PENENTUAN NILAI KALORIFIK YANG DIHASILKAN DARI PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

Macam macam mikroba pada biogas

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BIOGAS. KP4 UGM Th. 2012

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II LANDASAN TEORI

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU, JENIS MIKROBA, JUMLAH MIKROBA RELATIF, RASIO AIR TERHADAP BAHAN BAKU, DAN WAKTU FERMENTASI PADA FERMENTASI BIOGAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

HASIL DAN PEMBAHASAN

SNTMUT ISBN:

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

BAB II LANDASAN TEORI

KOMPOSISI CAMPURAN KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PUCUK TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L) SEBAGAI BAHAN BAKU ISIAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BIOGAS

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

SNTMUT ISBN:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

Presentasi Tugas Akhir. Hubungan antara Hydraulic Retention Time (HRT) dan Solid Retention Time (SRT) pada Reaktor Anaerob dari Limbah sayuran.

PENGARUH SIRKULASI TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI DENGAN BIOREAKTOR LITER

Chrisnanda Anggradiar NRP

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI BIOTEKNOLOGI UNTUK ISI RUMEN SAPI, KERBAU DAN KAMBING SEBAGAI SUMBER ENERGI UNTUK BIOGAS YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB II LANDASAN TEORI

Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

BAB II LANDASAN TEORI

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396

II. TINJAUAN PUSTAKA. Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BIOGAS DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI PADI)

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN BAKAR DALAM PROSES PENGERINGAN RAMBAK DI DAERAH BOYOLALI UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP MINYAK TANAH

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

PEMBUATAN BIOGAS. Diana Rochintaniawati

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

Transkripsi:

PENENTUAN NILAI KALORIFIK YANG DIHASILKAN DARI PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS H.A. Rasyidi Fachry, Rinenda dan Gustiawan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Unsri Jl. Raya Prabumulih KM. 32 Inderalaya 30662 Abstrak Pemanfaatan rumen sapi sebagai penghasil biogas sudah mulai dikembangkan. Biogas merupakan hasil perombakan suatu bahan menjadi bahan lain dengan bantuan mikroorganisme tertentu dalam keadaan tidak berhubungan langsung dengan udara (anaerob). Penelitian ini menggunakan kapasitas digester sebesar ± 60 liter dengan system batch dan menggunakan pompa yang berfungsi sebagai pengaduk untuk mensirkulasikan campuran dari bawah ke atas sehingga gas yang diinginkan cepat diperoleh. Volume campuran yang dimasukkan ke dalam digester sebanyak 45 liter yang terdiri dari campuran kotoran sapi dan air dengan perbandingan volume 2 :3. Variable-variabel yang diamati pada penelitian ini antara lain derajat keasaman (ph) campuran, volume (V) gas yang terbentuk, Tekanan (P) didalam ban penampung biogas, dan juga dilakukan analisa komposisi gas yang terkandung didalam biogas terbentuk menggunakan gas chromatography. Dari penelitian ini didapatkan kondisi optimum meliputi volume gas sebesar 1.320935 m 3, tekanan sebesar 65.00 mmhg, dan ph optimum pada nilai 7,5. Dengan didapatkan kondisi optimum tersebut maka diperoleh nilai kalorifik (heating value) maksimal sebesar 960 Btu/ft 3 atau 864 kj/mol. I. PENDAHULUAN Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan masyarakat. Dimana semakin lama harga bahan bakar semakin meningkat sehingga menjadi permasalahan yang serius dalam kehidupan masyarakat. Bahan bakar yang berasal dari Minyak bumi, Batubara, dan lainnya sudah semakin langka. Hal ini disebabkan makin meningkatnya jumlah penduduk, kemajuan teknologi, dan perkembangan industri yang menguras berbagai macam sumber energi, karena itulah diperlukan suatu pemikiran untuk mendapatkan sumber energi alternative yang murah dan effisien serta berguna untuk seluruh kalangan masyarakat. Biogas merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi keterbatasan sumber energi baik dirumah tangga maupun di industri. Bukan hanya dapat mengatasi keterbatasan tersebut, tetapi biogas pun dapat mengatasi permasalahan lingkungan. Untuk dapat memanfaatkan biogas yang dihasilkan secara maksimal maka timbul suatu pemikiran untuk mempelajari dan mengetahui seberapa besar kandungan gas methane, ph optimum, dan nilai kalor yang dihasilkan dari proses pembentukan biogas tersebut. Selain itu untuk menunjang hasil penelitian diperlukan perancangan alat yang tepat guna sehingga hasil yang didapatkan dapat diproduksi secara maksimal. Berdasarkan literature (D.O Hall, R.P Overend) bahwa ph optimum yang dihasilkan pada pembuatan biogas ini berkisar antara 6.5 8.0, dimana pada kisaran Ph ini terjadi tahap methanogenik yaitu tahap pembentukan gas methane. Penggunaan pompa sebagai pengaduk berfungsi untuk menghomogenkan campuran sehingga gas yang diinginkan lebih cepat terbentuk dan volume biogas diproduksi maksimal. Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol. 5, April 2004 7

