ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

PROFIL DAN PROFITABILITAS USAHA SAPI PERAH DI DESA JELOK, KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Profil dan Analisis Usaha Sapi Perah di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PEMELIHARAAN KERBAU DI DESA LENGKONG KULON, BANTEN

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL USAHA PEMELIHARAAN KERBAU DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN BOGOR

SUMBANGAN SUBSEKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA PASIRIPIS DAN TEGALSARI, JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

KETERSEDIAAN BIOMASA TANAMAN JAGUNG DI DESA SUKAJADI (P-6) KARANG AGUNG TENGAH, SUMATERA SELATAN

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

S. Andy Cahyono dan Purwanto

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS EKONOMI USAHA SAPI POTONG DI LAHAN PERKEBUNAN SAWIT DAN KARET

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PENYERAPAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM ANALISIS FUNGSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI PEDESAAN

ANALISIS FINANSIAL RUGI-LABA PADA USAHA TERNAK KAMBING DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN INTENSIF DAN SEMI INTENSIF DI PEDESAAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Pangan dengan Kerbau Lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

ANALISIS TITIK IMPAS AGRIBISNIS TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DI KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

V. IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO. Abstrak

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR USAHATERNAK DOMBA DALAM MENDUKUNG POLA DIVERSIFIKASI USAHATANI DI PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERTANIAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING

ANALISIS KELAYAKAN USAHATERNAK KAMBING LOKAL PADA BERBAGAI SKALA PEMILIKAN

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

Perkembangan Ekonomi Makro

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

PENDAPATAN USAHA TERNAK KERBAU DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR

FUNGSI DAN PERANAN KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI DI PROPINSI BANTEN

Transkripsi:

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI (The Analysis of Income of Traditional Sheep Farming in Sukabumi Regency) S. RUSDIANA 1 dan D. PRIYANTO 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E 59, Bogor 16151 2 Balai Penelitian Ternak ABSTRACT Income analyses of traditional sheep farming in District of Sukabumi is very important to use bare land around rubber plantation and coconut plantation, the study was done in Ciemas Sub District, Sukabumi District, West Java Province based on information from the local livestock services. Respondents were choosen randomly in Sukmajaya and Ciwaru Villages as the representative of bare land, both rubber and coconut plantation area. Thirty respondents from each village were interviewed; data obtained was analyzed descriptively and economically. The result showed that from selling sheep, farmer received Rp. 1,885,000 and Rp. 1,970,000 respectively for Sukmajaya and CiwaruVillages. They spent Rp. 1,260,000 (252 Men days/year) and Rp. 1,656,000 (331.2 men days/year) for labor, therefore the benefit for farmer was Rp. 625,000/year and Rp. 314,000 respectively for Sukmajaya and Ciwaru. The calculated B/C ratio was 1.5% and 1.3% respectively for sheep farming in Sukmajaya and Ciwaru. Farmer in Sukmajaya received higher benefit due to higher labor expenditure especially to supervise sheep grazing was found in Ciwaru (3237 men days) compared to Sukmajaya (144 men days). The sold sheep consisted of 33.3% ram and 24.2% young ram for Sukmajaya; 38.2%ram and 20.6% young ram for Ciwaru. Key Words: Analysis, Economy, Traditional, Farming, Sheep ABSTRAK Peranan usahaternak domba dalam struktur pendapatan merupakan potensi yang sangat penting terutama dalam pemanfaatan hamparan pertanian, lahan kosong perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa sesuai dengan informasi dari Dinas Peternakan setempat dan kriteria populasi ternak domba. Penetapan responden adalah secara acak sederhana. Lokasi yang dipilih adalah Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru yang mewakili hamparan pertanian, (lahan kosong), perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Wawancara dilakukan terhadap 30 petani responden disetiap desa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan tabulasi secara deskritif serta analisis ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penjualan ternak domba selama satu tahun yaitu rata-rata Rp. 1.885.000/tahun Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru rata-rata Rp. 1.970.000/tahun. Perhitungan tenaga kerja (Rp/HOK/tahun) Desa Sukmajaya Rp. 1.260.000/tahun (252/HOK/tahun) dan Desa Ciwaru Rp. 1.656.000/tahun (331,2/HOK/tahun). Keuntungan Rp. 625.000/tahun Desa Sukmajaya dan Rp. 314.000/tahun Desa Ciwaru. Berdasarkan perhitungan analisis B/C ratio usaha ternak domba tradisional memberikan keuntungan, di Desa Sukmajaya 1,5% dan Desa Ciwaru 1,3%. Penjualan ternak tertinggi di dua lokasi adalah dari hasil kontribusi penjualan domba jantan dewasa yang mencapai 33,3 vs 38,2%, sedangkan jantan muda mencapai 24,2 vs 20,6% lebih menguntungkan usaha ternak domba di Desa Sukmajaya cenderung di akibatkan alokasi tenaga kerja yang lebih rendah di bandingkan dengan di Desa Ciwaru (digembalakan) yakni sebesar 144 HOK vs 237,6 HOK. Kata Kunci: Analisis ekonomi, usahaternak domba tradisional PENDAHULUAN Populasi ternak domba di Indonesia tercatat mencapai 8.862.836 ekor (21,16%) (DITJENNAK, 2006) yang tersebar di beberapa wilayah dan di Propinsi Jawa Barat 3.602.458 ekor (21,92%) dan di Kabupaten Sukabumi mencapai 469.364 ekor (12,19%) (DISNAK DATI I JAWA BARAT, 538

