetahuan pada buku A termasuk dalam predikat sangat. Sedangkan kategori sains sebagai cara penyelidikan, sains sebagai cara berpikir dan kategori sains sebagai interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat termasuk Radiasi Vol. 7 No. 2 September 2015 32

dalam predikat. Secara keseluruhan, buku A memiliki cakupan kategori literasi sains yang sangat, dengan rata-rata persentase 75,42%. pengetahuan pada buku B memperoleh persentase rata-rata 75,21%, sains sebagai cara penyelidikan 75,42%, sains sebagai cara berpikir 65,00%, dan sains sebagai 70,05%. Berdasarkan deskripsi kriteria pengetahuan dan sains sebagai cara penyelidikan pada buku B termasuk dalam predikat sangat. Sedangkan kategori sains sebagai cara berpikir dan kategori sains sebagai interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat termasuk dalam predikat cukup. Secara keseluruhan, buku B memiliki cakupan kategori yang, dengan rata-rata persentase 71,42%. pengetahuan pada buku C memperoleh persentase rata-rata 58,33%, sains sebagai cara penyelidikan 50,83%, sains sebagai cara berpikir 49,17%, dan sains sebagai 52,45%. Berdasarkan deskripsi kriteria pengetahuan, sains sebagai cara penyelidikan dan kategori sains sebagai masyarakat pada buku C termasuk dalam predikat. Sedangkan kategori sains sebagai cara berpikir termasuk dalam predikat cukup. Secara keseluruhan, buku C memiliki cakupan kategori literasi sains yang, dengan rata-rata persentase 52,70%. secara keseleruhan kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan pada ketiga buku memperoleh persentase rata-rata 72,23%, sains sebagai cara penyelidikan 66,74%, sains sebagai cara berpikir 62,78%, dan sains sebagai interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat memperoleh persentase 62,15%. Berdasarkan deskripsi kriteria penilaian buku ajar fisika berdasarkan kategori pada Tabel 1, maka kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan, sains sebagai cara penyelidikan, sains sebagai cara berpikir dan kategori sains sebagai interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat pada ketiga buku termasuk dalam predikat. Secara keseluruhan, ketiga buku memiliki cakupan kategori yang, dengan rata-rata persentase 65,98%. Pembahasan Berdasarkan Tabel 1, hasil analisis dari ketiga buku menyatakan bahwa kategori sains yang cakupannya tertinggi adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan dengan persentase rata-rata 72,23%, artinya indikator-indikator sains sebagai batang tubuh pengetahuan memiliki cakupan yang paling banyak. Kategori sains sebagai cara penyelidikan memperoleh persentase rata-rata 66,74%. Dari sepuluh indikator, pertanyaan/situasi yang mengharuskan peserta didik untuk menjawab dan mengerjakan melalui penggunaan grafik, tabel, chart, diagramdiagram dan sejenisnya kemunculan dalam tiap buku hanya tiga atau empat pertanyaan. Selain itu, hanya buku mediatama yang sudah menampilkan link web site yang dapat dikunjungi oleh peserta didik sebagai tambahan informasi yang berkaitan dengan materi. Kategori sains sebagai interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat memperoleh persentase 66,15%. Dari sepuluh indikator, indikator karir/pekerjaan yang berkaitan dengan materi, dan indikator studi masalah yang penting untuk sekarang dan dimasa depan hanya dimunculkan sedikit bahkan tidak ada. Sedangkan sains sebagai cara berpikir memiliki cakupan yang paling sedikit dengan persentase 62,78%. Tetapi secara keseluruhan, ketiga buku memiliki cakupan kategori yang, dengan rata-rata persentase 65,98%. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis buku ajar fisika kelas X MIA semester II di SMA Negeri sekabupaten Purworejo tahun pelajaran Radiasi Vol. 7 No. 2 September 2015 33

2014/2015 dapat disimpulkan cakupan pengetahuan pada buku A 83,13% sangat, buku B 75,21% sangat, dan buku C 58,33%. Cakupan kategori sains sebagai cara penyelidikan pada buku A 73,96%, buku B 75,42% sangat, dan buku C 50,83%. Cakupan kategori sains sebagai cara berpikir pada buku A 74,17%, buku B 65,00%, dan buku C 49,17% cukup. Cakupan kategori interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat pada buku A 70,42%, buku B 64,58%, dan buku C 51,46%. DAFTAR PUSTAKA Buku [1] Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara [2] Akbar, Sa dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Rosda [3] Chiapetta, Eugenne L & Thomas R Koballa. 2010. Science Instruction in the Middle and Secondary Schools: Developing Fundamental Knowledge and Skills. United State of America: Pearson [4] Thomson, Sue, et.al. 2013. A Teacher s Guide to PISA Scientific Literacy. Australia: ACER Press [5] Colette, Alfred T & Eugene L Chiapetta. 1994. Science Instruction in the Middle and Secondary Schools 3th Edition. New York: Macmillan Pub. Co. [6] Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Radiasi Vol. 7 No. 2 September 2015 34