II. LANDASAN TEORI Biogas adalah gas yang dapat dihasilkan dari fermentasi faeces (kotoran) ternak, misalnya sapi, kerbau, babi, kambing, ayam, dan lain lain dalam suatu ruangan yang disebut digester (Ir.L Widarto dan FX. Sudarto C.Ph : 1999). Prinsip kerja dari pembentukan biogas adalah pengumpulan faeces ternak ke dalam suatu tangki kedap udara yang disebut digester (pencerna). Didalam digester tersebut kotoran dicerna dan difermentasi oleh bakteri yang methane dan juga gas gas lainnya dengan bantuan substrat. Kemudian gas tersebut ditampung di dalam suatu digester. Penumpukan produksi gas akan menimbulkan tekanan sehingga dapat disalurkan ke dalam suatu pipa (selang) menuju tabung penampung gas yang dilengkapi dengan regulator tekanan. Gas yang dihasilkan ini sangat baik untuk pembakaran karena mampu menghasilkan panas yang cukup tinggi, apinya berwarna biru, tidak berbau, dan tidak berasap. Adapun komponenkomponen penyusun dari biogas adalah sebagai berikut : Tabel 1. Komponen Komponen Penyusun Biogas No Nama Gas Rumus Kimia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Methane Karbondioksida Nitrogen Hidrogen Karbon monoksida Oksigen Hidrogen Sulfida CH 4 CO 2 N 2 H 2 CO O 2 H 2 S Sumber : Ir. L Widarto dan FX.Sudarto C.Ph Jumlah 54 % 70 % 27 % - 45 % 3 % - 5 % 1 % - 2 % 0.1 % 0.1 % sedikit Proses pembentukan biogas terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Proses degradasi bahan organic menjadi gas methane 2. Proses dekomposisi anaerobic, terdiri dari : a. Tahap pelarutan bahan organic ke fase cair b. Tahap asidifikasi, merupakan tahap pembentukan asam-asam organic untuk pertumbuhan dan perkembangan sel bakteri. c. Tahap methanogenik, merupakan tahap pembentukan gas methane Bagan Pembentukan Gasbio dapat diilustrasikan sebagai berikut : Selulosa 1. Hidrolisis (C 6 H 10 O 5 ) n + nh 2 O n(c 6 H 12 O 6 ) selulosa glukosa Glukosa 2. Pengasaman Asam Lemak dan Alkohol (C 6 H 12 O 6 ) n + nh 2 O CH 3 CHOHCOOH glukosa asam laktat CH 3 CH 2 CH 2 COOH + CO 2 + H 2 Asam butirat CH 3 CH 2 OH + CO 2 etanol 3. Metanogenik Methane + CO 2 4H 2 + CO 2 2H 2 + CH 4 CH 3 CH 2 OH + CO 2 CH 3 COOH + CH 4 CH 3 COOH + CO CO + CH 4 CH 3 CH 2 CH 2 COOH + 2H 2 + CO 2 CH 3 COOH Gambar 2.1. Tahap Pembentukan gasbio (FAO, 1978) 8 Jurnal Teknik Kimia No 2, Vol. 5, April 2004

