KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Otonomi daerah (otoda) adalah kewenangan daerah otonom untuk

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA TERHADAP EFISIENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KOTA KEDIRI SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN PERTUMBUHAN PADA KABUPATEN SOPPENG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PERBANDINGAN KINERJA KUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN SUKOHARJO DAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sidik et al, 2002) UU No.12 tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI ANALISIS RASIO KEUANGAN APBD DALAM ERA OTONOMI DAERAH

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

I. PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan. pemerintahan dan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERAPKAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansidapatdidefinisikan sebagai sebuahseni, ilmu (science)maupun

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

Transkripsi:

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat. Alat analisis yang digunakan yaitu analisa rasio keuangan daerah (rasio kemandirian keuangan, rasio efektifitas, rasio efisiensi dan rasio pertumbuhan PAD). Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah kinerja keuangan Pemerintah Daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat mengalami peningkatan pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013? Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2013-2014, hanya mengalami kenaikan satu kali sebesar 2,59% yaitu 7,07%-4,48%, rasio efektifitas pemerintah daerah tahun 2013-2014 pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat, mengalami penurunan sebesar -17% yaitu 106,20%-123,20%, rasio efisiensi keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan sebesar - 6,21% yaitu 47,85%-54,06%, rasio pertumbuhan kinerja keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat tahun 2013-2014 mengalami kenaikan sebesar 20,08% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat belum mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian, maka hipotesis yang penulis kemukakan ditolak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah I. PENDAHULUAN Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah (Pemda) dan UU No. 33 Tahun 2008 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi titik awal dimulainya otonomi daerah. Otonomi daerah (otoda) adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan pemerataan antardaerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Adanya Undang-Undang tersebut telah memberi kewenangan yang lebih luas kepada Pemda tingkat kabupaten untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah mulai dari perencanaan, pengendalian dan evaluasi, sehingga mendorong Pemda untuk lebih memberdayakan semua potensi yang dimiliki dalam rangka membangun dan mengembangkan daerahnya. Sebenarnya pertimbangan mendasar terselenggaranya otoda adalah perkembangan dari dalam negeri yang mengindikasikan bahwa rakyat menghendaki keterbukaan dan kemandirian (desentralisasi). Selain itu, keadaan luar negeri yang banyak menunjukkan bahwa semakin maraknya globalisasi yang menuntut daya saing tiap negara, termasuk setiap Pemdanya. Hal tersebut akan tercapai dengan peningkatan kemandirian Pemda melalui program otoda. Tujuan program otoda adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan perkembangan daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan, potensi maupun karakteristik di daerah masingmasing.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi Pemda. Sebagai instrumen kebijakan, APBD mendukung posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas Pemda. APBD dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan pencapaian pembangunan, otoritas pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengernbangan ukuranukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh Pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) Pemerintah daerah atas sumber yang dipercayakan. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas untuk menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungiawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah ia berhasil menjalankan tugasya dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja Pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah dilaksanakan. Hasil analisis rasio keuangan digunakan sebagai tolak ukur dalam : 1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otoda. 2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah. 3. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemda dalam membelanjakan pendapatan daerahnya 4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah. 5. Melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Penggunaan analisis rasio pada sektor publik, khususnya terhadap APBD dan realisasinya belum banyak dilakukan sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah peraturannya. Namun, analisis rasio terhadap realisasi APBD harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah. Di samping meningkatkan kuantitas pengelolaan keuangan daerah, analisis rasio terhadap realisasi APBD juga dapat digunakan sebagai alat untuk menilai efektivitas otoda sebab kebijakan ini yang memberikan keleluasaan bagi Pemda untuk mengelola keuangan daerahnya seharusnya bisa meningkatkan kinerja keuangan daerah yang bersangkutan. Maraknya pembahasan mengenai keuangan daerah, terutama hubungannya dengan otonomi daerah yang sementara berlangsung menjadikan hal ini menarik untuk dibahas. Peneliti memilih salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu Kabupaten Kutai Barat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dangan judul: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat. II. DASAR TEORI Menurut Sadeli (2006 : 2 ), adalah sebagai berikut : Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat, mempertimbangkan dan mengambil keputusan bagi para pemakai tersebut. Accounting Principles Board (1970) adalah sebagai berikut: Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi, membuat pilihanpilihan nalar diantara berbagai alternatif tindakan. Sedangkan menurut Gade (2008:17): Akuntansi adalah ilmu pengetahuan terapan dan seni pencatatan yang dilakukan secara terus menerus menurut sistem tertentu, mengolah dan menganalisis catata tersebut sehingga dapat tersusun suatu laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pimpinan instansi atau lembaga terhadap kinerjanya. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia (No. 476 KMK. 01 1991): Akuntansi adalah suatau proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan, pengklasifikasian dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Pengertian Keuangan dikemukakan oleh Ridwan dan Inge (2008:2), keuangan adalah ilmu sekaligus seni pengelolaan uang yang berpengaruh pada kehidupan individu maupun organisasi. Dalam pengertian ini, keuangan berkaitan dengan proses, instrument, pasar serta lembaga apapun yang terlibat

