STUDI PENERAPAN SNI OLEH LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN)

Yuuk..belajar lagi!!!

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA. Surabaya, 20 Oktober 2016

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN

BAB IV PENILAIAN KESESUAIAN. Bagian Kesatu Kegiatan Penilaian Kesesuaian

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING PRODUK BUMN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

- 7 - BAB III STANDARDISASI. Bagian Kesatu Perencanaan

ADOPSI, PENERAPAN DAN PROGRES PENCAPAIAN SNI ISO 37001:2016

A.PENDAHULUAN B.SKEMA PENJAMINAN KEAMANAN DAN MUTU BERDASARKAN PP NO. 28 TH.2004 C.SKEMA PENJAMINAN MUTU LAINNYA

PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC)

STANDARDISASI (STD) Oleh: Gunadi, M.Pd NIP (No HP ) data\:standardisasi_gun 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

SNI AWARD 2018 SYARAT DAN ATURAN SNI AWARD 2018 INFORMASI BAGI PESERTA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 58/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

j ajo66.wordpress.com 1

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SNI AWARD 2016 SYARAT DAN ATURAN SNI AWARD

SNI DALAM SERTIFIKASI PRODUK

Dokumen ini tidak dikendalikan jika diunduh/uncontrolled when downloaded

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) DAN LEGALITAS KAYU (LK)

SISTEM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI (PHL) DAN LEGALITAS KAYU (LK)

FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

DRAFT PERATURAN KEPALA BSN

Kelembagaan Metrologi Nasional. - Jakarta, 20 Oktober 2016

PELATIHAN STANDARDISASI. w w w. b s n. g o. i d. Pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012. Validasi Metode Pengujian Kimia. Pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Strata Satu ( S1 )

Kebijakan Penerapan Standar Pedoman dan Manual Sekretariat Komite Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X. Makalah Profesional

HAK DAN KEWAJIBAN KLIEN DAN PENGGUNAAN TANDA SERTIFIKASI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Laporan Kinerja Tahun 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN AKREDITASI LABORATORIUM. Fajarina Budiantari Komite Akreditasi Nasional

PENGALAMAN KONSULTAN MANAJEMEN MUTU DALAM MENINGKATKAN MUTU SARANA PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pedoman KAN Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi atau proyek. Pada proyek konstruksi TQM terdiri dari standart operating

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

IMPLEMENTASI SMK3 di KRT-LPNK. Oleh: Dr. Ir. Anny Sulaswatty, M.Eng Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Riset dan Teknologi

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG NOMOR : 158/KA/XI/2008 TENTANG PELAKSANAAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

2011, No Pedoman Standardisasi Nasional tentang panduan keberterimaan regulasi teknis, standar dan prosedur penilaian kesesuaian untuk produk pe

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011

OUTLINE PRESENTASI :

PEMBERLAKUAN SNI SECARA WAJIB DI SEKTOR INDUSTRI: EFEKTIFITAS DAN BERBAGAI ASPEK DALAM PENERAPANNYA ABSTRAK ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Kode Etik Audit Pengontrolan mutu barang masuk dan pencatatan. Source Inspections. Pemeriksaan Produksi Awal (PPA) Inspeksi mutu sebelum pengiriman

HASIL SIDANG JOINT IAF-ILAC MID-TERM, RE-PEER EVALUASI PAC, DAN BUTIR PENTING TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN KAN

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lanjutan ISO Konsistensi Mutu. 6. Aspek Legal. 7. Peningkatan Produktivitas. 8. Meningkatkan unjuk kerja keuangan. 9.

