DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

dokumen-dokumen yang mirip
Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

STUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D

Kentang (Solanum tuberosum L.)

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN. dan penelitian utama dengan rancangan perlakuan konsentrasi koji Bacillus

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

METODOLOGI PENELITIAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diambil dari hasil penelitian oleh Balia, dkk. (2017) dengan judul Pemanfaatan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan singkong

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam

Transkripsi:

DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan suhu dan lama pengeringan edible film... 69 d. Penentuan volume larutan edible film yang akan dicetak... 70 e. Perbandingan edible film berbagai konsentrasi sorbitol... 72 2. Prosedur Uji... 73 a. Pengukuran Ketebalan Edible Film... 73 b. Prosedur Pengukuran Kelarutan Edible Film dalam Air (AOAC, 1984)... 73 c. Analisis Kadar Air Metode Thermogravimetri (AOAC, 1990)... 74 d. Prosedur Pengukuran Laju Transmisi Uap Air (Water Vapor Transmission Rate) (ASTM E96-66)... 74 e. Prosedur Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength) dan Perpanjangan (Elongasi) (ASTM D882-97)... 75 3. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Rata-Rata Ketebalan Edible Film... 76 4. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film... 79 5. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Kelarutan Edible Film dalam Air... 82 6. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film... 85 7. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik, Persentase Pemanjangan, dan Modulus Elastisitas Edible Film... 88

a. Kuat Tarik... 88 b. Persentase Pemanjangan... 90 c. Modulus Elastisitas... 92 8. Matriks Perlakuan... 95 9. Gambar Edible Film Berbasis Pati Ganyong... 96 xiii

Lampiran 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong Tujuan : Menghasilkan pati ganyong Pelaksanaan Percobaan: a. Pencucian Pencucian dilakukan dengan air mengalir dan penirisan. Tujuan pencucian adalah untuk membersihkan kotoran yang menempel pada umbi ganyong. b. Pengupasan Pengupasan dilakukan dengan menggunakan pisau untuk memisahkan kulit ganyong dari umbi. c. Pemarutan Pemarutan bertujuan untuk menggecilkan ukuran dan dilakukan menggunakan parutan. Proses pemarutan akan mempermudah proses ekstraksi dan memaksimalkan pati yang dihasilkan d. Perendaman Ganyong parut direndam dalam larutan kalsium karbonat (CaCO 3 ) 1000 ppm selama 15 menit dan ditiriskan. e. Pencucian dan Peremasan Pencucian dilakukan dalam baskom menggunakan air bersih sambil diremas. f. Ekstraksi dan Penyaringan Ekstraksi dan penyaringan pati ganyong menggunakan kain saring dan ditampung dalam wadah bersih. Filtrat, berupa suspensi pati, ditampung dan ampas dibuang.

67 g. Pengendapan Filtrat diendapkan selama kurang lebih 1 jam hingga diperoleh pati basah di bagian bawah baskom. h. Pencucian dan Pengendapan Pati basah dicuci menggunakan air bersih dan diendapkan kembali sebanyak dua kali. Pencucian bertujuan membersihkan partikel pati dari bahan pengotor yang mungkin tercampur. i. Pengeringan Pati hasil endapan kemudian dikeringkan pada suhu 50 o C selama 8 jam menggunakan oven untuk mendapatkan pati kering. j. Penggilingan dan Pengayakan Pati yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan grinder dan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 100 mesh hingga diperoleh pati kering halus Hasil Pengamatan: Diperoleh pati ganyong dengan karakteristik sebagai berikut: Karakteristik a. Sifat Kimia - Kadar air (%) - Kadar abu (%) b. Sifat fisik Hasil 12,7 0,3 Warna putih kecokaltan dengan tingkat kehalusan 100 mesh Kesimpulan: Ganyong diekstraksi patinya untuk bahan baku edible film. Pati hasil ekstraksi memiliki kadar air 12,7%. kadar abu 0,3% dan berwarna kecoklatan dengan tingkat kehalusan 100 mesh. 65

