I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Upaya penangulangan kemiskinan di Indonesia merupakan amanah konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Umum Pengertian Persepsi Masyarakat. yang sempurna yang diberi akal, maka dengan akal manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi mana pun. Selain bersifat

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM. NOMOR : 430/Kpts/KPU/TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. satu Balai yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

PNPM MANDIRI PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

G U B E R N U R L A M P U N G

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 15 Tahun 2006 TENTANG

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

(PNPM : : PJOK,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG

DOKUMEN RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

I. PENDAHULUAN. negara, termasuk Indonesia. Pembangunan itu sendiri diartikan sebagai upayaupaya

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk yang semakin bertambah dan tidak dibarengi dengan peningkatan aset (lahan, modal, dan keahlian) yang dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010). Lebih lanjut Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2010) mengemukakan bahwa Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan pemerintah sebagai fasilitator. Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan paradigma yang harus dikembangkan dalam menyiapkan kapasitas masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek

2 penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010). Persoalan kemiskinan penduduk dapat disimak dari berbagai aspek yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, aspek psikologi dan aspek politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, dan lemah mengantisipasi peluang. Aspek psikologis terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir, sedangkan dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, deskriminatif, dan posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan (Fadliansyah, 2010). Provinsi Lampung merupakan provinsi yang memiliki potensi-potensi dan kekayaan alam yang berlimpah, namun belum tergali secara optimal, salah satu potensi yang ada yaitu bahwa Provinsi Lampung terletak di pintu gerbang Pulau Sumatera yang seharusnya menjadi relatif berkembang dan maju di segala bidang, termasuk kesejahteraan masyarakatnya, namun kenyataannya Provinsi Lampung tergolong Provinsi miskin di pulau Sumatera. Adapun jumlah dan presentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

3 Tabel 1. Jumlah dan presentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2010 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin (000) Kabupaten/Kota Presenta Presenta Presenta 2008 2009 2010 se (%) se (%) se (%) Lampung Barat 86,1 21,74 79,5 19,13 71,8 17,12 Tanggamus 179,3 20,91 174,9 19,79 98,1 18,30 Lampung 351,2 35,12 222,5 22,83 188,0 20,61 Selatan Lampung Timur 228,4 23,35 206,3 20,86 200.4 21,06 Lampung 242,0 19,89 230,7 18,67 197,8 16,88 Tengah Lampung Utara 182,9 31,24 171,0 28,96 164,8 28,19 Way Kanan 84,1 22,34 79,2 20,92 76,7 18,81 Tulang Bawang 90,9 11,17 86,8 10,48 43,1 10,80 Pesawaran - - 100,9 22,73 81,5 20,48 Pringsewu - - - - 45,5 12,45 Mesuji - - - - 16,2 8,65 Tulang Bawang - - - - 19,1 7,63 Barat Bandar 130,9 15,41 123,9 14,79 128,6 14,58 Lampung Metro 22,1 15,91 21,2 15,07 20,1 13,77 Lampung 1.597,8 20,93 1.496,9 19,34 1.351,7 17,76 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, 2011 **Keterangan: (-) Data tidak tersedia Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah dan presentase penduduk miskin pada tahun 2008-2010 di Kabupaten Tanggamus mengalami penurunan yang signifikan yakni pada tahun 2008 Kabupaten Tanggamus memiliki presentase penduduk miskin yang masih relatif tinggi yaitu sebesar 20,91 % dari jumlah penduduk di Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2009, angka tersebut mengalami penurunan yakni sebesar 19,79 %, sedangkan pada tahun 2010 presentase penduduk miskin di Kabupaten Tanggamus menjadi 17,76% dari jumlah penduduk di Kabupaten Tanggamus. Penurunan angka kemiskinan tersebut merupakan prestasi bagi pemerintah dalam mengurangi jumlah angka kemiskinan.

4 Penanganan masalah kemiskinan selama ini telah dilakukan dengan berbagai program-program khusus penanggulangan kemiskinan. Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan pemerintah sebagai fasilitator. Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan paradigma yang harus dikembangkan dalam menyiapkan kapasitas masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Pada tahun 2007 pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan. Program ini digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen, khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai pendekatan operasionalnya. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) merupakan program pemerintah yang dikelola oleh Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah salah satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Propinsi Lampung, 2010).

