Yusti Meliana, Budiman, Yeni Rohayeni

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

Sugiarti dan Vera Talumepa

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA PARAMEDIS TENTANG PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS DENGAN IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD dr.doris SYLVANUS, PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KACA PIRING, KOTA PALANGKA RAYA

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGISIAN PARTOGRAF PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA KELAS IBU HAMIL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

SURYA 51 VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PIJAT BAYI DI BPS SUHARTATIK DESA KALIWATES KEMBANGBAHU

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi sejak lahir harus mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif, sesegera mungkin

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG MAKANAN PENDAMPING (MP) ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI KELURAHAN CIPAGERAN DAN CITEUREUP CIMAHI UTARA PERIODE MARET-MEI 2008 Yusti Meliana, Budiman, Yeni Rohayeni ABSTRAK Latar Belakang: Tidak terselenggaranya program ASI Eksklusif dipengeruhi oleh adanya pemberian makanan pendamping ASI yang diberikan sebelum bayi berumur 6 bulan. Adanya pemberian MP ASI dini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor seperti belum optimal dan belum komprehensifnya penerangan dan penyuluhan tentang kapan dan bagaimana sebaiknya MP ASI itu diberikan. Selain itu kebiasaaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada masyarakat juga memicu tidak terlaksananya ASI eksklusif. (Ainy, 2003) Berdasarkan data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 persen. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 4 persen pada bayi berumur 4-5 bulan. (SDKI, 2002-2003) Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap bidan tentang MP ASI berdasarkan karakteristik di kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimah Utara. Metodelogi Penelitian: Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif. Pengambilan sample menggunakan tekhnik total sampling dimana sampel yang diambil yaitu seluruh bidan sebanyak 20 orang.data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer yang dengan menggunakan angket dengan alat ukur kuesioner. Hasil penelitian: dari hasil penelitian yang diperoleh, pengetahuan bidan mengenai MP ASI sebagian besar (65%) baik, sikap bidan tentang MP ASI sebagian besar (55%) berada pada kategori positif, pengetahuan dan sikap bidan sebagian besar (68,8%) baik dan (56,3%) positif berada pada kelompok umur produktif, pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI sebagian besar (6,%) baik dan (50%) positif berada pada jenjang pendidikan D3,pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI, sebagian besar (89,9%) baik dan (55,6) positif berada pada kelompok pengalaman kerja 3-6 tahun. Kesimpulan: pengetahuan bidan mengenai MP ASI sebagian besar (65%) baik, sikap bidan sebagian besar (55%) berada pada kategori positif, pengetahuan dan sikap bidan sebagian besar (68,8%) baik dan (56,3%) positif berada pada kelompok umur produktif, pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI sebagian besar (6,%) baik dan (50%) positif berada pada jenjang pendidikan D3,pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI, sebagian besar (89,9%) baik dan (55,6) positif berada pada kelompok pengalaman kerja 3-6 tahun Kata kunci : Makanan Pendamping ASI, Deskriptif Kepustakaan: 9 (997-2007) A. PENDAHULUAN ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat menyusui/memberikan ASI bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi terlebih lagi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. (Wahyuni,2005) Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 8