b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film Tujuan : Menentukan range konsentrasi sorbitol yang akan digunakan untuk Pelaksanaan Percobaan: pembuatan edible film pada percobaan utama. 1. Pembuatan larutan pati ganyong 5% (b/v) Mendispersikan pati ganyong sebanyak 5 gram dalam 100 ml aquades. 2. Penambahan plasticizer sorbitol dan pembuatan larutan edible film Menambahkan sorbitol dengan konsentrasi 1%, 3%, 5%, 10%, 15% (v/v). Memanaskan dan mengaduk larutan di atas hot plate stiirer pada suhu 90 o C selama 5 menit. 3. Pencetakan dan pengeringan Menuangkan larutan edible film ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm. Mengeringkan larutan edible film dalam oven dengan suhu 50 o C selama 24 jam. 4. Pengukuran ketebalan edible film Mengukur ketebalan edible film dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil Pengamatan: Kriteria Pengamatan Konsentrasi Kemudahan Pelepasan dari Sorbitol Rata-Rata Ketebalan (mm) Cetakan 1% + 0,110 3% +++ 0,116 5% ++++ 0,166 10% ++ 0,216 15% + 0,230

69 Kesimpulan: Edible film yang dihasilkan dari konsentrasi sorbitol 1% dan 3%, meskipun menghasilkan edible film yang tipis, tidak efektif digunakan karena edible film yang dihasilkan sangat rapuh dan sulit dilepaskan dari cetakan. Edible film dengan konsentrasi sorbitol 10% dan 15% menghasilkan edible film yang tebal dan sulit dilepaskan dari cetakan karena edible film yang dihasilkan bersifat lengket dan melekat kuat pada cetakan. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, maka konsentrasi sorbitol yang akan digunakan berada pada kisaran 5%-9% (v/v) c. Penentuan suhu dan lama pengeringan edible film Tujuan : Menentukan suhu dan waktu optimum pengeringan edible film yang akan digunakan pada percobaan utama. Prosedur Percobaan: 1. Pembuatan larutan edible film Mendispersikan pati ganyong sebanyak 5 gram dalam 100 ml aquades. Menambahkan sorbitol dengan konsentrasi 7% (v/v). Memanaskan dan mengaduk larutan di atas hot plate stiirer pada suhu 90 o C selama 24 jam 2. Pencetakan Menuangkan larutan edible film ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm. 3. Pengeringan Mengeringkan larutan edible film pada berbagai suhu dan lama pengeringan : suhu 50 o C selama 24 jam, 30 o C selama 72 jam, dan 25 o C (suhu ruang) selama 24 jam. Pengeringan dihentikan jika edible film sudah dapat dilepaskan dari cetakan. 65

Hasil Percobaan: Hasil dari percobaan pendahuluan ini yaitu pengeringan edible film dapat dilakukan pada suhu 50 o C selama 24 jam dan pada suhu 30 o C selama 72 jam. Pengeringan pada suhu dan lama tersebut menghasilkan edible film yang kering dan dapat dilepaskan dari cetakan. Pengeringan pada suhu ruang tidak dapat dilakukan karena larutan edible film menjadi sangat berair dan terpisah antara fase padatan dan fase cairan. Kesimpulan: Pengeringan edible film dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 50 o C selama 24 jam dan pada suhu 30 o C selama 72 jam. Pengeringan lebih efektif dilakukan dalam oven pada suhu 50 o C selama 24 jam karena tidak memerlukan banyak waktu dibandingkan pengeringan pada suhu 30 o C. d. Penentuan volume larutan edible film yang akan dicetak Tujuan : Menghasilkan edible film dengan ketebalan yang sesuai. Prosedur Percobaan: 1. Pembuatan larutan edible film Mendispersikan pati ganyong sebanyak 5 gram dalam 100 ml aquades. Menambahkan sorbitol dengan konsentrasi 7% (v/v). Memanaskan dan mengaduk larutan di atas hot plate stiirer pada suhu 90 o C selama 24 jam 2. Pencetakan Menuangkan larutan edible film ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm. Volume penuangan yang dituangkan: 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml.

71 3. Pengeringan Mengeringkan larutan edible film dalam oven pada suhu 50 o C selama 24 jam. Hasil Percobaan: Pada volume tuang 10 ml, larutan edible film tidak dapat menutupi seluruh permukaan cawan petri yang berdiameter 9 cm. Penuangan pada volume 15 ml, 20 ml, dan 25 ml dapat menutupi seluruh permukaan cawan petri berdiameter 9 cm dengan sempurna. Edible film yang paling tipis dihasilkan dari volume tuang 15 ml, yaitu volume paling sedikit untuk dapat menutupi seluruh permukaan cawan petri. Kesimpulan: Volume tuang yang sebaiknya digunakan adalah 15 ml karena merupakan volume minimal larutan edible film yang diperlukan untuk menutupi permukaan cawan petri. Selain itu juga akan menghasilkan edible film yang lebih tipis. 65

