BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara profesional terus-menerus mencapai tujuan sesuai dengan. dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Depdiknas, 2008: 4).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

I. PENDAHULUAN. implementasi kurikulum di kelas, maka perlu mendapat perhatian serius. dilaksanakan oleh pelaku-pelaku yang profesional.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Winarno Surakhmad mengatakan bahwa kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

Rahmania. Guru SMP Negeri 16, Banda Aceh, Provinsi Aceh

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

Oleh : Muh. Khamim N I M : Q

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS

1 Kurikulum Versi Mahasiswa (Solusi SI Ekonomi SMA KTSP)

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

EFEKTIVITAS KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA GURU DI SMP SE-KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan seorang akan dituntut dengan mengembangkan. dunia nyata dilingkup masyarakat. Melalui pendidikan, juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

Dengan Rahmat Allah Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma

DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari pesert didik, digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penguasaan materi guru mata pelajaran Fiqih di kelas VII MTs

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BADAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama Badan. Pasal 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

68. Mata Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUMBER MODAL KERJA PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SIDO MULYO KECAMATAN SAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki yaitu

ANALISIS APLIKASI FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DI BANK SAMPAH SYARIAH. Lembaga Bank Sampah Syariah (BSS) meliputi Plaining

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan koperasi di Negara Indonesia mempunyai arti dan peranan tersendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. interaksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR ^ TAHUN 2015 TENTANG

MENJADI GURU UTAMA DENGAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Oleh : Dra. Nuraeni T, M.H BAB I. PENDAHULUAN

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No.1, ISSN

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar,

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan

Strategi Pemberdayaan dan Pengembangan KKG dalam Upaya Pembinaan Profesi Guru Sekolah Dasar PENGEMBANGAN MANAJEMEN KKG

Pedagogik Kepribadian Profesional Sosial

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU GTK MELALUI KOMUNITAS GTK

MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tolok ukur kemajuan suatu negara. Pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

3. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menerapkan sistem kerja para guru di

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

MUNAS III HIMPAUDI MENUJU ORGANISASI MANDIRI BERKUALITAS MENDUKUNG WAJIB BELAJAR DAN KURIKULUM PAUD 2013.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) KELUARGA MAHASISWA MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA PEMBUKAAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

V. KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Absen Guru Tahun Diklat /2013. Presentasi Kehadiran (%) 2010/ / /2013 Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan inti dari proses pendidikan serta keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utamanya. Upaya untuk meningkatkan kualitas guru, agar berkembang dan dapat melaksanakan fungsinya secara profesional terus-menerus mencapai tujuan sesuai dengan kurikulum yang ada telah dilaksanakan oleh Pemerintah. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah melalui frum MGMP. Organisasi yang menghimpun guru mata pelajaran sejenis adalah MGMP, kepanjangan dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Depdiknas, 2008: 4). MGMP merupakan suatu wadah dan forum kegiatan guru mata pelajaran sejenis dalam mengaktualisasikan kemampuannya membantu guru lain yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar. MGMP dibentuk dalam sekolah, selanjutnya dalam satu wilayah Kota atau Kabupaten. Tujuan pembentukan MGMP yang dikemukakan dalam buku pengelolaan MGMP (Sudrajat, 2008: 4) sebagai berikut: (1) menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan serta mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar (KBM), (2) menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan, (3) mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara 1