Manfaat ekonomi pemberian ASI bagi keluarga adalah mengurangi biaya pengeluaran terutama untuk membeli susu. Lebih jauh lagi, bagi negara pemberian ASI dapat menghemat devisa negara, menjamin tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, menghemat subsidi biaya kesehatan masyarakat, dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan plastik sebagai bahan peralatan susu formula (botol dan dot). Dengan demikian menyusui bersifat ramah lingkungan. (Wahyuni,2005) Mengingat besarnya manfaat ASI bagi bayi, keluarga, masyarakat, dan negara maka perlu serangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI). Selama ini upaya PP-ASI telah dilaksanakan, namun masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. (Wahyuni, 2005) Tidak terselenggaranya program ASI Eksklusif juga dipengeruhi oleh adanya pemberian makanan pendamping ASI yang diberikan sebelum bayi berumur 6 bulan. Adanya pemberian MP ASI dini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor seperti belum optimal dan belum komprehensifnya penerangan dan penyuluhan tentang kapan dan bagaimana sebaiknya MP ASI itu diberikan. Selain itu kebiasaaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada masyarakat juga memicu tidak terlaksananya ASI eksklusif (Ainy, 2003) Berdasarkan data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 persen. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 4 persen pada bayi berumur 4-5 bulan (SDKI, 2002-2003) Terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam pemberian ASI (terutama ASI Eksklusif), sehingga terjadi pemberian makanan pendamping ASI sebelum waktunya diantaranya dengan adanya perilaku menyusui yang kurang mendukung misalnya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih dan kotor. Selain itu, masih banyak diantara masyarakat yang beranggapan bahwa kolosrum adalah air susu yang kotor sehingga tidak layak dikonsumsi oleh bayi. Pemikiran yang tidak benar seperti ini harus sesegera mungkin di rubah karena kolostrum merupakan bagian dari ASI yang paling banyak menyimpan zat-zat penting yang diperlukan bagi pertumbuhan bayi. Untuk itu, pensosialisasian kolostrum dan kandungan ASI harus lebih ditingkatkan. (Ainy, 2003) Pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar masih terjadi dikalangan masyarakat, ini juga didukung dengan adanya berbagai kepercayaan dan mitos seputar pemberian makanan pada bayi baru lahir masih masih dilakukan oleh sebagian masyarakat sehingga pemberian ASI tertunda dan dapat menyebabkan ASI tidak keluar. Kurangnya rasa percaya diri ibu dalam menysusui bayinya faktor psikis dapat mendukung tercapai dan tidaknya dalam pemberian ASI. kondisi psikis yabg tidak baik pada ibu dapat menghambat produksi ASI sehingga asupan ASI bagi bayi tidak terpenuhi sepenuhnya. (Ainy, 2003) Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 9

Pada negara berkembang, terjadi fenomena dimana wanita aktif dalam karir, setelah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin, yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula secara dini, sehingga menggeser/menggantikan kedudukan ASI. Hal ini diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun. Pada tahun 997 jumlah pekerja wanita adalah 34,33 juta jiwa dengan angka pertumbuhan sebesar 4,76% (998), sementara angka pertumbuhan pekerja pria pada tahun yang sama adalah 2,70%. (Ainy, 2003) Selain faktor yang berasal dari masyarakat, tidak sedikit program dan tindakan salah berasal dari tenaga kesehatan sendi seperti gencarnya promosi susu formula dan makanan pendamping ASI, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui mass media, bahkan dewasa ini secara langsung kepada ibu-ibu. Sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya keberhasilan PP- ASI. Faktor lain penghambat pemberian ASI berasal dari petugas kesehatan sendiri yang kurang mendukung program pemberian ASI. Lemahnya perencanaan terpadu dalam program PP-ASI. Berbagai program yang terkait dengan peningkatan mutu pemberian ASI tidak terlaksana sesuai dengan tujuan utamanya. Kurangnya intensitas dan kontinuitas dari kegiatan PP-ASI di tingkat pelayanan maupun di masyarakat. (Ainy, 2003) Maka dari itu, peran serta pemerintah agar terciptanya program ASI Eksklusif dapat terselenggara dengan baik perlu ditingkatkan lagi. Dan kesadaran masyarakat tentang hal ini masih minim sehingga kasus pemberian MP ASI Dini masih ada dan berpengaruh pada peningkatan dan pertumbuhan BB yang tidak maksimal. Dalam hal ini, bidan selaku indikator utama yang melayani kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak sangat berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup ibu dan anak. Bidan dikatakan profesional, apabila memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dihasilkalkan pendidikan yang cukup untuk memenuhi kompetensi profesionalnya. Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dan mendekatkan pelayanan pada masyarakat sedemikian besarnya. Diantaranya dengan lebih meningkatkan lagi pendidikan khususnya kebidanan dengan pengharapan bahwa dengan peningkatan ini, meningkat pula wawasan dan pengetahuan bidan sehingga dalam sikap dan pelayanannya, bidan akan lebih maksimal lagi sehingga taraf kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak akan berada pada level yang lebih baik lagi ( IBI, 200). Dari beberapa pengkajian yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan dan juga WHO terkait dengan pendayagunaan bidan dan kemampuannya telah diperoleh informasi bahwa bidan dan perawat menempati jumlah lebih dari 40% dari keseluruhan tenaga kesehatan di Indonesia, ini membuktikan bahwa profesi tenaga kesehatan menjadi tonggak utama keberhasilan tercapainya tingkat kesehatan masyarakat. Hampir semua bidan tingkat pendidikannya belum profesional, ini dibultikan dengan masih banyaknya bidan Lulusan DI yang masih aktif memberikan Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 20