e. Perbandingan edible film berbagai konsentrasi sorbitol Konsentrasi Sorbitol Gambar Karakteristik Film yang dihasilkan sangat rapuh, mudah patah, dan sangat sulit 1% dilepaskan dari cetakan 3% Film yang dihasilkan agak rapuh, tidak mudah patah, dan agak sulit dilepaskan dari cetakan Film yang dihasilkan tidak rapuh, elastis, dan mudah dilepaskan dari cetakan 5% 10% Film yang dihasilkan elastis, agak lengket, dan agak sulit dilepaskan dari cetakan 15% Film yang dihasilkan sangat elastis, sangat lengket, dan sangat sulit dilepaskan dari cetakan

73 Lampiran 2. Prosedur Uji a. Pengukuran ketebalan edible film (Maulana, 2011) Film diukur ketebalannya menggunakan mikrometer sekrup pada lima titik yang berbeda. Rata-rata dari lima tempat yang berbeda tersebut adalah tebal film yang diukur. b. Prosedur Kelarutan Edible Film dalam Air (AOAC, 1984) 1. Kertas saring dikeringkan pada suhu 105 o C selama 30 menit lalu ditimbang. Pengeringan terus dilakukan hingga beratnya konstan. 2. Lembaran edible film ditimbang-timbang kemudian dikeringkan pula pada suhu 70 o C selama dua jam kemudian ditimbang kembali. 3. Film yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan akuades dalam jar. 4. Larutan yang berisi edible film tersebut didiamkan selama 24 jam pada suhu 25±2 o C. 5. Setelah 24 jam, larutan yang berisi edible film disaring dengan penyaringan vakum menggunakan kertas saring yang telah dikeringkan. 6. Kertas saring yang berisi residu dilakukan pencucian dengan 10 ml air destilasi dan kemudian dikeringkan dengan oven 101 o C selama 3 jam. Persentase (%) film yang terlarut dihitung dengan menggunakan rumus : 65

c. Analisis Kadar Air Metode Thermogravimetri (AOAC, 1990) 1. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang dalam cawan yang telah diketahui beratnya. 2. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 3 jam. 3. Sampel yang telah kering didinginkan dalam desikator dan ditimbnag. Pengeringan terus dilakukan sampai tercapai berat konstan. Perhitungan : d. Prosedur Pengukuran Laju Transmisi Uap Air (Water Vapor Transmission Rate) (ASTM E96-66) 1. Mangkuk yang sudah diisi desikan ditutup rapat dengan film yang akan dites, kemudian disimpan dalam ruangan yang telah dikondisikan kelembaban relatifnya. 2. Hitung berat awal dan pertambahan berat dari mangkuk setiap hari selama 7 hari. 3. Plotkan pertambahan berat sebagai fungsi dari waktu. Slope dari garis linier tersebut dihitung sebagai penyerapan uap air per hari (g/24jam). 4. WVTR dihitung sebagai berikut : Keterangan : WVTR Slope = laju transmisi uap air (g/m 2.24 jam) = penyerapan uap air per 24 jam (g/24jam) A = luas film (m 2 )

75 e. Prosedur Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength) dan Perpanjangan (Elongasi) (ASTM D882-97) Alat yang digunakan adalah Universal Testing Machine. Sebelum pengujian, film dikondisikan terlebih dahulu dalam ruangan bersuhu 23 o C dengan RH 50% selama lebih dari 40 jam. Kuat tarik ditentukan berdasarkan beban maksimum pada saat film sobek sedangkan persentase pemanjangan berdasarkan pada penambahan panjang film pada saat putus. nilai kuat tarik, perpanjangan, dan modulus elastisitas diukur berdasarkan rumus : Dimana : σ = Tegangan (Mpa, psi) F = Gaya yang diberikan pada bahan (N, lb) A = Luas area (cm 2, in 2 ) ε = Regangan/pemanjangan (%) Δl = Perubahan pemanjangan (cm) L = panjang awal (cm) E = modulus elastisitas (MPa, psi) 65

Lampiran 3. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Rata-Rata Ketebalan Edible Film Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Ketebalan (mm) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 0,1660 0,1630 0,1645 0,0021 B (6%) 0,1760 0,1830 0,1795 0,0049 C (7%) 0,1900 0,1910 0,1905 0,0007 D (8%) 0,2000 0,2100 0,2050 0,0071 E (9%) 0,2060 0,2100 0,2080 0,0028 Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Ketebalan Edible Film Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Ketebalan Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh : Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,935 0,967 Kuadratik 0,958 0,978 - Kubik 0,959 0,979 -

77 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 0,011x + 0,110 Nilai R 2 sebesar 0,935 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 93,5% dan sisanya 6,5% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,967 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kadar air edible film) semakin besar Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 0.003 0,003 116,883 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 0,000 0,000 Total 9 0,003 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Ketebalan Edible Film t hitung = = 10,7279 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) 65

Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 10,7279 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan ketebalan edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti.