2006). Sistem pemeliharaan ternak domba di Indonesia sekitar (80%) masih diusahakan oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada di wilayah pedesaan. Usahaternak domba merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak domba walaupun dalam skala kecil dapat membantu perekonomian rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia disekitarnya. Ternak domba adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, pengisi waktu, pemanfaatan pekarangan dan kotorannya bisa dijadikan sebagai pupuk kandang (DEVENDRA, 1993) SUNARSO et al. (2005) menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak di negara-negara berkembang adalah pakan, sedangkan faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak domba adalah terjaminnya ketersediaan hijuan pakan yang bermutu. Untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan berbagai usaha telah banyak dilakukan seperti integrasi padi ternak atau pemanfaatan lahan perkebunan kelapa, perkebunan karet dan tanaman pangan. Pada sistem tersebut dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi alami yang tumbuh atau limbah tanaman sebagai sumber hijauan lainnya (MANSYUR et al., 2005). Pada komoditas tanaman pangan biasanya yang dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak adalah sisa-sisa panen yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup baik, disamping jerami padi, limbah tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan sebangsa kacang-kacangan. Sampai dengan saat ini usaha ternak domba di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan ditingkat petani yang hal demikian karena belum dipertimbangkan keberadaan alokasi tenaga kerja keluarga yang hal tersebut perlu dilakukan analisis usaha. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana petani ternak domba dalam pemanfaatan potensi lahan di kawasan perkebunan kelapa, perkebunan karet, lahan tegalan dan lahan pertanian tanaman pangan rekomendasi uapaya meningkatkan pendapatan keluarga. MATERI DAN METODA Penelitian dilakukan di dua desa (desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru) Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi pada bulan Nopember 2007. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Ciemas dilakukan sesuai dengan informasi dari Dinas Peternakan setempat dan sesuai dengan kriteria populasi ternak domba. Lokasi tersebut adalah mewakili hamparan pertanian, perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Survai dilakukan melalui wawancara berstruktur terhadap 60 petani responden dengan mengisi daftar pertanyaan (masingmasing 30 responden). Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan tabulasi secara deskritif serta analisis ekonomi. Pendapatan usahaternak domba (Rp/peternak/tahun), di perhitungankan berdasarkan selisih antara penerimaan (tunai dan non tunai) dengan biaya (tunai dan non tunai) yang berdasarkan dari perhitungan (Cost and retun analysis) menurut AMIR dan KNIPSCHEER (1989). Perlu diketahui petani ternak tradisional tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja. Besaran biaya tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus: (PRIYANTO et al., 2005). BTK = HOK x PBR dimana: BTK = Biaya tenaga kerja/tahun HOK = Curahan tenaga kerja/tahun dan HOK dirumuskan: HOK = jam 360 /tahun 5 dimana : jam = Jumlah jam kerja yang di butuhkan/ hari = 5 jam kerja /hari (konversi tani) 360 = konversi ke - tahun (360 hari) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum lokasi penelitian Kabupaten Sukabumi terletak di wilayah Jawa Barat dengan luas wilayah ± 6.673.519 ha, 539