pelayanan, dan ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan pendidikan seorang bidan minimal D III untuk dapat melakukan pelayanannya. Bidan yang bekerja dirumah sakit dan puskesmas kurang lebih 40-60% merasa tidak adekuat dalam melaksanakan keterampilan klinik kebidanan, ini dipengaruhi oleh kebijakan yang tertera di tempat kerja masing-masing yang tidak sesuai dengan kurikulum terbaru sehingga mempengaruhi pada pelayanan dan hasil dari asuhannya itu sendiri.pelatihan-pelatihan yang diterima oleh bidan masih dirasakan sangat kurang. Kurangnya berbagai macam pelatihan menyebabkan tidak berkembangnya kompetensi bidan dan ketidakprofesionalan dalam memberikan pelayanan dan asuhan. (Bambang, 2003) Pada pengambilan data yang dilakukan pada bulan November 2007 di 4 RW yang berada di kawasan kelurahan Cipageran, didapatkan di daerah RW 05 : 39,2 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanyak 87 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 60,8 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan/ sedangkan untuk RW 09 : 33,4 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanayk 55 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 66 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan. Untuk RW : 35,8 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanyak 63 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 64,2 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan, dan pada daerah RW 2 : 47,4 % dari keseluruhan jumlah bayi sebanyak 66 yang diberikan MP ASI sesuai dengan usia yang ditentukan yaitu pada usia > 6 bulan. Dan sisanya sebanyak 52,6 % mendapatkan MP ASI < 6 bulan Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang MP ASI Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimah Utara Periode Maret Mei 2008. B. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002). Jenis penelitian ini sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap bidan tentang MP ASI berdasarkan karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimah Utara. 2. Paradigma Penelitian Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang melakukan tindakan yang benar dalam kehidupannya. Pengetahuan yang didasari Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 2

dengan pemahaman yang tepat akan menumbuhkan sikap yang positif sehingga akhirnya tumbuh suatu bentuk prilaku yang diharapkan (Notoatmojo, 2003). Perkembangan pendidikan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan. Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat semakin tinggi terhadap pelayanan kebidanan yang bermutu, perubahan-perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat, dan perkembangan IPTEK, serta persaingan yang ketat di era global ini diperlukan satu pola pendidikan bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalismenya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.(notoatmojo, 2003). Sikap mempunyai pengaruh langsung pada kebijakan dan program didalam pelayanan kesehatan. Semakin bijak keputusan tenaga kesehatan dalam pengambilan keputusan, semakin berkualitas pula kinerja tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan. Atas dasar itulah peneliti mengharapkan bahwa dengan dilakukannya penelitian ini dapat membentuk pribadi yang utuh dan sesuai dengan pengharapan yang akan menjadikan kehidupan lebih baik lagi. Berdasarkan uraian diatas, penelitian menyimpulkan kerangka penelitian sebagai berikut : Pengetahuan Sikap Perilaku Tenaga Kesehatan (Bidan) Karakteristik Keterangan : : diteleti : tidak diteleti Bagan. Kerangka Konsep Penelitian Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 22

3. Definisi Operasional Tabel.Definisi Operasional dan Cara Pengukuran No Variabel Definisi Konseptual Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003) 2 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003) 3 Umur Umur adalah lama waktu seseorang manusia hidup atau seorang manusia itu ada 4 Pendidikan Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran 5 Lama kerja Masa kerja adalah hitungan lamanya pegawai dalam bekerja di prusahaan. (BKN, 2002). 4. Populasi dan Sampel Definisi Operasional Kumpulan informasi yang didapatkan oleh tenaga kesehatan tentang MP ASI Penilaian terhadap sesuatu yang dianggapnya benar berkaitan dengan MP ASI Usia responden sampai ulang tahun terakhir Jenjang sekolah responden sampai wawancara Lama waktu yang Alat Kategori Skala Kuesinor. Baik = bila jawaban benar > 75 % 2. cukup = bila jawaban benar 60-75 % 3. kurang = bila jawaban < 60 Kuesinor. Negatif < median 2. Positif > median Kuesinor Kuesinor Kuesinor. 8-40 th 2. 4-60 th 3. > 6 tahun. D 2. D3 3. D 4. < 3 tahun 2. 3-6 tahun 3. 6-9 tahun 4. > 9 tahun Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Populasi pada penelitian ini adalah Bidan yang berada di wilayah kerja Kelurahan Cipageran dan Citeureup kecamatan Cimahi Utara yang berjumlah 20 orang. Dengan sampel adalah total populasi. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik total sampling dimana sampel yang diambil yaitu seluruh bidan yang ada di wilayah kerja Kelurahan Cipageran dan Citeureup Kecamatan Cimahi Utara, dengan waktu penelitian yaitu pada bulan Maret- Mei 2008. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 23

