Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13]

dokumen-dokumen yang mirip
Spektrofotometer UV /VIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKALAH Spektrofotometer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

Penentuan struktur senyawa organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

BAB IV HASIL PENGAMATAN

Gambar 1. Teteasan air dan Kristal es di dalam awan menghamburkan spectrum cahaya tampak kesegala arah

Fisika Modern (Teori Atom)

Spektrofotometer UV-Vis

MODUL V FISIKA MODERN RADIASI BENDA HITAM

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1.3 Perumusan Masalah Apa metode yang efektif untuk mengidentifikasi kematangan buah jambu air secara seragam?

Antiremed Kelas 12 Fisika

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gelombang Elektromagnetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

panjang gelombang, λ Lebih panjang

panjang gelombang, λ Lebih panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

Doc. Name: UNSMAIPA2016FIS999 Doc. Version :

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman

PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena jika dipanen mentah maka buah tidak akan matang. Buah ini sudah dapat

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV OSILATOR HARMONIS

Satuan bilangan gelombang. Part per million, satuan konsentrasi dalam bentuk mg/l

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

Simetri Molekul, Dasar-dasar Spektroskopi, dan Mekanika Kuantum

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

Fisika Optis & Gelombang

BAB I PENDAHULUAN. Spektroskopi Raman merupakan salah satu metode yang menghasilkan

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd.

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

BAB I PENDAHULUAN. vibrasi suatu senyawa. Spektrum geseran Raman hampir mirip dengan spektrum

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi.

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

Transkripsi:

6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reflektansi Cahaya Spektroskopi reflektansi adalah studi tentang cahaya yang terpantul atau terhambur dari padat, cair atau gas sebagai fungsi panjang gelombang. Jika suatu bahan disinari, cahaya yang keluar menjauhi bahan tidak semata-mata berasal dari pemantulan oleh permukaan luar saja, akan tetapi cahaya juga bisa berasal dari fraksi cahaya yang berhasil lolos masuk ke dalam bahan, terpantul dan terhambur berulang kali oleh butiran-butiran bahan dan akhirnya keluar lagi dari permukaan semula menjauhi bahan. Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel dapat dilihat pada Gambar 2.1. Menurut hukum kekekalan energi, kesetimbangan energi untuk cahaya yang masuk dapat ditulis: I 0 = I A + I T + I R + I S (2.1) Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13] Pada setiap benturan dengan butiran bahan yang dijumpainya, sebagian dari cahaya atau foton tadi terserap. Jika butiran bahan cerah, sebagian besar foton akan terhambur dan proses perjalanan acak cahaya dapat terjadi ratusan kali. Jika bahan gelap, sebagian besar foton akan terserap pada tiap-tiap benturan, dan secara esensial semua foton akan terserap hanya dalam beberapa benturan saja. Jumlah foton yang terhambur dan terserap oleh butiran bergantung pada ukuran butiran. 6

7 Jika ukuran butiran besar, reflektansi turun. Butiran yang besar memiliki lintasan internal yang besar, penyerapan foton berlangsung mengikuti hukum Beer- Lambert. Pada butiran yang lebih kecil, secara proporsional ada lebih banyak pantulan permukaan dibandingkan panjang lintasan internal foton, sehingga reflektansi lebih tinggi. Berdasarkan hukum Beer-Lambert penyerapan foton yang menjalar dalam sebuah medium penyerap dinyatakan sebagai: I = I o e -kx (2.2) dengan : I adalah intensitas terukur I o adalah intensitas cahaya mula-mula k adalah koefisien serapan bahan (dalam 1/cm) x adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh foton di dalam medium (cm). Persamaan (2.2) di atas berlaku untuk satu panjang gelombang tertentu. Pada panjang gelombang yang lain, nilai koefisien serapan berbeda dan intensitas terukur bervariasi. Koefisien serapan sebagai fungsi panjang gelombang adalah parameter fundamental yang melukiskan interaksi foton dengan bahan. [14] 2.2 Absorpsi Penyerapan foton oleh bahan dapat terjadi melalui berbagai macam cara. Proses penyerapan dan ketergantungannya terhadap panjang gelombang memberikan kemungkinan untuk menurunkan informasi perihal kimia bahan melalui cahaya yang dipantulkannya atau yang diemisikannnya. Secara umum ada dua macam proses yang menyebabkan terjadinya penyerapan foton oleh bahan, yaitu elektronik dan vibrasional. Proses elektronik berhubungan dengan transisi atau perpindahan tingkat energi elektron dalam atom atau ion-ion penyusun bahan, sedangkan proses vibratif berhubungan dengan perpindahan tingkat energi getar molekul-molekul penyusun bahan. Pada proses elektronik, energi foton yang terserap digunakan untuk memindahkan elektron pada keadaan eksitasi. Energi yang diperlukan sesuai dengan energi foton pada daerah ultra ungu sampai cahaya tampak. Pada proses vibrasional, energi yang diserap digunakan untuk memindahkan molekul ke