suhu udara rata-rata berkisar antara 20 27 C. Kepadatan penduduk mencapai ± 850 jiwa/km 2 dengan sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatan. Tataguna lahan menunjukkan bahwa perkebunan merupakan bagian terbesar di daerah Sukabumi, dan menyusul kebun campuran dan lahan sawah. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah Sukabumi memiliki prospek pengembangan usahataniternak, tanaman pangan, sayur mayur, palawija dan perkebunan. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Usahaternak merupakan usaha yang banyak digeluti penduduk,.dengan jenis ternak yang banyak diusahakan adalah ternak domba, ayam buras, ayam ras, itik, kerbau, sapi, kambing, dan domba. (BPN KABUPATEN SUKABUMI, 2006). Penggunaan lahan di Kecamatan Ciemas terlihat pada Tabel 1. Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi merupakan daerah pertanian, lahan kosong perkebunan karet dan kelapa yang merupakan sumber pakan ternak domba, seperti rumput gajah, bracilia, gliricidiaa, lamtoro, kaliandra, rumput sawah, rumput raja, rumput lapangan, rumput raket, rumput jampang, dan sisa limbah pertanian (tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, dan jerami padi). Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru, masingmasing lokasi penelitian mempunyai agro ekosistem yang sama yakni agroekosistem lahan kering dataran tinggi. Berdasarkan penggunaan lahan di desa penelitian menunjukkan bahwa di Desa Sukmajaya sebagian besar didominasi oleh lahan perkebunan (kelapa 20,2%, karet 19,9% dan teh 19,17%), sedangkan lahan pertanian berupa sawah mencapai 9,21%. Demikian halnya Desa Ciwaru juga di dominasi oleh lahan perkebunan (kepala 20,20%, karet 19,86% dan teh 19,04%), dan lahan sawah hanya mencapai 10,47%. (Tabel 1). Lahan kosong yang belum di budidayakan cukup luas yakni mencapai 85,75 ha (10,35%) dan 89,83 ha (10,51%) masing-masing di Desa Sukmajaya dan Ciwaru yang potensial sebagai areal pengembangan usaha ternak sebagai dukungan sumber pakan ternak. Penguasaan ternak domba di petani Hamparan pertanian, lahan kosong (tegalan), lahan perkebunan karet dan perkebunan kelapa banyak berkembang rumput lapangan dan limbah pertanian yang cukup potensial mendukung perkembangan usahaternak domba yang di cerminkan adanya populasi ternak yang ada. Skala usaha domba yang dipelihara oleh petani ternak mencapai rataan 6,8 ekor di Desa Sukmajaya dan 6,6 di Desa Ciwaru. Rataan penguasaan ternak domba yang dipelihara oleh petani ternak responden terlihat pada Tabel 2. Tabel 1. Penggunaan lahan dilokasi penelitian Lokas Kecamatan Ciemas Uraian Desa Sukmajaya (%) Desa Ciwaru (%) Luas (ha) % Luas (ha) % Pertanian/sawah 76,35 9,21 89,55 10,47 Ladang 53,81 6,50 69,42 8,12 Pekarang/darat 58.93 7,11 56,99 6,67 Lahan kosong 85,75 10,35 89,83 10,51 Perkebunan karet 164,87 19,90 169,77 19,86 Perkebunan kelapa 167,31 20,20 171,05 20,09 Perkebunan teh 158,76 19,17 162,82 19,04 Hutan 32,54 3,93 45,63 5,34 Jumlah 828,32 100 855.06 100 Sumber: Data sementara BPN KABUPATEN SUKABUMI (2006) 540