5. Tekhnik Pengambilan dan Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer menggunakan angket yang didalamnya berisi 20 pertanyaan seputar pengetahuan tentang MP, dan untuk variabel sikap berisi 0 pernyataan tertutup yang diberikan kepada responden. Untuk mengetahui apakah pertanyaan tersebut dapat digunakan atau tidak, maka dilakukan uji pertanyaan dengan melakukan uji validitas dan Reabilitas. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang bertujuan untuk menghitung jumlah kategori dari jawaban responden dan menghasilkan distribusi frekuensi serta prosentase dari tiap variabel. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pengetahuan dan sikap bidan terhadap MP ASI berdasarkan karakteristik di Kelurahan Cipageuran dan Citeureup Cimahi. Penelitian dilakukan pada 20 responden dengan hasil sebagai berikut :. Gambaran Umur, Pendidikan dan Lama Kerja Bidan Tabel. Distribusi Frekuensi Karakteristik Bidan di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008 Karakteristik Jumlah Persentase. Umur a. 8-40 tahun b. 4-60 tahun 2. Pendidikan a. D3 b. D4 3. Lama kerja a. < 3 tahun b. 3-6 tahun c. 6-9 tahun d. >9 tahun 6 4 8 2 9 2 8 80 20 90 0 5 45 0 8 Jumlah 20 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa yang paling banyak bidan berada pada kelompok umur 8-40 tahun yaitu sebanyak 6 orang (80%), sebagian besar responden tingkat pendidikannya yaitu D3 sebanyak 8 orang (90%), dan untuk kelompok masa kerja terbanyak yaitu pada kelompok 3-6 tahun sebanyak 3-6 tahun (45%). Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 24

2. Pengetahuan dan Sikap Bidan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Bidan Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008. Pengetahuan a. Baik > 75% b. Cukup 60-75 2. Sikap a. Negatif b. Positif Kategori Jumlah Persentase Jumlah 20 3 7 9 Dari tabel diatas didapatkan persentase pengetahuan terbesar berada pada kategori baik yaitu sebanyak 3 orang (65%), dan untuk sikap positif berjumlah orang (55%). Hal ini dipengaruhi pula oleh adanya peningkatan jenjang pendidikan bidan yang minimal harus D3, selain itu merebaknya media yang menampilkan informasi tentang Makanan pendamping ASI menambah pengetahuan responden. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Hadi (2007) bahwa dengan pengetahuan seseorang dapat mengubah prilaku yang kurang benar sehingga berpengaruh terhadap kebijakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan untuk peningkatan pelayanan dan pola hidup yang lebih baik dimasyarakat. Pengetahuan yang baik dan terbaru dalam hal penyuluhan tentang MP ASI dari tenaga kesehatan (bidan) kepada masyarakat menunjang terjadi pola hidup yang sehat untuk kesejahteraan ibu dan bayi akan bisa lebih meningkat lagi. Setiap tenaga kesehatan memiliki sikap yang berbeda, bervariasi dan sulit ditebak, dimana setiap individu arah berfikir dan berbagai hal yang dipertimbangkannya memiliki karakteristik yang bervariasi, yang dapat menentukan atau mengarahkan sikap seseorang. Dari hasil penelitian didapatkan hasil dimana perbandingan jumlah bidan yang bersikap positif tidak terlalu jauh dengan bidan yang bersikap negatif. Hal ini berhubungan dengan teori yang menyatakan bahwa faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (Notoatmodjo,2003). 65 35 45 55 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 25