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

OLEH: METRAWINDA TUNUS Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN. Jakarta, 21 Mei 214

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENT

MENCARI SOLUSI TENGAH SERTIFIKASI HALAL

BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. 27

Seminar Nasional Standarisasi. Penerapan SNI Wajib bagi Industri Elektronika

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Jurnal Standardisasi Vol. 9 No. 2 Tahun 2007: 64-68 STUDI PENERAPAN SNI OLEH LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN Muti Sophira Hilman dan Ellia Kristiningrum Abstract Conformity assessment body (CAB) such as Certification body, inspection and laboratorium has role in quality assurance of goods or services. Application of SNI by CAB may describe development of standard application. At this time, data of SNI application and its constraint by CAB is not known for sure yet. The objective of the research is to know how many SNI has implemented by CAB and reasons and problems that faced CAB in order to implement SNI. Method of the study is a survey method. Discussion in this study using decriptive method, it describes about situation or factual condition. Data collecting tools is by quetioner. Questioner was distributed to CAB that was accredited by KAN, such as testing laboratory, quality system certification body, environmental quality system certification body, product certification body, calibration laboratory and inspection body. Applying of SNI by LPK is equal to 14.46% SNI applied to amount of total SNI. Amount of SNI applied by testing laboratory is 873 SNI, by calibration laboratory is 210 SNI, 31 SNI applied by inspection body, 134 SNI applied by product certification body, 52 SNI applied by quality management system certification body, 4 SNI applied by HACCP certification body and 5 SNI applied by EMS certification body. The first reason that CAB is not apply SNI that is SNI inappropriate with customer or market need. Cost of treatment and equipments and difficulty of the process accreditation is a major problem of CAB to apply SNI. Keywords: Conformity assessment body, Application, SNI 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar Nasional Indonesia (SNI) dibuat oleh stakeholder Indonesia sebagai standar nasional hasil konsensus para pemangku kepentingan dan ditujukan untuk menjadi faktor penguat daya saing, pelancar transaksi perdagangan, dan pelindung kepentingan umum. Sejak pertama kali diterbitkan, SNI sudah digunakan dalam lingkungan industri dan perdagangan dan telah mencakup semua sektor, seperti kelautan, pertanian, pertambangan, teknologi informasi, nuklir, dan lain-lain. Kegiatan perumusan SNI tersebut diikuti oleh berbagai pihak yang mencerminkan unsur-unsur stakeholder, yaitu pemerintah, produsen, konsumen, cendekiawan, lembaga riset. Sampai pada akhir tahun 2005, jumlah SNI yang telah ditetapkan mencapai 6.633 judul. Penerapan SNI adalah kegiatan menggunakan SNI oleh pelaku usaha di seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan penggunaan SNI ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemberlakuan standar,, sertifikasi, dan metrologi. Penerapan SNI dimaksudkan untuk mendukung terwujudnya jaminan mutu barang, jasa, proses, sistem atau personel sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada pelanggan dan pihak terkait bahwa suatu organisasi, barang, jasa yang diberikan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Selain itu penerapan standar juga dimaksudkan untuk menjamin peningkatan produktivitas, daya guna dan hasil guna serta perlidungan kepada konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan, kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup. Penarapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela, namun untuk standar yang berkaitan dengan keselamatan, keamanan, kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup dapat dipertimbangkan untuk diberlakukan standar wajib. (SSN, 2001) Penerapan SNI akan dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna jika didukung dengan sistem sertifikasi, kalibrasi dan inspeksi yang handal dan dapat dipercaya serta dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku secara internasional. Dengan demikian lembaga penilaian kesesuaian (LPK) seperti lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi dan laboratorium mempunyai peranan yang besar dalam memberikan jaminan mutu terhadap barang dan atau jasa. Penilaian kesesuaian dapat digunakan untuk memeriksa bahwa produk tertentu bisa memenuhi tingkat mutu dan pengamanan, serta mempermudah konsumen untuk mengetahui keterangan secara tegas dan lengkap mengenai sifat khusus, konsistensi sifat khusus tersebut, dan atau penampilan produk tersebut. Penilaian kesesuaian adalah setiap kegiatan yang berhubungan dengan penilaian baik langsung maupun tidak langsung terhadap produk, jasa atau proses yang menyatakan bahwa persyaratan terhadap standar atau spesifikasi terkait telah terpenuhi. Kegiatan penilaian kesesuaian terkait dengan pengambilan contoh, pengujian, kalibrasi, inspeksi, evaluasi, verifikasi, dan jaminan kesesuaian serta registrasi dan. Tujuan penilaian kesesuaian adalah menjamin mutu produk, perlindungan terhadap