Tabel 2. Rata-rata penguasaan ternak domba di lokasi penelitian Lokasi Uraian Desa Sukmajaya n-30 Desa Ciwaru n-30 Jumlah Rataan (ekor) % Jumlah Rataan (ekor) % Jantan dewasa 48 1,6 23,5 42 1,4 21,2 Betina dewasa 84 2,8 41,2 78 2,6 39,4 Jantan muda 24 0,8 11,7 21 0,7 10,6 Betina muda 15 0,5 7,4 18 0,6 9,1 Jantan anak 15 0,5 7,4 18 0,6 9,1 Betina anak 18 0,6 8,8 21 0,7 10,6 Jumlah 204 6,8 100 198 6,6 100 Tampak bahwa pada Desa Sukmajaya secara persentase status betina dewasa menduduki posisi teratas dalam jumlah mencapai 2,8 ekor (41,2%) dan Desa Ciwaru dengan jumlah rata-rata 2,6 ekor (39,4%). Hal ini menunjukkan bahwa baik di Desa Sukmajaya maupun Desa Ciwaru pola usaha yang di lakukan adalah pola usaha pembibitan walaupun masih dikembangkan secara tradisional. Sebagai suatu pola usaha pembibitan penentu sumber pendapatan utama adalah hasil penjualan keturunannya, yang tergantung pada faktor pemeliharaan induk (jumlah induk). Pendapat BIRI et al. (1999), peluang untuk memperbesar usaha ternak domba antara lain adalah dengan memperbesar jumlah induk. Curahan tenaga kerja Hasil survai menunjukan bahwa tenaga kerja keluarga yang dicurahkan untuk usaha pemeliharaan ternak domba tradisional di dua lokasi dengan jumlah ternak yang dipelihara 6,8 ekor dan 6,6 ekor terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata curahan tenaga kerja di lokasi penelitian Jenis pekerjaan Jam/hari % rata-rata n-30 Desa Sukmajaya n =30 tahun/hari (360) 5 HOK 1 jam Rp/tahun (5.000) Mengambil hijauan 60 56,0 2,0 720/5 144 720.000 Digembalakan 32 30,0 1,0 360/5 72 360.000 Perawatan ternak 15 14,0 0,5 180/5 36 180.000 Jumlah 107 100 3,5 1.260/5 252 1.260.000 Desa Ciwaru n=30 Mengambil hijauan 29 20,1 0,9 324/5 64,8 323.000 Digembalakan 99 71,2 3,3 1.188/5 237,6 1.188.000 Perawatan ternak 12 8,6 0,4 144/5 28,8 144.000 Jumlah 139 100 4,6 1.656/5 331,2 1.656.000 5 jam kerja dihitung 1 (HOK) Rp. 5.000 541

Curahan tenaga kerja usaha ternak domba di 2 lokasi cukup berbeda masing-masing sebesar 252 HOK dan 331,2 HOK di Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru. Alokasi tenaga kerja tertinggi di Desa Sukmajaya adalah pada kegiatan pengambilan rumput (144 HOK), sebaliknya di Desa Ciwaru adalah kegiatan pengembalaan ternak (237,6 HOK). Hal demikian menggambarkan sistem usaha yang berbeda, dimana di Desa Sukmajaya cenderung di kandangkan, sedangkan di Desa Ciwaru cenderung di gembalakan, yang alokasi tenaga kerja penggembalaan relatif lebih tinggi karena lebih lama dibandingkan dengan alokasi tenaga kerja mengambil rumput. Hasil perhitungan tenaga kerja (Rp/HOK/ tahun) menunjukkan total biaya tenaga kerja tertinggi di Desa Sukmajaya Rp. 1.260.000/ tahun (252/HOK/tahun) untuk memelihara ternak dan Desa Ciwaru Rp. 1.656.000/tahun (331,2/HOK/tahun). Sedangkan jenis pekerjaan yang banyak digunakan untuk memelihara ternak domba Desa Sukmajaya Rp. 720.000/ tahun (144/HOK/tahun) waktu untuk mencari rumput dan Desa Ciwaru Rp. 1.188.000/tahun (237,6/HOK/tahun) lebih banyak waktu yang digunakan untuk menggembalakan ternak domba. Petani ternak tersebut merasa untung, karena mempunyai alasan yaitu, mudah mencari rumput, mudah memelihara ternaknya karena daya dukung pakan tersedia, mudah menjual ternak dan kotoran bermanfaat untuk kesuburan tanaman. Penjualan ternak domba selama setahun Hasil survai dilokasi Desa Sukmajaya bahwa penerimaan dari hasil pemeliharaan ternak domba dengan rataan pemilikan ratarata (6,8) ekor dengan total rataan penjualan mencapai 3,3 ekor/tahun, dengan nilai penjualan mencapai Rp. 1.885.000/tahun/ peternak. Dilihat dari status fisiologis terdiri dari jantan dewasa rata-rata 1,1 ekor (33,3%) Rp. 990.000/tahun (52,5%), betina dewasa rata-rata 0,5 ekor (15,1%) Rp. 360.000/tahun (17,2%), jantan muda rata-rata 0,8 ekor (24,2%) Rp. 360.000/tahun, betina muda ratarata 0,3 ekor (9,1%) Rp. 120.000/tahun, jantan anak rata-rata 0,3 ekor (9,1%) Rp. 45.000/tahun dan betina anak sebanyak rata-rata 0,3 ekor (9,1%) Rp. 45.000/tahun. Proporsi penjualan tertinggi terjadi pada ternak jantan dewasa. Desa Ciwaru penerimaan dari hasil penjualan ternak domba penyumbang total pendapatan sebesar Rp. 1.970.000/tahun/ peternak, dengan rataan penjualan mencapai 3,4 ekor/tahun/peternak meliputi: jantan dewasa rata-rata 1,3 ekor senilai Rp. 1.170.000/ tahun (38,2%), betina dewasa rata-rata 0,4 ekor Rp. 260.000/tahun (11,8%), jantan muda ratarata 0,7 ekor Rp. 315.000/tahun (20,6%), betina muda rata-rata 0,3 ekor Rp. 120.000/ tahun (8,8%), jantan anak rata-rata 0,4 ekor Rp. 60.000/tahun (11,8%), dan betina anak rata-rata 0,9 ekor Rp. 45.000/tahun (8,8%). Sama halnya yang terjadi di Desa Sukmajaya penjualan ternak tersebut terjadi pada ternak jantan dewasa, yakni mencapai Rp. 1.170.000. Di kedua lokasi penjualan ternak tertinggi relatif sama yakni pada domba jantan masingmasing jantan dewasa 33,2 dan 38,2%, jantan muda 24,2 dan 20,6% di Desa Sukmajaya dan Ciwaru. Domba jantan terlihat sebagai proporsi tertinggi yang dapat mendukung pendapatan usaha ternak (Tabel 4). Analisis usaha ternak domba di pedesaan Hasil penerimaan dari penjualan ternak domba selama satu tahun di tingkat petani di Desa Sukmajaya rata-rata Rp. 1.885.000/tahun, dan Desa Ciwaru rata-rata Rp. 1.970.000/tahun. Dibanding dengan hasil penelitian PRIYANTO et al. (2000). menyatakan pendapatan dari usaha pemeliharaan ternak kambing dalam satu tahun dengan rata-rata Rp. 1.773.253/tahun tidak jauh berbeda. Hasil usaha pemeliharaan ternak domba tradisional di daerah penelitian dinyatakan oleh petani ternak itu sendiri untung, karena petani ternak selama ini tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja karena masih memanfaatkan tenaga kerja keluarga. Penerimaan tunai hanya terkonsentrasi pada penjualan ternak per tahun dan tidak dialokasikan penjualan pupuk kandang, karena semuanya dimanfaatkan untuk pupuk dilahan peternak. Untuk melihat hasil analisis usaha pemeliharaan ternak domba di Kecamatan Ciemas (Tabel 5). 542