III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 1. Kotoran Sapi 2. Air 3. Aquadest 4. Indikator feroin 5. Larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 6. K 2 Cr 2 O 7 7. HgSO 4 8. H 2 SO 4 3.2. Prosedur Penelitian : 1. Disiapkan bioreactor kapasitas 60 liter dengan pompa sebagai pengaduk 2. Disiapkan kotoran sapi terlebih dahulu yang dicampur dengan air pada perbandingan tertentu, 2 ember kotoran sapi dengan 3 ember air dimana volume 1 ember setara dengan 10 liter (Ir L Widarto dan FX. Sudarto C Ph). 3. Dilakukan pengukuran ph awal campuran 4. Campuran dimasukkan kedalam bioreactor, kemudian tutup rapat-rapat sehingga tidak ada udara yang masuk. 5. Dilakukan pengadukan menggunakan pompa selama lebih kurang 15 menit agar campuran menjadi lebih homogen. 6. Setelah diaduk campuran didiamkan di dalam reaktor 7. Pengukuran ph dilakukan setiap hari guna mendapatkan kondisi ph yang optimum 8. Dilakukan pengambilan sample untuk menganalisa kandungan COD yang terdapat didalam campuran 9. Biogas yang terbentuk dialirkan melalui selang untuk kemudian ditampung didalam ban penampung 10. Dilakukan analisa gas dari biogas yang telah ditampung menggunakan gas chromatography untuk mengetahui kandungan gas dan yang terdapat didalam gas tersebut serta mengetahui heating value yang didapatkan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara ph Terhadap Waktu (hari) Hasil penelitian mengenai hubungan antara Ph terhadap waktu (hari) tertera pada table 1. Terlihat bahwa dari hari pertama hingga hari ke-28 ph cenderung naik dari 5.8 hingga, seperti pada gambar grafik dibawah ini : 8 7.6 ph 6.8 6.4 6 5.6 1 6 11 16 21 26 31 36 Waktu (Hari)- Gambar 4. 1. Grafik Hubungan antara ph dengan waktu (hari) Hal ini menunjukkan bahwa bakteri /mikroba sedang melakukan tahap hidrolisis, yaitu merupakan tahap dimana terjadi pelarutan bahan bahan organik yang mudah larut dan pencernaan bahan organik kompleks tersebut menjadi senyawa yang sederhana atau perubahan struktur primer menjadi monomer. Selain itu juga antara ph 5.8 juga terjadi tahap pengasaman, yaitu tahap dimana komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis menjadi bahan makanan bagi bakteri pembusuk asam. Yang mana selanjutnya pada ph 6.8 mulai memasukinya tahap metanogenik, yaitu tahap dimana terjadinya perkembangan mikroorganisme dengan species tertentu yang dapat menghasilkan gas methane. Hal ini sesuai dengan literatur yang memuat bahwa gas bio tersebut mulai terbentuk ketika ph antara 6.8 8.0 (DO Hall dan R.P Overend) Pada grafik diperoleh ph 7,5 merupakan proses mencapai titik optimum. Selanjutnya ph menjadi konstan hingga hari ke-35, dan pada hari ke-36 ph berangsur-angsur menurun. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri telah melakukan fase pasif yaitu menurunnya aktifitas bakteri dalam melakukan serangkaian tahap prose pembentukan biogas. Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol. 5, April 2004 9