didalam perpindahan atau transfer uang, baik antar perorangan, bisnis, maupun pemerintah. - Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Keuangan daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan pemerintahan dan kegiatan pembangunan oleh pelayanan kemasyrakatan di daerah. Oleh karena itu, keuangan daerah diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna. Menurut Kamus Akuntansi Manajemen, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Pengukuran Kinerja diartikan sebagai suatu sistem keuangan atau nonkeuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi. Adapun menurut Sucipto (2005:) menyatakan bahwa definisi Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundangundangan selama satu periode anggaran. Dari definisi di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja keuangan daerah adalah mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan. Menurut Jusup (2005 : 11) bahwa Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan utama menghasilkan laporan untuk kepentingan pihak luar Zaki Baridwan (2009 : 17), Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan atau transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Sugianto dan Winarni (2005:111) menyatakan bahwa Kinerja adalah tingkat pencapaian dan tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkatt kesehatan perusahaan. Agnes Sawir (2005:6) bahwa definisi Kinerja Keuangan adalah penilaian kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis memerlukan beberapa tolak ukur yang digunakan adalah ratio dan indeks, yang menghubungkan dua data keuangan antara satu dengan yang lain. Menurut Kamus Akuntansi Manajemen, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Pengukuran Kinerja diartikan sebagai suatu sistem keuangan atau nonkeuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi. Sucipto (2005:) menyatakan bahwa definisi Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Dari definisi di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja keuangan daerah adalah mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan. III. METODE PENELITIAN Alat Analisis Data Alat analisis yang digunakan adalah analisa laporan keuangan daerah yaitu: a. Rasio kemandirian keuangan daerah Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah bbantuan Pusat & Pinjaman b. Rasio efektifitas Pendapatan Daerah (PAD) Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD c. Rasio efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rasio Efisiensi = By.Yg dikeluarkan utk memungut PAD Realisasi Penerimaan PAD d. Rasio Pertumbuhan PAD PAD = PAD t1 PAD t0 PADt0 Dimana : t0 = tahun sebelumnya t1= tahun akhir

Uji Hipotesis Hipotesis diterima jika : a. Rasio kemandirian 2014 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013. b. Rasio efektivitas 2014 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013. c. Rasio efisiensi 2014 mengalmi kenaikan dibandingkan 2013. d. Rasio pertumbuhan 2014 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013. Sebaliknya, hipotesis ditolak jika : 1) Rasio kemandirian 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013. 2) Rasio efektivitas 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013. 3) Rasio efisiensi 2014 mengalami penurunan dibandingkan 2013. 4) Rasio pertumbuhan 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Untuk membandingkan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2013 dan 2014 dengan menggunakan analisa laporan keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Daerah Kutai Barat, yaitu sebagai berikut : 1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kemandirian keuangan daerah menunjukan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat. Rasio kemandirian juga menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern, terutama Pemerintah Pusat dan Provinsi. Semakin tinggi rasio kemandirian daerah, tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern (terutama Pemerintah Pusat dan Provinsi) semakin rendah, dan sebaliknya Rasio Kemandirian Keu. Daerah = Pendapatan Asli Daerah Bantuan Pusat dan Pinjaman Berikut adalah tabel perhitungan rasio kemandirian keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat yaitu : Tabel 5.1 Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Sekretariat Kabupaten Kutai Barat Tahun 2013-2014 Tahun PAD Pendapatan Transfer Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Rasio Kemandirian 2013 Rp. 88.616.089.135,38 Rp. 1.768.419.499.473,00 Rp. 210.431.600.000; 4,48% 2014 Rp.106.406.970.634,35 Rp. 1.295.021.217.664,00 Rp. 210.813.700.000; 7,07% Sumber : Data Diolah 2015 2. Rasio Efektifitas Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Semakin tinggi rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD TArget Penerimaan PAD Berikut adalah perhitungan rasio efektifitas PAD Pemerintah Daerah pada Kantor Skretariat Kabupaten Kutai Barat, yaitu : Tabel 5.2 : Perhitungan Rasio Efektifitas PAD Sekretariat Kabupaten Kutai Barat Tahun 2013-2014 Tahun Target Penerimaan Anggaran Realisasi Penerimaan PAD Rasio Efektifitas 2013 Rp 71.929.287.251,82 Rp. 88.616.089.135,38 1,23% 2014 Rp 100.192.488.408,02 Rp. 106.406.970.634,35 1,06%