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,2003). Sikap mempunyai pengaruh langsung pada kebijakan dan program didalam pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan harus bekerja sama secara langsung dengan pembuat pelayanana kesehatan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa dalam program pelayanan ibu dan anak yang membantu atau menghalangi upaya pemberian MP ASI tepat waktu dan menentukan upaya perbaikannya. Keputusan yang dibuat harus berkaitan dengan kebijakan yang meliputi struktur dan fungsi pelayanan kesehatan. 3. Pengetahuan Bidan Berdasarkan Karakteristik Tabel 3. Pengetahuan Bidan Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008 Pengetahuan Jumlah Karakteristik Baik Cukup n % n % N %. Umur 8-40 tahun 68,8 5 3,3 6 4-60 tahun 2 50 2 50 4 Jumlah 3 65 7 35 20 2. Pendidikan D3 D4 3. Lama Kerja < 3 Tahun 3 6 tahun 6 9 tahun > 9 tahun 6, 7 38,9 8 2 0 0 2 3 65 7 35 20 6 3 89,9 50 37,5 0 3 5 0, 50 62,5 9 2 8 Jumlah 3 65 7 35 20 Dari 6 orang bidan tersebut bidan yang memiliki pengetahuan baik adalah pada umur 8-40 tahun sebanyak orang (68,8%), dan terdapat 8 (90%) bidan yang berpendidikan D3 dan 2 bidan (0%) yang berpendidikan D4. Dari 8 bidan yang berpendidikan D3 mempunyai pengetahuan yang baik yaitu sebanyak orang (6,%). Dari 20 orang bidan tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar bidan berpengalaman kerja 3-6 tahun yang kesemuanya mempunyai pengetahuan baik (89,9%). Umur merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana kesehatan. Bidan yang bertugas rata-rata termasuk masa dewasa dini dan masa dewasa madya yaitu berumur 8 tahun sampai pada umur 60 tahun. Seorang bidan yang berusia Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 26

8 tahun sampai pada umur 40 tahun keadaan fisik dan keadaan berfikirnya masih kuat dan segar, mereka mampu menyerap pengetahuan dan semangat untuk melakukan tugasnya (IBI, 200). Produktifitas setiap individu terpengaruhi pula oleh tingkat aktifitas dan daya tangkap. Pada rentang waktu 8-40 tahun inilah segala bentuk aktifitas akan semakin aktif dilakukan dengan hasil yang lebih produktif pula. Pengaruh pendidikan yang lebih tinggi terhadap pengetahuan dan sikap menjadi faktor pendukung tercapainya pengetahuan dan sikap yang lebih baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hastono (997), kematangan intelektual ini berpangaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam cara pengambilan keputusan maupun dalam kebijakan. Dan menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kesempatan seseorang untuk mendapatkan informasi dan sumber pengetahuan yang lebih banyak dan berkualitas Dari keseluruhan data diketahui bahwa untuk kategori pengetahuan berdasarkan lama kerja secara keseluruhan berada pada kategori pengetahuan yang baik, meskipun ada diantaranya pada salah satu kelompok lama kerja tersebut yang dominan berpengetahuana cukup. Sedangkan untuk kategori sikap, meskipun perbandingan antara kategori positif dan negatif didapatkan hasil yang tidak terlalau besar tetapi sikap positif mendominasi sikap bidan berdasarkan lama kerja. 6.Sikap Bidan Berdasarkan Karakteristik Tabel 4. Sikap Bidan Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Cipageran dan Citeureup Cimahi Periode Maret-Mei 2008 Sikap Jumlah Karakteristik Negatif Positif n % n % N %. Umur 8-40 tahun 7 43,8 9 56,2 6 4-60 tahun 2 50 2 50 4 Jumlah 9 45 55 20 2. Pendidikan D3 D4 9 50 9 50 8 0 0 2 2 3 65 7 35 20 3. Lama Kerja < 3 Tahun 3 6 tahun 6 9 tahun > 9 tahun 0 5 0 4 0 55,6 0 50 4 2 4 44,4 50 9 2 8 Jumlah 9 45 55 20 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 27