kesehatan dan keselamatan manusia, perlindungan terhadap kehidupan dan kesehatan,perlindungan terhadap lingkungan, perlindungan terhadap praktek penipuan, dan perlindungan terhadap kepentingan keamanan yang dianggap sebagai tujuan yang sah. Lembaga Penilaian Kesesuaian diantaranya yaitu: a. Lembaga Sertifikasi Lembaga ini mempunyai kompetensi untuk melakukan penilaian kesesuaian sistem atau produk terhadap persyaratan tertentu, dimana hasil penilaiannya dinyatakan dengan sertifikat (misal: sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan, produk, sistem keamanan pangan (HACCP - Hazard Analysis and Critical Control Point) b. Laboratorium Untuk laboratorium meliputi laboratorium penguji dan atau laboratorium kalibrasi yang melakukan kegiatan pengujian dan atau kalibrasi, dimana hasil pengujian dan/atau kalibrasi dinyatakan dengan sertifikat/laporan hasil uji atau sertifikat kalibrasi. c. Lembaga inspeksi Lembaga ini mempunyai kompetensi untuk melakukan pemeriksaan kesesuaian barang dan atau jasa terhadap persyaratan tertentu, dimana hasil pemerikasaan dinyatakan dengan sertifikat hasil inspeksi Penerapan SNI oleh LPK merupakan salah satu gambaran mengenai perkembangan penerapan standar. Permasalahan saat ini adalah bahwa sampai saat ini belum diketahui data yang pasti seberapa jauh SNI yang diterapkan dan bagaimana permasalahan yang dihadapi LPK dalam menerapkan SNI. 1.2 Tujuan Studi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh SNI diterapkan oleh LPK dan mengetahui alasan serta permasalahan dalam penerapan SNI oleh LPK. 1.3 Metodologi Studi dilakukan dengan metode survey. Pembahasan dalam studi ini dilakukan secara deskriptif yaitu membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian berdasarkan data-data atau keterangan yang faktual. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Pengiriman kuesioner ditujukan kepada lembaga-lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang telah di oleh KAN yaitu laboratorium penguji, lembaga sertifikasi sistem mutu, lembaga sertifikasi sistem mutu lingkungan, lembaga sertifikasi produk, HACCP, laboratorium kalibrasi dan lembaga inspeksi. Kuesioner dikirimkan kepada 412 Lembaga Penilaian Kesesuaian. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada studi ini 412 kuesioner disebarkan, dan yang memberikan jawaban sebanyak 339 LPK, yaitu 229 Laboratorium Uji, 61 Laboratorium Kalibrasi, 18 Lembaga sertifikasi produk, 13 lembaga sertifikasi sistem mutu, 2 Lembaga sertifikasi HACCP, 2 Lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan dan 14 Lembaga inspeksi. Dari data yang ditampilkan dalam Tabel 1, menunjukkan bahwa dari 339 LPK dapat diketahui sebanyak 255 LPK (75%) menerapkan SNI, dan yang tidak menerapkan SNI sebanyak 84 LPK (25%). LPK yang menerapkan SNI diantaranya adalah 182 Laboratorium uji, 36 laboratorium kalibrasi, 17 Lembaga sertifikasi produk, 12 lembaga sertifikasi sistem mutu, 2 lembaga sertifikasi HACCP, 2 lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan dan 4 lembaga inspeksi. Berdasarkan hasil survey sebagian besar LPK menjawab alasan tidak menerapkan SNI yaitu bahwa SNI tidak diperlukan oleh pelanggan atau pasar (61%). Hal yan perlu juga diperhatikan yaitu dengan alasan LPK menggunakan standar selain SNI yaitu tidak adanya SNI yang sesuai pada lingkup yang dibutuhkan (34%), sesuai dengan permintaan pelanggan (33%) dan persyaratan teknis standar lain lebih sesuai (24%). Data selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 2 dan 3. Dari gambar 3 terlihat bahwa ada SNI yang persyaratan teknisnya tidak sesuai (24%) perlu mendapatkan perhatian untuk ditinjau kembali. Disamping itu beberapa lingkup LPK belum ada SNI nya (34%) juga perlu ditinjau dan dipertimbangkan untuk dibuat SNI nya. Standar lain yang banyak digunakan LPK yaitu ASTM, JIS, ISO, APHA, BS, AOAC, IEC dengan jumlah standar yang berbeda, seperti disajikan dalam Tabel 2. Tabel 1 Lembaga Penilaian Kesesuaian yang Menerapkan SNI