79 Lampiran 4. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Kadar Air (%b.b.) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 18,5642 19,0267 18,7954 0,3270 B (6%) 21,0879 21,9574 21,5226 0,6148 C (7%) 23,9733 24,1738 24,0736 0,1418 D (8%) 26,0273 26,4392 26,2332 0,2912 E (9%) 28,9263 29,0353 28,9808 0,0771 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,994 0,997 Kuadratik 0,994 0,996 - Kubik 0,994 0,996-65

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 2,508x + 6,364 Nilai R 2 sebesar 0,999 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 99,4% dan sisanya 0,6% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,997 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kadar air edible film) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber Regresi dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi 1 125,814 125,814 1305,629 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 0,771 0,096 Total 9 126,585 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film t hitung = = 36,4053 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan)

81 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 36,4053 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan kadar air edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti. 65

Lampiran 5. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Kelarutan Edible Film dalam Air Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Persentase Kelarutan dalam Air (%) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 7,5602 7,7011 7,6306 0,0996 B (6%) 9,0126 9,0519 9,0322 0,0278 C (7%) 10,8291 11,0216 10,9254 0,1361 D (8%) 13,2812 13,0021 13,1416 0,1974 E (9%) 15,3852 15,9234 15,6543 0,3806 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kelarutan Edible Film dalam Air Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 R Model Regresi yang Dipilih Linier 0,986 0,992 Kuadratik 0,997 0,998 - Kubik 0,997 0,998 -

83 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 2,015x - 2,832 Nilai R 2 sebesar 0,986 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 98,6% dan sisanya 1,4% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,992 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kelarutan edible film dalam air) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 81,259 81,259 566,903 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 1,147 0,143 Total 9 82,405 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Kelarutan Edible Film dalam Air t hitung = = 23,7133 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) 65

Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 23,7133 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan persentase kelarutan edible film dalam air memiliki keeratan hubungan yang berarti.

85 Lampiran 6. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Laju Transmisi Uap Air (g/m 2 per jam) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 326,3721 327,7212 327,0467 0,9539 B (6%) 338,0123 337,2892 337,6508 0,5113 C (7%) 345,7215 348,2193 346,9704 1,7662 D (8%) 361,8231 361,9271 361,8751 0,0735 E (9%) 382,3838 380,2813 381,3326 1,4867 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,974 0,987 Kuadratik 0,996 0,998 - Kubik 0,996 0,998-65

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 13,28x + 258,0 Nilai R 2 sebesar 0,974 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 97,4% dan sisanya 2,6% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,994 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (laju transmisi uap air edible film) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber Regresi dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi 1 3529,963 3529,963 304,686 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 92,606 11,576 Total 9 3619,569 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film t hitung = = 17,313 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan)

87 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 17,313 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan laju transmisi uap air edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti. 65

Lampiran 7. Uji T dan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik, Persentase Pemanjangan, dan Modulus Elastisitas Edible Film 1. Kuat Tarik Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Kuat Tarik (MPa) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 2,6367 2,6125 2,6246 0,0171 B (6%) 1,8400 1,8650 1,8525 0,0177 C (7%) 1,3800 1,4200 1,4000 0,0283 D (8%) 1,2833 1,3250 1,3042 0,0295 E (9%) 1,2175 1,2500 1,2338 0,0230 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,826-0,909 Kuadratik 0,991-0,995 - Kubik 0,991-0,995 -

89 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = -0,333x + 4,014 Nilai R 2 sebesar 0,826 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 82,6% dan sisanya 17,4% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar -0,909 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kuat tarik edible film) semakin kecil. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 2.218 2.218 38,032 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 0,467 0,058 Total 9 2,684 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik Edible Film t hitung = = -6,1636 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) 65

Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata > t hitung atau -2,31 > -6,1636 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan kuat tarik edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti. 2. Persentase Pemanjangan Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Persentase Pemanjangan (%) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 12,6667 13,0000 12,8334 0,2357 B (6%) 14,5000 14,1250 14,3125 0,2652 C (7%) 15,5000 15,7500 15,6250 0,1768 D (8%) 19,3333 19,3750 19,3542 0,0295 E (9%) 21,8750 21,8750 21,8750 0 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5%