Dari tabel diatas, berdasarkan kelompok umur 8-40 tahun terdapat 9 (56,3%) bidan berada pada kategori sikap positif, dan 7 ( 43,8) bidan berada pada kategori sikap negatif. Sedangkan untuk pendidikan bidan D3 sama-sama mempunyai sifat positif dan negative (50%) terhadap MP ASI. Dan dari segi pengalaman, sebagian besar dengan pengalaman 3-6 tahun mempunyai sikap negative 5 bidan (55,6%) terhadap MP ASI, dan 4 bidan (44,4%) mempunyai sikap positif terhadap MP ASI sama besar dengan yang mempunyai pengalaman kerja lebih dari 9 tahun. Pengaruh pendidikan yang lebih tinggi terhadap pengetahuan dan sikap menjadi faktor pendukung tercapainya pengetahuan dan sikap yang lebih baik, hanya saja dari hasil penelitian diatas didapatkan angka yang seimbang dimana dari tingkat pendidikan bidan yang D3 masih terdapat bidan-bidan yang memiliki sikap negatif. Padahal, diharapkan dengan adanya peningkatan jenjang pendidikan bidan yang minimal harus berpendidikan D3 tidak terdapat lagi bidan-bidan yang mempunyai sikap negatif terhadap suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Tetapi, hasil ini tidak semata-mata menjadikan citra bidan menjadi buruk, karena sikap merupakan cara pandang seseorang melihat suatu objek dari sudut pandang yang berbeda pada setiap individunya. Nilai pengetahuan yang baik dan sikap yang positif tidak sepenuhnya tergantung dari masa kerja dan pengalaman kerja yang lama, karena perspektif setiap individu tidak hanya didapatkan dari masa kerja yang lama saja melainkan dari berbagai aspek seperti tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap pengetahuan dan pandangan hidup seseorang. Hasil penelitian diatas sesuai dengan PP IBI (200) bahwa pengalaman kerja seseorang dapat dikaitkan dengan seberapa lama dia bekerja. Semakin lama masa kerja, maka pengalaman yang diperoleh sewaktu bekerja akan semakin baik. Namun kecakapan dan keahlian bidan sebagai tenaga kesehatan profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap. Bidan yang profesional menuntut pendidikan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif, efisien dan terstandar. D. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan : a. Pengetahuan bidan mengenai MP ASI sebagian besar (65%) baik b. Sikap bidan tentang MP ASI sebagian besar (55%) berada pada kategori positif, c. Pengetahuan dan sikap bidan sebagian besar (68,8%) baik dan (56,3%) positif berada pada kelompok umur produktif. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 28

d. Pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI sebagian besar (6,%) baik dan (50%) positif berada pada jenjang pendidikan D3 e. Pengetahuan dan sikap bidan mengenai MP ASI, sebagian besar (89,9%) baik dan (55,6) positif berada pada kelompok pengalaman kerja 3-6 tahun. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menyampaikan saran sebagai berikut : a. Diharapkan agar pihak Puskesmas dapat memfasilitasi tenaga kesehatan ( bidan ) dengan informasi terbaru serta mengadakan pelatihan-pelatihan yang akan meningkatkan kinerja pelayanan bidan dan memberikan dorongan bagi bidan untuk selalu meningkatkan tingkat pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. b. Bagi Bidan, diharapkan untuk berperan aktif pada setiap kegiatan pelatihan yang diadakan oleh instansi kesehatan terkait serta berkemauan keras untuk terus menggali pengetahuan baik itu yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informal. DAFTAR PUSTAKA Azwar, A., 2003. Pedoman Pemberian MP-ASI, EGC, Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005, Buku Panduan Pemberian MP ASI, Jakarta. Krisnatuti Diah, Yenrina Rina, 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Penerbit : Puspa Swara, Jakarta. Machfoedz, I., 2007, Metodologi Penelitian. Penerbit : Fitramaya, Yogyakarta Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.penerbit Rineka Cipta, Jakarta Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 200, 50 Tahun IBI : Bidan Menyongsong Masa Depan Supartini,2004, Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta. WHO, 2000. Hak Asasi dan Pekan ASI Sedunia. Ainy, 2003, Membangun Kasih Sayang Dengan ASI, http ://www.suara karya.com. Wahyuni, Tri,2007, Persiapan Pemberian Makanan Pendamping ASI, http ://www.artikelkesehatan.com Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 29