8 frekuensi getar yang lebih tinggi. Energi yang diperlukan dalam transisi vibrasi sesuai dengan daerah infra merah. [12] Proses vibratif dapat dijelaskan dengan menganalogikan struktur molekul atau kristal bahan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari bola-bola atom penyusun bahan yang saling terikat oleh pegas tak bermassa. Dalam sistem semacam ini, frekuensi vibrasi tergantung pada kekuatan masing-masing pegas dan massa bola yang diikatnya. Frekuensi getaran (ν) untuk model osilator harmonis dua bola dengan massa m 1 dan m 2 adalah: = 1 2 k (2.3) dengan k tetapan gaya, dan = m1m 2 m1 m2 Di dalam molekul, energi getaran tercatu dapat dituliskan: = 1 2 h adalah massa tereduksi. (2.4) dengan h tetapan Plank dan adalah bilangan kuantum vibrasi (0, 1, 2, 3,...). Dengan demikian di dalam molekul, vibrasi pada satu keadaan di atasnya memerlukan energi sebesar yang dapat ditulis : h h 2 k (2.5) Untuk sebuah molekul yang terdiri dari atom, ada 3N-6 modus normal vibrasi yang disebut vibrasi dasar. Vibrasi juga dapat terjadi pada frekuensi yang secara kasar merupakan kelipatan dari frekuensi dasar. Vibrasi tambahan disebut overtone jika hanya melibatkan multiplikasi dari sebuah vibrasi dasar, dan kombinasi jika melibatkan jenis vibrasi yang berbeda. Serapan infra merah oleh proses vibrasional hanya akan terjadi jika proses vibrasi tersebut menghasilkan perubahan momen dwi kutub dalam molekul yang bersangkutan. Molekul semacam itu dikatakan infra merah aktif. [15] Biasanya, frekuensi vibrasi dasar disimbolkan oleh huruf Yunani dengan sebuah subskrip. Sebuah molekul dengan vibrasi dasar 1, 2 dan 3 dapat memiliki overtone dan kombinasi kira-kira pada 2 1, 3 1, 2 2, 1 + 2, dan

9 seterusnya. Tiap overtone atau kombinasi yang lebih tinggi pada umumnya akan 30 sampai 100 kali lebih lemah dari overtone atau kombinasi di bawahnya. Molekul air (H 2 O) terdiri dari 3 atom atau N = 3, oleh karena itu memilki sejumlah (3N-6) = 3 vibrasi dasar, yaitu regang OH simetris ( 1 ), lentur H-O-H ( 2 ), dan regang OH asimetris ( 3 ). Pada molekul yang terisolasi (fasa gas), 1 terjadi pada 2738 nm, 2 pada 6270 nm, dan 3 pada 2663 nm. Dalam fasa cair, frekuensi dasar tersebut bergeser karena adanya ikatan hidrogen, 1 = 3106 nm, 2 = 6079 nm, dan 3 = 2903 nm. Air dalam bahan tambang (mineral), memperlihatkan overtone, pertama regang OH pada 1400 nm, dan kombinasi dari regang OH dan lentur H-O-H pada 1900 nm [14]. 2.3 Metoda Reflektansi Inframerah Inframerah spektroskopi pada sampel dapat menyerap dan memancarkan. Informasi mengenai sampel dapat diperoleh dengan mempelajari refleksi radiasi [18]. Tiga jenis fenomena reflektansi yang digunakan, yaitu: spekular, diffuse, dan internal refleksi. Reflektansi spekular terjadi pada permukaan yang halus, namun reflektansi diffuse terjadi pada permukaan yang tidak teratur (irregularities). Pada permukaan padat diperoleh informasi reflektansi sebagai fungsi panjang gelombang, sudut datang, dan polarisasi berkas yang masuk. Metoda reflektansi diffuse digunakan untuk mempelajari permukaan yang tidak teratur. Dengan permukaan itu pancaran yang direfleksikan tidak terikat pada sudut. Beberapa pengukuran seringkali dibuat dengan mengintegrasikan lapisan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pada umumnya, dengan teknik refleksi pancaran daya dari sampel diperoleh sebagai fungsi panjang gelombang pada berkas inframerah. Reflektor referensi kemudian ditempatkan pada lapisan dan spektrumnya diperoleh. Spektrum reflektansi dari sampel digunakan sebagai acuan agar dapat dihitung dengan perbandingan.