Studi Penerapan SNI oleh LPK (Muti Sophira H dan Ellia K) No. LPK Menerapkan Tidak Menerapkan Jumlah 1 Lab.Uji 182 47 229 2 Lab.Kalibrasi 36 25 61 3 Lem.Sert.Produk 17 1 18 4 Lem.Ser.Sis.Mutu 12 1 13 5 Lem.Sert.HACCP 2 0 2 6 Lem.Sert.Sis.Manj.Lingk 2 0 2 7 Lem.Inspeksi 4 10 14 Jumlah 255 84 339 Tabel 2 Standar Lain Selain SNI yang Diterapkan No. Standar Asing Jumlah Standar 1 JIS 100 2 JAS 2 3 EN 15 4 BS 47 5 APHA 48 6 ASTM 251 7 ANSI 3 8 DIN 12 9 ISO 58 10 IEC 18 11 ALS 1 12 ASME 5 13 AWS 1 14 API 6 15 BAM 1 Lain-lain 35% Biaya peralatan dan perawatan yang mahal 0% Spesifikasi SNI terlalu berat untuk dipenuhi 4% Kemampuan SDM atau instrumen/alat uji belum memadai 0% Tidak diperlukan oleh pelanggan atau pasar 61% Gambar 2 Alasan LPK tidak Menerapkan SNI Persyaratan teknis lebih sesuai 24% Lain - lain 9% Tidak ada SNI pada lingkup yang dibutuhkan 34%

Jurnal Standardisasi Vol. 9 No. 2 Tahun 2007: 64-68 Gambar 3 Alasan LPK Mengunakan Standar Lain Biaya peralatan dan perawatan mahal 30% lain-lain 7% Proses tidak mudah 21% Lokasi badan jauh dari lokasi 11% Lingkup tidak tersedia 16% Biaya Akreditasi mahal 15% Gambar 4 Kendala LPK dalam Menerapkan SNI Tabel 3 Penerapan SNI oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian No. Responden Penerapan SNI Sertifikat Non sertifikat 1. Laboratorium uji 701 172 2. Laboratorium kalibrasi 205 5 3. Lembaga inspeksi 27 4 4. Lembaga sertifikasi produk 130 4 5. Lembaga sertifikasi SMM 50 2 6. Lembaga sertifikasi HACCP 4 0 7. Lembaga sertifikasi SML 5 0 Gabungan 802 157 % terhadap total 12,09% 2,36% Gambar 4 menunjukkan bahwa biaya peralatan dan perawatan yang mahal (30%), proses tidak mudah (21%), lingkup tidak tersedia (16%), serta biaya mahal (15%) menjadi permasalahan dalam penerapan SNI. Hal ini dapat menjadi masukan bagi Komite Akresitasi Nasional (KAN) bahwa kemudahan dalam proses, perluasan ruang lingkup dan re oleh KAN dapat mendorong percepatan kinerja LPK dalam penilaian kesesuaian. Namun semuanya itu kembali pada kemampuan LPK dalam memenuhi persyaratan yang meliputi: manajemen, SDM, dan alat-alat laboratorium yang dimilikinya sesuai dengan standar yang digunakan. LPK merupakan lembaga yang kegiatannya tidak terlepas dari standar dikarenakan lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi dan laboratorium mempunyai peranan yang besar dalam memberikan jaminan mutu terhadap barang dan atau jasa. Dalam studi ini ditetapkan dua kategori penerapan SNI oleh LPK, yaitu LPK yang menerapkan SNI secara utuh serta memberikan/mengeluarkan sertifikat, dan LPK