2 penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran guru serta kondisi sekolah dan lingkungan, (4) membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan keilmuan dan IPTEK, kegiatan pelaksanakan kurikulum dan metodologi serta sistem evaluasi dengan mata pelajaran yang bersangkutan, (5) saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka menyesuaikan perkembangan IPTEK. Dalam petunjuk penyelenggaraan MGMP, (Anonim, 2008: 2) dijelaskan tentang prinsip-prinsip penyelenggaraan MGMP: (1) Prinsip kebersamaan, yaitu pemecahan masalah dalam MGMP dilakukan secara musyawarah dan menganut paham kebersamaan, artinya setiap anggota atau peserta memiliki kedudukan yang sama dengan peran serta kesempatan yang sama pula. Prinsip kebersamaan dilandaskan pula dengan prinsip saling asih, saling asah dan saling asuh dalam usaha meningkatkan kemampuan profesionalnya. (2) Prinsip dari guru oleh guru, yaitu permasalah yang dihadapi guru yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dipecahkan oleh para guru mata pelajaran sejenis melalui tukar menukar pengalaman, diskusi kelompok atau simulasi dan hasilnya disepakati digunakan sebagai pedoman bersama dalam pelaksanaan pembelajaran masing-masing. (3) Prinsip mandiri yaitu pada dasarnya MGMP dan dibentuk atas dasar kebutuhan profesional guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanaan proses belajar mengajar agar bermutu. Dengan demikian motivasi yang melatar belakangi MGMP adalah tuntutan individual para guru dalam meningkatkan kemampuan profesional mereka. Karena itu kegiatan

3 MGMP pada prinsipnya dilakukan secara mandiri dengan dukungan dari setiap sekolah yang gurunya ikut serta dalam MGMP. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut diatas jelaslah bahwa partisipasi guru dalam kegiatan MGMP sangat dibutuhkan dan perlu terus ditingkatkan agar manfaat kegiatan MGMP benar-benar dapat dirasakan sehingga pada saatnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu di sekolah masingmasing. Didukung dengan diselenggarakan workshop MGMP se Jawa Tengah pada pertengahan Agustus 2002 yang merumuskan tujuan pembentukan MGMP (Depdiknas 2003: 5), yaitu: (1) memotivasi guru-guru dalam meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pada kegiatan pembelajaran, (2) mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik guru, kondisi sekolah dan lingkungan, (3) membantu guru dalam memperoleh informasi teknis edukatif yaitu Ilmu Pengetahuan, kegiatan kurikulum, metodologi yang sesuai dngan mata pelajaran, (4) saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, seminar dan lain-lain. Dari uraian di atas pada dasarnya tujuan penyelenggaraan MGMP sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas profesional guru. Tapi pada kenyataannya di lapangan terdapat kesenjangan yang jelas. Kesenjangan yang nampak adalah pada pengelolaannya, yaitu yang berhubungan dengan manajemennya, peran pengurusnya dan partisipasi anggotanya. Fenomena yang nampak dalam setiap kegiatan MGMP selama ini menunjukkan kecenderungan partisipasi anggota masih rendah. Hal ini

4 ditandai dengan presentasi kehadiran anggota dalam setiap kegiatan MGMP. Demikian juga masukan-masukan, saran untuk pemberdayaan MGMP dari anggota pada setiap pertemuan relatif kecil. Menurut pengamatan peneliti bahwa prinsip-prinsip manajemen mulai dari planning, organizing, actuating, dan controling (POAC) tidak tersusun sesuai kebutuhan guru (Sudrajat, 2010: 2). Kebutuhan, tugas dan tanggung jawab guru itu sendiri bermacammacam, yaitu kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi yang meliputi pendalaman materi ajar, pembuatan perangkat pembelajaran, kebutuhan peningkatan profesi kepangkatan dan lain-lain (Tilaar, 2007: 15). Sebaliknya guru sendiri kurang memanfaatkan kegiatan MGMP, karena dianggap kegiatannya membosankan. Akhirnya kecenderungan kurangnya partisipasi anggota pada kegiatan MGMP. Kurangnya minat anggota untuk menghadiri pertemuan MGMP mungkin juga disebabkan kurangnya peranan pengurus dalam mengelola organisasi. Pendapat di atas, menyatakan bahwa peran pengurus sangat penting dalam mengelola organisasi. Seorang pemimpin dalam melaksanakan kegiatan musyawarah berinteraksi dengan anggotanya. Sebagian anggota beranggapan bahwa pola interaksi antara ketua dengan anggota bersifat satu arah yaitu ketua memberi intruksi-intruksi kepada anggota untuk membuat sesuatu seperti membuat perangkat pembelajaran, kisi-kisi soal, penyusunan soal dan lain-lain (Sudrajat, 2008: 5). Keadaan atau situasi yang demikian