10 Detektor Dari Monokromator Sampel Gambar 2.2 Pengukuran reflektansi diffuse dengan penutup wadah 2.4 Reflektansi Pada Daun Daun bukan pemantul baur dan pemantul spekular murni. Dalam reflektansi, dampak pantulan spekular biasanya diabaikan karena daun disinari dari arah normal atau mendekati normal. Dalam spektroskopi, analisis spektrum justru didasarkan pada komponen baur, karena komponen ini yang lebih banyak membawa informasi dibandingkan komponen spekular. Pantulan spekular daun baru berdampak cukup nyata pada sudut datang besar. Sifat baur pantulan daun berasal dari hamburan berganda oleh struktur dalam daun. Teori Willstatter-Stol menerangkan sifat baur pantulan daun [12]. Teori ini didasarkan pada asumsi hanya cahaya yang terpantul secara total pada sudut kritis yang dapat dihitung sebagai penyebab utama pada reflektansi daun. Teori ini disempurnakan oleh Kumar dan Silva memperbaiki penjelasan Willstatter-Stol dengan memasukkan pantulan-pantulan lain di luar sudut kritis dan perbatasan lain selain perbatasan dinding sel udara sebagai penyumbang cukup besar terhadap proses reflektif [12]. Pengukuran reflektansi terdapat pada sehelai daun, sebagian memiliki karakteristik biologi seperti konsentrasi pigmen atau kadar air [16]. Variasi spektral hubungannya dengan komposisi daun dan struktur biokimia, yang tergantung pada banyak faktor seperti jenis tanaman, pengembangan atau posisi daun di tanaman. Daerah optik dari 400 nm sampai 2500 nm, dan dibagi atas tiga bagian : visible (400-800 nm) yang ditandai dengan absorpsi cahaya yang kuat oleh pigmenpigmen fotosintetis pada daun yang hijau, near infrared (800-1100 nm) pada daerah ini absorpsi dibatasi pada zat kering dimana hamburan berganda di dalam daun, yang dihubungkan dengan pecahan perbatasan udara, yaitu struktur internal, memandu level reflektansi dan transmitansi, middle infrared (1100-2500 nm) adalah daerah absorpsi yang kuat, terutama air dalam daun yang segar dan daun