Tinjauan Sosio Teknologi (Agus Fanar Sukri) yang mengunakan SNI untuk kepentingan internal/tidak mengeluarkan sertifikat. Data dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa SNI yang diterapkan oleh laboratorium penguji dengan mengeluarkan sertifikat yaitu sebanyak 701 SNI dan yang tidak mengeluarkan sertifikat sebanyak 172 SNI. Sedangkan pada laboratorium kalibrasi sebanyak 205 SNI dengan sertifikat dan 5 tanpa sertifikat. Data selanjutnya penerapan SNI oleh lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi manajemen mutu (LSSM), lembaga inspeksi, lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan (LSML), dan paling rendah ialah lembaga sertifikasi HACCP. Hasil ini tidak bisa dikatakan bahwa LSML dan LSHACCP tidak aktif dalam penerapan SNI, melainkan karena memang jumlah SNI terkait yang relatif sedikit. Tabel 3 juga menunjukkan jumlah gabungan dari penerapan SNI bersertifikat sebanyak 802 SNI atau sekitar 12,09% dari jumlah total SNI (6633). Sedangkan untuk penerapan SNI non sertifikat sebanyak 157 buah SNI atau sekitar 2,36%. Banyaknya SNI yang diterapkan sudah diperhitungkan dimana tidak terjadi dua kali (duplikasi) perhitungan untuk SNI yang sama yang diterapkan oleh LPK. Berdasarkan hasil kuesioner diatas penerapan SNI oleh LPK tanpa sertifikasi ini mengindikasikan bahwa permintaan oleh industri hanya dilakukan pada sebagian dari persyaratan mutu SNI, belum terdapatnya ruang lingkup SNI produk yang diminta oleh pihak konsumen (industri), dan industri mengacu pada standar lain dikarenakan pertimbangan tertentu. 3. KESIMPULAN Berdasarkan studi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perkembangan penerapan standar oleh lembaga penilaian kesesuaian adalah sebagai berikut: 1) Penerapan jumlah SNI oleh LPK sebesar 14,46% SNI yang diterapkan terhadap jumlah SNI total. 2) Alasan utama LPK tidak menerapkan SNI adalah bahwa beberapa SNI tidak diperlukan dan tidak sesuai perminataan pelanggan atau pasar. 3) Kendala/permasalahan utama LPK dalam penerapan SNI adalah biaya peralatan dan perawatan yang mahal dan proses tidak mudah DAFTAR PUSTAKA 1. Nazir, M. Metode Penelitian. 1999. Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 2. Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standardisasi dalam Perspektif Ilmu, Industri dan Perdagangan. 3. Badan Standardisasi Nasional. 2001. Sistem Standardisasi Nasional 4. Herjanto, E dan Bendjamin BL. 2006. Penerapan SNI oleh Pemangku Kepentingan. Proceeding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. hlm 209-120. 5. Komite Akreditasi Nasional. 2006. Katalog KAN 2005. BIODATA Muti Sophira Hilman, dilahirkan di Bandung tahun 1974. Penulis adalah Peneliti Pertama yang menamatkan pendidikan di Universitas Padjajaran, jurusan Biologi. Saat ini penulis bekerja di Badan Standardisasi Nasional sebagai staf pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi BSN Ellia Kristiningrum, dilahirkan di Sukoharjo, 20 Februari 1981. Penulis menamatkan S1 jurusan Teknik Kimia di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Saat ini penulis bekerja sebagai staf di Pusat Penelitian dan pengembangan Standardisasi, Badan Standardisasi Nasional.