5 menunjukkan kesenjangan antara tujuan MGMP dengan kenyataan di lapangan. MGMP bertujuan menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan evaluasi program belajar mengajar serta mengembangkan kemampuan proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang kegiatan pendidikan, kenyataan menunjukkan kecenderungan tujuan tersebut belum dapat diwujudkan (Sudrajat, 2010: 7). Berbagai masalah yang menyangkut faktor penyebab belum optimalnya MGMP dalam menyelenggarakan fungsi dan peranannya untuk mewujudkan tujuan harus dicairkan jalan keluar atau alternatif pemecahan. Dengan demikian MGMP merupakan wadah untuk diskusi guru mata pelajaran sejenis dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya dapat berfungsi secara optimal. Untuk itu dilakukan pembenahan terhadap kualitas manajemen, pelaksanaan peran kepemimpinan dan partisipasi anggota karena ketiga faktor tersebut merupakan penentu keberhasilan MGMP dalam menjalankan fungsinya. Keberadaan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga selama ini sering dianggap kurang aktif. Secara organisasi, keberadaannya memang ada karena lembaga ini mempunyai struktur organisasi yang resmi. Akan tetapi, dilihat dari aktivitas kegiatannya, MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga masih belum optimal. Kenyataan tersebut berdampak pada munculnya beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran IPS Ekonomi tingkat SMA di Kota Salatiga. Permasalahan tersebut berkaitan

6 dengan masih adanya kesenjangan dalam output pembelajaran IPS Ekonomi SMA antara siswa dari SMA yang sudah maju dengan siswa yang berasal dari SMA yang kurang maju. Dalam prakteknya ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Untuk membuktikan bahwa kualitas manajemen MGMP mempunyai hubungan yang erat dengan pelaksanaan peran pengurus dan partisipasi anggota diperlukan adanya suatu penelitian. Hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengelolaan MGMP untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ekonomi SMA Di Kota Salatiga. B. Fokus Penelitian Mengacu pada latar belakang penelitian tersebut di atas, maka fokus dalam penelitian ini adalah Karakteristik pengelolaan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga Fokus tersebut selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam sub fokus sebagai berikut: 1. Karakteristik organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. 2. Karakteristik program dan kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 3. Karakteristik faktor pendukung dan faktor penghambat bagi organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga.

7 Mengacu pada tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Karakteristik organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. 2. Karakteristik program dan kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 3. Karakteristik faktor pendukung dan faktor penghambat bagi organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoretis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Ekonomi a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru Ekonomi SMA untuk dijadikan sebagai tambahan pengetahuan tentang pengelolaan MGMP. b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru agar dapat mengembangkan pengelolaan organisasi profesi secara lebih baik. 2. Bagi Pengelola MGMP a. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen MGMP. b. Hasil penelitian ini dapat mendorong guru atau anggota MGMP untuk berpartisipasi dalam kegiatan MGMP. c. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan peran pengurus dalam mengelola MGMP.

8 3. Bagi Dinas Pendidikan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Dinas Pendidikan dalam membina MGMP. E. Daftar Istilah 1. MGMP MGMP merupakan kependekan dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran. MGMP merupakan suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMA Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru tidak tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain. 2. Organisasi MGMP Organisasi MGMP adalah suatu lembaga non formal yang anggotanya terdiri dari guru-guru pada suatu bidang studi yang sejenis. Organisasi ini sebagaimana lazimnya suatu organisasi, memiliki struktur organisasi dan anggota dengan hak dan kewajiban yang melekat. Organisasi ini mempunyai AD/ ART.

9 3. Aktivitas MGMP Aktivitas MGMP adalah kegiatan yang dilaksanakan segala jenis kegiatan yang berkaitan dengan organisasi MGMP. 4. Kualitas Pembelajaran Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu. Secara definitif kualitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Sementara itu belajar dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. 5. IPS Ekonomi SMA Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi. Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara.

10 Mata pelajaran Ekonomi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS. Pada tingkat pendidikan menengah, ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran Ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Perekonomian; 2) Ketergantungan; 3) Spesialisasi dan pembagian kerja; 4) Perkoperasian; 5) Kewirausahaan; dan 6) Akuntansi dan manajemen.