Sumber : Data Diolah 2015 3. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas perlu dibandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah. Rasio efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk. memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dikatakan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah l00 persen. Semakin kecil rasio efisiensi menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD Rasio Efisiensi = Realisasi Penerimaan PAD Adapun perhitungan rasio efisiensi PAD dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.3 : Perhitungan Rasio Efisiensi PAD Sekretariat Kutai Barat Tahun Anggaran 2013-2014 Tahun Realisasi Penerimaan PAD Biaya Pemungutan PAD Rasio Efisiensi 2013 Rp. 88.616.089.135,38 Rp.47.908.275.000,00 54,06% 2014 Rp. 106.406.970.634,35 Rp.50.919.152.693,00 47,85% Sumber : Data Diolah 2015 4. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar kemampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan mengetahui pertumbuhan masingmasing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Semakin tinggi persentase pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan pengeluaran, maka semakin besar kamampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari setiap periode. dimana: t0 = tahun awal t1 = tahun akhir Berikut adalah tabel hasil perhitungan rasio pertumbuhan APBD Sekretariat Kabupaten Kutai Barat : Tabel 5.4 : Perhitungan Rasio Pertumbuhan APBD Sekretariat Kutai Barat Tahun 2013-2014 Tahun PAD t0 PAD t1 Rasio Pertumbuhan 2013-2014 Rp.88.616.089.135,38 Rp.106.406.970.634,35 20,08% Sumber : Data Diolah 2015 Berdasarkan analisis di atas terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat, maka dapat bahas sebagai berikut: Tabel 5.4 : Rekapan Rasio Kinerja Keuangan Pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat 2013-2014 Rasio Tahun 3013 Tahun 2014 Kemandirian 4,48% 7,07% Efektivitas 1,23% 1,06% Efisiensi 54,06% 47,85% Pertumbuhan 28,08% Sumber : Data diolah 2015 1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Pada tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa rasio kemandirian keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2013-2014, hanya mengalami kenaikan satu kali sebesar 2,59% yaitu 7,07%-4,48%. Hal ini menggambarkan bahwa masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah terutama dalam membayar pajak dan retribusi daerah. Hal menunjukan bahwa begitu besarnya peran pajak dan retribusi daerah dalam pembangunan baik pusat maupun daerah. 2. Rasio Efektifitas PAD Berdasarkan perhitungan pada tabel 5.2 di atas, maka dapat dilihat bahwa rasio efektifitas pemerintah daerah tahun 2013-2014 pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat, mengalami penurunan sebesar -17% yaitu 106,20%-123,20%. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD mengalami penurunan karena kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya kurang dari 1% atau di bawah 100%. 3. Rasio Efisiensi PAD Berdasarkan perhitungan pada tabel 5.3 di atas, maka dapat dilihat bahwa rasio efisiensi keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan sebesar -6,21% yaitu 47,85%-54,06%. Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima kurang dari 1% atau di bawah 100%. 4. Rasio Pertumbuhan PAD Berdasarkan perhitungan yang penulis lakukan pada tabel 5.4 di atas, maka dapat dilihat bahwa rasio pertumbuhan kinerja keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat tahun 2013-2014 mengalami kenaikan sebesar 20,08% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah daerah dapat mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan mengetahui pertumbuhan masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap potensipotensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat belum mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian, maka hipotesis yang penulis kemukakan ditolak. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rasio kemandirian keuangan daerah pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat tahun 2013-2014 mengalami kenaikan. 2. Rasio efektifitas Pendapatan Daerah (PAD) pada kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat tahun 2013-2104 mengalami penurunan. 3. Rasio efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Barat mengalami penurunan. 4. Rasio Pertumbuhan PAD pada Kantor Sekretariat Kabupaten Kutai Barat mengalami kenaikan sebesar 20,08% pada tahun 2013-2014. 5. Hipotesis ditolak, karena tidak semua indikator penilaian (rasio kinerja keuangan daerah) mengalami peningkatan secara secara signifikan. Saran 1. Pemerintah daerah hendaknya terus mempertahankan serta meningkatkan semua indikator penilaian dalam kinerja keuangan daerah. 2. Pemerintah daerah hendaknya terus berupaya meningkatkan kemandirian keuangan daerah, efektifitas PAD, efisiensi PAD dan pertumbuhan PAD. VI. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Undang-Undang No. 32 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah., Undang-undang No.33 Tahun 2008 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah., 2012, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Daerah, Kabupaten Kutai Barat. Jusup, AL. Haryono, 2005, Dasar-Dasar Akuntansi, STIE YKPN, Yogyakarta, Jilid I, Edisi Lima. Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor Publik,,Andi, Yogyakarta. Munawir, S, 2007, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, Edisi Revisi.