Tabel 4.1. Data Hubungan antara Derajat Keasaman (ph) terhadap waktu (hari) Hari ke- ph Hari ke- ph Hari ke- ph 1 5.8 14 6.9 27 7.4 2 5.8 15 7.1 28 3 5.8 16 7.1 29 4 5.9 17 7.1 30 5 5.9 18 7.1 31 6 5.9 19 7.1 32 7 5.9 20 33 8 6.0 21 34 9 6.4 22 35 10 6.4 23 36 11 6.5 24 7.4 37 12 6.7 25 7.4 38 13 6.7 26 7.4 2. Hubungan Antara Komposisi Gas Terhadap Waktu (hari) Tabel 2 menunjukkan hubungan komposisi gas terhadap waktu pembentukannya. Dapat dilihat bahwa komposisi gas pada hari ke-28 untuk CH 4 mencapai lebih kurang 95 % dan CO 2 5%. 100 80 Komposisi (%) 80.419 60 40 20 0 19.581 94.8069 5.1931 20 28 38 Waktu (Hari) CH4 CO2 79.8447 20.1553 Gambar 4.2. Grafik hubungan antara komposisi gas dengan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penghasil methane disini (methanogens), yang berperan dalam merubah asam asam lemak dan alkohol menjadi methane dan karbondioksida sedang mengalami masa aktifnya sehingga pada kondisi tersebut diperolehlah methane dalam keadaan optimum. Sedangkan pada hari ke-38 komposisi gas untuk CH 4 menurun menjadi 80% dan CO 2 meningkat menjadi 20%. Hal ini menunjukkan bakteri penghasil biogas, yaitu bakteri metanogens telah menurun kadar keaktifannya. Selain itu yang menyebabkan kondisi meningkatnya CO 2 juga dikarenakan atom C sebagian yang ada pada methane bereaksi dengan O 2 membentuk CO 2, sehingga mengakibatkan menurunnya kadar CH 4 pada pembentukan biogas tersebut. Tabel 4.2. Data Hubungan antara Komposisi Gas terhadap Waktu Hari ke- Komposisi gas (%) CH 4 CO 2 20 80,4190 19,5810 28 94,8069 5,1931 38 79,8447 20,1553 3. Hubungan Antara Komposisi Gas dan ph Terhadap Waktu (hari) Komposisi (%) 100 80 60 40 20 0 80.419 19.581 5.1931 94.8069 79.8447 20.1553 20 28 38 Waktu (Hari) CH4 CO2 ph 7.6 7.4 ph Gambar 4.3. Grafik Hubungan antara Komposisi Gas dan ph terhadap Waktu (hari) Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa ph dan komposisi CH 4 mencapai nilai maksimum pada hari ke-28, sedangkan komposisi CO 2 mencapai nilai terendah pada hari yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari ke-28 tersebut merupakan tahap berproduksinya bakteri methanogens secara optimal CH 4. Begitu juga sebaliknya saat komposisi CO 2 meningkat pada hari ke-38, ph dan komposisi CH 4 menjadi berkurang. Pada saat kondisi seperti inilah diperlukan adanya suatu senyawa yang dapat mempertahankan 7.1 7 10 Jurnal Teknik Kimia No 2, Vol. 5, April 2004

keadaan sehingga penurunan CH 4 terlalu cepat. dan ph tidak titik tertinggi, pada saat inilah ph mencapai titik optimum. 4. Hubungan Antara Komposisi Gas dan ph Terhadap Heating Value Data mengenai hubungan antara komposisi gas terhadap heating value tertera pada table 3. Komposisi gas sangat mempengaruhi heating value terutama gas methane, semakin tinggi komposisi gas methane maka heating value yang didapatkan akan semakin tinggi, terlihat dari gambar grafik di bawah ini : Komposisi (%) 100 80 60 40 20 0 79.8447 20.1553 80.419 19.581 94.8069 5.1931 728 733 864 Heating Value CH4 CO2 ph 7.6 7.4 ph Gambar 4.4. Grafik Hubungan Komposisi gas dan ph terhadap Heating Value (Nilai Kalor) Tabel 4.3. Data Hubungan antara Komposisi Gas dan ph terhadap Heating Value 7.1 Hari keph Komposisi (%) Heating Value (kj/mol) CH 4 CO 2 20 80,4190 19,5810 733 28 94,8069 5,1931 864 38 79,8447 20,1553 728 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai kalor dipengaruhi oleh komposisi gas. Semakin tinggi kandungan CH 4 maka nilai kalor juga meningkat, sebaliknya semakin tinggi kandungan CO 2 maka nilai kalor akan menurun. Nilai kalor tertinggi juga didapatkan pada saat ph mencapai 7 5. Pengaruh Desain Bioreaktor Terhadap Pembentukan Biogas Pada penelitian ini digunakan bioreaktor dengan pompa sebagai pengaduk dengan sistem sirkulasi sehingga campuran yang terdapat didalamnya menjadi lebih homogen. Dari hasil yang didapatkan terlihat kualitas biogas pada hari terakhir menurun, hal ini ditandai dengan meningkatnya kadar CO 2 yang mengakibatkan menurunnya kadar CH 4. Hal ini disebabkan atom C pada CH 4 mengikat O 2 yang berasal dari pompa sehingga membentuk CO 2. Tetapi penggunaan pompa sebagai pengaduk sangat membantu proses pembentukan biogas, hal ini ditandai dengan lebih cepatnya pembentukan gas terjadi. 5.1 Kesimpulan V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kualitas biogas semakin tinggi ditandai dengan tingginya kadar CH 4 yang terkandung dalam biogas. 2. Nilai kalor dipengaruhi oleh besar tidaknya komposisi gas, terutama gas methane. Nilai kalor tertinggi didapat pada saat komposisi methane mencapai lebih kurang 95%, yaitu bernilai 864 kj/mol atau 960 Btu/ft 3. 3. Semakin netral ph maka semakin tinggi kadar CH 4, sebaliknya kadar CO 2 semakin rendah. ph optimum dicapai pada nilai 7,5. 4. Semakin tinggi kadar CH 4 maka nilai kalor yang didapatkan semakin besar. 5. Pompa berfungsi untuk mengaduk campuran sehingga campuran menjadi homogen dan biogas yang diinginkan lebih cepat diperoleh atau dalam hal ini pompa berpengaruh sekali pada pembentukan biogas. 6. Kadar CH 4 menurun disebabkan karena atom C bereaksi dengan O 2 membentuk CO 2. 7. Pada saat pengadukan dengan menggunakan pompa terjadi penambahan biogas secara optimal, sehingga tekanan didalam media penyimpan gas menjadi lebih besar. Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol. 5, April 2004 11