91 Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Pemanjangan Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,960 0,980 Kuadratik 0,986 0,993 - Kubik 0,987 0,993 - Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 2,312x + 0,612 Nilai R 2 sebesar 0,960 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap persentase pemanjangan edible film adalah sebesar 96% dan sisanya 4% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar -0,980 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (persentase pemanjangan edible film) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 106,953 106,953 195,834 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 4,369 0,546 Total 9 111,322 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai 65

Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Pemanjangan Edible Film t hitung = = 13,8593 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 13,8593 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa penambahan sorbitol memiliki keeratan hubungan yang berarti dengan persentase pemanjangan edible film. 3. Modulus Elastisitas Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Modulus Elastisitas (MPa) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 20,8160 20,0962 20,4561 0,5089 B (6%) 12,6897 13,2035 12,9466 0,3633 C (7%) 8,9033 9,0159 8,9596 0,0796 D (8%) 6,6378 6,8387 6,7383 0,1421 E (9%) 5,5657 5,7143 5,6400 0,1050 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti)

93 H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Modulus Elastisitas Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,889-0,943 Kuadratik 0,994-0,997 - Kubik 0,994-0,997 - Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = -3,584x + 36,03 Nilai R 2 sebesar 0,889 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap persentase pemanjangan edible film adalah sebesar 88,9% dan sisanya 11,1% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar -0,943 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (persentase pemanjangan edible film) semakin kecil. 65

Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 256,909 256,909 64,192 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 32,018 4,002 Total 9 288,327 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Modulus Elastisitas Edible Film t hitung = = -8,0056 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata > t hitung atau -2,31 > -8,0056 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan modulus elastisitas edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti.

95 Lampiran 8. Matriks Perlakuan Perlakuan Parameter (Penambahan Sorbitol) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. 5% 0,1660 0,1630 0,1645 0,0021 6% 0,1760 0,1830 0,1795 0,0049 Ketebalan 7% 0,1900 0,1910 0,1905 0,0007 (mm) 8% 0,2000 0,2100 0,2050 0,0071 9% 0,2060 0,2100 0,2080 0,0028 Kadar Air (% b.b.) Persentase Kelarutan dalam Air (%) Laju Transmisi Uap Air (g/m 2 per jam) Kuat Tarik (MPa) Persentase Pemanjangan (%) Modulus Elastisitas (MPa) 5% 18,5642 19,0267 18,7954 0,3270 6% 21,0879 21,9574 21,5226 0,6148 7% 23,9733 24,1738 24,0736 0,1418 8% 26,0273 26,4392 26,2332 0,2912 9% 28,9263 29,0353 28,9808 0,0771 5% 7,5602 7,7011 7,6306 0,0996 6% 9,0126 9,0519 9,0322 0,0278 7% 10,8291 11,0216 10,9254 0,1361 8% 13,2812 13,0021 13,1416 0,1974 9% 15,3852 15,9234 15,6543 0,3806 5% 326,3721 327,7212 327,0467 0,9539 6% 338,0123 337,2892 337,6508 0,5113 7% 345,7215 348,2193 346,9704 1,7662 8% 361,8231 361,9271 361,8751 0,0735 9% 382,3838 380,2813 381,3326 1,4867 5% 2,6367 2,6125 2,6246 0,0171 6% 1,8400 1,8650 1,8525 0,0177 7% 1,3800 1,4200 1,4000 0,0283 8% 1,2833 1,3250 1,3042 0,0295 9% 1,2175 1,2500 1,2338 0,0230 5% 12,6667 13,0000 12,8334 0,2357 6% 14,5000 14,1250 14,3125 0,2652 7% 15,5000 15,7500 15,6250 0,1768 8% 19,3333 19,3750 19,3542 0,0295 9% 21,8750 21,8750 21,8750 0 5% 20,8160 20,0962 20,4561 0,5089 6% 12,6897 13,2035 12,9466 0,3633 7% 8,9033 9,0159 8,9596 0,0796 8% 6,6378 6,8387 6,7383 0,1421 9% 5,5657 5,7143 5,6400 0,1050 65

Lampiran 10. Gambar Edible Film Berbasis Pati Ganyong Edible Film 5% Sorbitol Edible Film 6% Sorbitol Edible Film 7% Sorbitol Edible Film 8% Sorbitol Edible Film 9% Sorbitol