Tabel 4. Rata-rata jumlah hasil penjualan ternak domba selama satu tahun di lokasi penelitian Uraian Jumlah/(ekor) rata-rata (ekor) Rp/tahun % Desa Sukmajaya n = 30 Jantan dewasa 33 1,1 990.000 33,3 Betina dewasa 15 0,5 325.000 15,2 Jantan muda 24 0,8 360.000 24,2 Betina muda 9 0,3 120,000 9,1 Jantan anak 9 0,3 45.000 9,1 Betina anak 9 0,3 45.000 9,1 Jumlah 99 3,3 1.885.000 100 Desa Ciwaru n = 30 Jantan dewasa 39 1.3 1.170.000 38,2 Betina dewasa 12 0,4 260.000 11,8 Jantan muda 21 0,7 315.000 20,6 Betina muda 9 0,3 120.000 8,8 Jantan anak 12 0,4 60.000 11,8 Betina anak 9 0,3 45.000 8,8 Jumlah 102 3,4 1.970.000 100 Sumber: DATA DIOLAH (2007) Hasil analisis usahaternak menunjukkan bahwa keuntungan usahaternak sebesar Rp. 1.885.000/peternak/tahun dan Rp. 1.970.000/ peternak/tahun masing-masing di Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru. Lebih tingginya keuntungan usahaternak di Desa Sukmajaya sebagai akibat alokasi tenaga kerja lebih rendah, karena peternak cenderung mengambil pakan dibandingkan dengan penggembalaan yang membutuhkan curahan tenaga kerja lebih lama. Tabel 5. Analisis pendapatan usaha pemeliharaan ternak domba di lokasi penelitian 2007 Uraian Desa Sukmajaya (Rp)/tahun Desa Ciwaru (Rp)/tahun A. Biaya produksi Alokasi tenaga kerja 107 jam/tahun x 5 jam (1 HOK) rata-rata 4,5 1.260.000 jam/tahun x Rp.5.000 Alokasi tenaga kerja 139 jam/tahun x 5 jam (1 HOK) rata-rata 4,6 1.656.000 jam/tahun x Rp. 5000 Total Biaya Alokasi Tenaga Kerja 1.260.000 1.656.000 B. Pendapatan Penjualan ternak domba 99 ekor/thn rata-rata 3,3 ekor/tahun 1.885.000 Penjualan ternak domba 102 ekor/tahun rata-rata 3,4 ekor/tahun 1.970.000 Total pendapatan 1.885.000 1.970.000 Keuntungan (B A) 625.000 314.000 Keuntungan B/C (%) 1,5 1,3 Sumber: DATA DIOLAH (2007) 543