11 yang kering ketika daun menjadi layu. Gambar 2.3 menunjukkan spektra pengukuran reflektansi dan transmitansi pada daun poplar (Populus canadensis). 0.9 0.9 0.8 0.7 Transmitansi 0.8 0.7 Transmitansi 0.6 0.5 Absorbansi 0.6 0.5 Absorbansi 0.4 0.4 Reflektansi 0.3 Reflektansi 0.3 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 4 0 0 1 6 0 0 1 8 0 0 2 0 0 0 2 2 0 0 2 4 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 4 0 0 1 6 0 0 1 8 0 0 2 0 0 0 2 2 0 0 2 4 0 0 Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm) Gambar 2.3 Spektrum reflektansi dan transmitansi pada (a) daun segar (b) daun yang kering 2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Reflektansi Daun Daun pada tumbuhan dikotil memiliki reflektansi yang relatif lebih tinggi daripada daun tumbuhan monokotil, karena perbedaan struktur dalam daun. Banyaknya ruang kosong pada daun dikotil menyebabkan semakin banyaknya proses pemantulan berulang di dalam daun sehingga reflektansinya menjadi lebih besar. Perbedaan susunan jaringan parenkimatik (mesofil) yang berkedudukan diantara epidermis daun bagian atas dan bawah, juga mempengaruhi reflektansi daun. Pada bagian tampak, reflektansi permukaan atas daun (adaksial) sedikit lebih rendah daripada permukaan bawah daun (abaksial), karena perbedaan konsentrasi kloroplas sebagai penyerap cahaya di daerah palisade. Di daerah infra merah, pengaruh serapan tidak ada, reflektansi dari permukaan adaksial dan permukaan abaksial sama. Tingkat kemasakan dan penuaan juga merupakan faktor yang menyebabkan perubahan susunan mesofil dan klorofil. Daun muda yang belum masak memiliki mesofil yang lebih rapat daripada daun tua. Oleh karena itu pada daerah tampak, reflektansi hanya berubah sedikit terhadap kemasakan daun, sedangkan di daerah infra merah reflektansi daun meningkat terhadap tingkat kemasakan. Pada daun tua, reflektansi di daerah

12 tampak dan infra merah meningkat, karena berkurangnya klorofil dan meningkatnya jumlah ruang udara antar sel. Rambut daun pada umumnya meningkatkan reflektansi, tetapi tidak pada semua jenis daun, pengaruhnya juga tidak sama pada seluruh daerah spektrum. Lapisan lilin (wax) berpengaruh meningkatkan reflektansi pada seluruh daerah spektrum. Peningkatan cukup tinggi terjadi di daerah biru dan ultra ungu, karena mekanisme hamburan yang diakibatkan oleh ukuran partikel lilin yang memenuhi kriteria hamburan Rayleigh. Gangguan fisiologis juga dapat menyebabkan perubahan reflektansi daun. Setiap gangguan fisiologis terhadap daun menyebabkan kenaikan reflektansi di daerah tampak. Namun, gangguan fisiologis bukanlah faktor yang berpengaruh langsung terhadap perubahan reflektansi, justru pengaruh sekunder dari gangguan fisiologis, misalnya perubahan kandungan klorofil, struktur mesofil, karakteristik permukaan daun (berkurangnya kandungan air) yang berpengaruh terhadap reflektansi daun [12]. Gambar 2.4 merupakan struktur dalam daun. Gambar 2.4 Gambar bagian daun [17]. 2.6 Kadar Air Kadar air adalah besaran yang menyatakan kuantitas kandungan air dalam bahan, umumnya dinyatakan dalam persen berat. Kadar air dapat didefinisikan pada dua pengertian, basis basah dan basis kering. Kadar air basis basah adalah persentase berat air dalam bahan terhadap berat total bahan sebelum air

13 dikeluarkan, sedangkan kadar air basis kering adalah persentase berat air dalam bahan terhadap berat kering bahan, yaitu berat bahan setelah semua kandungan air di dalamnya dikeluarkan. Secara matematis kadar air dapat ditulis sebagai berikut : bb = Wa Wbb x 100% (2-6) bk = Wa Wbk x 100% (2-7) dengan : KA bb = kadar air basis basah Wa = berat air dalam bahan Wbb = berat total bahan dalam keadaan basah (sebelum dikeringkan) KA bk = kadar air basis kering Wbk = berat total bahan kering (setelah semua air dikeluarkan) Pada daun, selain persen berat besaran lain yang juga sering digunakan untuk menyatakan kuantitas air yang terkandung di dalamnya adalah kadar air relatif (RWC = Relative Water Content) atau turgiditas relatif (RT = Relative Turgidity) yang didefinisikan sebagai nisbah volume air dalam daun terhadap volume maksimum air dalam daun tersebut pada keadaan turgor penuh. RWC dirumuskan sebagai berikut : RWC = FW DW TW DW (2-8) dengan : FW = berat daun segar DW = berat daun kering TW = berat daun dalam keadaan turgor penuh.