5 Lebih lanjut, PNPM-Mandiri Perdesaan merupakan program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan yang memberdayakan masyarakat perdesaan melalui pinjaman modal, pembinaan kelompok masyarakat, dan menumbuhkan partisipasi masyarakat baik pada proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dalam programprogram pembangunan sarana dan prasarana. Pelaksanaan program PNPM- Mandiri Perdesaan memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Masyarakat perdesaan seringkali dipandang sebagai kelompok yang identik dengan kemiskinan. Sebagian besar masyarakat yang tergolong miskin merupakan masyarakat yang berada di perdesaan dan daerah tertinggal yang memiliki keterbatasan dari segi kepemilikan lahan, penguasaan teknologi, dan permodalan (Aquino, 2011). Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2010), PNPM Mandiri secara nasional terdapat di 33 propinsi, 495 kabupaten/ kota dan 6.622 kecamatan di Indonesia dan dilaksanakan dalam 5 (lima) program utama, yaitu: PNPM Pedesaan, PNPM Perkotaan, PNPM daerah tertingal & khusus, PNPM Infrastruktur Pedesaan dan PNPM Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah. PNPM Mandiri di Propinsi Lampung terdapat di 14 kabupaten/kota dan 204 kecamatan yang tersebar di beberapa daerah yang ada di Propinsi Lampung. Rekapitulasi lokasi dan alokasi dana Bantuan

6 Langsung Masyarakat (BLM) PNPM-Mandiri Perdesaan per kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi lokasi dan alokasi dana BLM PNPM-MP per kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2007-2010 Jumlah alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat Kabupaten (BLM) PNPM-MP (Rp. x juta) 2007 2008 2009 2010 Lampung Barat 1.400 14.750 28.300 45.250 Tanggamus 1.800 18.750 22.700 24.750 Lampung Selatan 2.300 20.750 41.000 44.000 Lampung Timur 2.200 11.750 21.600 34.250 Lampung Tengah 1.900 14.000 31.800 41.750 Lampung Utara 1.100 13.750 33.700 22.250 Way Kanan 1.050 11.000 18.000 21.500 Tulang Bawang 2.200 13.000 20.500 17.000 Tulang Bawang Barat - - - 6.250 Pesawaran - - 6.900 9.000 Bandar Lampung - - - - Metro - - - - Mesuji - - - 11.000 Pringsewu - - - 9.000 Lampung 13.950 117.750 224.500 277.000 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung, 2011 **Keterangan: (-) Data tidak tersedia Tabel 2 menunjukkan sebaran atau alokasi dana bantuan langsung mandiri (BLM) PNPM-Mandiri Perdesaan per kabupaten di Provinsi Lampung. Dana BLM PNPM-Mandiri Perdesaan yang diterima oleh Kabupaten Tanggamus dari tahun ke tahun meningkat. Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM-Mandiri Perdesaan tersebut sesuai dengan usulan dari pemerintah daerah dan melihat kelayakan kegiatan yang ditawarkan serta mempertimbangkan hasil evaluasi realisasi program yang dijalankan di daerah tersebut. Dana tersebut di atas dialihkan ke beberapa kecamatan yang

7 ada di Provinsi Lampung. Jumlah kecamatan per kabupaten yang menerima bantuan PNPM-Mandiri Perdesaan di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah kecamatan per kabupaten di Provinsi Lampung yang menerima bantuan PNPM-MP di Propinsi Lampung tahun 2010 Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan yang menerima bantuan PNPM-MP Lampung Barat 17 Tanggamus 9 Lampung Selatan 15 Lampung Timur 13 Lampung Tengah 17 Lampung Utara 8 Way Kanan 8 Tulang Bawang 7 Tulang Bawang Barat 3 Pesawaran 3 Bandar Lampung - Metro - Mesuji 3 Pringsewu 4 Jumlah 107 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Propinsi Lampung, 2011 **Keterangan: (-) Tidak mendapatkan bantuan program PNPM-Mandiri Perdesaan Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 12 Kabupaten yang menerima bantuan PNPM-Mandiri Perdesaan di Propinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang menerima Program PNPM-Mandiri Perdesaan. Program PNPM-Mandiri Perdesaan terdapat di 9 kecamatan dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Tanggamus, sedangkan kecamatan yang lain mendapatkan bantuan program PNPM Mandiri yang lain yakni PNPM Infrastruktur Perdesaan. Data lokasi dan alokasi BLM program

8 PNPM Mandiri Perdesaan per kecamatan di Kabupaten Tanggamus tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data lokasi dan alokasi BLM PNPM-MP per kecamatan di Kabupaten Tanggamus tahun 2010 Kecamatan Jumlah BLM (Rp. x juta) Desa APBD APBN Jumlah Air Naningan 9 450,0 1.800,0 2.250,0 Bandar Negeri Semuong 10 600,0 2.400,0 3.000,0 Bulok 9 600,0 2.400,0 3.000,0 Cukuh Balak 18 600,0 2.400,0 3.000,0 Kelumbayan Barat 6 600,0 2.400,0 3.000,0 Pugung 25 600,0 2.400,0 3.000,0 Pulau Panggung 18 450,0 1.800,0 2.250,0 Talang Padang 19 450,0 1.800,0 2.250,0 Wonosobo 23 600,0 2.400,0 3.000,0 Jumlah 137 4.950,0 19.800,0 24.750,0 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung, 2011 Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 Kecamatan Wonosobo mendapatkan dana BLM sebesar Rp 3.000.000.000,- yang berasal dari APBD dan APBN. Dana tersebut digunakan untuk pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perdesaan di 23 pekon yang ada di Kecamatan Wonosobo. Dana tersebut relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kecamatan yang lain mengingat kecamatan lain mendapatkan jumlah dana yang sama dengan jumlah pekon yang lebih sedikit. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan adalah program pemerintah yang menggunakan konsep pemberdayaan. Visi PNPM-Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk

9 memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010). Lebih lanjut, Strategi yang dikembangkan PNPM-Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. PNPM-Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan. Melalui PNPM- Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan. Masyarakat adalah pelaku utama PNPM-Mandiri Perdesaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku yang ada di desa dan berfungsi sebagai pelaksana, fasilitator, pembimbing, dan pembina yakni Kepala Desa, BPD, TPK, TPU, Tim Pemantau, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan Pokmas. Keberhasilan terlaksananya kegiatan-kegiatan yang ada pada program PNPM-Mandiri Perdesaan tidak lepas dari peran Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD). KPMD dituntut mempunyai kemampuan teknis dalam rangka membantu memfasilitasi penulisan usulan dan/atau pelaksanaan kegiatan prasarana infrastruktur yang diusulkan masyarakat. Jumlah KPMD disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum perempuan dan

10 Rumah Tangga Miskin (RTM). Kecamatan Wonosobo memiliki dua orang KPMD per pekon. KPMD yang terpilih mempunyai kewajiban untuk menyebarluaskan dan mensosialisasikan PNPM-Mandiri Perdesaan kepada masyarakat desa serta memfasilitasi pertemuan-pertemuan musyawarah desa. Data jumlah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) per kabupaten di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data jumlah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) per kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2010 Kabupaten Jumlah kecamatan Jumlah desa Jumlah KPMD yang menerima PNPM-MP Lambar 17 201 402 Way Kanan 8 129 204 Tulang Bawang 7 62 124 Mesuji 3 25 50 Lampung Timur 13 162 324 Pesawaran 3 62 124 Lampung Selatan 15 221 442 Lampung Tengah 17 191 382 Lampung Utara 8 70 140 Tanggamus 9 137 274 Pringsewu 4 64 128 Tulang Bawang Barat 3 31 62 Jumlah 107 1.355 2.656 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung, 2011 Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) yang ada di Provinsi Lampung yakni sebanyak 2.656 orang yang tersebar di 12 Kabupaten yang ada di Lampung yang mendapatkan bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP). Salah satu dari kabupaten yang mendapatkan program PNPM-Mandiri Perdesaan tersebut yakni Kabupaten Tanggamus

11 yang memiliki 274 orang KPMD yang tersebar di 9 Kecamatan yang mendapat bantuan program PNPM-Mandiri Perdesaan. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) bertugas memfasilitasi atau memandu seluruh anggota masyarakat untuk ikut terlibat dalam setiap tahapan PNPM-Mandiri Perdesaan di desa secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai dengan kebutuhan yang paling perioritas didesanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Peranan KPMD merupakan mekanisme yang sangat penting dalam PNPM- Mandiri Perdesaan. KPMD tidak hanya dituntut mempunyai kemampuan teknis dalam penulisan usulan tetapi juga dituntut untuk dapat merangkul masyarakat ikut berpartisipasi dalam setiap tahapan kegiatan program. Kerjasama yang baik antar semua pelaku program PNPM-Mandiri Perdesaan akan mempercepat pembangunan desa-desa. Kegiatan pembangunan yang ada pada program PNPM-Mandiri Perdesaan merupakan hasil keputusan dari musyawarah setiap pekon. Pelaksanaan kegiatan program PNPM-Mandiri Perdesaan tidak hanya berasal dari pemerintah, tetapi dibutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat. Keberhasilan progaram PNPM-Mandiri Perdesaan bergantung pada besarnya tingkat partisipasi masyarakat dan seluruh pelaku PNPM-Mandiri Perdesaan. Tanpa adanya dukungan melalui partisipasi dari masyarakat maka program pemberdayaan tersebut tidak akan berhasil.

12 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan, yaitu 1. Bagaimana tingkat peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus? 2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus? 3. Apakah ada hubungan antara tingkat peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Tingkat peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. 2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. 3. Hubungan antara tingkat peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Nasional

13 Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. C. Kegunaaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan dalam rangka melakukan program pengentasan kemiskinan masyarakat desa khususnya di Kabupaten Tanggamus. 2. Sumbangan pemikiran bagi penelitian sejenis dimasa mendatang.