Jika ditelaah lebih jauh ternyata usaha pemeliharaan ternak domba di Desa Sukmajaya diperoleh nilai B/C ratio mencapai 1,5% yang lebih tinggi, sedangkan Desa Ciwaru B/C ratio 1,3% lebih rendah, karena alokasi waktu menggembalakan ternak dombanya lebih tinggi selama satu tahun. Nilai B/C ratio menunjukkan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya alokasi tenaga kerja yang dikeluarkan. Jika nilai B/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan layak untuk dilanjutkan bila menurut perhitungan dan apabila nilai B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak. (tidak feasibel). Semakin tinggi nilai B/C maka usaha tersebut makin mendatangkan keuntungan, maka pemeliharaan ternak domba yang di lakukan oleh petani ternak di Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi layak untuk di dikembangkan atau dipertahankan keberadaan ternaknya. KESIMPULAN Dari hasil penelitian Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi (Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru) memiliki potensi untuk pemeliharaan ternak domba tradisional karena daya dukung lahan yang potensial, disamping usaha pokok tanaman pangan. Pemeliharaan ternak domba tradisional secara ekonomi memberikan keuntungan Rp. 625.000/tahun Desa Sukmajaya dan Rp. 314.000/tahun Desa Ciwaru dengan nilai B/C ratio masing-masing sebesar 1,5 dan 1,3% di Desa Sukmaya dan Desa Ciwaru, dengan skala usaha 6,8 ekor dan 6,6 ekor /peternak Penjualan ternak tertinggi di dua lokasi adalah dari hasil kontribusi penjualan domba jantan dewasa yang mencapai 33,3 vs 38,2%, sedangkan jantan muda mencapai 24,2 vs 20,6%. Lebih menguntungkan usaha ternak domba di Desa Sukmajaya cenderung di akibatkan alokasi tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan di Desa Ciwaru (digembalakan) yakni sebesar 144 HOK vs 237,6 HOK. DAFTAR PUSTAKA AMIR, P. and H.C. KNIPSCHER. 1989. Conducting on Farm Animal Research. Procedures and Economic Analysis. Singapore National Printer Ltd., Singapore. BIRI, S. MATHIUS dan DARMAWIDAH. 1998. Produksi peternakan kambing dan domba dalam sistim usaha tani di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1 2 Desember 1998. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 830 832. BPN KABUPATEN SUKABUMI. 2006. Data Sementara Hasil Survey 2006. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. DEVENDRA, C. 1993. Kambing dan Domba di Asia. Dalam: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. WOSZIKA-TAMANSZWSKA, I.M. MASTIKA, A. DJAJANEGARA, S. GARNINER dan. T.R. WIRADARYA (Eds.). Sebelas Maret University Press, Surakarta. DISNAK DATI I JAWA BARAT. 2006. Peternakan Jawa Barat dalam Angka. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, Bandung. DITJENNAK. 2006. Buku Statistik Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. MANSYUR, NYIMAS, P. INDRANI dan I. SUSILOWATI. 2005. Peran leguminosa tanaman penutup pada system pertanian jagung untuk penyediaan hiajauan pakan ternak. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 879 885. PRIYANTO, D., B. SETIADI dan D. YULISTIANI. 2000. Potensi Kambing Peranakan Etawah (PE) dan Upaya Pola Konservasi di Daerah Sumber Bibit. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 19 Oktober 1999. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 518 526. SUNARSO, WIDIYONO, SUMARSO, E. PANGESTU, F. WAHYONO dan J. ACHMADI. 1989. Pemanfaatan Rumput Setaria sphacelata sebagai Konservasi Tanah dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Usaha Produksi Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian DP3M Ditjen Dikti Jakarta. 544