s (l/m2.jam) 12 11 10 9 8 7 5.2. Saran 1. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan mikroba lain selain rumen sapi. 2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan rasio perbandingan feed supaya dapat diketahui jumlah perbandingan yang optimal untuk menghasilkan biogas. 3. Untuk penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan pengaduk berupa pompa yang memiliki karakteristik vakum (kedap udara) sehingga biogas yang dihasilkan tidak bercampur dengan udara lain. 4. Pembuatan alat yang lebih kompleks dan sederhana sehingga memungkinkan diperolehnya hasil yang optimal. Suryahadi, Nugraha AR, Bey A, dan Boer R. 2000. Laju Konversi Metan dan Faktor Emisi Metan pada Kerbau Yang Di beri Ragi Tape Lokal Yang Berbeda Kadarnya Yang Mengandung Saccharomyces Cerevisiae. Ringkasan Seminar Program Pascasarjana IPB. Simamora S.1989. Pengelolaan Limbah Peternakan (Animal Waste Management). Teknologi Energi gasbio. Fakultas Politeknik Pertanian IPB. Bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen P dan K. DAFTAR PUSTAKA Maramba F D.1978. Biogas and Waste Recycling. Maya Farm. Manila. Philippines. D.O Hall; R.P Overend. 1987. Biomass Regenerable Energy. John Wiley & Sons: Singapore. Lingaiah V and Rajasekaran P, 1986, Biodigestion of Cowdung and Organic Wastes Mixed With Oil Cake in Relation to Energy in Agricultural Wastes 17 (1986). Mangunwijaya, Djumali; Ani Suryani: 1994. Teknologi Bioproses; PT Penebar Swadaya. Jakarta. Chantalakna Ch and Skunmun P. 2002. Sustainable Smallholder Animal System in the Tropics. Kasetsart University Press, Bangkok. Widarto, L; Sudarto FX.1997. Membuat Biogas. Penerbit Kanisius; Yogyakarta. Sihombing D T H.2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, IPB. Crutzen P J, Aselman I and Seiler W. 1986. Methane Produstion By Domestic Animals, Wild Ruminant, Other Herbivorous Fauna, and Humans. Tellus. Dyer L A, 1986, Beef Cattle. In Cole and Brander Ed: Ecosystem of the World 21 Bioindustrial Ecosystem. Elsevier, New York. 12 Jurnal Teknik Kimia No 2, Vol. 5, April 2004